BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian . Josie Fitri Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mencapai cita-cita luhur bangsa. Cita-cita luhur bangsa Indonesia telah tercantum

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

Struktur Kurikulum..

BAB I PENDAHULUAN. keaktifan siswa. Bahan uji publik Kurikulum 2013 menjelaskan standar penilaian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Hampir

SOSIALISASI DAN PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 / 34

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

KONSEP PENILAIAN AUTENTIK PADA PROSES DAN HASIL BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. terdapat jenjang pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Kejuruan

PERANAN SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN *) Oleh: Dr. S. Eko Putro Widoyoko, M. Pd. **)

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesinya sebagai seorang

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa ditempuh disekolah adalah jalur pendidikan formal. Pendidikan formal

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

2015 KONTRIBUSI PROGRAM PEMBINAAN KESISWAAN TERHADAP PEMENUHAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

PROSEDUR DAN MEKANISME SERTIFIKASI GURU

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL STANDAR KOMPETENSI GURU KURIKULUM 2006 (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum memainkan peran yang sangat penting dalam Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

MANFAAT HASIL PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) SEBAGAI KESIAPAN GURU PRODUKTIF

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI 6 SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. martabat manusia, karena dari proses pendidikan itu

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran untuk menambah wawasan di suatu bidang. Kompetensi

2015 PENERAPAN PENILAIAN OTENTIK D ALAM RANGKA MENINGKATKAN PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA PAD A MATA PELAJARAN TEKNOLOGI MEKANIK D I SMK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab. I, pasal 1:

menyumbang calon tenaga kerja terdidik. Fenomena yang terjadi di masyarakat sekarang banyak pengangguran yang berasal dari orang terdidik.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Sesederhana apapun peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, pendidikan adalah suatu hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Kompetensi Dasar. perencanaan program. rangka implementasi

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan yang tercantum pada UU RI No.14 tahun 2005 pasal 1,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia

Orientasi pada kinerja Individu dalam dunia kerja, 2) justifikasi khusus pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi telah berlaku sebagai bagian integral dari setiap proses

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu guru harus mempunyai kompetensi di dalam mengajar. Menurut

PENYUSUNAN ALAT PENILAIAN HASIL BELAJAR *) Oleh: Ali Muhson, M.Pd. **)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu permasalahan yang dihadapi Bangsa Indonesia sampai

BAB I PENDAHULUAN. norma-norma yang berlaku. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara etis,

2015 KOMPETENSI PED AGOGIK D AN KUALITAS MENGAJAR GURU SEKOLAH D ASAR D ITINJAU D ARI LATAR BELAKANG PEND ID IKAN GURU LULUSAN PGSD D AN NON-PGSD

URGENSI SATUAN ACARAPERKULIAHAN (SAP)DALAM PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembelajaran, antara lain adalah powerpoint dan internet. Kemajuan teknologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Perwujudan dari amanat Undang-Undang Dasar 1945

DESAIN DAN PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SAINTIFIK PROBLEM SOLVING TEORI SEMIKONDUKTOR

BAB I PENDAHULUAN. awal untuk meningkatkan sumber daya manusia. adalah satu bidang yang tidak mungkin bisa lepas dari kemajuan IPTEK, maka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepita Ferazona, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum merupakan hal penting dalam sistem pendidikan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

I. PENDAHULUAN. nasional di Indonesia. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20

PEMETAAN KOMPETENSI GURU BIMBINGAN KONSELING DI PROVINSI BENGKULU. Oleh: Rita Sinthia, Anni Suprapti dan Mona Ardina.

