BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dwi Junianti Lestari Model pembelajaran tematik kaulinan barudak sunda untuk meningkatkan kecerdasan sosial anak

dokumen-dokumen yang mirip
56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

58. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB-A)

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan seni di sekolah umum SMA pada dasarnya diarahkan untuk

12. Mata Pelajaran Seni Budaya A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

77. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

59. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

60. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D)

78. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

79. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

61. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

BAB I PENDAHULUAN. membangkitkan motivasi siswa, (4) prinsip individual, dan (5) peragaan dalam

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran Seni Musik Sumber: KTSP 2006

80. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E)

76. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan implementasi di lapangan, pembelajaran seni budaya khususnya

BAB I PENDAHULUAN A. LATARBELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang dilakukan di setiap sekolah secara umum memiliki tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal. Berikut pernyataan tentang pendidikan anak usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 PEMBELAJARAN TARI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN EMPATI SISWA KELAS VII A DI SMPN 14 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bahan Ajar BAB I KONSEP, DAN PENTINGNYA SENI MUSIK

2015 PEMBELAJARAN TARI TRANG-TRANG KOLENTRANG PADA KEGIATAN EKSTRAKULIKULER DI SD GRIBA 5 ANTAPANI BANDUNG

2015 KEGIATAN KAULINAN BARUDAK SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN SENI TERPADU DI TK BEYNA CERIA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan seni tari seyogyanya mengarah pada pencapaian tiga domain

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sepanjang hayat (Long Life Education), merupakan kalimat yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia kurang lebih anam tahun (0-6) tahun, dimana biasanya anak tetap tinggal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Bealakang Norma Egi Rusmana, 2013

55. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB D) A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun

TARI KREATIF BERBASIS KAULINAN BUDAK LEMBUR

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI. Mata Pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

Munandar dalam Satriani (2011, hlm. 2) bahwa Kreativitas merupakan

2015 PEMBELAJARAN TARI KREASI UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII DI SMPN 45 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak

2015 KAULINAN BUDAK SEBAGAI BAHAN AJAR UNTUK MENSTIMULUS MINAT TARI SISWA DI SD LABSCHOOL UPI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan beraneka ragam seni dan budaya, hampir setiap suku

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK KAULINAN BARUDAK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN SOSIAL ANAK

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal (Mansur,

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi dan informasi memiliki pengaruh besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik

2015 PENERAPAN NILAI-NILAI PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN IPS

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Konsep Dasar Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan

PENERAPAN TARI RANTAK PADA PEMEBELAJARAN SENI TARI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KERJASAMA SISWA DI SMPN 9 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan lemahnya kreativitas siswa dalam proses pembelajaran Seni Tari

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. atau pedoman dalam proses belajar mengajar guna meningkatkan mutu

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu potensi yang dimiliki manusia adalah potensi kreatif. Setiap

BAB V KESIMPULAN A. KESIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan seni budaya Indonesia merupakan warisan berharga bagi

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran seni musik. Hal ini terlihat dari kurangnya aktivitas siswa secara

BAB I PENDAHULUAN. Masa usia dini bagi seorang anak merupakan masa terpenting dan masa

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. Nur Syarifah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pembinaan yang ditujukan kepada

ADAPTASI KURIKULUM PENDIDIKAN SENI TARI DI SEKOLAH SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak lepas dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran yang amat menentukan, tidak hanya bagi perkembangan

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

3. Bagaimana menciptakan sebuah ruangan yang dapat merangsang emosi yang baik untuk anak dengan menerapkan warna-warna di dalam interior?

