BAB I PENDAHULUAN. Pasar berjangka (futures market) merupakan bagian dari pasar derivatif yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perdagangan tidak lagi berupa benda yang berwujud. Perdagangan berjangka dilakukan di Pasar Berjangka (futures market).

BAB I `PENDAHULUAN. Perdagangan Berjangka merupakan salah satu bentuk investasi baru dimana

PENERAPAN ASAS-ASAS PERJANJIAN JUAL BELI DALAM TRANSAKSI KONTRAK BERJANGKA (FUTURES CONTRACT) DI BURSA BERJANGKA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. berusaha. Jika tidak maka ia akan tertinggal jauh dengan yang lain, baik dari

PERLINDUNGAN HUKUM INVESTOR DALAM TRANSAKSI PADA DERIVATIVES MARKET DI ASIA TRADE POIN FUTURE SURAKARTA

PASAR KOMODITI: Perdagangan Berjangka & Pasar Lelang Komoditi

BAB IX PEMBUKUAN DAN PELAPORAN. Pasal 87

BAB I PENDAHULUAN. dengan kesepakatan Indonesia dalam WTO, APEC, dan AFTA serta Paket

BAB II LANDASAN TEORI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PP 9/1999, PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan ilmu

Perlindungan hukum..., Gista Latersia, FHUI,

PASAR MODAL. Tujuan Pembelajaran. Perbedaan Pasar Modal dan Pasar Uang. Perihal Pasar Modal Pasar Uang Tingkat bunga Relatif rendah Relatif tinggi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I. Setiap organisasi apapun bentuknya akan selalu berupaya semaksimal

BAB II PIALANG BERJANGKA DAN WAKIL PIALANG BERJANGKA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), namun KUHD sendiri tidaklah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. keluarnya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Peransuransian.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Di Indonesia, badan pemerintahan yang mengatur perizinan dan pengawasan kegiatan investasi forex dan komoditi trading dipegang oleh :

BABI PENDAHULUAN Krisis ekonomi yang dialami. Indonesia, membuat ni1ai tukar rupiah

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan saham Asia pada tahun 2013 mengalami penurunan cukup tajam,

BAB I PENDAHULUAN. informasi, transformasi, dan transaksi melalui media internet. Sehingga saat

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini perkembangan akan kebutuhan manusia berkembang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

SURAT BERHARGA PASAR UANG (1) PERTEMUAN 10

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB VII PELAKSANAAN PERDAGANGAN BERJANGKA. Bagian Kesatu Pedoman Perilaku. Pasal 49

STIE DEWANTARA Pasar Modal

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dunia telah dikagetkan dengan sebuah fenomena baru pada kurun waktu

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi merupakan salah satu bentuk badan usaha yang sesuai dengan. badan usaha penting dan bukan sebagai alternatif terakhir.

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. distributor, dan perdagangan. Suatu keuntungan yang besar telah memiliki jaringan

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak perubahan tuntutan dalam kehidupannya. Perubahan. harus disesuaikan dengan kondisi yang melingkupinya.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2007 tentang waralaba (selanjutnya disebut PP No. 42 Tahun 2007) dalam

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

BAB I PENDAHULUAN. krisis ekonomi, turunnya nilai kurs dan indeks harga saham gabungan dari bursa luar

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai jenis sekuritas yang menawarkan tingkat return dengan risiko

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya disebut perdagangan berjangka, dapat dijadikan pilihan investasi yang

BAB I PENDAHULUAN. besar guna melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan memperoleh dan meningkatkan kesejahteraan. 1 Mengingat prospek

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang memiliki persaingan usaha yang sangat ketat

Mengetahui tujuan dan sumber finansial Anda. Siapa saja yang melakukan perdagangan berjangka dan mengapa?

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN PERDAGANGAN KOMODITI BERJANGKA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Menurut Milman (2008) pada wikipedia, bursa berjangka adalah. tempat/fasilitas memperjualbelikan kontrak atas sejumlah komoditi atau

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di Indonesia sebagai negara yang berkembang memang

BAB I PENDAHULUAN. mempertimbangkan faktor lingkungan hidup. Melalui CSR perusahaan tidak

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN DANA KOMPENSASI.