BAB I PENDAHULUAN. Pemberlakuan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemakmuran bagi suatu bangsa sangat berhubungan dengan mutu

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran dan pendidikan merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia merupakan perguruan tinggi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas mampu melahirkan sumber daya. manusia unggul yang dapat menjadi aktor penting di balik semua

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia memerlukan berbagai macam pengetahuan dan nilai. Terkait

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dera Fitria, 2014 Studi Relevansi Antara Program Studi Ketenagalistrikan Dengan Dunia Kerja

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Standar Kompetensi Guru Dalam Penilaian Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Secara historis, pendidikan dalam arti luas telah mulai dilaksanakan sejak

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk membentuk karakter dan kecakapan hidup. Nasional (UU No. 20/2003) Bab II Pasal 3, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. langsung terhadap perkembangan manusia, terutama perkembangan seluruh aspek

BAB I PENDAHULUAN. dan eksternal, seperti yang dikatakan Asep Mahfuds (2011:14), factor eksternal, guru

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Melalui pendidikan yang maju, maka perkembangan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pendidikan di Indonesia sudah semakin berkembang dari

KOMPETENSI PENDIDIK DALAM BIDANG PENILAIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berlakunya kurikulum 2013 dengan tujuan peningkatan pada pendidikan maupun kualitas pembelajaran yang diterapkan para pendidik di sekolah. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat mendasar dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan secara luas. Kualitas hasil belajar siswa banyak dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam mengajarkannya. Dengan kata lain untuk mendapatkan hasil belajar yang baik dan berkualitas diperlukan tenaga-tanaga guru yang professional. Keberagaman kompetensi guru-guru seni budaya SMP sacara umum disebabkan minimnya fasilitas, pengalaman, dan latar belakang pendidikan yang beragam menjadi kendala yang serius dalam pelaksanaan pembelajaran seni budaya di sekolah.sehubungan dengan hal tersebut, maka guru-guru Seni Budaya dibina untuk meningkatkan kualitas tenaga pendidik melalui kegiatan pelatihan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) mata pelajaran Seni Budaya.Melalui kegiatan pendidikan dan latihan ini diharapkan pemahaman dan penguasaan kurikulum yang berlaku semakin baik, dengan disertai kemampuan dan kemauan untuk membuat inovasi pembelajaran serta pengembangan profesi Guru yang mengarah pada tujuan pendidikan secara untuh. Sebanyak 102.053 sekolah di seluruh Indonesia dari semua jenjang pendidikan menjadi sasaran dari penerapan kurikulum 2013. Namun untuk jenjang Sekolah Dasar (SD) hanya 30 persen sekolah dari seluruh SD di Indonesia yang dijadikan tempat pemberlakuan kurikulum 2013 tahap pertama. Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Musliar Kasim (2013) mengatakan bahwa kriteria penetapan sekolah dilihat berdasarkan dari wilayah provinsi dan kabupaten/kota, jenis sekolah negeri dan swasta, ketersediaan guru dan sarana prasarana, serta status akreditasi. "Jadi memang tidak ada piloting. Semua kabupaten/kota harus melaksanakan kurikulum 2013," kemudian beliau berkata

2 ketika Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan 2013 di Pusat Pengembangkan Tenaga Pendidikan, Depok, Selasa (12/2/2013). Berdasarkan data yang diperoleh dari Kemdikbud, jumlah SD yang menerapkan kurikulum 2013 sebanyak 44.609 sekolah. Kemudian pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 36.434 sekolah dengan jumlah siswa kelas VII sebanyak 3.250.717. Adapun pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 11.535 sekolah dengan jumlah siswa kelas X sebanyak 1.420.933. Sedangkan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebanyak 9.875 sekolah dengan jumlah siswa kelas X sebanyak 1.131.549. http://edukasi.kompas.com/read/2013/02/12/15255699/kurikulum.2013.mulai.dit erapkan.di.lebih.100.000.sekolah (12-05-2014) Pada kurikulum baru 2013 ini terdapat banyak perubahan dan perbedaan dengan kurikulum lama, yakni orientasi substansinya lebih ke pembelajaran berbasis siswa. Contohnya dulu siswa dalam aktifitas belajarnya diberi tahu sekarang siwa mencari tahu.penerapan kurikulum 2013 sesuai dengan standar kompetensi lulusan dan standar isi. Dasar perlunya perubahan kurikulum menurut Muhadi (Susilo, 2007, hlm. 10) bahwa: saat terjadi perkembangan dan perubahan dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara yang perlu segera dianggap dan dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum baru pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Di mana peraturan perundang-undangan yang baru telah membawa implikasi terhadap pengembangan kurikulum seperti pembaruan dan diversifikasi kurikulum. Kurikulum seni budaya di sekolah berbasis pada pengalaman interaksi, abstraksi, ekspresi, dan eksistensi yang bertujuan membentuk insan Indonesia yang beradab. Tujuan ini dapat tercapai apabila didasari pengetahuan yang berbudaya, artinya siswa memiliki kemampuan dalam menyajikan pengetahuan dengan bahasa yang jelas, logis, sistematis, dan estetis, disertai dengan tindakan yang mencerminkan anak beriman dan berakhlak mulia. Untuk mencapai kemampuan tersebut diperlukan keahlian guru dalam mengembangkan perangkat pembelajaran, yang salah satunya adalah penilaian, karena yang seringkali terjadi, penilaian pada pembelajaran seni budaya menggunakan paper and pencil test

