BAB I PENDAHULUAN. modal baik dalam bentuk ekuitas maupun hutang jangka panjang (Martelana dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II DESKRIPSI INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN. Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Tanpa

Gambar 1.1 Logo Bursa Efek Indonesia Sumber: (21 Maret 2016)

CAR, NPL YANG MEMPENGARUHI TERHADAP HARGA SAHAM DENGAN LABA BERSIH SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA PERBANKAN DI BEI

BAB I PENDAHULUAN. muncul berkaitan dengan efisiensi informasi. Hal ini dapat terjadi karena pasar

BAB I PENDAHULUAN. dan berarti perusahaan telah melakukan financial leverage. Semakin besar utang

BAB 1 PENDAHULUAN. pendanaan bagi perusahaan-perusahaan untuk dapat meningkatkan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB II DESKRIPSI BURSA EFEK INDONEASIA

I. PENDAHULUAN. Investasi di pasar modal merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh oleh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. upaya mengembangkan pemodalan yang besar dan solit untuk menciptakan

BAB 1 PENDAHULAN. Menurut Bursa Efek Indonesia (BEI), pasar modal (capital market)

BAB I PENDAHULUAN. tercatat sahamnya oleh BEI yaitu, industri real estate and property. Investasi

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. Kegiatan jual beli saham dan obligasi dimulai pada abad-19. Menurut

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan surat berharga merupakan cara untuk menarik dana. masyarakat, dalam hal ini investor untuk mengembangkan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB V PENUTUP. on Asset, Return On Equity, Earning Per Share, Price Earning Ratio, dan Net

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pelaporan keuangan merupakan sarana yang digunakan perusahaan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. waktu lama dengan dengan harapan mendapat keuntungan dimasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang dilakukan dalam saham atau beberapa kelompok saham melalui suatu

BAB IV GAMBARAN UMUM. tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Kata return berasal dari bahasa Inggris yang berarti keuntungan, laba,

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan investasi di pasar modal juga semakin kuat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai pedoman agar dapat digunakan didalam penelitian ini. Sebagai berikut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB 1 PENDAHULUAN. diawali oleh perubahan sistem ekonomi komunis ke sistem ekonomi pasar.

BAB I PENDAHULUAN. maupun modal, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Telah melakukan penelitian yang berjudul Analisis Perbandingan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang membutuhkan dana. Transaksi yang dilakukan dapat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang sedang berkembang di berbagai bidang

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:111). investasi dalam bentuk saham. Saham (stock atau share) adalah tanda

BAB I PENDAHULUAN. satu cara dalam memudahkan perusahaan maupun investor untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha di Indonesia yang semakin ketat saat ini mendorong banyak

BAB I PENDAHULUAN. bersumber dari dalam negeri misalnya tabungan luar negeri, tabungan pemerintah,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mendorong peneliti untuk melakukan penelitian kembali:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Secara teoritis pasar modal (capital market) didefinisikan sebagai perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan. Meskipun saham memungkinkan para pemodal untuk. perubahan-perubahan yang terjadi. Baik pengaruh eksternal maupun

BAB III METODELOGI PENELITIAN. kesempatan investasi set dan aliran kas bebas terhadap dividend payout ratio serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan oleh pemegang saham adalah pendapatan berupa deviden (divident

BAB I PENDAHULUAN. (Tandelilin, 2010:31). Salah satu bidang investasi yang cukup menarik namun

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kegiatan ekspansi perusahaan, pengembangan perusahaan, penambahan

BAB I PENDAHULUAN. (investor) dengan orang yang membutuhkan modal. Pasar modal memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dapat memilih alternatif investasi pada berbagai sekuritas yang

BAB I PENDAHULUAN. (financial assets) dan investasi pada aset riil (real assets). Investasi pada aset-aset

BAB I PENDAHULUAN. tambahan modal kerja, ekspansi dan lain-lain dan sebagai tempat bagi investor

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia berkembang sangat pesat dari tahun ke tahun, hal tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Judul : Pengaruh Economic Value Added (EVA), Return On Equity (ROE) dan Dividend Payout Ratio

BAB I PENDAHULUAN. paling penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Investasi sendiri secara

BAB I PENDAHULUAN. investasinya tersebut akan mampu memberikan tingkat pengembalian (rate of return)

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

Bab I PENDAHULUAN. ekspansi dengan lingkup ekonomi global seiring perkembangan ekonomi dunia.

BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. industri, kondisi ekonomi, dapat memberikan gambaran yang lebih baik mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bersumber dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana ke berbagai sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Jakarta (BEJ) atau Jakarta Stock Exchange (JSX) adalah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui pembelian surat-surat berharga yang ditawarkan atau

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang gencar dalam. melakukan pembangunan disemua sektor, salah satunya pembangunan

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan dan struktur permodalan yang lemah dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari perusahaan go public semakin

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa mendatang. Para investor dapat membeli saham, obligasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal di Indonesia semakin maju dan berkembang. Hal ini ditandai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB I PENDAHULUAN. debt to equity ratio, rasio profitabilitas yaitu return on equity, earning per

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan tempat kegiatan perusahaan mencari dana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan sarana untuk melakukan investasi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. penjualan efek ini dilaksanakan berdasarkan satu lembaga resmi yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memiliki saham suatu perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia mengalami perkembangan yang pesat dari periode ke

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasar modal adalah pasar dengan berbagai instrumen keuangan jangka panjang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

I. PENDAHULUAN. Indeks kompas 100 merupakan suatu indeks saham yang terdiri dari 100 saham

BAB V PEMBAHASAN. bahwa EVA dan MVA secara simultan (bersama-sama) memiliki pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda perekonomian dunia telah memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya. Berikut beberapa penelitian terdahulu beserta persamaan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 6,23% sedikit turun dibandingkan pada tahun 2011 yaitu 6,5%. Meskipun

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995: Pasar Modal

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bursa Efek Indonesia telah menjadi penting dari berkembangnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam portofolio sering disebut dengan return. Return merupakan hasil yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mereka untuk mengetahui pergerakan saham yang terjadi berapapun besar

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi maka akan semakin meningkat pula upaya berbagai perusahaan untuk

Disusun oleh : ARUM DESMAWATI MURNI MUSSALAMAH B

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan cerminan kekuatan ekonomi suatu bangsa. Secara formal, pasar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi perekonomian yang sedang recovery ini masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan investasi jangka panjang suatu perusahaan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. adanya sumber-sumber yang dapat menghasilkan keuntungan. Untuk mengetahui

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal terdiri dari dua kata yaitu pasar dan modal. Pasar modal dapat didefinisikan sebagai tempat bertemunya permintaan dan penawaran terhadap modal baik dalam bentuk ekuitas maupun hutang jangka panjang (Martelana dan Melinda, 2011). Pasar modal menjadi sesuatu yang penting dan sangat berharga. Pernyataan ini menyimak globalisasi di dunia keuangan, di mana pasar modal adalah ujung yang paling awal tersentuh globalisasi ini dan membayangkan manfaat yang dapat dipetik dari bebasnya modal bergerak akibat globalisasi itu. Jika kita mengamati perkembangan pasar modal mempunyai peran yang sangat penting, baik dari sisi permintaan modal oleh perusahaan, yang biasanya disebut emiten, maupun sisi penawaran oleh pemilik modal, yaitu masyarakat yang biasa disebut investor (Sawidji Widoatmodjo, 2009). Secara formal pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, otoritas publik, maupun perusahaan swasta. Dengan demikian pasar modal merupakan konsep yang lebih sempit dari pasar keuangan (financial market). Dalam pasar keuangan, diperdagangkan semua bentuk hutang dan modal 1

2 sendiri, baik dana jangka pendek maupun jangka panjang, negotiable ataupun tidak. (Suad Husnan, 2009) Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefinisikan pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek. Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrument (http://www.idx.co.id/id-id). Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:

3 Tabel 1.1 Sejarah Perkembangan Pasar Modal Indonesia Des 1912 Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda 1914 1918 Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I 1925 1942 Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya Awal tahun Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan 1939 Surabaya ditutup 1942 1952 Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II 1956 Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif 1956 1977 Perdagangan di Bursa Efek vakum 10 Agustus 1977 Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara 1977 1987 Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal 1987 Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia 1988 1990 Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat 2 Juni 1988 Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer Desember 1988 Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal 16 Juni 1989 Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya 13 Juli 1992 Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ 22 Mei 1995 Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems) [10 November 1995] Pemerintah mengeluarkan Undang Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996 [1995] Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya [2000] Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia [2002] BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote

