1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dasar, khususnya pada tingkat sekolah dasar memiliki posisi sangat strategis karena menjadi landasan bagi pendidikan selanjutnya. Ini tercantum dalam Peratuaran Menteri Pendidikan Nasional nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, bahwa pendidikan dasar bertujuan : meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, 2008). Tujuan tersebut akan tercapai apabila siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Pembelajaran yang baik ditandai dengan adanya keaktifan siswa dalam pembelajaran. Siswa aktif mengkonstruksi pengetahuan yang dipelajarinya, misalnya dengan cara mengerjakan tugas, bertanya, dan memberi tanggapan terhadap penjelasan guru. Aktivitas-aktivitas tersebut dapat dilakukan dalam suasana pembelajaran yang menyenangkan dan tidak ada tekanan psikologis pada peserta didik, (Depdiknas, 2008). Adapun jenis metode permainan yang diberikan peneliti yakni metode bermain peran (role-playing). Metode bermain peran (role-playing) adalah mendramatisasi tingkah laku, atau ungkapan gerak gerik wajah seseorang dalam hubungan sosial antar manusia. Dengan bermain peran, anak didik berperan atau memainkan peranan dalam dramatisasi masalah/psikologis itu. Melalui pembelajaran dengan menerapkan
2 metode bermain perandiharapkan : (1) agar anak didik dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain; (2) Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab. Bermain peran merupakan salah satu model pembelajaran yang diarahkan pada upaya pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan antar manusia (interpersonal relationship), terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik melalui bermain peran. Peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan hubungan antar manusia denga cara memperagakan dan mendiskusikannya, sehingga secara bersama sama para peserta didik dapat mengeksplorasi perasaan perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah. Peneliti mencoba mengobservasi sebuah masalah di sekolah dasar SDN Sawojajar 1 Malang. Observasi dilakukan tanggal 20 September 2014 peneliti mewawancarai guru kelas. Kondisi di kelas sudah berjalan dengan baik, pemberian materi kepada peserta didik sudah berjalan dengan baik, namun menurut peneliti guru lebih banyak memberikan pada materi materi yang akan di ujikan pada saat ujian, peserta didik hanya mempelajari materi tersebut tanpa paham tentang norma atau nilai yang di terima dari materi pembelajaran tersebut, aspek aspek afektif dalam bentuk soft skills seperti kemampuan mengembangkan kreativitas, berpikir kritis, bertanggung jawab, serta kemampuan berkolaborasi, perlu dimiliki oleh para peserta didik Guru dalam proses belajar mengajar menggunakan metode konvensional, ataupun lebih dalam pemberian materi dan sampai mana pengetahuan yang
3 dimiliki seorang siswa, media yang digunakanpun hanyalah buku yakni paket dan LKS yang diberikan kepada peserta didik, metode yang digunakan guru belum bersih secara utuh artinya belum menggunakan media ataupun metode secara mendalam agar pembelajaran yang diberikan bisa diterima dengan baik. Desain yang digunakan guru lebih mengarah ke konvensional, sebenarnya dengan desain yang kreatif seperti menggunakan alat peraga, bahan-bahan ajar yang kreatif ataupun pengajaran tidak harus di dalam ruangan, diluarpun akan menunjang penerimaan pembelajaran ke siswa akan lebih optimal Guru dalam memberikan pembelajaran belum sepenuhnya utuh, artinya dalam pemberian pembelajaran guru sudah memberikan materi yang sudah ada di buku kepada peserta didik, namun ada pembelajaran yang belum diberikan. Materi yang belum diberikan kepada peserta didik guru memberikan pekerjaan rumah atau PR agar dapat dibahas di lain waktu untuk melanjutkan materi yang belum dibahas tersebut Guru kelas tesebut terlalu fokus dalam bagaimana para peserta didik dapat menerima pembelajarannya dengan baik. aspek afektif yakni apa yang harus ditanamkan di peserta didik agar berguna di sekitar lingkungannya juga penting dan tidak hanya sebatas pengetahuan ataupun aspek kognitifnya. Dalam penggunaan metode Role Playing diharapkan konsep diri murid para peserta didik bisa dikembangkan dengan baik Metode Role Playing dilakukan supaya dapat menjadikan suasana pembelajaran yang aktif antara anak didik dan guru sehingga anak dapat berfikir secara kritis dan sistematis yang ditindaklanjuti dengan mengembangkan potensi