3 yang berorientasi pada pengetahuan di tingkat mengingat, dan mengerti saja. Hal ini tentu tidak dapat membentuk insan yang beradab, karena alat ukur yang digunakan hanya pada tataran mengingat dan mengerti. Penilaian kinerja merupakan salah satu alternatif penilaian yang dapat mengukur dari berbagai jenis kemampuan, sehingga berpikir tingkat tinggi pada tataran menerapkan, menganailsis, dan mencipta dapat dicapai.namun demikian diperlukan guru yang dapat mengembangkan penilaian kinerja, agar mampu mengukur kemampuan siswa secara komprehensif, baik pengetahuan, sikap, serta keterampilan yang terintegrasi. Implementasi kurikulum 2013 diberikan untuk semua jenjang pendidikan, termasuk jenjang sekolah menengah pertama (SMP). Berimplikasi pada model penilaian pencapaian kompetensi peserta didik. Penilaian pencapaian kompetensi merupakan proses sistematis dalam mengumpulkan, menganalisis, dan menginterprestasi informasi untuk menentukan kompetensi peserta didik telah mencapai tujuan pembelajaran. Sesuai dengan peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 66 Tahun 2013 tentang standar penilaian pendidikan, penilaian pencapaian kompetensi pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan oleh pendidik, satuan pendidikan, pemerintah dan/atau lembaga mandiri. Penilaian pencapaian kompetensi oleh pendidik dilakukan untuk memantau proses, kemajuan, perkembangan pencapaian kompetensi peserta didik sesuai dengan potensi yang dimiliki dan kemampuan yang diharapkan secara berkesinambungan. Penilaian juga dapat memberikan umpan balik kepada pendidik agar dapat menyempurnakan perencanaan dan proses pembelajaran. Penilaian oleh pendidik merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, penyusunan alat penilaian, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukan pencapaian kompetensi peserta didik. Penilaian tersebut dilakukan melalui berbagai teknik/cara seperti penilaian unjuk kerja (performance), penilaian sikap, penilaian tertulis (paper and pencil test), tes penilaian proyek, penilaian produk, penilaian melalui kumpulan hasil kerja/karya

4 peserta didik (portofolio), dan penilaian diri. Penilaian tersebut merupakan sistem penilaian autentik atau asesmen autentik. Asesmen Autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan. Istilah asesmen merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliable. Penerapan asesmen autentik ini dilakukan oleh pengajar untuk mengetahui hasil prestasi belajar peserta didik. Hal ini berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati, mencoba, dan menilai prestasi luar sekolah. Dalam American Librabry Association asesmen autentik didefinisikan sebagai proses evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktifitas yang relevan dalam pembelajaran. Kata lain dari asesmen autentik adalah penilaian kinerja, portofolio, dan penilaian proyek. Asesmen autentik adakalanya disebut penilaian responsive, sesuai metode yang sangat popular untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik yang memiliki ciri-ciri khusus, mulai dari mereka yang mengalami kelainan tertentu, memiliki minat dan bakat khusus, hingga yang jenius. Asesmen autentik juga dapat diterapkan pada bidang ilmu tertentu seperti seni atau ilmu pengetahuan pada umumnya, dengan orientasi utamanya pada proses atau hasil pembelajaran. Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. Karena, penilaian semacam ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lainlain. Penilaian autentik dapat dibuat oleh guru sendiri, guru secara tim, atau guru bekerja sama dengan peserta didik. Dalam penilaian autentik, sering kali pelibatan siswa sangat penting. Asumsinya, peserta didik dapat melakukan aktivitas belajar lebih baik ketika mereka tahu bagaimana akan dinilai. Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi mereka sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman yang lebih tentang tujuan pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi. Pada penilaian autentik guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh dari luar sekolah.penilaian autentik mencoba menggabungkan kegiatan