4 trading) [2007] Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) [02 Mar 2009] Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan Baru PT Bursa Efek Indonesia: JATS-NextG Sumber : http://www.idx.co.id/id-id/beranda/tentangbei/sejarah.aspx Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Krisis keuangan global tahun 2008 mengakibatkan kondisi pasar keuangan dunia menjadi terpuruk, termasuk pasar modal di Indonesia, Dimana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpuruk hingga level terendah. Puncaknya terjadi pada 8 Oktober 2008, IHSG terkoreksi sebesar 10,38% hingga menyentuh level 1.451,669. Pasar modal kemudian dibuka kembali pada 13 Oktober 2008 (http://www.idx.co.id/id-id).

5 Gambar 1.1 Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan 2009-2013 Sumber : http://www.datacon.co.id/pasarmodal1-2009.html Selain indeks harga saham gabungan saham di Bursa Efek Indonesia juga dapat diklasifikasikan ke dalam Sembilan sektor BEI yang didasarkan pada klasifikasi industri. Kesembilan sektor BEI tersebut yaitu : (1) Sektor Pertanian, (2) Sektor Pertambangan, (3) Sektor Industri Dasar dan Kimia, (4) Sektor Aneka Industri, (5) Sektor Industri Barang Konsumsi, (6) Sektor Properti dan Real Estate, (7) Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi, (8) Sektor Keuangan, dan (9) Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi. (http://www.idx.co.id) Kinerja keuangan yang baik dari sebuah perusahaan merupakan pertimbangan utama bagi investor. Semakin baik tingkat kinerja keuangan suatu perusahaan maka diharapkan harga saham meningkat dan akan memberikan keuntungan (return) saham bagi investor. Return saham adalah suatu tingkat pengembalian saham yang diharapkan atas investasi yang dilakukan dalam saham

6 atau beberapa kelompok saham melalui suatu portofolio. Return saham yang tinggi merupakan salah satu daya tarik bagi investor untuk menanamkan dananya di pasar modal. Dengan demikian kalau kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat maka harga saham juga meningkat. Semakin tinggi return atau keuntungan yang diperoleh, maka semakin baik posisi pemilik perusahaan. (Husnan, 2010) Tabel 1.2 Daftar Laba Bersih dan Perubahan Harga Saham Sumber : www.idx.co.id Dari tabel di atas menunjukan bahwa kenaikan laba tidak selalu diikuti dengan perubahan kenaikan harga saham, sebaliknya pada saat laba mengalami penurunan maka harga saham tidak selalu ikut mengalami penurunan. Menurut Fahmi dan Hadi (2011), return adalah keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan, individu dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukannya. Sedangkan menurut Hartono (2008), return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return saham merupakan suatu faktor yang mempengaruhi minat investor untuk melakukan suatu investasi dalam suatu perusahaan. Menurut Jogiyanto (2010) ada dua macam return yaitu deviden yield dan capital gain (loss). Capital gain (loss) merupakan selisih untung (rugi) dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu, yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi.

7 Rasio keuangan digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan dan kinerjanya. Crabb, 2003 (dalam Yeye Susilowati & Tri Turyanto, 2011) menyatakan : Fundamental analysis is an examination of corporate accounting reports to asses the value of company, that investor can use to analysze a company s stock prices. Informasi dari kondisi keuangan perusahaan sangat dibutuhkan oleh pihak eksternal yaitu para pemegang saham ataupun calon pemegang saham untuk dapat menganalisis apakah perusahaan tersebut akan memberikan return saham atau tidak. Menurut Syamsuddin (2007), para pemegang saham dan calon pemegang saham menaruh perhatian utama pada tingkat keuntungan, baik yang sekarang maupun kemungkinan tingkat keuntungan pada masa yang akan datang. Chen dan Shimerda (dalam Irham Fahmi, 2011) menyatakan bahwa rasio keuangan merupakan bagian penting dalam mengevaluasi kinerja dan kondisi keuangan dari suatu entitas. Sehingga rasio keuangan yang dianalisa adalah yang dianggap secara teoritis dan disesuaikan dengan bukti bukti empiris yang diperoleh dan dihubungkan dengan untuk apa rasio keuangan tersebut dipergunakan dan ditunjukkan. Menurut Hanafi dan Halim (2009) rasio keuangan terdiri dari beberapa jenis, yaitu: rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan rasio pasar. Risiko likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio solvabilitas merupakan rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Rasio profitabilitas merupakan rasio yang melihat kemampuan perusahaan

