BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu, bahasa adalah alat yang digunakan sebagai sarana interaksi dalam terjalinnya sebuah komunikasi. Ketika kita berkomunikasi dengan orang lain menggunakan bahasa lisan maupun bahasa tulis yang tujuannya untuk menyampaikan ide, pikiran, hasrat ataupun keinginan kepada orang lain. Dalam bahasa lisan, suatu ide, pikiran atau keinginan disampaikan secara langsung dengan cara diucapkan dan dengan bantuan udara pernapasan. Menurut Bambang Yudi Cahyono 1995 : 6 pada teori ta-ta dituliskan bahwa bahasa lisan bermula dari peniruan gerakan dan isyarat tubuh secara verbal, berhubungan dengan mulut dan lidah sehingga mendorong orang untuk berbicara. Sedangkan bahasa tulis, ditulis dengan menggunakan sistem tulisan. Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa lambang bunyi suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (Gorys Keraf 1984 : 16 ). Mengingat betapa pentingnya peranan bahasa yaitu baik sebagai sarana komunikasi, sarana integrasi dan adaptasi, kemudian yang paling penting adalah sarana memahami orang lain, maka banyak orang yang mempelajari bahasa dari bangsa bangsa lain atau yang sering disebut dengan bahasa asing, terutama bahasa dari bangsa bangsa yang telah maju dan mempunyai pengaruh dalam dunia internasional seperti Amerika, Inggris, Jerman, Jepang dan lain lain. Tujuannya tiada lain adalah memahami orang lain untuk beradaptasi dan
berkomunikasi. Agar terjalinnya komunikasi yang lancar antar bangsa maka kita haruslah mengetahui bahasa yang dipergunakan oleh bangsa lain karena bahasa yang dipergunakan oleh setiap bangsa tidaklah sama. Dewasa ini bahasa Jepang menjadi bahasa asing yang banyak diminati oleh orang Indonesia, baik pelajar, mahasiswa atau siapa saja yang memang tertarik dengan bahasa Jepang. Dalam kepentingan selanjutnya, bahasa Jepang dipelajari sebagai ilmu bahasa yang digunakan untuk studi di Jepang atau sebagai pengantar bahasa pada perusahaan-perusahaan Jepang yang ada di luar negara Jepang. Jadi untuk memahami jalan pikiran orang Jepang salah satunya adalah dengan cara berkomunikasi menggunakan bahasa Jepang. Tetapi ternyata memang tidak mudah memahami tataran bahasa Jepang karena banyak sekali ungkapan ungkapan untuk menyatakan suatu kondisi yang sama. Konsep ketatabahasaan bahasa Jepang berbeda jauh dengan bahasa Indonesia, misalnya bentuk struktur kalimat bahasa Jepang menggunakan pola Subjek (S) Objek (O) Predikat (P) disingkat menjadi SOP, sedangkan struktur kalimat bahasa Indonesia menggunakan pola Subjek (S) Predikat (P) Objek (O) disingkat menjadi SPO, bahasa Jepang juga mengenal pola perubahan kata kerja yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman tentang aturan atau kaidah kaidah yang terdapat pada bahasa tersebut dan kesabaran dalam mempelajarinya. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan suatu bahasa yang komunikatif. Penulis sebagai pembelajar bahasa Jepang ingin lebih mendalami bahasa Jepang dan merasa tertarik untuk membahas salah satu sub bagian dari kelas kata antara bahasa Indonesia dengan bahasa Jepang serta mencoba untuk
membandingkannya. Adapun bagian yang ingin penulis bandingkan adalah kata keterangan bahasa Indonesia dengan kata keterangan bahasa Jepang atau yang sering disebut fukushi dan mencoba membahas perbedaan antara keduanya. Kata keterangan atau adverbia bahasa Indonesia adalah kata kata yang memberi keterangan tentang kata kerja, kata sifat, kata keterangan, kata bilangan, seluruh kalimat (Gorys Keraf 1984 : 72). Kata keterangan dalam bahasa Jepang disebut fukushi. Fukushi ialah kata yang dipakai untuk menerangkan yougen (verba, adjektiva-i, adjektiva-na), tidak dapat menjadi subjek dan tidak mengenal konjugasi/ deklinasi (Bunkacho dalam Sudjianto 2004 : 72). Contoh dalam kalimat : (1) Dia pasti akan membantu kita. ( bahasa Indonesia) (2) Kinoo wa totemo atsukatta. (bahasa Jepang) Kemarin sangat dingin Dari dua defenisi dan contoh kata keterangan bahasa Indonesia dan fukushi bahasa Jepang di atas, terdapat perbedaan yang nyata, bahwa pada kalimat (1) kata pasti merupakan kata keterangan yang berfungsi menyatakan kepastian lazimnya digunakan di depan predikat atau bisa juga pada awal kalimat. Sedangkan pada kalimat (2) kata keterangan totemo sangat merupakan kata keterangan yang menerangkan kata atsui panas. Kata keterangan bahasa Indonesia pengertiannya lebih luas, artinya kata keterangan tersebut tidak hanya menerangkan salah satu unsur kalimat misalnya verba, tetapi juga dapat menerangkan keseluruhan kalimat, berbeda dengan bahasa Jepang.