5 guru mengajar, kegiatan siswa belajar, motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar. Karena penilaian itu merupakan bagian dari proses pembelajaran, guru dan peserta didik berbagai pemahaman tentang kriteria kinerja. penilaian autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek. Penilaian autentik harus mampu menggambarkan sikap, pengetahuan dan keterampilan yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya dalam hal apa yang mereka sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar dan sebagainya. Atas dasar itu guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remedial harus dilakukan. Pelaksanaan kurikulum 2013 secara serentak berlangsung tahun 2014 yang akan dievaluasi pada tahun 2015. Meskipun telah berjalan kurang lebih satu tahun, ternyata masih banyak kendala dalam memuluskan jalannya kurikulum 2013. Perbaikan mutu pendidik yang telah jauh dari usia ideal dan mendekati usiapensiun dirasakan sekalai oleh peserta didik dari daerah pedalaman, minimnya sarana dan prasarana yang ada memicu strata pengetahuan. Banyak kalangan masih kontra akan pelaksanaan kurikulum 2013 tidak lain akibat kedua faktor tersebut. Sebetulnya kurikulum 2013 yang berpusat pada siswa ini melatih siswa untuk mengkplorasi bakat yang dimilikinya. Lebih lanjut, implementasi kurikulum 2013 tidak hanya fokus pada kemampuan pengetahuan yang dimiliki individu melaikan merangkul aspek pengetahuan, sosial dan keterampilan sebagai hasil lulusan yang hendak dicapai. Kurikulum 2013 tidak hanya menekankan pada pelaksanaan proses belajar, standar isi, proses penilaian, serta kompetesi lulusan semata. Pelaksanaan kurikulum 2013 menuntut calon pendidik memenuhi kompetensi yang telah disyaratkan apabila menjadi seorang pendidik, adapaun cangkupan kompetensi tersebut meliputi empat (4) kompetensi yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional (UU No 14 Tahun 2005: Permendiknas No 16 Tahun

6 2007). Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Keempat kompeten tersebut mampu mencetak pendidik yang bermutu. Implementasi kurikulum 2013 tidak hanya dipahami oleh pendidik yang telah lama berkecimpung di dalam dunia pendidikan saja, namun calon pendidik yang bermutu harus sejak dini tepatnya sejak adanya wacana sampai pelaksanaan kurikulum 2013 mendapatkan pelatihan dan sosialisasi agar pada saat terjun ke lapangan (PPL) tidak kaget menghadapi perubahan kurikulum yang berbeda seperti kurikulum 2006. Sebagai upaya pelaksanaan kurikulum 2013 maka dosen atau tutor menjadi kunci utama letak tingkat kemampuan memahami kurikulum 2013. Dikatakan demikian sebab sebelum kurikulum dinyatakan final mereka telah lebih dahulu dibekali pengetahuan terhadap isi kurikulum 2013. Walaupun kurikulum 2013 sudah mulai diimplementasikan di sekolahsekolah untuk tahun pelajaran 2013/2014, tetap para guru belum memahami secara keseluruhan dikarenakan belum disampaikan atau disosialisasikan secara merata.oleh karena itu mereka masih belum memahami secara keseluruhan, mereka masih meraba-raba (guru bidang studi belum bisa menafsirkan tentang penilaian autentik) dan mencoba sistem penilaian autentik tersebut.karena penilaian autentik tersebut lebih berkarakter. Untuk mengatasi semua kesulitan tersebut hendaknya kementrian pendidikan dan kebudayaan secara bertahap mengadakan sosialisasi mulai dari tingkat nasional hingga ke tingkat kabupaten atau kota. Supaya para guru dapat segera memahami dan melaksanakan kurikulum 2013. Sehingga dalam memberikan penilaian autentik tiap mata pelajaran sudah dapat dilaksanakan tanpa mendapatkan kesulitan-kesulitan. Untuk selanjutnya pensosialisasian