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 0486/UI/1992 tentang Taman Kanak-

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Abdulhak, 2007 : 52). Kualitas pendidikan anak usia dini inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap pasangan suami istri yang telah menikah pasti mengharapkan

2014 PEMBELAJARAN TARI YUYU KANGKANG DALAM PROGRAM LIFE SKILL DI SMK KESENIAN PUTERA NUSANTARA MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Seni hadir di tengah-tengah masyarakat dan menyertai perjalanan hidup

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age)

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, serta mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan keturunan yang sangat berharga untuk generasi penerus bangsa. Dalam psikologi perkembangan yang termasuk dalam kategori kanakkanak adalah dari lahir hingga berumur 5 tahun, sedangkan anak-anak adalah yang berumur 6 sampai 12 tahun, dan remaja yang berumur 12 sampai 20 tahun. Usia antara 6 sampai 12 tahun adalah masa anak-anak sekolah di tingkatan sekolah dasar. Pengendalian diri anak-anak merupakan pengendalian diri secara jasmaniah yang menjadikan cerminan dari pengendalian diri secara rohaniah. Adapun yang termasuk dalam faktor rohani terdiri dari pikiran, ingatan, fantasi, perasaan dan aspek jiwani lainnya. Adapun yang termasuk dalam faktor jasmani adalah kondisi tubuh yang memiliki anggota tubuh yang lengkap dengan ukuran yang normal dan berfungsi sebagaimana mestinya. Anak-anak sekolah dasar lebih senang hidup secara berkelompok, baik di dalam melakukan kegiatan sekolah maupun di luar sekolah. Perkembangan aspek sosial seorang anak yang positif didukung oleh pembentukan yang tercipta melalui lingkungannya. Faktor kuat yang berperan dalam membentuk perkembangan anak adalah lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakatnya. Dalam berinteraksi dengan dunianya, anak banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya. Hal ini dapat juga menjadi faktor dalam pembentukan karakter, baik positif maupun negatif. Pembentukan karakter atau watak anak didukung dengan perkembangan sosial kehidupannya. Perkembangan sosial yang dimaksudkan adalah cara bertingkah laku agar dapat diterima oleh lingkungan dengan memenuhi ketentuan dengan hasil yang positif. Adapun cara untuk membentuknya yaitu dengan cara menanamkan pendidikan. Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran yang ditanamkan oleh lingkungan sekitar baik keluarga, sekolah dan masyarakatnya untuk membentuk kepribadian dalam tuntunan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku bagi 1

kesejahteran hidupnya dan masyarakatnya. Seperti yang diutarakan Ahmad D. Marimba dalam Hasbullah (2001:3), bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani siterdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Pendidikan merupakan hubungan antara pendidik dan peserta didik. Dalam prosesnya diperlukan suatu cara untuk mencapai tujuan dalam pendidikan yaitu dengan cara pembelajaran. Manusia memperoleh sebagian besar dari kemampuannya melalui belajar. Robert M. Gagne dalam Hasbullah (2001: 47), mengatakan belajar adalah suatu peristiwa yang terjadi di dalam kondisi-kondisi tertentu yang dapat diamati, diubah dan dikontrol kemampuan manusia yang dikembangkan melalui belajar yaitu ketrampilan intelektual, informasi verbal, strategi kognitif, ketrampilan motorik, dan sikap. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap perubahan perilaku anak dapat dilihat dari proses pembelajaran, baik dalam pendidikan formal, pendidikan non formal dan lingkungan keluarga. Pendidik dituntut untuk menyediakan kondisi belajar untuk peserta didik dalam mencapai kemampuankemampuan tertentu yang harus dipelajari oleh peserta didik. Dalam hal ini tujuan dalam kegiatan belajar mengajar merupakan hal yang sangat penting, karena tujuan pembelajaran menunjukan pada proses memanipulasi, atau merencanakan suatu pola dan lambang merupakan tempat yang dapat digunakan untuk menetapkan kondisi belajarnya. Masunah dan Narawati mengatakan Pendidikan seni memiliki sifat multilingual, multidimensional dan multicultural (2003: 108). Multilingual bermakna pengembangan kemampuan mengekspresikan diri secara kreatif dengan berbagai cara dan media seperti bahasa, rupa, bunyi, gerak, peran dan berbagai macam perpaduannya. Multidimensional bermakna pengembangan beragam kompetensi meliputi konsepsi (pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi), apresiasi dan kreasi. Dengan cara memadukan secara harmonis unsur estetika, logika, kinestetika, dan etika. Sifat multikultural mengandung makna pendidikan 2