BAB I DEFINISI DAN INTERPRETASI

BAB 1 DEFINISI 100. DEFINISI

2017, No Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

VI. IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG TATA CARA PENYALURAN AMANAT NASABAH KE BURSA BERJANGKA LUAR NEGERI.

PERTEMUAN 14 KONSEP, TRANSAKSI DAN LAPORAN KEUANGAN MATA UANG ASING

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

BAB I PENDAHULUAN. bersifat terbuka, perdagangan sangat vital bagi upaya untuk meningkatkan

BAB II LANDASAN TEORI. perencanaan, implementasi, dan pengendalian dari program-program yang

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. (hedging). Peranan perdagangan berjangka (futures) dalam era globalisasi. dan ketidakpastian ekonomi yang semakin meningkat.

BAB X PELAKSANAAN PERDAGANGAN BERJANGKA. Bagian Kesatu Pedoman Perilaku Pialang Berjangka. Pasal 102

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 93, Tambahan Lembaran

BAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan

BAB I PENDAH ULUAN. masalah kompleks untuk dihadapi tetapi masalah ekonomi menjadi suatu masalah yang sulit

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pemakmur bumi dan sebagai hamba yang dituntut untuk mengabdikan diri

ANALISIS YURIDIS SENGKETA PT. MILLENIUM PENATA FUTURES DAN SYAFI I DENGAN INVESTOR DITINJAU DARI HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan

BAB I PENDAHULUAN. modal yang sehat, transfaran dan efisien. Peningkatan peran di bidang pasar

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB II PERDAGANGAN BERJANGKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Asril Sitompul, Pasar Modal Penawaran Umum Dan Permasalahannya, (Bandung: PT. Citra Adhitya Bakti,2000), hal. 1.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI [LN 1997/93, TLN 3720]

Bursa Berjangka didirikan dengan tujuan menyelenggarakan transaksi Kontrak Berjangka yang teratur, wajar, efisien, efektif, dan transparan.

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. mendukung sistem perekonomian suatu negara. Jika industri perbankan dalam

Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta

Formulir Nomor IV.PRO.10.1 (KOP PERUSAHAAN)

BAB I PENDAHULUAN. era 1997 silam. Hal ini dibuktikan dengan semakin meningkatnya perdagangan di bursa

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

III. METODE PENELITIAN

BAB III PERJANJIAN INVESTASI ANTARA INVESTOR DENGAN PERUSAHAAN PIALANG BERJANGKA. A. Dasar Hukum Untuk Melaksanakan Perjanjian Kerjasama Investasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat PT. Global Artha Futures

BAB I PENDAHULUAN. yang ditimbulkan dapat menyentuh berbagai bidang kehidupan. Korupsi

SKRIPSI. Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan moda transportasi massal yang murah, efisien, dan cepat.

BAB I PENDAHULUAN. dengan menerbitkan saham. Penerbitan saham ini dilakukan oleh berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. memudahkan para pelanggannya (customer) melakukan transaksi perbankan

M E M U T U S K A N : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI TENTANG KETENTUAN TEKNIS PERILAKU PIALANG BERJANGKA.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar berjangka (futures market) merupakan bagian dari pasar derivatif yang digunakan oleh berbagai pihak untuk mengelola resiko. Di Indonesia pasar ini sudah lama dirasakan kebutuhannya, tetapi realisasinya sangat lambat. Berbagai kendala seperti sedikitnya yang berminat jadi promotor, kesan bahwa perdagangan berjangka sama dengan judi dan sebagainya, belum lagi masalah persaingan dan perselisihan antara pemerintah dengan pialang tidak resmi. Krisis ekonomi dan keuangan mereposisikan urgensi akan bursa berjangka di Indonesia yang sudah sangat telat dibanding negara lain yang telah memulai perdagangan sejak abad yang lalu. Akibat kendala diatas maka sosialisasi akan perlunya pasar berjangka menjadi terabaikan. 1 Bursa berjangka di Indonesia sangat potensial untuk memperdagangkan kontrakkontrak komoditi yang banyak di hasilkan Indonesia seperti berjangka kayu lapis, minyak mentah (jenis minas), termasuk juga kontrak keuangan seperti Indeks Saham dan Obligasi sangat potensial untuk diperdagangkan. Selain itu terbuka juga potensial bagi kontrak berjangka lada, cokelat, dan Rupiah/Dolar sebaiknya dikaji lebih dalam karena kekuatan pasar Indonesia tidak cukup signifikan untuk membentuk harga yang wajar. 2 1 DR. Hanafi Sofyan, Perdagangan Berjangka dan Ekonomi Indonesia ( Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2000 ) hal. vii 2 Ibid