Kemudian dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa melalui dua contoh terdapat perbedaan antara kata keterangan bahasa Indonesia dan fukushi bahasa Jepang dilihat dari ciri ciri kata yang membentuk kata keterangan. Dalam bahasa Indonesia ada dua macam kata keterangan, yaitu : (1) Kata keterangan yang menerangkan keseluruhan kalimat. Kata kata yang termasuk kata keterangan ini, karena menerangkan keseluruhan kalimat, letaknya dapat dipindah pindahkan. Contohnya kata barangkali, pada kalimat kalimat berikut. Barangkali dia sakit hari ini. Dia barangkali sakit hari ini. Dia sakit hari ini barangkali. (2) Kata keterangan yang menerangkan unsur kalimat. Kata kata yang termasuk kata keterangan ini, karena hanya menerangkan salah satu unsur kalimat, maka kedudukannya terikat pada unsur kalimat yang diterangkannya itu. Contohnya kata sekali yang selalu terikat dengan kata cantik dalam kalimat klaimat berikut. Nampaknya gadis itu cantik sekali. Gadis itu cantik sekali nampaknya. Cantik sekali nampaknya gadis itu. Dari dua jenis kata keterangan di atas, juga menjadi perbedaan untuk diperbandingkan dengan fukushi bahasa Jepang yang mempunyai ciri, dapat berdiri sendiri (jiritsugo), tidak berkonjugasi, tidak dapat diubah ubah lalu disusun dengan kata kata lain, tidak dapat menjadi subjek, tidak menjadi predikat, dan tidak menjadi objek.
Defenisi lain juga menerangkan adanya perbedaan kata keterangan bahasa Indonesia dan fukushi bahasa Jepang. Kata keterangan adalah kata kata yang digunakan untuk memberi penjelasan pada kalimat atau bagian kalimat lain, yang sifatnya tidak menerangkan keadaan atau sifat (Abdul Chaer, 1998 : 162). Fukushi adalah kata - kata yang menerangkan verba, adjektiva, dan adverbia yang lainnya, tidak dapat berubah, dan berfungsi menyatakan derajat atau derajat suatu aktivitas, suasana, atau perasaan pembicara (Matsuoka dalam Sudjianto dan Ahmad Dahidi, 2004 : 165). Dari dua pendapat tentang kata keterangan bahasa Indonesia dan kata keterangan bahasa Jepang (fukushi) di atas, bahwa kata keterangan bahasa Indonesia sifatnya tidak menerangkan keadaan atau sifat, sedangkan fukushi tidak dapat berubah dan berfungsi menyatakan keadaan atau derajat suatu aktivitas, suasana, atau perasaan pembicara. Atas dasar inilah penulis mencoba untuk membahas perbedaan perbedaan tersebut dengan mengambil pokok bahasan analisis kontrastif kata keterangan bahasa Indonesia dan fukushi bahasa Jepang. 1.2. Rumusan Masalah Seperti yang dikemukakan oleh Gorys Keraf bahwa kata keterangan adalah kata kata yang memberi keterangan tentang kata kerja, kata sifat, kata keterangan, kata bilangan, seluruh kalimat. Lalu pengertian Fukushi menurut Bunkacho dalam Sudjianto ialah kata yang dipakai untuk menerangkan yougen (verba, adjektiva-i, dan adjektiva-na),tidak dapat menjadi subjek dan tidak
mengenal konjugasi/ deklinasi. Maka dari kedua pendapat tersebut menunjukkan adanya perbedaan. Untuk melihat bagaimana sebenarnya perbedaan kedua kelas kata ini dalam kalimat baik dari segi fungsi/ pemakaiannya, bentuk, serta penulisan/ posisinya atau apakah ada persamaannya penulis akan mencoba membahasnya dalam tulisan ini. Bila diuraikan dalam bentuk pertanyaan maka masalah yang akan penulis bahas adalah : 1. Bagaimanakah pengertian Kata Keterangan bahasa Indonesia dan bahasa Jepang? 2. Bagaimanakah fungsi Kata Keterangan bahasa Indonesia dan bahasa Jepang dalam kalimat? 3. Apakah perbedaan dan persamaan Kata Keterangan bahasa Indonesia dan bahasa Jepang? 1.3. Ruang Lingkup Pembahasan Bila kita membicarakan tentang kata keterangan pastilah tidak terlepas atau sangat terkait dengan kalimat. Kalimat ialah satuan kumpulan kata yang terkecil yang mengandung pikiran yang lengkap (Gorys Keraf 1984 : 140). Ilmu yang mempelajari kalimat disebut Sintaksis atau Ilmu tata kalimat. Sintaksis merupakan bidang garapan yang sering dijadikan bahan kajian linguistik kontrastif (Dedi Sutedi, 2003 : 196). Objek yang sering diperbandingkan yaitu urutan kata dalam kalimat, atau struktur kalimat itu sendiri. Kajian sintaksis inilah yang akan penulis gunakan untuk membahas tulisan ini.
