BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan dasar, khususnya pada tingkat sekolah dasar memiliki posisi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Bandar Setia dengan memberikan 10 soal tentang materi operasi hitung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maulida Zahara, 2013

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN. mampu memecahkan masalah di sekitar lingkungannya. menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hesti Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 pasal 3. (2005:56) tentang

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan oleh sebagian besar guru. Apakah hal tesebut dikarenakan guru kurang

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar ( PGSD) Oleh :

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

BAB I PENDAHULUAN. sikap dan keterampilan peserta didik. Pelaksanaannya bukanlah usaha mudah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. melandasi jenjang pendidikan menengah yang berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh orang dewasa (pendidik) kepada orang yang belum dewasa

BAB I PENDAHULUAN. usaha sistematis yang terorganisasi untuk memajukan belajar, membina

BAB I PENDAHULUAN adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut kemudian diatur

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang menjelaskan tentang pengertian dan tujuan. pendidikan bahwa pendidikan adalah suatu usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia mempunyai hak untuk memenuhi kebutuhannya

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. budaya dalam bentuk pola pikir. Sebagai proses transformasi, sudah barang tentu

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak globalisasi saat ini sangat berpengaruh bagi perkembangan IPTEK dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak pernah dikenalkan pada aturan maka akan berperilaku tidak disiplin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam UU No.20/2003

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang paling penting dalam kehidupan kita. Seorang guru dalam pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya bagi perkembangan

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-3 Menampilkan sikap yang sesuai dengan hukum

BAB I PENDAHULUAN. sitematis ke arah perubahan tingkah laku menuju kedewasaan peserta didik.

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah:

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

Sosiodrama pada Pembelajaran IPS sebagai Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,

BAB 1 PENDAHULUAN. undang-undang No.20 pasal 1 tahun 2003 tentang sisdiknas dikatakan bahwa. lingkungan hidup secara tepat dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan gerakan, tidak sekedar sikap atau ucapan. berusaha mewujudkan dalam perbuatan dan tindakan sehari hari.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. besar siswa sehingga, sebagian siswa menghindari pelajaran ini. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. memberi dukungan dan perubahan untuk perkembangan masyarakat, bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah dan sekitarnya. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang ini, pendidikan berbasis religius merupakan sebuah motivasi hidup sebagai

BAB IV HASIL PENELITIAN. Ada pun tahap-tahap yang dilakukan pada siklus I ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. sekolah adalah hasil belajar matematika. Pada umumnya, hasil belajar matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kegiatan yang kompleks, berdimensi luas, dan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin maju mengakibatkan pesatnya. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan itu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa,

Nilai & Norma DORIS FEBRIYANTI M,SI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat membantu suatu negara dalam mencetak SDM (Sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara

I. PENDAHULUAN. rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat Ilmu

TUGAS SOSIOLOGI KEAS X PK MAN 1 SURAKARTA MATERI : NILAI DAN NORMA SOSIAL

BAB II KAJIAN TEORETIS. 2.1 Hakekat Kemampuan Siswa Mengubah Pecahan Biasa Menjadi Pecahan Desimal Pengertian Pecahan Biasa dan Pecahan Desimal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi dan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar adalah

BAB I PENDAHULUAN. Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah ditetapkan

SUDARYANTI NIM. A

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan 9 tahun. Anak-anak yang bersekolah di tingkat Sekolah Dasar (dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

RPP PPKn Kurikulum 2013 Kelas VII

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. negara karena maju tidaknya suatu negara itu tergantung dari kualitas sistem

BAB I PENDAHULUAN. umum dikenal masyarakat adalah sekolah yang menyelenggarakan kegiatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Kata "media" menurut Heinich, dkk (1982) berasal dari bahasa latin,

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB II MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MATERI SUMBER DAYA ALAM. 1. Pengertian Model Pembelajaran Talking Stick

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif.

