BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pembelajaran terdiri dari dua hal yang salah satunya saling berkaitan yaitu kegiatan belajar oleh pembelajar (Siswa) dan kegiatan mengajar oleh pengajar (Guru). Mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan pembelajaran. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan berubahnya prilaku sebagai akibat pengalaman (Dahar, 2002: 2). Pengertian ini mengandung makna bahwa guru dituntut untuk dapat berperan sebagai organisator kegiatan belajar siswa khususnya di sekolah dasar yang mampu memanfaatkan lingkungan, baik yang terdapat di dalam kelas maupun di luar kelas. Tugas pengajar sebagai pengelola proses belajar mengajar, ternyata tidak cukup jika hanya ditunjang oleh penguasaan materi saja, akan tetapi guru juga memiliki strategi dalam mengelola pembelajaran. Strategi pembelajaran merupakan komponen penting dalam sistem pembelajaran. Strategi pembelajaran yang dimaksud terkait dengan bagaimana materi disiapkan, metode apa yang terbaik untuk menyampaikan materi pembelajaran tersebut, dan bagaimana bentuk evaluasi yang tepat digunakan untuk mendapatkan umpan balik pembelajaran (Darmansyah, 2010: 17). Strategi pembelajaran merupakan cara pengorganisasian isi pembelajaran, penyampaian pembelajaran dan pengelolaan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan sumber belajar yang dapat dilakukan guru untuk mendukung terciptanya efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran. Kemampuan guru dalam 1
2 merancang dan menetapkan strategi pembelajaran yang tepat sasaran merupakan sikap professional sebagai pendidik. Guru yang memiliki sikap professional sebagai pendidik akan selalu dirindukan oleh siswanya (Darmansyah, 2010: 19). Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal yaitu: (a) mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan, (b) memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat, (c) memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya, (d) menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar (Djamarah, 2002: 6). Kegiatan guru dalam proses pembelajaran tidak hanya mengacu pada strategi guru dalam proses belajar mengajar saja akan tetapi guru harus memperhatikan komunikasi guru dengan siswa. Pada hakikatnya dalam proses pembelajaran secara tidak sengaja guru melaksanakan komunikasi dengan siswa. Komunikasi ini bertujuan agar guru lebih mudah untuk menyampaikan informasi yang akan disampaikan kepada siswa. Di antara tiga faktor yang berperan dalam menciptakan pembelajaran yang baik, interaksi antara guru dan siswa merupakan yang paling utama (Darmansyah, 2010: 50). Informasi yang dikomunikasikan adalah berupa bahan ajaran. Bahan ajar ini merupakan unsur inti yang ada dalam kegiatan belajar mengajar, karena hal itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh siswa (Djamarah, 2002: 43). Komunikasi baru dikatakan berhasil bila terdapat
3 kesamaan pengertian terhadap informasi (pesan) yang diberikan oleh guru terhadap siswa. Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud, melahirkan perasaan dan memungkinkan menciptakan kerja sama dengan sesama, mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan ke masa depan. Proses penyampaian informasi yang dilakukan oleh guru ini tidak hanya menggunakan Bahasa Indonesia dalam penyampaiaannya saat proses belajar mengajar, bisa saja seorang guru juga menggunakan bahasa sehari-hari yang digunakan siswa di lingkungan tempat tinggalnya. Artinya guru juga menggunakan bahasa ibu atau strategi verbal dalam proses belajar mengajar. Ketepatan pemilihan strategi yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran terutama pada kurikulum 2013 yang pembelajarannya berdasarkan tema atau tematik integratif. Tujuan yang akan dicapai dalam kurikulum 2013 sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab dapat tercapai (Permendikbud, 2013: 1). Pendidikan berupaya untuk menanamkan nilai-nilai, norma sosial dan aturan-aturan sosial yang harus ditaati oleh setiap siswa. Pendidikan diharapkan dapat mengembangkan sikap dan prilaku beradab bagi setiap siswa, sehingga ketika mereka lulus sekolah dan hidup sebagai warga negara yang dapat menyesuaikan diri dengan baik dalam kehidupan sosial di masyarakat. Nilai-nilai prilaku yang jahat, seperti pencurian, kecurangan, pemberontakan atau kriminalitas, plagiarisme, dan sebagainya, seharusnya dihilangkan dan tidak
4 dilakukan dalam situasi apa pun baik di sekolah maupun di luar sekolah. Pemerintah sudah berupaya untuk menciptakan proses pendidikan yang lebih kearah pendidikan karakter dengan melakukan pembaharuan kurikulum. Kurikulum sebelumnya yaitu KTSP diganti dengan kurikulum yang baru yaitu kurikulum 2013. Pada kurikulum KTSP terdapat SK dan KD pada standar isinya, sedangkan pada kurikulum 2013 ini terdapat KI dan KD. Kurikulum 2013 cenderung menekankan pada tingkat keseimbangan tiga domain pendidikan. Apabila pada kurikulum sebelumnya domain kognitif menempati urutan wahid, maka pada kurikulum 2013 ini cenderung menyeimbangkannya dengan penekanan lebih pada aspek skill dan karakter psikomotor dan afektif (Sariyono, 2013: 6). Memang seharusnya pendidikan tidak hanya menekankan pada peningkatan kualitas kemampuan kognitif peserta didik saja, akan tetapi pendidikan juga berupaya untuk mencapai pengembangan kepribadian yang berakhlak mulia. Setiap peserta didik bukan hanya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, akan tetapi didorong untuk membiasakan sikap, prilaku, tindakan dan perbuatan-perbuatan yang terpuji. Setiap hari, seyogyanya setiap peserta didik (siswa) memperlihatkan prilaku yang positif, jujur, rendah hati, adil, sopan santun, beserta menghindari hal-hal yang tercela dalam masyarakat pendidikan maupun masyarakat luas. Artinya, melalui proses pendidikan, nantinya dapat dihasilkan sebuah karakter yang baik. Dalam pengertian tersebut, pendidikan tidak hanya dimaknai sebagai transfer pengetahuan, tetapi pendidikan juga harus menanamkan nilai karakter pada diri siswa agar mampu bersikap dan bertingkah laku baik dalam kegiatan sosial mereka (Fadillah, 2013: 16).