Prospek perdagangan berjangka di Indonesia cukup menjanjikan karena selain produsen beberapa komoditi pertanian, pertambangan, Indonesia juga membutuhkan komoditi energi dan finansial dari luar negeri. Hingga saat ini diperkirakan sudah 2500 orang lebih yang telah bertransaksi dalam perdagangan berjangka dan beberapa yang bekerja sebagai tenaga analis, marketing pada perusahaan perdagangan berjangka. Berdasarkan data tersebut sebetulnya sudah cukup tersedia tenaga kerja dan pemain, tetapi mereka belum terbiasa dengan mekanisme transaksi lewat bursa. Selama ini transaksi diamanatkan melalui perusahaan yang beroperasi sebagai commission house tersebut. Akhir-akhir ini juga bermunculan agen pemasaran kontrak berjangka komoditi di bursa berjangka melalui Pialang Berjangka. 3 Pialang berjangka menawarkan banyak kesempatan bagi investor dengan modal dan adanya risiko. Spekulator berjangka sama halnya dengan mereka yang berinvestasi pada saham, obligasi, dan properti yaitu mencari keuntungan dengan mengambil risiko tentunya dengan ekspektasi mendapatkan keuntungan dari pergerakan harga. 4 Kegunaan utama pasar berjangka sama seperti seabad yang lalu yaitu menyediakan mekanisme yang efisien dan efektif untuk manajement risiko harga bagi produsen dan konsumen komoditi dengan melindungi risikonya yang diambil alih oleh spekulan. Jelas tanpa adanya spekulan pasar akan kurang bergairah, dan bursa akan hidup jika banyak locals, yaitu pedagang berjangka yang mengambil risiko dari produsen dan pengguna komoditi dengan maksud mendapatkan keuntungan yang 3 DR. Hanafi sofyan, Op. cit., hal. xi 4 DR. Hamdy Hady, Forex For Manager ( Jakarta : Ghalia Indonesia, 2001 ) hal. 13

berarti. Dengan menganalisa pasar dengan cermat, spekulator menginvestasikan modalnya atas risiko yang ada untuk mendapatkan keuntungan dari fluktuasi harga. 5 Kontrak berjangka komoditi adalah suatu komitmen tetap untuk menyerahkan atau menerima sejumlah komoditi tertentu dengan kualitas yang telah ditetapkan sepanjang masa sebelum jatuh tempo dan dengan harga dibentuk melalui lelang terbuka terus menerus di bursa berjangka. 6 Dalam bertransaksi pada perusahaan pialang berjangka seluruh kegiatan dan sebagian dari fungsi perusahaan tersebut dilakukan oleh seorang wakil pialang. Wakil pialang merupakan orang perorangan yang berdasarkan kesepakatan dengan Pialang Berjangka, melaksanakan sebagian fungsi pialang berjangka. Untuk itu dalam melakukan transaksi kontrak berjangka pada perusahaan pialang berjangka diperlukan peran serta wakil pialang berjangka tersebut. 7 Untuk mempermudah transaksi kontrak berjangka di butuhkan peran serta wakil pialang berjangka agar para Nasabah mengetahui dengan jelas mengenai produk yang akan di perdagangkan di perusahaan tersebut, mengatahui tentang perusahaan tersebut dan legal atau tidaknya perusahaan pialang tersebut, mekanisme bertransaksi dan apa saja keuntungan dan kerugian apabila menjadi Nasabah di perusahaan tersebut. Disahkannya dan diberlakukannya UU No.32 Tahun 1997 tentang perdagangan berjangka komoditi maka diharapkan transaksi ini dapat dilakukan secara legal dan perusahaan yang bergerak di sektor ini harus memiliki izin dari Bappepti. Begitu juga 5 The Fei Ming, Day Trading Valuta Asing (Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2000 ) hal. 3 6 DR. Hanafi Sofyan, Op.Cit., hal. 179 7 Penjelasan Undang-undang No. 32 Tahun 1997 Tentang Perdagangan Berjangka Komoditi