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran yang tercantum dalam kurikulum pendidikan. Mata pelajaran ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dibutuhkan. pendidikan, karena pendidikan merupakan wahana untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari diri manusia, masyarakat maupun lingkungannya. Manusia

Apabila nilai afektif siswa pada rentang 11,8-15 (Kategori Baik) dan. Apabila nilai psikomotor siswa pada rentang 9,4-12 (Kategori Baik)

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dasar, khususnya pada tingkat sekolah dasar memiliki posisi sangat strategis karena menjadi landasan bagi pendidikan selanjutnya. Ini tercantum dalam Peratuaran Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, bahwa pendidikan dasar bertujuan : meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, 2008). Tujuan tersebut akan tercapai apabila siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Pembelajaran yang baik ditandai dengan adanya keaktifan siswa dalam pembelajaran. Siswa aktif mengkonstruksi pengetahuan yang dipelajarinya, misalnya dengan cara mengerjakan tugas, bertanya, dan memberi tanggapan terhadap penjelasan guru. Aktivitas-aktivitas tersebut dapat dilakukan dalam suasana pembelajaran yang menyenangkan dan tidak ada tekanan psikologis pada peserta didik, (Depdiknas, 2008). Adapun jenis metode permainan yang diberikan peneliti yakni metode bermain peran (role-playing). Metode bermain peran (role-playing) adalah mendramatisasi tingkah laku, atau ungkapan gerak gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial antar manusia. Dengan bermain peran, anak didik berperan atau memainkan peranan dalam dramatisasi masalah/psikologis itu. Melalui pembelajaran dengan menerapkan

2 metode bermain perandiharapkan : (1) agar anak didik dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain; (2) Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab. Bermain peran merupakan salah satu model pembelajaran yang diarahkan pada upaya pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan antar manusia (interpersonal relationship), terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik melalui bermain peran. Peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan hubungan antar manusia denga cara memperagakan dan mendiskusikannya, sehingga secara bersama sama para peserta didik dapat mengeksplorasi perasaan perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah. Peneliti mencoba mengobservasi sebuah masalah di sekolah dasar SDN Sawojajar 1 Malang. Observasi dilakukan tanggal 20 September 2014 peneliti mewawancarai guru kelas. Kondisi di kelas sudah berjalan dengan baik, pemberian materi kepada peserta didik sudah berjalan dengan baik, namun menurut peneliti guru lebih banyak memberikan pada materi materi yang akan di ujikan pada saat ujian, peserta didik hanya mempelajari materi tersebut tanpa paham tentang norma atau nilai yang di terima dari materi pembelajaran tersebut, aspek aspek afektif dalam bentuk soft skills seperti kemampuan mengembangkan kreativitas, berpikir kritis, bertanggung jawab, serta kemampuan berkolaborasi, perlu dimiliki oleh para peserta didik Guru dalam proses belajar mengajar menggunakan metode konvensional, ataupun lebih dalam pemberian materi dan sampai mana pengetahuan yang

3 dimiliki seorang siswa, media yang digunakanpun hanyalah buku yakni paket dan LKS yang diberikan kepada peserta didik, metode yang digunakan guru belum bersih secara utuh artinya belum menggunakan media ataupun metode secara mendalam agar pembelajaran yang diberikan bisa diterima dengan baik. Desain yang digunakan guru lebih mengarah ke konvensional, sebenarnya dengan desain yang kreatif seperti menggunakan alat peraga, bahan-bahan ajar yang kreatif ataupun pengajaran tidak harus di dalam ruangan, diluarpun akan menunjang penerimaan pembelajaran ke siswa akan lebih optimal Guru dalam memberikan pembelajaran belum sepenuhnya utuh, artinya dalam pemberian pembelajaran guru sudah memberikan materi yang sudah ada di buku kepada peserta didik, namun ada pembelajaran yang belum diberikan. Materi yang belum diberikan kepada peserta didik guru memberikan pekerjaan rumah atau PR agar dapat dibahas di lain waktu untuk melanjutkan materi yang belum dibahas tersebut Guru kelas tesebut terlalu fokus dalam bagaimana para peserta didik dapat menerima pembelajarannya dengan baik. aspek afektif yakni apa yang harus ditanamkan di peserta didik agar berguna di sekitar lingkungannya juga penting dan tidak hanya sebatas pengetahuan ataupun aspek kognitifnya. Dalam penggunaan metode Role Playing diharapkan konsep diri murid para peserta didik bisa dikembangkan dengan baik Metode Role Playing dilakukan supaya dapat menjadikan suasana pembelajaran yang aktif antara anak didik dan guru sehingga anak dapat berfikir secara kritis dan sistematis yang ditindaklanjuti dengan mengembangkan potensi