7 kurikulum 2013 di daerah biasanya dilanjutkan dalam kegiatan MGMP tingkat Kabupaten, di wilayah bahkan MGMP di tingkat sekolah masing-masing demi keseragaman, karena penilaian autentik dalam kurikulum 2013 lebih berkarakter sehingga banyak form penilaian yang harus dilaksanakan mulai dari penilaian social (spiritual), pengetahuan dan keterampilan Dari hal tersebut, penulis mengambil subjek penelitian pada pembelajaran seni budaya (seni tari) yang diterapkan di salah satu Sekolah Menengah Pertama yaitu di SMPN 1 Sukarame, Kabupaten Tasikmalaya yang sedang berjalan menggunakan sistem pembelajaran dengan menggunakan kurikulum 2013. Sekolah tersebut adalah salah satu dari lima sekolah pilihan di Kabupaten Tasikmalaya yang ditunjuk untuk uji coba menggunakan sistem pembelajaran dengan kurikulum 2013. Sudah tentu sebelum menerapkan sistem pembelajaran dengan menggunakan kurikulum 2013 ini guru-guru diberikan kepelatihan untuk dibina terlebih dahulu tentang tata cara pengimplementasian kurikulum tersebut ketika mengajar. Apabila kita melihat dari pembelajaran seni tari di SMPN 1 Sukarame, Kabupaten Tasikmalaya, sudah tentu kriteria penilaian autentik yang digunakan yaitu meliputi penilaian sikap, penilaian pengetahuan dan penilaian keterampilan. Akan tetapi dalam proses pembelajaran seni budaya (seni tari) lebih di titik beratkan pada penilain keterampilan, karena pembelajaran seni tari lebih cenderung praktik. Penilaian autentik dalam ranah sikap dilihat dari sikap spiritual dan sikap sosial, dalam penilaian pengetahuan dilihat dari pengetahuan tentang sejarah tari dan gerak tari, kemudian penilain keterampilan dilihat dari kemampuan siswa dalam mempraktekan gerak dasar tari dan kemampuan siswa dalam menyusun gerak-gerak tari. Maka peneliti bermaksud melakukan study pada suatu sekolah yang telah ditunjuk untuk mengimplementasikan kurikulum 2013. Secara khusus peneliti bermaksud mencari data bagaimana penilaian autentik pada proses pembelajaran seni tari yang dilaksanakan di sekolah menengah pertama.

8 Maka diangkatlah sebuah judul penelitian sebagai berikut Penilaian Autentik Pada Mata Pelajaran Seni Tari Dalam Implementasi Kurikulum 2013 Untuk Siswa Kelas VII di SMP Negeri I Sukarame Kabupaten Tasikmalaya. B. Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan Latar Belakang yang dikemukakan diatas, maka identifikasi masalahnya yaitu : 1. Minimnya pemahaman guru dalam penilaian autentik 2. Pentingnya sosialisasi dan pemahaman guru dalam pengimplementasian kurikulum 2013 3. Proses berjalannya penilaian autentik pada pembelajaran Seni Budaya (Seni Tari) dalam implementasi kurikulum 2013 untuk siswa kelas VII di SMPN 1 Sukarame Kabupaten Tasikmalaya C. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan penelitian ke dalam bentuk pertanyaan seperti berikut 1. Bagaimana konsep penilaian autentik pada proses pembelajaran Seni Tari di SMPN 1 Sukarame Kabupaten Tasikmalaya? 2. Bagaimana penilaian autentik pada implementasi kurikulum 2013 pada proses pembelajaran Seni Tari di SMPN I Sukarame Kabupaten Tasikmalaya? 3. Apakah faktor-faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan penilaian autentik pada proses pembelajaran Seni Tari di SMPN I Sukarame Kabupaten Tasikmalaya? 4. Bagaimana produk penilaian autentik pada pembelajaran Seni Tari di SMPN I Sukarame Kabupaten Tasikmalaya?