8 menghasilkan laba. Dan rasio pasar melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai buku perusahaan. Rasio-rasio tersebut bertujuan melihat prospek perusahaan di masa yang akan datang. Return On Equity (ROE) memberikan indikasi seberapa efisien suatu perusahaan dalam menggunakan modal mereka yang diinvestasikan untuk menghasilkan pendapatan. Semakin besar rasio, perusahaan lebih efisien dalam menggunakan modal mereka yang diinvestasikan (Arief Sugiono, 2009) Earning Per Share (EPS) adalah kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan yang diperoleh kepada pemegang sahamnya. Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan kepada pemegang saham, mencerminkan semakin besar keberhasilan usaha yang dilakukannya. Pada umumnya para pemegang saham atau calon pemegang saham sangat memperhatikan pertumbuhan earning per share. (Brigham dan Houston, 2010) Economy Value Added merupakan estimasi laba ekonomi usaha yang sebenarnya untuk tahun tertentu, dan sangat jauh berbeda dari laba bersih akuntansi, dimana laba akuntansi tidak dikurangi dengan biaya ekuitas, sementara dalam penghitungan Economy Value Added biaya ini akan dikeluarkan (Brigham & Houston, 2010). EVA berbeda dari ukuran akuntansi tradisional atas laba karena secara eksplisit tidak hanya mempertimbangkan biaya utang, tetapi juga biaya ekuitas. Brigham & Houston (2010).

9 No KODE Posisi ROE 2010 Tabel 1.3 Daftar ROE dan Perubahan Harga Saham 2010 Posisi ROE 2011 2011 Posisi ROE 2012 2012 Posisi ROE 2013 2013 1 TOTO 0.3071 1,695.00 0.2868 48,997.00 0.2627 7,893.16 0.2284 7,683.78 2 IGAR 0.1096 590.00 0.1255 590.00 0.1131 415.00 0.0873 310.00 3 SCCO 0.1418 2,275.00 0.2110 2,400.00 0.2591 5,000.00 0.1479 4,100.00 Tabel 1.4 Daftar EPS dan Perubahan Harga Saham Posisi EPS Posisi EPS Posisi EPS Posisi EPS No KODE 2010 2010 2011 2011 2012 2012 2013 2013 1 TOTO 195.56 1,695.00 220.10 48,997.00 238.09 7,893.16 238.71 7,683.78 2 IGAR 33.04 590.00 37.52 590.00 28.16 415.00 20.29 310.00 3 SCCO 294.97 2,275.00 531.90 2,400.00 822.66 5,000.00 507.96 4,100.00 Tabel 1.5 Daftar EVA dan Perubahan Harga Saham No KODE Posisi EVA 2010 2010 Posisi EVA 2011 2011 Posisi EVA 2012 2012 Posisi EVA 2013 2013 1 TOTO 141,777 1,695.00 90,282 48,997.00 25,538 7,893.16 182,074 7,683.78 2 IGAR 10,448 590.00 3,108 590.00 9,888 415.00 21,816 310.00 3 SCCO 24,906 2,275.00 61,034 2,400.00 238,988 5,000.00 86,165 4,100.00 Dari tabel di atas menunjukan bahwa kenaikan pada ROE, EPS dan EVA tidak selalu diikuti dengan perubahan kenaikan harga saham, sebaliknya pada saat ROE, EPS dan EVA mengalami penurunan maka harga saham tidak selalu ikut mengalami penurunan. Adapun penelitian terdahulu oleh Arif Yulius (2009) yang berjudul Analisa Pengaruh Return On Equity (ROE), Economic Value Added (EVA), dan Market Vakue Added (MVA) terhadap Return Saham Pada Industri Perkebunan Penelitian Empiris di BEI 2003-2008. Hasil penelitian dari sampel perusahaan industri perkebunan dan dianalisa menggunakan analisis regresi linier berganda menunujkan bahwa secara parsial Economy Value Added (EVA) tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham. Sedangkan Return On Euity (ROE), Market Value Added (MVA) mempunyai pengaruh signifikan terhadap retun