4 yang sudah mereka miliki sejak kecil. Semua usaha ini dilakukan dengan harapan supaya dapat mencetak anak didik yang kompeten dan mempunyai dedikasi yang tinggi melalui metode yang paling efektif dan efisien, dan memiliki nilai dan norma yang terlatih. Norma disebut juga aturan, norma merupakan aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh masyarakat, norma menjadi pedomm dalam berbuat dan bertingkah laku. norma bertujuan menciptakan ketertiban, keteraturan, dan keamanan, norma mengandung sanksi atau hukuman. Adapun norma dibagi menjadi 4 yakni norma agama, norma kesusilaan, norma kesopanan, norma hukum,norma Agama Norma agama merupakan petunjuk hidup dari Tuhanyang disampaikan melalui utusan-nya. Norma agama berisi perintah dan larangan menurut ajaran agama masing-masing. Agama yang sah dan diakui oleh pemerintah Indonesia antara lain agama Islam, Kristen, Katholik, Hindu dan Budha. Norma kesusilaan merupakan pedoman pergaulan hidup yang bersumber dari hati nurani manusia. Norma kesusilaan berkaitan dengan suatu perbuatan baik dan buruk. Norma ini memiliki sanksi yang tidak tegas.hal ini dikarenakan hanya diri sendiri yang merasakan. Orang yang melanggar norma kesusilaan akan mendapat sanksi berupa rasa penyesalan, cemas, bersalah dan malu. Norma kesopanan merupakan pedoman hidup yang timbul dari pergaulan manusia di masyarakat. Norma kesopaan bersifat lokal.norma kesopanan hanya
5 berlaku untuk masyarakat yang menganut norma tersbut. Oleh karena itu, suatu perbuatan yang dianggap baik di suatu daerah, belum tentu dianggap baik di daerah lain.sanksi terhadap pelanggaran norma ini berupa celaan, cemooh, ditertawakan, atau diasingkan oleh pergaulan masyarakat. Norma hukum merupakan aturan yang dibuat oleh lembaga yang berwenang,misalnya pemerintah.norma hukum mengatur orang secara tegas untuk berprilaku sesuai aturan.pelanggaran terhadap norma hukum adalah dikenai sanksi yang tegas. Sanksi telah diatur dalam peraturan yang berlaku. Sanksi yang dikenakan bagi pelanggar norma hukum berupa hukuman penjara atau denda. Dari pernyataan di atas peneliti mencoba untuk melakukan penelitian tentang penerapan metode pembelajaran yang di lakukan yakni Analisis Penerapan Metode Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing) Pada Materi Aturan Aturan yang Berlaku di Masyarakat untuk Mengembangkan Aspek Afektif Siswa kelas III SDN Sawojajar 1 Malang
6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan metode pembelajaran bermain peran (role playing) pada materi aturan aturan yang berlaku di masyarakat untuk mengembangkan aspek afektif siswa kelas III SDN Sawojajar 1 Malang? 2. Bagaimana pengembangan aspek afektif peserta didik dengan menggunakan metode pembelajaran bermain peran (role playing) pada materi aturan aturan yang berlaku di masyarakat untuk mengembangkan aspek afektif siswa kelas III SDN Sawojajar 1 Malang? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan di atas maka peneliti ini bertujuan sebagai berikut : 1. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan metode pembelajaran bermain peran (role playing) pada materi aturan aturan yang berlaku di masyarakat untuk mengembangkan aspek afektif siswa kelas III SDN Sawojajar 1 Malang 2. Untuk mendeskripsikan pengembangan aspek afektif peserta didik dengan menggunakan metode pembelajaran bermain peran (role playing) pada materi aturan aturan yang berlaku di masyarakat untuk mengembangkan aspek afektif siswa kelas III SDN Sawojajar 1 Malang