seni menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan apresiasi terhadap beragam budaya Nusantara. Hal ini merupakan wujud pembentukan sikap demokratis yang memungkinkan seseorang hidup secara beradab serta toleran dalam masyarakat dan budaya yang majemuk. Seni merupakan media untuk mengungkapkan ekspresi yang ada dalam tubuh manusia. Begitu pula yang dirasakan oleh peneliti, melalui seni peneliti dapat menyalurkan ekspresi serta keterampilannya dalam bidang menari. Ilmu seni yang peneliti miliki memberikan dorongan untuk membagikannya kepada anak-anak dengan cara memberikan pembelajaran tari secara khusus. Anak-anak merupakan generasi penerus bangsa yang wajib dibekali dengan pengetahuan budayanya khususnya dalam bidang seni tari, bagi peneliti, dunia anak merupakan dunia imajinasi yang dapat dibentuk dengan pemahaman yang ditentukan berdasarkan perkembangan dari anak itu sendiri. Dengan bekal ilmu yang dimiliki, peneliti mendirikan sanggar kesenian khususnya seni tari. Sanggar merupakan ruang atau tempat berkarya seni. Pada umumnya pendidikan sanggar dalam aplikasinya lebih berfokus pada materi yang disampaikan. Pendidikan sanggar lebih menekankan pada keterampilan yang mengarah pada keahlian khususnya dalam bidang menari. Melalui gerak tari, anak dapat menyalurkan ekspresi tubuh sebagai media ungkap dalam pembentukan karakter dan perilaku. Sanggar Kesenian Siloka Citra merupakan salah satu sanggar yang ada di Kota Bandung. Lokasi sanggar berada di lingkungan militer yaitu SESKO TNI yang terletak di tengah kota Bandung, materi yang diajarkan di sanggar ini yaitu Tari Nusantara, Jaipongan dan tari Klasik Jawa Barat. Jumlah anak yang ada di sanggar ini berjumlah 35 anak yang berasal dari sekolah, umur, tingkatan, lingkungan, keluarga dan status sosial yang berbeda-beda. Dari adanya perbedaan tersebut terjadi suatu kendala yang menunjukan adanya permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran. Letak lokasi sanggar yang berada di lingkungan militer memberikan pengaruh terhadap kesenjangan sosial yang mempengaruhi interaksi pergaulan 3

antar anak di sanggar tersebut. Perbedaan latar belakang budaya juga memberikan dampak terhadap cara berinteraksi dan berkomunikasi yang kurang terarah serta perbedaan kopetensi dari masing-masing anak. Pola pengasuhan orang tua di rumah juga berdampak pada perkembangan anak dari segi berinteraksi terhadap lingkungannya, Selain itu latar belakang anak yang berasal dari lingkungan militer, secara tidak langsung telah membentuk sikap anak yang dapat dilihat dari sisi negatif dan sisi positifnya. Sisi negatif yang terbentuk dari anak memiliki emosional yang kurang terkontrol dengan baik, cenderung temperamen, ingin menonjol dan ingin selalu benar. Adapun sisi positifnya, anak dapat lebih tegas dan disiplin. Perbedaan latar belakang budaya dari masing-masing anak menunjuk adanya komunikasi yang kurang terjalin dengan baik, hal ini di karenakan perbedaan suku yang ditanamkan oleh keluarganya sehingga menjadi sebuah kebiasaan yang terbawa pada saat komunikasi dan interaksi. contohnya pada saat berbicara, bersikap dan bertingkah laku baik kepada teman, pelatih dan orang tua siswa yang lainnya. Kemudian dari perbedaan kompetensi yang dimiliki masingmasing anak, memberikan permasalahan yang mempengaruhi proses pembelajaran, hal ini terjadi karena anak-anak yang memiliki kecerdasan, keterampilan, bakat, daya ingat, kreativitas yang lebih baik dari anak yang lainnya, cendrung lebih ingin bergaul atau berteman dengan teman sebayanya yang memiliki kompetensi yang sama dan tidak ingin dicampur dengan teman yang lainnya. Permasalahan seperti ini dapat kita lihat dari kurangnya kecerdasan sosial yang anak miliki, baik dari cara berinteraksi, komunikasi, kurangnya rasa sopan santun, toleransi, berbagi, membantu sesama teman dan kerjasama di antara mereka kurang terjalin dengan baik, sehingga berdampak pada proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran dengan memberikan materi tari, peneliti terjun langsung sebagai pembina dan pelatih tari di sanggar tersebut, namun dari proses pembelajaran yang dilakukan ada suatu kendala pada saat 4