9 D. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, yang dipaparkan berikut : 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperkenalkan sistem penilaian autentik kepada pembaca sebagai salah satu bentuk sistem penilaian yang ada dalam implementasi kurikulum 2013. 2. Tujuan Khusus Tujuan dari penelitian ini yaitu : 1. Untuk mengetahui konsep penilaian autentik pada proses pembelajaran Seni Tari di SMPN 1 Sukarame Kabupaten Tasikmalaya 2. Untuk mengetahui penilaian autentik pada implementasi kurikulum 2013 pada proses pembelajaran Seni Tari di SMPN I Sukarame Kabupaten Tasikmalaya 3. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan penilaian autentik pada proses pembelajaran Seni Tari di SMPN I Sukarame Kabupaten Tasikmalaya 4. Untuk mengetahui produk penilaian autentik pada pembelajaran Seni Tari di SMPN I Sukarame Kabupaten Tasikmalaya E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Siswa Siswa akan lebih mengerti tentang sistem pembelajaran dengan menggunakan kurikulum 2013, khususnya dalam penilaian autentik. Kemudian siswa akan lebih terpacu untuk lebih baik dalam proses belajar mengajar di kelas. 2. Guru Guru dapat melakukan perbaikan dalam penyelenggaraan proses pembelajaran dengan sistem penilaian autentik pada implementasi kurikulum

10 2013 dan tetap konsisten pada pemenuhan kebutuhan siswa sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk kegiatan belajar mengajar pendidikan seni tari di sekolah/lembaga lain. 3. Sekolah/Lembaga Bagi sekolah/lembaga dengan adanya penelitian ini, tentang Penilaian autentik dalam implementasi kurikulum 2013 pada mata pelajaran seni tari untuk siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Sukarame, Kabupaten Tasikmalaya memberikan informasi dan kontribusi kepada sekolah atau lembaga pendidikan untuk mengembangkan sistem penilaian autentik tersebut. 4. Peneliti Dengan adanya penelitian ini, dapat memberikan wawasan yang luas serta beberapa pengalaman terutama pengalaman melakukan penelitian mengenai Penilaian Autentik dalam Implementasi Kurikulum 2013 pada Mata Pelajaran Seni Tari untuk Siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Sukarame, Kabupaten Tasikmalaya. F. Struktur Organisasi Penelitian Secara keseluruhan, sistematika penulisan dalam penelitian ini dijabarkan seperti berikut. Bab I berisi uraian tentang latar belakang masalah penelitian dimana peneliti mencoba memetakan pola pemikiran peneliti terhadap prmasalahan, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta organisasi penelitian. Bab II, pada bab ini peneliti menguraikan indikator-indikator yang tedapat pada permasalahan dengan berlandaskan pada teori-teori dan pendapat para akhli yang relevan dengan fokus penelitian, seperti Implementasi Kurikulum 2013, Pembelajaran seni Tari, Penilaian Autentik dalam Implementasi Kurikulum 2013, Teknik Penilaian Autentik, dan Penilaian Autentik pada Mata Pelajaran Seni Tari

11 Bab III, berisi paparan tentang prosedur penelitian yang memuat metode penelitian, lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik pengolahan dan analisis data, definisi operasional, serta langkah-langkah penelitian dari mulai persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian sampai pada penulisan laporan penelitian Bab IV berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan, dengan mem aparkan hasil penelitian yang terdiri dari konsep penilaian autentik penilaian autentik pada implementasi kurikulum 2013, faktor-faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan penilaian autentik, produk penilaian autentik pada pembelajaran Seni Tari. Bab V, berisi tentang kesimpulah hasil penelitian dan rekomendasi bagi pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan penelitian. Bagian akhir dilengkapi dengan daftar pustaka, lampiran-lampiran, serta riwayat hidup peneliti.