BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan gizi telah ditetapkan secara nasional dalam widyakarya nasional pangan dan gizi (1993) di Jakarta, keluarga jarang menghitung berapa kalori atau berapa gram protein yang dikonsumsi oleh anggota keluarga. Namun demikian, orang tua dituntut untuk menyediakan makanan anak-anaknya dalam jumlah cukup dan memenuhi persyaratan gizi (Khomsan, 2002). Keadaan gizi yang baik dapat di capai dengan memperhatikan pola konsumsi makanan terutama energi, protein, dan zat gizi mikro. Pola konsumsi makanan harus memperhatikan nilai gizi makanan dan kecukupan zat gizi yang dianjurkan. Hal tersebut dapat ditempuh dengan penyajian hidangan bervariasi dan kombinasi. Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan kualitas anak-anak saat ini. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, sistematis dan berkesinambungan. Tumbuh berkembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantiítas yang baik serta benar. Dalam masa tumbuh kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan makanan pada anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna. Budaya jajan menjadi bagian dari keseharian hampir semua kelompok usia dan kelas sosial, termasuk anak usia sekolah dan golongan remaja. Kandungan zat gizi pada makanan jajanan bervariasi, tergantung dari jenisnya yaitu sebagaimana kita ketahui makanan utama, makanan kecil (snack), maupun minuman. Besar kecilnya konsumsi makanan jajanan akan memberikan konstribusi (sumbangan) zat gizi bagi status gizi seseorang.
Perilaku makan yang sering menjadi masalah adalah kebiasaan makan di kantin atau warung di 1 sekitar sekolah dan kebiasaan makan fast food. Makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima atau street food menurut FAO didefinisikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempattempat keramaian umum lain yang langsung dimakan atau dikonsumsi tanpa pengolahan atau persiapan lebih lanjut. Jajanan kaki lima dapat menjawab tantangan masyarakat terhadap makanan yang murah, mudah, menarik dan bervariasi (Mudjajanto, 2005). Sebuah penelitian di Jakarta mengungkapkan bahwa uang jajan anak sekolah rata-rata sekarang berkisar antara Rp 2000 Rp 4000 per hari, bahkan ada yang mencapai Rp 7000. Hanya sekitar 5% anak membawa bekal dari rumah. Sebagian besar dari mereka lebih terpapar pada makanan jajanan kaki lima dan mempunyai kemampuan untuk membeli makanan tersebut, dari segi gizi sebenarnya makanan tersebut belum tentu jelek. Penelitian Widodo (2006) menyatakan makanan jajanan kaki lima menyumbang asupan energi bagi anak sekolah sebanyak 36%, protein 29% dan zat besi 52%. Tetapi keamanan jajanan tersebut baik dari segi mikrobiologis maupun kimiawi masih dipertanyakan, penelitian ini telah ditemukan Salmonella Paratyphi A di 25% - 50% sampel minuman yang dijual di kaki lima. Bakteri tersebut adalah penyebab penyakit tifus pada anak. Penelitian lain yang dilakukan suatu lembaga studi di daerah Jakarta Timur mengungkapkan bahwa jenis jajanan yang sering dikonsumsi oleh anak-anak sekolah adalah lontong, otak-otak, tahu goreng, mie bakso dengan saus, ketan uli, es sirop, dan cilok (Widodo, 2006). Penelitian di Semarang mengungkapkan bahwa uang jajan di sekolah pada siswa sekolah pinggir kota rata-rata perhari adalah Rp 3.088,- sedangkan pada siswa dipusat kota rata-rata uang jajan di sekolah perhari Rp 5.157,-.
Rata-rata uang jajan di luar sekolah per hari pada siswa di pusat kota lebih tinggi yaitu Rp 7.565,- sedangkan pada siswa di pinggir kota rata-rata uang jajan di luar sekolah per hari Rp 2.565,-. Namun demikian jika dilihat dari frekuensi jajannya yaitu rata-rata 6,5 kali per minggu, sedangkan di pusat kota rata-rata 4,6 kali per minggu (Astuti dan Handarsari, 2010). Terkadang anak sekolah tidak tahu akan jajanan yang mereka konsumsi terhadap dampak kesehatan mereka, dari suvei yang dilakukan di SDN 01 Tanahbaya tidak memiliki kantin dan tidak ada siswa yang membawa bekal dari rumah sehingga anak sekolah membeli makanan jajanan di luar lingkungan sekolah, juga banyak siswa yang mengkonsumsi makanan jajanan yang tidak mengenyangkan seperti chikichiki, es sirup, bitingan. Meskipun ada sebagian anak yang sudah mengkonsumsi jajanan yang mengenyangkan seperti biskuit, somay, empek-empek, roti. Kecukupan energi dan protein sangat penting, karena energi dibutuhkan manusia untuk bergerak atau melakukan aktifitas fisik sehari-hari dan untuk memepertahankan kehidupan, yaitu menggerakan proses-proses dalam tubuh, seperti bernafas, sirkulasi darah, denyut jantung, pencernaan dan proses-proses fisiologi lainnya, sedangkan protein zat gizi yang penting bagi tubuh karena di samping berfungsi sebagai sumber energi juga dapat berfungsi sebagai zat pembangun, selain itu protein merupakan bahan pembentuk jaringan baru yang selalu terjadi dalam tubuh terutama pada masa pertumbuhan. Berdasarkan hal tersebut mendorong peneliti untuk meneliti lebih lanjut unutk mengetahui besar kandungan dan kontribusi energi dan protein pada makanan jajanan anak SD yang ada di sekitar sekolah terhadap kebetuhan energi dan protein anak perhari di SDN 01 Tanahbaya dan apakah dengan mengkonsumsi makanan jajanan pada anak akan menambah jumlah asupan zat gizi dari makanan jajanan yang mereka konsumsi sehari-hari, atau malah tidak menambah jumlah asupan zat gizi mereka.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang maka dapat dibuat suatu rumusan masalah yaitu apakah ada hubungan sumbangan energi dan protein makanan jajanan dengan tingkat kecukupan energi dan protein siswa SDN 01 Tanahbaya kecamatan Randudongkal kabupaten Pemalang. C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan sumbangan energi dan protein makanan jajanan dengan tingkat kecukupan energi dan protein siswa SDN 01 Tanahbaya Kecamatan Randudongkal Kabupaten Pemalang. 2. Tujuan Khusus a. Menghitung asupan energi makanan jajanan. b. Menghitung asupan protein makanan jajanan. c. Menghitung sumbangan energi makanan jajanan terhadap angka kecukupan gizi d. Menghitung sumbangan protein makanan jajanan terhadap angka kecukupan gizi e. Menghitung asupan energi makanan perorang perhari (baik makanan utama, jajanan) f. Menghitung asupan protein makanan perorang perhari (baik makanan utama, jajanan) g. Menghitung tingkat kecukupan energi h. Menghitung tingkat kecukupan protein i. Menganalisis hubungan sumbangan energi makanan jajanan dengan tingkat kecukupan energi. j. Menganalisis hubungan sumbangan protein makanan jajanan dengan tingkat kecukupan protein.
D. Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang pentingnya mengkonsumsi makanan jajanan bergizi dan kaitannya dengan tingkat konsumsi energi dan protein bagi siswa. Bagi perencanaan program dapat memberi masukan mengenai perencanaan program gizi khususnya tentang penganekaragaman makanan jajanan