Kata keterangan bahasa Indonesia memiliki perbedaan dan persamaan dengan fukushi bahasa Jepang. Perbedaan tersebut baik dari segi fungsi, bentuk, serta posisi/ letak kata keterangan itu sendiri. berikut: Jadi pembahasan dalam tulisan ini dibatasi oleh permasalahan sebagai (1) Pengertian Kata Keterangan bahasa Indonesia dan bahasa Jepang. (2) Fungsi Kata Keterangan bahasa Indonesia dan bahasa Jepang dalam kalimat. (3) Menguraikan persamaan perbedaan Kata Keterangan bahasa Indonesia dan kata keterangan bahasa Jepang. Penulis akan mencoba memberikan contoh kalimat dalam jenis kata keterangan dan fukushi untuk dapat melihat dengan jelas apakah terdapat persamaan atau perbedaan diantara keduanya bila diperbandingkan. 1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1. Tinjauan Pustaka Linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya (Abdul Chaer, 2003 : 1). Dalam tata bahasa baku kata diklasifikasikan menjadi sepuluh kelas kata, diantaranya adalah nomina (meishi), verba (doushi), adjektiva I (keiyoushi), adjektiva II (keiyodoushi), verba bantu
(joudoushi), prenomina (rentaishi), konjungsi (setsuzokushi), partikel (joushi), adverbia (fukushi) dan lain lain. Bahasa Jepang dan bahasa Indonesia, mempunyai kelas kata diantaranya adalah adverbia (kata keterangan). Adverbia dalam bahasa Jepang disebut fukushi. Fukushi adalah kata yang menerangkan yougen (verba, adjektiva I dan adjektiva II) dan taigen (meishi = nomina) yang menunjukkan keadaan atau menerangkan fukushi lain (Bunkacho dalam Sudjianto, 1995 : 72). Sedangkan menurut Hamzon Situmorang (2007 : 40) yang dimaksud dengan fukushi adalah kata yang dapat berdiri sendiri, tidak berkonjugasi, tidak menjadi subjek, tidak menjadi predikat dan tidak menjadi objek, menerangkan doushi, keiyoushi dan menerangkan fukushi lagi. Kata keterangan bahasa Indonesia oleh tata bahasa Tradisional ditempatkan sebagai satu jenis kata (kelas kata). Kata keterangan tidak lain adalah suatu kata atau kelompok yang menduduki suatu fungsi tertentu, yaitu fungsi untuk menerangkan kata kerja, kata sifat, kata keterangan yang masing masingnya menduduki pula suatu jabatan atau fungsi dalam kalimat (Gorys Keraf, 1984 : 72). Penelitian ini difokuskan kepada analisis kontrastif kata keterangan bahasa Indonesia dan fukushi bahasa Jepang. Analisis kontrastif dalam kajian ilmu linguistik merupakan kajian tentang perbandingan unsur unsur yang dapat dilihat dari sudut perbedaan dan persamaan pada dua bahasa atau lebih yang dijadikan objek perbandingan (Naibaho 2000 : 16). Linguistik kontrastif pada dasarnya hanya meneliti perbedaan perbedaan atau ketidaksamaan yang
mencolok yang terdapat pada dua bahasa atau lebih yang tidak serumpun sedangkan persamaan persamaannya tidak begitu dipentingkan atau diperhatikan. Kesamaan dianggap sebagai hal yang biasa atau hal yang umum saja. Sedangkan untuk menjelaskan contoh contoh penggunaan kata keterangan bahasa Indonesia dan fukushi bahasa Jepang dalam kalimat maka digunakan kajian sintaksis, yaitu salah satu cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase, berbeda dengan morfologi yang membicarakan seluk beluk kata dan morfem (Ramlan, 1995 : 21). Dalam hal ini penulis ingin menjelaskan salah satu bagian dari kelas kata yaitu adverbia (fukushi) yang diteliti melalui analisis kontrastif antara bahasa Indonesia dan bahasa Jepang. 2. Kerangka Teori Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan kerangka teori berdasarkan pendapat dari para pakar, kemudian untuk menganalisa mengenai kata keterangan bahasa Indonesia dan fukushi bahasa Jepang maka digunakan pendekatan linguistik kontrastif dalam kajian bidang sintaksis. Linguistik adalah ilmu yang mempelajari tentang bahasa. Secara umum, linguistik sering diartikan ilmu tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya. Linguistik kontrastif (taishou gengogaku) disebut juga linguistik bandingan merupakan kajian linguistik yang bertujuan untuk mendeskripsikan persamaan dan perbedaan dua bahasa yang berbeda. Sintaksis adalah kajian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini. Kata sintaksis dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Belanda syntaxis. Dalam