4 yang sudah mereka miliki sejak kecil. Semua usaha ini dilakukan dengan harapan supaya dapat mencetak anak didik yang kompeten dan mempunyai dedikasi yang tinggi melalui metode yang paling efektif dan efisien, dan memiliki nilai dan norma yang terlatih. Norma disebut juga aturan, norma merupakan aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh masyarakat, norma menjadi pedomm dalam berbuat dan bertingkah laku. norma bertujuan menciptakan ketertiban, keteraturan, dan keamanan, norma mengandung sanksi atau hukuman. Adapun norma dibagi menjadi 4 yakni norma agama, norma kesusilaan, norma kesopanan, norma hukum,norma Agama Norma agama merupakan petunjuk hidup dari Tuhanyang disampaikan melalui utusan-nya. Norma agama berisi perintah dan larangan menurut ajaran agama masing-masing. Agama yang sah dan diakui oleh pemerintah Indonesia antara lain agama Islam, Kristen, Katholik, Hindu dan Budha. Norma kesusilaan merupakan pedoman pergaulan hidup yang bersumber dari hati nurani manusia. Norma kesusilaan berkaitan dengan suatu perbuatan baik dan buruk. Norma ini memiliki sanksi yang tidak tegas.hal ini dikarenakan hanya diri sendiri yang merasakan. Orang yang melanggar norma kesusilaan akan mendapat sanksi berupa rasa penyesalan, cemas, bersalah dan malu. Norma kesopanan merupakan pedoman hidup yang timbul dari pergaulan manusia di masyarakat. Norma kesopaan bersifat lokal.norma kesopanan hanya

5 berlaku untuk masyarakat yang menganut norma tersbut. Oleh karena itu, suatu perbuatan yang dianggap baik di suatu daerah, belum tentu dianggap baik di daerah lain.sanksi terhadap pelanggaran norma ini berupa celaan, cemooh, ditertawakan, atau diasingkan oleh pergaulan masyarakat. Norma hukum merupakan aturan yang dibuat oleh lembaga yang berwenang,misalnya pemerintah.norma hukum mengatur orang secara tegas untuk berprilaku sesuai aturan.pelanggaran terhadap norma hukum adalah dikenai sanksi yang tegas. Sanksi telah diatur dalam peraturan yang berlaku. Sanksi yang dikenakan bagi pelanggar norma hukum berupa hukuman penjara atau denda. Dari pernyataan di atas peneliti mencoba untuk melakukan penelitian tentang penerapan metode pembelajaran yang di lakukan yakni Analisis Penerapan Metode Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing) Pada Materi Aturan Aturan yang Berlaku di Masyarakat untuk Mengembangkan Aspek Afektif Siswa kelas III SDN Sawojajar 1 Malang

6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan metode pembelajaran bermain peran (role playing) pada materi aturan aturan yang berlaku di masyarakat untuk mengembangkan aspek afektif siswa kelas III SDN Sawojajar 1 Malang? 2. Bagaimana pengembangan aspek afektif peserta didik dengan menggunakan metode pembelajaran bermain peran (role playing) pada materi aturan aturan yang berlaku di masyarakat untuk mengembangkan aspek afektif siswa kelas III SDN Sawojajar 1 Malang? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan di atas maka peneliti ini bertujuan sebagai berikut : 1. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan metode pembelajaran bermain peran (role playing) pada materi aturan aturan yang berlaku di masyarakat untuk mengembangkan aspek afektif siswa kelas III SDN Sawojajar 1 Malang 2. Untuk mendeskripsikan pengembangan aspek afektif peserta didik dengan menggunakan metode pembelajaran bermain peran (role playing) pada materi aturan aturan yang berlaku di masyarakat untuk mengembangkan aspek afektif siswa kelas III SDN Sawojajar 1 Malang