dengan wakil pialang berjangka yang mempunyai peranan penting pada perusahaan pialang berjangka juga harus memiliki izin dari Bappepti. Di samping itu Peraturan Pelaksanaan (PP) yang dikeluarkan pemerintah sebaiknya menetapkan kontrak apa saja yang boleh diperdagangkan, khususnya yang berkaitan dengan bursa luar negeri. 8 B. Perumusan Masalah 1. Bagaimana Pengaturan Hukum Mengenai Perusahaan Pialang Berjangka di Indonesia? 2. Bagaimana Pengaturan Hukum Mengenai Kontrak Berjangka? 3. Bagaimana Peranan Wakil Pialang Berjangka dalam Melakukan Transaksi Kontrak Berjangka di PT. Inter Pan Pasifik Futures Medan? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan pembahasan dalam tulisan ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai perusahaan pialang berjangka dan pengaturannya dalam berbagai peraturan di Indonesia. b. Untuk mengetahui sistem transaksi kontrak berjangka yang ada pada perusahaan pialang berjangka c. Untuk mengetahui peranan wakil pialang berjangka dalam melakukan transaksi kontrak berjangka di PT. Inter Pan Pasifik futures Medan. 8 DR. Hanafi sofyan, Op. cit., hal 4

2. Manfaat Penelitian Melalui penulisan skripsi ini diharapkan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut : a. Manfaat Teoritis Secara teoritis, pembahasan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini tentu saja akan memberikan kontribusi pemahaman, pemikiran dan pandangan baru terhadap Wakil Pialang Berjangka. Di dalam perkembangan selanjutnya akan menjadi masukan bagi para pelaku dunia bisnis dan dapat benar-benar mengetahui pengaturan hukum mengenai wakil pialang berjangka. Selain itu tulisan ini juga bermanfaat sebagai referensi dan perbandingan untuk memperkaya ilmu pengetahuan dalam lingkup Hukum Ekonomi, khususnya dalam kegiatan usaha di Pasar Modal. b. Manfaat Praktis Pembahasan skripsi ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca mengenai Pasar Modal khususnya mengenai Wakil Pialang Berjangka. Selain dari pada itu, penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih kepada masyarakat yang berupa pengetahuan melalui tulisan bagi perkembangan dan kemajuan Pasar Modal di Indonesia. D. Keaslian Penulisan Peranan Wakil Pialang Berjangka Dalam Melakukan Transaksi Kontrak Berjangka (Study : PT. Inter Pan Pasifik Futures Medan) yang diangkat menjadi

judul skripsi ini belum pernah ditulis di Fakultas Hukum. Jika memang terdapat judul yang hampir sama dengan ini, akan tetapi substantif pembahasannya berbeda. Penulis menyusun melalui referensi buku-buku serta bantuan dari berbagai pihak. Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. E. Tinjauan Kepustakaan Perdagangan Berjangka Komoditi, yang selanjutnya disebut Perdagangan Berjangka, adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan jual beli komoditi dengan penyerahan kemudian berdasarkan Kontrak Berjangka dan Opsi atas Kontrak Berjangka. 9 Komoditi adalah barang dagangan yang menjadi subjek kontrak berjangka yang diperdagangkan di Bursa Berjangka. Kontrak Berjangka adalah suatu bentuk kontrak standar untuk membeli atau menjual Komoditi dalam jumlah, mutu, jenis, tempat, dan waktu penyerahan dikemudian hari yang telah ditetapkan, dan termasuk dalam pengertian Kontrak Berjangka ini Opsi atas Kontrak Berjangka. Opsi atas Kontrak Berjangka, yang selanjutnya disebut opsi, adalah suatu kontrak yang memberikan hak kepada pembeli untuk membeli atau menjual Kontrak 10 9 Undang-undang No. 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi 10 Undang-undang No. 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi

Berjangka atas Komoditi tertentu pada tingkat harga, jumlah, dan jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan terlebih dahulu dengan membayar sejumlah premi. 11 Pialang Perdagangan Berjangka, yang selanjutnya disebut Pialang Berjangka adalah badan usaha yang melakukan kegiatan jual beli Komoditi berdasarkan Kontrak Berjangka atas amanat Nasabah dengan menarik sejumlah uang/atau surat berharga tertentu sebagai margin untuk menjamin transaksi tersebut. 12 Nasabah adalah Pihak yang melakukan transaksi Kontrak Berjangka melalui rekening yang dikelola oleh Pialang Berjangka. Margin adalah sejumlah uang atau surat berharga yang harus ditempatkan oleh Nasabah pada Pialang Berjangka, Pialang Berjangka pada Anggota Kliring Berjangka, atau Anggota Kliring Berjangka pada Lembaga Kliring Berjangka untuk menjamin pelaksanaan transaksi Kontrak Berjangka. Wakil Pialang Berjangka adalah orang perseorangan yang berdasarkan kesepakatan dengan Pialang Berjangka, melaksanakan sebagian fungsi Pialang Berjangka. 14 13 F. Metode Penelitian Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih terarah dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, maka metode penelitian yang digunakan antara lain : 11 Undang-undang No. 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi 12 Undang-undang No. 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi 13 Undang-undang No. 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi 14 Penjelasan Pasal 31 ayat (3) Undang-undang No.32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi.

1. Jenis Penelitian Dalam menyusun skripsi ini, digunakan Metode Penelitiann Hukum Normatif. Penelitian Hukum Normatif adalah penelitian dengan hanya mengolah dan menggunakan data-data sekunder. Sedangkan bersifat deskriptif maksudnya penelitian tersebut kadang kala dilakukan dengan melakukan suatu survey ke lapangan untuk mendapatkan informasi yang dapat mendukung teori yang ada. 2. Sumber Data a. Data Primer Data Primer dapat diperoleh langsung dari lapangan melalui wawancara dengan informan yang berasal dari PT. Inter Pan Pasifik Futures Medan dan pihak-pihak yang terkait dan memenuhi karakteristik untuk mendapat gambaran mengenai masalah yang akan di teliti. b. Data Sekunder Data-data sekunder tersebut sebagai berikut : 1. Bahan-bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan Hukum yang mengikat dan terdiri dari : a. Undang-Undang No. 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi b. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Komoditi

c. Peraturan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi No. 57 / Bappepti / KP / 9 / 2005 tentang Izin Wakil Pialang Berjangka d. Surat Keputusan BAPPEPTI No. 64/BAPPEPTI/Per/1/2009 tentang Ketentuan Teknis Perilaku Pialang Berjangka e. Keputusan Kepala BAPPEPTI No. 07/Bappepti/KP/X/1999 tentang Perizinan Pialang Berjangka, Penasihat Berjangka, Pengelola Sentra Pengelola Sentra Dana Berjangka, dan Pedagang Berjangka pada Pasal Dana Berjangka, Wakil Pialang Berjangka, Wakil Penasihat Berjangka, Wakil Pengelola Sentra Dana Berjangka dan Pedagang Berjangka. 2. Bahan-bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti RUU, hasil-hasil penelitian, atau pendapat pakar hukum. 3. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus (hukum), ensiklopedia. 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara : 1. Penelitian Kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau yang disebut dengan data