bahasa Inggris digunakan istilah syntax. Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa dan frase, berbeda dengan morfologi yang membicarakan seluk beluk kata dan morfem (Ramlan, 1995 : 21). Sedangkan menurut Gorys Keraf(1984 : 137), bahwa sintaksis (Yunani: Sun + tattein = mengatur bersama sama) adalah bagian dari tatabahasa yang mempelajari dasar dasar dan proses proses pembentukan kalimat dalam suatu bahasa. Jadi untuk menganalisa mengenai kata keterangan bahasa Indonesia dan fukushi bahasa Jepang digunakan kajian ilmu linguistik kontrastif, yaitu kajian linguistik yang bertujuan untuk mendeskripsikan persamaan dan perbedaan dua bahasa yang berbeda. Kemudian teori sintaksis digunakan sebagai dasar pembentuk kalimat dalam menerangkan kata keterangan bahasa Indonesia dan fukushi bahasa Jepang. 1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian Adapun tujuan penulisan ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengertian kata keterangan bahasa Indonesia dan bahasa Jepang. 2. Untuk mengetahui fungsi/ pemakaiannya kata keterangan bahasa Indonesia dan kata keterangan bahasa Jepang dalam kalimat.
3. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan antara kata keterangan dalam bahasa Indonesia dan kata keterangan dalam bahasa Jepang. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah : 1. Dapat menggunakan dan menempatkan fukushi dengan baik dan benar. 2. Dapat menjadi tambahan referensi untuk mengembangkan penulisan yang lebih mendalam di masa yang akan datang. 3. Dapat membantu dalam pengajaran bahasa Indonesia untuk orang Jepang, atau pengajaran bahasa Jepang untuk orang Indonesia. 4. Dapat menambah pengetahuan dalam bidang linguistik bahasa Indonesia dan bahasa Jepang. 1.6. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deskriptif. Data dalam metode deskriptif yang dikumpulkan adalah berupa kata kata, gambar dan bukan angka angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan kutipan kata untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Menurut Nawawi (1991 : 63). Penelitian deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
Metode lain yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian kepustakaan (library research), yaitu studi kepustakaan atau pengumpulan data data dan informasi yang bersumber dari buku buku kepustakaan yang ada kaitannya dengan kata keterangan dalam buku buku bahasa Indonesia dan fukushi bahasa Jepang, baik yang berbahasa Indonesia maupun yang berbahasa Jepang. Buku buku yang digunakan diperoleh dari perpustakaan umum maupun pribadi. Untuk mengadakan perbandingan yang sistematis, diperlukan metode metode tertentu. Disini juga digunakan metode perbandingan, metode perbandingan adalah suatu alat untuk menyusun perangkat ciri ciri yang berkorespondensi dari unsur unsur yang diperbandingkan dalam macam macam bahasa (Gorys Keraf, 1996 : 34) Adapun proses yang dilakukan adalah : 1. Mengumpulkan buku buku yang diharapkan dapat mendukung tulisan ini kemudian memilih data yang dianggap paling penting dan menyusunnya secara sistematis. 2. Mengelompokkan data data sehingga dapat terlihat kaitannya satu sama lain. 3. Menguraikan data data yang telah ada dengan sebaik baiknya sehingga data tersebut dengan jelas memberikan pengertian tentang uraian yang disampaikan. 4. Berdasarkan data data lalu membuat kesimpulan.