BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teh merupakan salah satu minuman yang sangat populer di dunia. Tanaman teh berasal dari keluarga Camellia yang terdapat di China, Tibet, dan India bagian utara. China merupakan negara penghasil teh terbesar di dunia, dengan hasil produksi teh 934.857 ton (28,7%). India berada pada urutan kedua yang menyuplai 28,5% dari total produksi dunia. Sri Lanka, Indonesia, Turki, dan Vietnam juga merupakan produsen utama teh. Tanaman teh diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1686 oleh Belanda. Indonesia memiliki banyak perkebunan teh yang tersebar (Rossi, 2010). Khasiat yang terkandung dalam daun teh telah diketahui sejak berabad-abad yang lalu yang berasal dari kandungan kimia dalam daun teh sendiri. Bahan kimianya terdiri dari empat kelompok yaitu substansi fenol (catechin dan flavonol), substansi bukan fenol (pectin, resin, vitamin, dan mineral), substansi aromatik, dan enzim-enzim (Setyamidjaja, 2000). Hasil penelitian selama 20 tahun terakhir ini menunjukkan senyawa polifenol yang terdapat dalam teh tersebut memiliki sifat antihipertensif (menurunkan tekanan darah), antioksidatif, antiarteriosklerosis (menurunkan risiko PJK), antikarsinogenik (anti kanker terutama kanker lambung, esofagus dan kulit), dan hipokolesterolemik (menurunkan kolestrol). Khasiat ini diyakini terutama berdasarkan sifat antioksidan dari senyawa polifenol. Secara umum sifat 1
2 polifenol ialah meredam radikal bebas dengan berbagai mekanisme seperti menetralkan radikal bebas, bersifat antioksidatif, meningkatkan aktivitas enzim detoksifikasi, serta membentuk kelat dengan prooksidan logam besi dan tembaga (Silalahi, 2006). Minuman teh dibuat dari pucuk muda yang telah mengalami proses pengolahan tertentu. Pengolahan daun teh dimaksudkan untuk mengubah komposisi kimia daun teh segar secara terkendali, sehingga menjadi hasil olahan yang dapat memunculkan sifat yang diinginkan pada air seduhannya seperti warna, rasa, dan aroma yang baik dan disukai (Setyamidjaja, 2000). Berdasarkan cara pengolahannya, teh dibagi menjadi dalam 3 kelompok yaitu teh hijau yang tidak mengalami proses fermentasi, teh oolong yang mengalami setengah fermentasi, dan teh hitam yang pengolahannya difermentasi secara penuh (Hartoyo, 2003). Teh hitam merupakan jenis teh yang paling banyak diproduksi dan dikonsumsi di dunia, terhitung 76-78% produksi teh (Shitandi et al, 2013). Indonesia merupakan negara pengekspor teh hitam ke-5 terbesar di dunia (Towaha, 2012). Lebih dari 90% penduduk Amerika Serikat mengkonsumi teh hitam. Oleh karena teh hitam dibuat dengan cara oksidasi atau fermentasi sempurna, daunnya berwarna cokelat gelap dan hasil seduhannya berwarna cokelat kemerahan sampai cokelat pekat. Proses oksidasi juga mengurangi rasa pahit daun teh segar dan menimbulkan efek kental pada seduhannya (Somantri, 2011). Diduga, metode pengolahan teh menyebabkan bervariasinya kadar antioksidan yang terkandung. Teh hijau