sekunder. Adapun data sekunder yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah berasal dari buku-buku baik koleksi pribadi maupun dari perpustakaan, dokumen-dokumen pemerintah, termasuk peraturan perundang-undangan. Tahap-tahap pengumpulan data melalui study pustaka adalah sebagai berikut : a. Melakukan inventarisasi Hukum Positif dan bahan-bahan hukum lainnya yang relevan dengan objek penelitian. b. Melakukan penelusuran kepustakaan melalui perpustakaan, artikelartikel, media cetak maupun media elektroni, dokumen-dokumen pemerintah dan peraturan perundang-undangan. c. Mengelompokkan data-data yang relevan dengan permasalahan. d. Menganalisa data-data yang relevan tersebut untuk menyelesaikan masalah yang menjadi objek penelitian. 2. Penelitian Lapangan (field research), yaitu suatu pengumpulan data dengan cara terjun kelapangan dalam hal ini PT. Inter Pan Pasififk Futures Medan guna memperoleh data yang diperlukan, dan data yang diperoleh itu disebut dengan data primer.dalam penelitian ini dilakukan wawancara (interview). Wawancara (interview) situasi peran antar pribadi bertatap muka (face to face), ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada Bapak Benni selaku Wakil Pialang Berjangka di PT. Inter Pan Pasifik Futures Medan yang dirancang untuk

memperoleh jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada seorang independen. 4. Analisis Data Data Primer dan Data Sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian dianalisa secara perspektif dengan menggunakan metode deduktif dan metode induktif. Metode deduktif dilakukan dengan membaca, menafsirkan dan membandingkan, sedangkan metode induktif dilakukan dengan menterjemahkan berbagai sumber yang berhubungan dengan topik dalam skripsi ini, sehingga diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan. G. Sistematika Penulisan Dalam menghasilkan karya ilmiah yang baik, pembahasannya harus diuraikan secara sistamatis. Untuk mempermudah penulisan skripsi ini diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur yang terbagi dalam bab perbab yang saling berangkaian satu sama lain. Adapun sistematika penulisan skripsi ini antara lain : BAB I : Beisikan pendahuluan yang merupakan bab yang memberikan ilustrasi guna memberikan informasi yang bersifat umum dan menyeluruh serta sistematis yang terdiri dari latar belakang, perumusan masalah kemudian dilanjutkan dengan tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan yang kemudian diakhiri oleh sistematika penulisan.

BAB II : Berisikan Hal-hal yang mengenai Perusahaan Pialang Berjangka di Indonesia, dimulai dari Pengertian Perusahaan Pialang Berjangka, Dasar Hukum Perusahaan Pialang Berjangka, kemudian dilanjutin dengan Kegiatan Usaha Yang Dilakukan Perusahaan Pialang Berjangka, Hak dan Kewajiban Perusahaan Pialang Berjangka, Pengaturan Mengenai Wakil Pialang Berjangka di Indonesia kemudian mengenai Izin Wakil Pialang Berjangka Yang Diberikan Oleh BAPPEPTI. BAB III : Merupakan bab yang berisikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Pengaturan Hukum Mengenai Kontrak Berjangka, yang dimulai dengan Pengertian Kontrak Berjanngka, Pengaturan Hukum Kontrak Berjangka di Indonesia, Mekanisme Transaksi Kontrak Berjangka di Indonesia. BAB IV : Merupakan bab yang berisikan pembahasan mengenai Pialang Berjangka Dalam Melakukan Transaksi Kontrak Berjangka di PT. Inter Pan Pasifik Futures Medan, Gambaran umum PT. Inter Pan Pasifik Futurres Medan, Mekanisme Transaksi Kontrak Berjangka, Peranan Wakil Pialang Berjangka Dalam Melakukan Transaksi Kontrak Berjangka, Hambatan yang Diahadapi Wakil Pialang Berjangka, dan Penyelesaian Hambatan yang Dihadapi Wakil Pialang Berjanngka di PT. Inter Pan Pasifik Futurres Medan. BAB V : Merupakan bab akhir yang berisi kesimpulan dari semua bab terdahulu yang telah dijelaskan serta saran-saran sebagai suatu solusi atau masukan terhadap masalah yang akan dibahas dan mungkin akan