melakukan pengelompokan dan pemberian materi pembelajaran. Menurut hasil pengamatan yang dilakukan peneliti dari proses pembelajaran sebelumnya, terlihat sikap anak yang kurang dapat berinteraksi dengan baik antar temannya, anak cenderung memilih-milih teman, baik berdasarkan teman sekelasnya ataupun berdasarkan kemampuan menari anak. sikap tak peduli juga sering mereka perlihatkan pada saat ada salah satu teman mereka yang belum bisa menguasai materi atau teknik gerak, mereka terlihat tidak peduli dan hanya mementingkan dinya sendiri saja. kemudian anak suka membangkang apa yang diperintahkan pelatih dan terkadang malah mereka marah jika apa yang diperintahkan pelatih tidak sesuai dengan kemauan mereka. rasa hormat terhadap orang tua anak yang hadir untuk menemani anaknya dalam berlatih juga sangat kurang, hal ini dapat terlihat dari sikap anak yang jika diberi masukan oleh orang tua anak yang lainnya, suka tidak terima dan malah memusuhi orang tua tersebut. Sikap-sikap seperti ini berdampak pula pada saat pelatih memberikan materi tari, terlihat masing-masing dari anak ingin diperhatikan secara berlebih, kemudian pada saat melakukan pengelompokan, anak ingin memilih teman kelompoknya sendiri dan cenderung memilih-milih teman sebayanya yang berasal dari sekolah yang sama. Perilaku seperti ini terlihat pada pola lantai dan kualitas gerak yang mereka lakukan. Jika kelompok tersebut pelatih yang memilih dan tidak sesuai dengan kemauan anak, mereka cendrung asal menggerakan tubuhnya, dari segi penggunaan tenaga, dan pengolahan ruang yang mereka lakukan akan tidak maksimal. Terkadang ada beberapa anak menangis, karena tidak ingin dikelompokan dengan teman yang ditentukan pelatih. Namun jika kelompok ditentukan oleh anak, mereka lebih kreatif dalam membuat komposisi dan kualitas gerak yang mereka keluarkan maksimal. Akan tetapi kelompok seperti ini akan terlihat ingin menonjol sendiri dari pada kelompok yang lain dan tidak ingin tersaingi. Hal-hal seperti ini bukan hanya anak yang merasakan ketidaknyamanan, akan tetapi pelatih juga merasakan kecemasan akan situasi yang terjadi. 5

Melihat situasi dan kondisi belajar di sanggar tersebut, selama ini dalam proses pembelajaran pemberian materi yang disampaikan hanya memberikan tarian bentuk yang lebih bersifat hafalan dan berorientasi pada pengajar. Oleh karena itu, perlu direncanakan model pembelajaran tari yang mampu meningkatkan kecerdasan. Dewasa ini, berkurangnya kecerdasan -anak itu, akibat pengaruh modernisasi. Anak-anak lebih mengutamakan permainan yang berorientasi pada teknologi seperti games online, playstation, handphone, media sosial dan yang lainnya. Permainan yang berorientasi pada teknologi bukan merupakan permainan yang tidak baik untuk anak, akan tetapi permainan ini merupakan permainan yang dalam aktifitasnya hanya berfokus pada interaksi pada diri sendiri dan media, sehingga tidak menghiraukan orang di sekelilingnya. Maka dari itu perlu aktivitas lain untuk menyeimbangkan kegiatan tersebut dengan membiarkan anak untuk main bersama teman-temannya agar dapat berinteraksi dengan baik. Selain itu kurangnya ruang atau arena bermain bagi anak membuat anak meninggalkan permainan lamanya seperti sondah, gatrik, congkak, cuplak-cuplak uang, gatrik, ucang angge, tokecang, pakaleng-kaleng agung, pacicing-cicing putri, prepet jengkol, paciwit-ciwit lutung, ambil-ambilan, oray-orayan dll. Oleh karena itu di Sanggar Siloka Citra diperlukan sebuah proses pembelajaran tari yang mampu memberikan stimulus dan dapat meningkatkan kualitas interaksi sosial dengan memperbaiki perilaku anak sesuai dengan tujuan pembelajaran seperti yang diharapkan. Adapun model yang akan digunakan dalam pembelajaran ini yaitu menggunakan model pembelajaran tematik. Model pembelajaran tematik merupakan model pembelajaran yang telah ditentukan tema-temanya. Pemilihan model pembelajaran tematik dikarenakan model pembelajaran ini dapat mengangkat sebuah tema yang bisa dipelajari secara bersama. Bahan yang digunakan untuk pembelajaran tari ini adalah kaulinan 6