3 secara umum memiliki jenis antioksidan lebih banyak dibandingkan dengan teh hitam, tetapi kadar antioksidan yang dimiliki teh hitam lebih tinggi (Winarsi, 2007). Zat antioksidan yang terkandung dalam teh hitam antara lain catechin, flavonol, theaflavin, dan thearubigin (Hartoyo, 2003). Etanol adalah senyawa kimia (C2H5OH) berupa cairan yang mudah menguap, tidak berwarna, jernih, dan memiliki bau khas. Etanol merupakan salah satu jenis alkohol yang sudah lama digunakan sebagai obat dan sering digunakan dalam minuman keras. Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian RI nomor 71 tahun 2012, minuman alkohol diklasifikasi berdasarkan kandungan etanol di dalamnya sebagai berikut, golongan A (etanol 1-5%), golongan B (etanol 5-20%), serta golongan C (etanol 20-55%). Prevalensi konsumsi alkohol nasional adalah 4,6%, pada laki-laki 8,8%, dan perempuan 0,5% (Depkes RI, 2008). Tahun 2014, WHO melaporkan 38,3% penduduk dunia diatas umur 15 tahun telah mengkonsumsi alkohol dalam 12 bulan terakhir. Angka konsumsi per kapita di seluruh dunia mencapai 6,2 liter dan terus meningkat. Proporsi konsumsi alkohol di Indonesia mencapai 0,6 liter per kapita. Prevalensi yang tinggi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti meningkatnya status sosial ekonomi penduduk maupun adanya budaya minum alkohol. Di Indonesia masih banyak dijumpai minuman beralkohol tradisional seperti tuak, arak, sopi, badeg, dan lainnya yang dikonsumsi masyarakat dengan alasan tradisi atau adat. Adanya minuman alkohol di setiap perayaan pesta adat disebabkan karena tradisi yang lahir
4 dari para leluhur masyarakat di suatu daerah dan sebagian masyarakat yang menyatakan minuman beralkohol dianggap sebagai minuman kehormatan dimana mereka menjunjung tinggi nilai kearifan lokal yang harus tetap dijaga (Jannah et al, 2015). Konsumsi alkohol jangka pendek menimbulkan keracunan, sedangkan dalam jumlah banyak dan jangka panjang mengakibatkan kerusakan hati, gangguan neurologis, gangguan kardiovaskuler, gangguan jiwa, dan kanker (CDC, 2014). Hati merupakan organ utama tempat metabolisme etanol tersebut (Gilman et al, 2007). Metabolisme etanol dalam sel hepar menyebabkan peningkatan produksi radikal bebas dengan berbagai mekanisme sehingga terjadi stres oksidatif yang akan merusak jaringan hati (Maher, 1997). Konsumsi etanol jangka panjang menyebabkan penyakit hati alkoholik yaitu perlemakan hati, hepatitis alkoholik hingga sirosis hati (Robbins et al, 2007). Sirosis hati merupakan urutan ketujuh penyebab kematian di dunia (Sutadi, 2003). Di negara maju, sirosis hati penyebab kematian terbesar ketiga (setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker) usia 45-46 tahun. Angka kejadian sirosis hati di Amerika ialah 360 per 100.000 penduduk dan menimbulkan 35.000 kematian pertahun. Walaupun belum ada data resmi nasional, laporan rumah sakit umum Indonesia menunjukkan prevalensi sirosis hati adalah 3,5% seluruh pasien yang dirawat di bangsal penyakit dalam atau 47,4% seluruh pasien penyakit hati yang dirawat di bangsal (Nurdjanah, 2009).