7 D. Manfaat Penelitian Adapun maksud penulis mengadakan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis, yaiutu seperti berikut : 1. Manfaat teoritis Penelitian ini ditinjau dari segi pengembangan ilmu akan menambah edukasi tentang pengajaran yang baik dan dapat digunakan sebagai referensi terhadap dunia pendidikan 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada para pelaksana pendidikan terutama : a. Bagi Guru (1) Memberi wacana baru tentang pembelajaran aktif melalui metode pembelajaran Role Playing. (2) Memberikan informasi bahwa dengan adanya pembelajaran yang baik maka dapat mewujudkan siswa yang cerdas, terampil, bersikap baik dan berprestasi. (3) Sebagai informasi untuk menerapkan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif b. Bagi siswa (1) Meningkatkan pemahaman siswa akan materi yang telah disampaikan oleh guru

8 (2) Meningkatkan tanggung jawab dan rasa kebersamaan bagi setiap siswa dalam melaksanakan tugas pembelajaran (3) Menciptakan rasa senang selama pembelajaran c. Bagi Peneliti (1) Penelitian ini dapat memperdalam pengetahuan tentang metode pembelajaran dan dapat mengimplementasikan dikelas dengan cara yang baik (2) Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan peneliti tentang materi aturan aturan yang berlaku di masyarakat untuk melatih aspek afektif siswa kelas III SDN Sawojajar 1 Malang dengan menggunakan metode pembelajaran Role Playing E. Batasan Penelitian Penelitian yang berjudul Analisis Penerapan Metode Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing) Pada Materi Aturan Aturan yang Berlaku di Masyarakat untuk Melatih Aspek Afektif Siswa kelas III SDN Sawojajar 1 Malang ini mempuyai batas batas penelitian dalam pelaksanaanya agar terhindar dari pembahasan yang meluas atau menyimpang dari rumusan masalah. Adapun batasan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah sebagai berikut : 1. Penelitian hanya berfokus pada pengembangan aspek afektif siswa dengan metode Role Playing pada mata pelajaran PKn yang dilakukan peneliti di kelas III SDN Sawojajar 1 Malang

9 2. Aspek afektif (Wina Sanjaya. 2007) a. Penerimaan (Receiving/Attending) Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena dilingkungannya, dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya, kemampuan ini berkaitan dengan keinginan individu untuk terbuka atau peka pada pesan-pesan yang berasal dari lingkungannya. Pada tingkat ini muncul keinginan untuk menerima pesan-pesan, atau para peserta didik sadar akan pesan-pesan itu ada. b. Tanggapan (Responding) Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan c. Penghargaan (Valuing) Penyertaan rasa puas ketika melakukan respon pada pesanpesan menyebabkan individu ingin secara konsisiten menampilkan tindakan itu dalam situasi serupa. Pada tahap ini individu dikatakan menerima suatu nilai dan mengembangkannya, serta ingin terlibat lebih jauh ke dalam nilai tersebut. d. Pengorganisasian (Organization) Individu yang sudah secara konsisten dan berhasil menampilkan suatu nilai, pada suatu saat akan menghadapi situasi dimana lebih dari satu nilai yang bisa ditampilkan. Bila ini terjadi,

10 maka individu akan mulai ingin menata nilai-nilai itu ke dalam suatu sistem nilai, melihat keterkaitan antar nilai dan menetapkan nilai mana yang paling dominan baginya. e. Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value Complex) Memiliki sistem yang mengendalikan tingkah lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya hidupnya dan bertindak konsisten sesuai dengan nilai yang dimilikinya. Ini adalah tingkatan tertinggi dari aspek afektif, di mana individu akan berlaku konsisten berdasarkan nilai yang dijunjungnya.