barudak Sunda. Kaulinan barudak Sunda merupakan bentuk permainan anakanak yang hidup dan berkembang di Daerah Jawa Barat. Dalam kaulinan barudak terdapat unsur-unsur tari, permainan, nyanyian dan cerita. Tidak sekedar permainan, dalam kaulinan barudak terdapat makna, nilai, dan simbol-simbol yang terdapat di dalam lagu dan geraknya. Kaulinan barudak diambil sebagai bahan materi, karena dianggap dapat mempengaruhi kecerdasan sosial, karena dalam prakteknya kaulinan barudak mengandung unsur kebersamaan. Kaulinan barudak dalam prakteknya melibatkan permainan secara kolektif, sehingga dengan demikian akan mempengaruhi cara berinteraksi anak. Dalam penelitian ini kaulinan barudak yang akan digunakan adalah orayorayan, tokecang dan ucing-ucingan. Pemilihan kaulinan barudak oray-orayan, tokecang dan ucing-ucingan dilakukan karena dalam prakteknya permainan ini memiliki aspek kerjasama, menghargai, berbagi, mendukung, dan menghormati yang dapat dilakukan secara bersama dalam jumlah anak yang banyak pada permainanya, sehingga untuk meningkatkan kecerdasan khususnya anak sanggar kesenian Siloka Citra diharapkan dapat meningkat dengan baik. Permainan dan nyanyian yang dihasilkan dari lagu kaulinan barudak merupakan rangsangan bagi anak-anak. Rost dan groos dalam Juju Masunah (2012:38), menyatakan bahwa bermain pada anak-anak membuktikan bahwa permainan dapat memajukan aspek-aspek perkembangan motorik, kreativitas, kecakapan sosial, kognitif, dan juga perkembangan motivasional dan emosional. Cerita merupakan rangsangan untuk membuat anak-anak dapat berimajinasi. Juju Masunah (2000:31) mengidentifikasi beragam rangsangan yang dapat memotivasi siswa bergerak kreatif yaitu melalui rangsangan auditif, visual, gagasan, rabaan, dan kinestetik. Rangsangan auditif merupakan suara dan bunyi-bunyian yang terdengar. Rangsangan visual dapat berupa gambar, patung dan lingkungan. Rangsangan kinestetik merupakan rangsangan yang muncul dari gerak tari atau gerak yang indah. Rangsangan perabaan meliputi motivasi untuk gerak tari. 7