5 Penelitian tentang strategi guru ini membahas tentang bagaimana guru di SDN Lowokwaru 3 Kota Malang memilih strategi pembelajaran yang sesuai dalam menanamkan karakter kepada siswa. Strategi guru ini mencakup bagaimana strategi berkomunikasi (verbal) pada saat pembelajaran dan juga strategi pembelajaran yang digunakan guru kelas 4 di SDN Lowokwaru 3 Kota Malang. Pemilihan strategi guru sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar terutama di SDN Lowokwaru 3 Kota Malang. Jika guru kurang tepat dalam pemilihan strategi maka pembelajaran kurang berjalan dengan baik. Begitu pula sebaliknya jika strategi yang dipilih oleh guru dalam pembelajaran tepat maka pembelajaran akan berjalan dengan baik dan pesan yang disampaikan akan tersampaikan dengan baik. Konsep yang relevan untuk membentuk karakter anak didik adalah Ing Ngarso Sun Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handhayani. Artinya, pada jenjang SD ini anak lebih membutuhkan teladan daripada kepandaian. Adapun dengan kata lain, pendidikan pada jenjang ini lebih menekankan pada pemberian contoh secara tepat (Suyadi, 2013: 16). Pada hakikatnya belajar tidak hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran, tetapi dimaknai juga sebagai proses pembentukan karakter. Strategi pembelajaran yang menjadi sorotan dekade terakhir adalah bagaimana guru dapat merancang strategi agar siswa dapat menikmati pembelajaran dengan menyenangkan. Dalam hal ini guru harus mampu merancang strategi yang tepat dalam proses belajar mengajar. Dalam konteks strategi bermuatan karakter ini, strategi yang digunakan guru harus mampu menanamkan nilai-nilai karakter hingga ke urat nadi peserta didik dan mendarah daging, sehingga ilmu pengetahuan yang diperoleh dibangku sekolah
6 menjadi karekter yang baik bagi dirinya (Suyadi, 2013: 19). Jika seorang guru tepat dalam memilih strategi dalam pembelajaran, maka pesan pengetahuan atau penanaman karakter pada anak didik dapat tersampaikan dengan baik, sehingga ruang kelas dapat menjadi rumah bagi siswa untuk belajar, mengakui dan mendukung orang lain, tempat mereka mengalami kegembiraan dan kepuasan, memberi dan menerima, bertingkahlaku baik, tumbuh dan berkembang. Siswa yang bersekolah di SDN Lowokwaru 3 Kota Malang ini umumnya anak-anak yang tinggal di daerah perumahan. Masyarakat di daerah tersebut umumnya bermata pencaharian sebagai pengusaha, guru, dan wiraswasta. Berdasarkan hasil observasi penelitian, pembelajaran di SDN Lowokwaru 3 Kota Malang sudah menggunakan kurikulum yang baru yaitu kurikulum 2013. Akan tetapi, masih sering terlihat peserta didik yang berprilaku tidak sesuai dengan karakter yang tetapkan oleh pemerintah dalam kurikulum 2013. Hal tersebut dapat dilihat dari prilaku siswa setiap harinya yang tidak mencerminkan karakter baik misalnya mengacungkan tangan dengan menggunakan tangan kiri ketika ingin menjawab pertanyaan yang diberikan guru, tetapi guru tidak menegurnya, adanya perkelahian antara siswa dalam lingkungan sekolah dan adanya gaya berbicara siswa yang kurang sopan jika berbicara dengan siswa lain. Kenyataan prilaku siswa dalam kebiasaan sehari-hari tersebut tidak sejalan dengan konteks strategi bermuatan karakter di atas yang memuat bahwa strategi yang digunakan guru harus mampu menanamkan nilai-nilai karakter hingga ke urat nadi peserta didik dan mendarah daging, sehingga ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku sekolah menjadi karekter yang baik bagi dirinya dan peserta didik akan mengintegrasikan nilai-nilai karakter seperti berbakti kepada orang tua,
7 jujur, religius, sopan santun dan sebagainya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti masalah tersebut dengan mengambil judul Analisis Strategi Guru dalam Menanamkan Nilai Pendidikan Karakter pada Siswa Kelas IV di SDN Lowokwaru 3 Malang Berdasarkan Kurikulum 2013. 1.2 Rumusan Masalah Dalam penelitian ini peneliti merumuskan beberapa masalah yang akan dibahas. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. a. Bagaimana strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam menanamkan nilai karakter kepada siswa kelas IV di SDN Lowokwaru 3 Malang berdasarkan kurikulum 2013? b. Bagaimana strategi verbal yang dilakukan oleh guru dalam menanamkan nilai karakter kepada siswa kelas IV di SDN Lowokwaru 3 Malang berdasarkan kurikulum 2013? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang dituliskan di atas maka tujuan penelitian pada penelitian ini yaitu sebagai berikut. a. Mendeskripsikan strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam menanamkan nilai karakter kepada siswa kelas IV di SDN Lowokwaru 3 Malang berdasarkan kurikulum 2013.