5 Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin mengetahui efek pemberian infusa teh hitam yang memiliki kandungan antioksidan terhadap perubahan gambaran histopatologi hepar tikus putih yang diberi etanol 20% secara kronis. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Dari latar belakang tersebut, dapat dibuat rumusan masalah berikut: sebagai 1. Apakah pemberian infusa teh hitam berefek pada perubahan gambaran histopatologi hepar tikus putih yang diberi etanol 20% kronis, sehingga gambaran morfologinya mendekati normal? 2. Apakah ada pengaruh perbedaan dosis infusa teh hitam terhadap perubahan gambaran histopatologi hepar tikus putih yang diberi etanol 20% kronis? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan umum: Mengetahui efek pemberian infusa teh hitam (Camellia sinensis) terhadap perubahan gambaran histopatologi hepar tikus putih yang diberi etanol 20% kronis Tujuan Khusus: Mengetahui pengaruh pemberian perbedaan variasi dosis infusa teh hitam terhadap perubahan gambaran histopatologi hepar tikus putih yang diberi etanol 20% kronis
6 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Proses Penelitian a. Manfaat Kognitif 1. Memperdalam dan mengembangkan pengetahuan tentang tanaman tradisional Indonesia yang memiliki efek farmakologis bagi tubuh yaitu tanaman teh hitam (Camellia sinensis) 2. Mengembangkan pengetahuan mengenai kandungan dan dampak etanol yang dikonsumsi secara kronis 3. Memperdalam pengetahuan tentang histologi maupun histopatologi sel hepar yang diinduksi etanol sebagai radikal bebas b. Manfaat Afektif 1. Mengembangkan keterampilan berkomunikasi dan sikap menghormati dengan profesi disiplin ilmu lain seperti dokter spesialis, dokter hewan, ahli farmasi dan petugas laboratorium 2. Mengembangkan sikap menghargai terhadap hewan percobaan dengan memperlakukan hewan percobaan sesuai etika biomedis yang berlaku c. Manfaat Psikomotor 1. Menambah keterampilan dalam melakukan penelitian eksperimental 2. Menambah kemampuan menganalisa konsep ilmu dan masukan dari pembimbing ke dalam karya tulis
7 1.4.2 Manfaat Hasil Penelitian a. Hasil penelitian dapat memberi informasi kepada masyarakat mengenai dampak negatif penggunaan etanol b. Hasil penelitian dapat memberi informasi kepada masyarakat maupun referensi mengenai dampak positif konsumsi teh hitam (Camellia sinensis) 1.5 Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Beberapa Penelitian tentang Teh Hitam dan Etanol No Nama Judul Variabel yang diteliti Desain Hasil 1 Nurbani, Pengaruh Efek proteksi Post test Likopen dosis R., Likopen likopen dalam only sedang dan tinggi publikasi, Terhadap melindungi controlled dapat 2006 Kerusakan kerusakan hati group mengembalikan Hati Tikus akibat alkohol design fungsi hati setara Akibat kronik dengan kelompok Alkohol kontrol, namun likopen dosis kecil belum dapat mengembalikan fungsi hati setara kelompok kontrol 2 Dian, M., Pengaruh Efek Post test Dosis teh hitam publikasi, Pemberian Teh pemberian only yang paling besar 2010 Hitam variasi dosis controlled memberikan (Camellia teh hitam group derajat kerusakan sinensis) terhadap design gambaran Terhadap gambaran histopatologi Gambaran histopatologis hepar mencit Histopatologis hepar mencit Bal/b yang lebih Hepar Mencit Balb/c rendah Balb/c
8 1.6 Perbedaan Penelitian Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah : 1. Pada penelitian pertama terdapat perbedaan variabel bebas yang diteliti. Variabel bebas penelitian sebelumnya ialah likopen sedangkan pada penelitian ini digunakan teh hitam. Kemudian, pada penelitian pertama dilakukan pengukuran fungsi hati dengan mengukur kadar MDA, GSH, GPT hati dan plasma dan pemeriksaan histopatologis hati, berbeda dengan penelitian penulis yang mengukur hanya menggunakan pemeriksaan histopatologis. 2. Pada penelitian kedua terdapat perbedaan pemberian zat toksik dimana pada penelitian kedua tidak diberikan zat toksik yang hanya melihat efek variasi dosis teh hitam terhadap gambaran histopatologis hepar, sedangkan penelitian penulis ini dilakukan pemberian zat toksik dengan etanol kronis. Perbedaan yang lainnya ialah hewan coba yang digunakan. Pada penelitian tersebut digunakan mencit, sedangkan penelitian penulis menggunakan tikus putih (Sprague dawley).