Adapun rangsangan gagasan berupa cerita, dongeng, cerpen, atau peristiwa yang pernah terjadi. Bermain merupakan salah satu cara yang digunakan dalam menerapkan pembelajaran tari ini, permainan yang akan diterapkan adalah kaulinan barudak Sunda dan fun games. Kaulinan barudak Sunda yang digunakan dalam pembelajaran ini diantaranya oray-orayan, tokecang, ucing-ucingan dan ada permainan yang dimainkan dalam bahasa Indonesia diantaranya adalah domikado, induk-indukan, si miskin dan si kaya. Adapun fun games yang dilakukan diantaranya adalah permainan tebak-tebakan siapa aku, tabung sambung, bola air, transfer botol air, snack solid dan nyanyian yang digunakan dengan permainan gerak diantaranya say helo dan suka nari. Permainan seperti ini diambil, karena merupakan permainan yang tidak asing bagi anak dan sering mereka mainkan, sehingga dalam mengaplikasikannya tidak terlalu sulit. Dalam penerapannya permainan ini khususnya kaulinan barudak Sunda diolah kembali dengan memasukkan unsur-unsur tari di dalamnya, sehingga dari permainan tersebut dapat membuat suatu rangkaian gerak tari. Berkaitan dengan aspek penyesuaian sosial, dalam pembelajaran ini terdapat beberapa hal yang berpotensi untuk mengantarkan anak dalam pengembangan karakter perilaku, terutama aspek yang terdapat dalam kaulinan barudak antara lain sebagai berikut : Aspek kognitif, aspek afektif, aspek fisik dan aspek sosial (Enung Komalawati: 2007). Aspek kognitif di dalam kaulinan barudak dapat merangsang anak melalui pengetahuan dan pembendaharaan elemen-elemen dan prinsip tari. Konsep elemen tari yang terdapat pada tari kaulinan barudak meliputi gerak di tempat, gerak berpindah dan gerak murni. Aspek afektif yang terdapat dalam kaulinan barudak dapat merangsang siswa untuk mempunyai perasaan yang peka yang meliputi gerak yang berasal dari dalam dirinya sendiri. Aspek fisik dapat melatih tubuhnya dengan menggerakan anggota tubuh dengan mengontrol seluruh tubuhnya, kemudian dapat melatih keterampilan dalam menggolah tubuh, 8

kesederhanaan gerak yang dilakukan dalam tarian ini memudahkan anak untuk menirukannya, karena gerak pada tarian ini sesuai dengan karakteristik yang ada dalam bahan eksplorasi yaitu bermain dan cerita keseharian. Gerak yang dinamis, enerjik, dan ceria membangun semangat anak dalam bekerja sama untuk melakukan gerak tersebut. Oleh karena itu, permainan, variasi gerak, pengolahan ruang dan keceriaan merupakan syarat untuk mewujudkan gerak ke dalam tarian. Hal ini berdampak positif terhadap aspek sosial para pelakunya, dimana mereka dituntut untuk dapat bekerja sama dalam menciptakan gerak permainan yang telah diubah dan distilasi melalui pengeksplorasi ruang, tenaga dan waktu. Dengan demikian secara sosial diperlukan interaksi atau komunikasi diantara mereka, agar gerakan dan tarian yang mereka lakukan menjadi sesuatu yang dimamis, baik secara verbal dan non verbal. Cara ini diharapkan dapat mengakrabkan mereka melalui gerakan-gerakan yang mereka lakukan bersama dalam tarian. Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, peneliti berasumsi bahwa untuk meningkatkan kecerdasan sosial antar anak perlu adanya perubahan pembelajaran, salah satunya dengan menggunakan metode pembelajaran yang berbeda dari pemberian materi pada biasanya. untuk mencapai tujuan tersebut peneliti mencoba melakukan penelitian dengan metode penelitian kualitatif dengan judul MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK KAULINAN BARUDAK SUNDA UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN SOSIAL ANAK. B. Identifikasi Masalah Dari uraian latar belakang di atas, yang menjadi fokus penelitian ini adalah model pembelajaran tematik kaulinan barudak Sunda untuk meningkatkan kecerdasan. Permasalahan yang terjadi terhadap sanggar tersebut adalah permasalahan sosial, yang mana anak-anak kurang bisa bersosialisasi dengan baik antar teman tanpa memperlihatkan stratifikasi sosial dari mereka. 9