7 D. Manfaat Penelitian Adapun maksud penulis mengadakan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis, yaiutu seperti berikut : 1. Manfaat teoritis Penelitian ini ditinjau dari segi pengembangan ilmu akan menambah edukasi tentang pengajaran yang baik dan dapat digunakan sebagai referensi terhadap dunia pendidikan 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada para pelaksana pendidikan terutama : a. Bagi Guru (1) Memberi wacana baru tentang pembelajaran aktif melalui metode pembelajaran Role Playing. (2) Memberikan informasi bahwa dengan adanya pembelajaran yang baik maka dapat mewujudkan siswa yang cerdas, terampil, bersikap baik dan berprestasi. (3) Sebagai informasi untuk menerapkan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif b. Bagi siswa (1) Meningkatkan pemahaman siswa akan materi yang telah disampaikan oleh guru
8 (2) Meningkatkan tanggung jawab dan rasa kebersamaan bagi setiap siswa dalam melaksanakan tugas pembelajaran (3) Menciptakan rasa senang selama pembelajaran c. Bagi Peneliti (1) Penelitian ini dapat memperdalam pengetahuan tentang metode pembelajaran dan dapat mengimplementasikan dikelas dengan cara yang baik (2) Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan peneliti tentang materi aturan aturan yang berlaku di masyarakat untuk melatih aspek afektif siswa kelas III SDN Sawojajar 1 Malang dengan menggunakan metode pembelajaran Role Playing E. Batasan Penelitian Penelitian yang berjudul Analisis Penerapan Metode Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing) Pada Materi Aturan Aturan yang Berlaku di Masyarakat untuk Melatih Aspek Afektif Siswa kelas III SDN Sawojajar 1 Malang ini mempuyai batas batas penelitian dalam pelaksanaanya agar terhindar dari pembahasan yang meluas atau menyimpang dari rumusan masalah. Adapun batasan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah sebagai berikut : 1. Penelitian hanya berfokus pada pengembangan aspek afektif siswa dengan metode Role Playing pada mata pelajaran PKn yang dilakukan peneliti di kelas III SDN Sawojajar 1 Malang
9 2. Aspek afektif (Wina Sanjaya. 2007) a. Penerimaan (Receiving/Attending) Kesediaan untuk menyadari adanya suatu fenomena dilingkungannya, dalam pengajaran bentuknya berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya, dan mengarahkannya, kemampuan ini berkaitan dengan keinginan individu untuk terbuka atau peka pada pesan-pesan yang berasal dari lingkungannya. Pada tingkat ini muncul keinginan untuk menerima pesan-pesan, atau para peserta didik sadar akan pesan-pesan itu ada. b. Tanggapan (Responding) Memberikan reaksi terhadap fenomena yang ada di lingkungannya. Meliputi persetujuan, kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan tanggapan c. Penghargaan (Valuing) Penyertaan rasa puas ketika melakukan respon pada pesanpesan menyebabkan individu ingin secara konsisiten menampilkan tindakan itu dalam situasi serupa. Pada tahap ini individu dikatakan menerima suatu nilai dan mengembangkannya, serta ingin terlibat lebih jauh ke dalam nilai tersebut. d. Pengorganisasian (Organization) Individu yang sudah secara konsisten dan berhasil menampilkan suatu nilai, pada suatu saat akan menghadapi situasi dimana lebih dari satu nilai yang bisa ditampilkan. Bila ini terjadi,
10 maka individu akan mulai ingin menata nilai-nilai itu ke dalam suatu sistem nilai, melihat keterkaitan antar nilai dan menetapkan nilai mana yang paling dominan baginya. e. Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value Complex) Memiliki sistem yang mengendalikan tingkah lakunya sehingga menjadi karakteristik gaya hidupnya dan bertindak konsisten sesuai dengan nilai yang dimilikinya. Ini adalah tingkatan tertinggi dari aspek afektif, di mana individu akan berlaku konsisten berdasarkan nilai yang dijunjungnya.