10 saham. Secara simultan kelima variable memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham. Hasil penelitian dari Laurent Novelia dan Lina Nur Hidayati (2011) yang berjudul Pengaruh ROA, EPS, EVA, NPM dan ROE terhadap Return Saham Pada Perusahaan manufaktur Yang Terdaftar di BEI periode 2007-2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Hal ini ditunjukkan dengan nilai t hitung sebesar 2,153 dan nilai signifikansi 0,035. EPS berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham, hal ini ditunjukkan dengan nilai t hitung sebesar 2,295 dan nilai signifikansi 0,025. EVA tidak berpengaruh terhadap return saham, hal ini ditunjukkan dengan nilai t hitung sebesar 0,340 dan nilai signifikansi 0,735. NPM tidak berpengaruh terhadap return saham hal ini ditunjukkan dengan t hitung sebesar -0,300 dan nilai signifikansi 0,765. ROE berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham, hal ini ditunjukkan dengan nilai t hitung sebesar 2,329 dan nilai signifikansi 0,023. ROA, EPS, EVA, NPM dan ROE secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Hal ini ditunjukkan dengan distribusi F hitung sebesar 9,001 dan nilai signifikansi 0,000. Hasil uji determinasi menunjukkan Adjusted R Square sebesar 33,6% Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bambang Sudiyanto dan Toto Suharmanto (2011) yang berjudul Kinerja Keuangan Konvensional, Economic Value Added, dan Return Saham. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh kinerja Return on Equity (ROE), Return on Asset (ROA), Residual Income (RI), dan Economic Value Added (EVA) terhadap return saham pada

11 perusahaan-perusahaan di industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tujuan lain dari penelitian ini juga untuk membandingkan alat pengukuran kinerja keuangan modern seperti EVA dengan alat pengukuran kinerja keuangan tradisional seperti ROA, ROE dan RI. Data olahan menunjukkan bahwa ROA, ROE, RI dan EVA secara simultan berpengaruh pada return saham, namun ada perbedaan pengaruh pada setiap variable indepedennya apabila dilihat secara parsial. Variabel ROA dan RI memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. ROE memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap return saham pada tingkat signifikansi kurang dari 10 persen. Sementara EVA berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap return saham, yang artinya bila perubahan pada nilai EVA tidak berpengaruh pada pergerakan atau perubahan return saham. Penelitian yang telah dilakukan oleh Ria Triwulandari, Dinnul Alfian Akbar, S.E., M.Si. yang berjudul Analisis Pengaruh Beta, Ukuran Perusahaan (SIZE), EPS dan ROA terhadap Return Saham Perusahaan Consumer Goods Periode 2008-2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Beta, Ukuran Perusahaan (SIZE), EPS dan ROA secara simultan berpengaruh signifikan terhadap return saham. Secara parsial variabel beta berpengaruh terhadap return saham sedangkan variabel ukuran perusahaan (SIZE), EPS dan ROA tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Return On Equity, Earning Per Share dan Economy Value Added terhadap Return Saham pada

12 Perusahaan Sektor Industri Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010 2014. 1.2 Rumusan Masalah Masalah ini dirumuskan dengan menghubungkan variabel-variabel independen dengan variabel dependennya yaitu return saham. Hubungan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh Return on Equity (ROE) terhadap return saham pada perusahaan. 2. Bagaimana pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap return saham pada perusahaan. 3. Bagaimana pengaruh Economy Value added (EVA) terhadap return saham pada perusahaan. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam melakukan penelitian ini adalah untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan yang telah diidentifikasikan di atas yaitu : 1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Return on Equity (ROE) terhadap return saham pada perusahaan. 2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap return saham pada perusaaan.

13 3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Economic Value added (EVA) terhadap return saham pada perusahaan. 1.4 Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Pengembangan Ilmu Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai kajian dan pengembangan lebih lanjut pada ilmu Akuntansi Keuangan dalam hal melakukan analisa terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan. 2. Kegunaan Praktis a. Penulis Dapat meningkatkan kemampuan dan kompetensi penulis mengenai pemahaman tentang pasar modal khususnya mengenai analisis faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan. b. Investor Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi bagi investor dalam pemilihan saham yang memberikan keuntungan optimal melalui analisis nilai perusahaan. 1.5 Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil sampel pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pengambilan sumber data diperoleh dari internet melalui situs www.idx.co.id dan melalui website perusahaan.