Kurangnya rasa hormat dan sopan santun yang mereka tunjukan terhadap pelatih dan orang tua siswa juga menjadi sorotan yang harus diubah. Maka dari itu diharapkan dengan memberikan model pembelajaran ini dapat menyelesaikan masalah atau menemukan solusi untuk mengatasi kendala-kendala pada proses pembelajaran dan juga dapat menemukan suatu proses pembelajaran tari yang tepat dalam kaitannya dengan meningkatkan kecerdasan. Dengan pembelajaran tematik kaulinan barudak Sunda diharapkan pembelajaran lebih berkualitas, sehingga proses peningkatan kecerdasan menuju karakter anak menjadi pribadi yang memiliki keterampilan, bertoleransi, memiliki rasa hormat dan sopan santun, kerjasama menyayangi dan interaksi sesama teman, guru dan orang tua tercipta dengan baik. C. Rumusan Masalah Untuk menjawab semua permasalahan yang dimaksudkan di atas, maka diperlukan rumusan dalam bentuk pertanyaan penelitian diantaranya adalah: 1. Bagaimana kecerdasan dapat ditingkatkan melalui kaulinan barudak? 2. Bagaimana proses penerapan pembelajaran kaulinan barudak terhadap kecerdasan yang dilakukan di sanggar kesenian Siloka Citra? 3. Bagaimana kecerdasan setelah diterapkan pembelajaran tematik kaulinan barudak yang diterapkan di Sanggar Kesenian Siloka Citra? D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk meningkatkan kecerdasan sosial anak agar memiliki sikap, pola hidup dan pola pikir yang lebih baik lagi, sehingga interaksi antar anak dapat terjalin dengan baik. Mendeskripsikan dan menganalisis peran pembelajaran untuk perubahan karakter anak yang terjadi berdasarkan hasil pembelajaran dan mendapatkan pola pembelajaran sebagai solusi untuk mengatasi 10

kendala-kendala dalam pembelajaran tari di sanggar kesenian Siloka Citra melalui kaulinan barudak Sunda. E. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu sumber informasi, baik bagi peneliti, guru, murid, maupun lembaga, tentang proses dan hasil dari pembelajaran tematik. Peneliti sendiri berharap hasil penelitian model pembelajaran tematik, dapat memberikan manfaat untuk dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran, baik di pendidikan formal ataupun non formal sebagai sarana pembentukan kecerdasan, sehingga nantinya dapat membentuk karakter dan sikap bertingkah laku yang baik antar anak khususnya di Sanggar Kesenian Siloka Citra. 1. Manfaat bagi peneliti Melalui penelitian ini diharapkan memperoleh pemahaman untuk dijadikan sebagai landasan dalam mengembangkan hasil penelitian pada tahap selanjutnya. 2. Manfaat bagi pengajar Melalui hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk mengembangkan suatu pola pembelajaran tari yang berbeda di sanggar- sanggar dengan menggunakan pembelajaran tematik, dengan bahan kaulinan barudak Sunda sebagai upaya meningkatkan efektivitas anak. 3. Manfaat bagi anak Melalui tahap-tahap pembelajaran yang terdiri dari orientasi pembelajaran, perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian diharapkan dapat meningkatkan tanggung jawab, kebersamaan, semangat, dan disiplin belajar guna mencapai tujuan pembelajaran. 4. Manfaat bagi lembaga pendidikan Hasil dari penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber informasi dalam mengembangkan kompetensi lembaga melalui peran guru/pelatih dan 11

murid/siswa terkait dengan pemanfaatan tari tradisional setempat dalam menumbuhkan, membentuk, meningkatkan, melestarikan serta mengembangkan kompetensi dalam pembelajaran tari. F. SistematikaPenulisanTesis 1. BAB I Pendahuluan Bab ini memuat tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika yang digunakan dalam tesis. 2. BAB II Landasan Teoretis Bab ini mengulas berbagai teori pendukung yang menjadi landasan dalam pengembangan model pembelajaran tematik kaulinan barudak Sunda untuk meningkatkan kecerdasan. Terdapat tiga teori yang menjadi landasan pada penelitian ini, yaitu teori pembelajaran konstruktivisme, teori Bermain dan teori kecerdasan majemuk. 3. BAB III Metodologi Penelitian Bab ini menjelaskan ihwal penelitian kualitatif dengan menggunakan penelitian action research. Bab ini juga meliputi pembahasan setting penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik alisis data. 4. BAB IV Hasil Penelitian Bab ini meliputi pemaparan dan analisis data untuk menghasilkan temuan pembahasan atau analisis temuan. 5. BAB V Kesimpulan dan Saran Bab ini meliputi penafsiran dan pemaknaan penelitian, terhadap hasil analisis temuan penelitian dalam bentuk kesimpulan penelitian. Implikasi dalam penelitian dari beberapa rekomendasi yang ditujukan kepada pengguna hasil penelitian yang bersangkutan dan penelitian lanjutan. 12

13