8 b. Mendeskripsikan strategi verbal yang dilakukan oleh guru dalam menanamkan nilai karakter kepada siswa kelas IV di SDN Lowokwaru 3 Malang berdasarkan kurikulum 2013. 1.4 Manfaat Penelitian ini dapat memberikan dua manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat teoritis dan praktis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. a. Manfaat Teoritis Penelitian ini memiliki manfaat teoritis. Manfaat teoritis dalam penelitian ini yaitu dapat memperkaya wawasan ilmu tentang strategi guru dalam menanamkan karakter pada siswa pada saat pembelajaran. b. Manfaat Praktis Dalam penelitian ini peneliti memiliki manfaat praktis. Manfaat praktis bagi guru dalam penelitian ini yaitu mengetahui deskripsi penggunaan strategi guru dalam menanamkan nilai karakter pada siswa dalam pembelajaran di sekolah dasar yang menggunakan kurikulum 2013. Manfaat bagi sekolah dan guru yang bersangkutan yaitu sebagai gambaran acuan perbaikan strategi yang digunakan guru dalam menanamkan nilai karakter pada siswa pada pembelajaran di sekolah dasar yang menggunakan kurikulum 2013. 1.5 Batasan Penelitian Mengingat luasnya cakupan penelitian yang akan dilakukan, peneliti membatasi ruang lingkup penelitian Analisis Strategi Guru dalam Menanamkan Nilai Pendidikan Karakter pada Siswa Kelas IV di SDN Lowokwaru 3 Malang
9 Berdasarkan Kurikulum 2013. Penelitian ini dilakukan pada semester genap di SDN Lowokwaru 3 Malang tahun ajaran 2013/2014. Proses pembelajaran yang diteliti adalah pembelajaran di kelas IV tema 9 yaitu makanan sehat dan bergizi. Peneliti tidak meneliti semua pembelajaran tema 9, tetapi peneliti mengambil salah satu subtema pada tema 9. Subtema yang diambil peneliti sesuai dengan pembelajaran yang dilakukan di SDN Lowokwaru 3 pada saat penelitian. 1.6 Definisi Istilah Adapun untuk menghindari adanya kesalahpahaman dalam pendefinisian istilah, dijelaskan definisi operasional yang dapat membantu kesamaan pemahaman pembaca dalam membaca hasil penelitian ini. Definisi istilah pada penelitian ini yaitu sebagai berikut. a) Strategi pembelajaran adalah cara pandang, pola berfikir, dan arah berbuat yang diambil guru dalam pembelajaran yang memungkinkan efektifnya pembelajaran (Darmansyah, 2010: 20). b) Strategi verbal guru ini dilihat dari segi tindak tutur guru dalam proses pembelajaran. Interaksi yang berlangsung dalam sebuah pembelajaran di sekolah juga termasuk dalam peristiwa tutur. Peristiwa tutur adalah terjadinya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak yaitu penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu (Abdul Chaer, 2010: 47). c) Dalam konteks strategi bermuatan karakter ini, strategi yang digunakan guru harus mampu menanamkan nilai-nilai karakter hingga ke urat nadi peserta
10 didik dan mendarah daging, sehingga ilmu pengetahuan yang diperoleh dibangku sekolah menjadi karekter yang baik bagi dirinya (Suyadi, 2013 : 19). d) Pendidikan karakter ialah suatu proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuh-kembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam prilaku kehidupan orang itu (Fadillah, 2013: 23). e) Nilai-nilai pendidikan karakter menurut Kemendiknas yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab (Suyadi, 2013: 8). f) Kurikulum 2013 ini diarahkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, ketepatan, dan keberhasilan dengan penuh tanggung jawab (Mulyasa, 2013: 60).