KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MARKAS BESAR SKEMA SERTIFIKASI PETUGAS PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS JAKARTA, 8 FEBRUARI 2017 0
1
1. LATAR BELAKANG 1.1 Penegakan hukum yang dilakukan oleh polisi untuk menyelesaikan konflik secara beradab, mencegah agar tidak terjadi konflik yang lebih luas, memberikan perlindungan dan pengayoman kepada korban dan pencari keadilan lainnya, memberikan kepastian hukum serta memberikan edukasi; 1.2 Tuntutan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Kepolisian Negara Republik Indonesia diberikan tanggung jawab untuk melakukan pembinaan dan penyelenggaraan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi, penegakkan hukum, operasional manajemen dan rekayasa lalu lintas serta pendidikan berlalu lintas; 1.3 Sebagai upaya untuk mewujudkan dan menciptakan kamseltibcarlantas, untuk meningkatkan kualitas keselamatan dan menurunkan fatalitas korban kecelakaan lalu lintas, membangun budaya tertib berlalu lintas dan pelayanan di bidang lalu lintas; 1.4 Berkaitan dengan hal tersebut, salah satu tanggung jawab Polri dalam penyelenggaraan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan kepada masyarakat adalah penindakan pelanggaran lalu lintas; 1.5 Untuk memastikan bahwa penindakan pelanggaran lalu lintas dilaksanakan secara profesional, proporsional, transparan dan akuntabel serta adanya rasa keadilan, harus dilaksanakan oleh petugas yang memiliki kompetensi di bidang tersebut. 2. RUANG LINGKUP SKEMA SERTIFIKASI Seluruh personel Polri. 3. TUJUAN SERTIFIKASI 3.1 Memastikan dan memelihara kompetensi Petugas Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas sesuai dengan tuntutan kepolisian dan tuntutan profesi; 3.2 Sebagai acuan dalam melaksanakan asesmen oleh LSP Polri. 4. ACUAN NORMATIF 4.1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP); 2
4.2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; 4.3. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemerikasaan Kendaraan Bermotor Dijalan dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; 4.4. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2012 tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana; 4.5. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 12 Tahun 2016 tentang tata cara penyelesaian perkara pelanggaran lalu lintas; 4.6. Keputusan Kepala Korps Lalu Lintas Polri Nomor: Kep/7/III/2012 tanggal 14 Maret 2012 tentang Standar Operasional Prosedur Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dengan Sistim Tilang; 4.7. Keputusan Kepala Korps Lalu Lintas Polri Nomor: Kep/36/II/2017 tanggal 13 Februari 2017tentang Standar Kompetensi Kerja Khusus Petugas Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas. 5. KEMASAN / PAKET KOMPETENSI KERJA 5.1. Jenis Kemasan: Okupasi; 5.2. Rincian Unit Kompetensi. NO KODE UNIT JUDUL UNIT KOMPETENSI 1 POL.LTS.PPPLL.001.1 Melakukan Persiapan Pelaksanaan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas 2 POL.LTS.PPPLL.002.1 Melaksanakan Penindakan 3 POL.LTS.PPPLL.003.1 Menindaklanjuti Berkas Tilang 6. PERSYARATAN DASAR PEMOHON SERTIFIKASI 6.1 Personel Polri aktif; 6.2 Berpangkat paling rendah Bripda; 6.3 Pernah mengikuti dikbangspes dan atau pelatihan penindakan pelanggaran lalu lintas; 3
6.4 Direkomendasikan oleh kepala satuan kerja. 7. HAK PEMOHON SERTIFIKASI DAN KEWAJIBAN PEMEGANG SERTIFIKAT 7.1. Hak Peserta Sertifikasi. 7.1.1. Berhak mendapatkan penjelasan tentang proses sertifikasi; 7.1.2. Berhak mendapatkan sertifikat kompetensi; 7.1.3. Berhak banding atas keputusan sertifikasi bila dinyatakan belum kompeten. 7.2. Kewajiban Peserta Sertifikasi. 7.2.1. Memenuhi semua persyaratan administrasi asesmen; 7.2.2. Mengikuti seluruh rangkaian kegiatan asesmen; 7.2.3. Mematuhi peraturan dalam proses asesmen. 7.3. Kewajiban Pemegang Sertifikat. 7.3.1. Mengisi log book pemegang sertifikat; 7.3.2. Memelihara kompetensi sesuai dengan lingkup sertifikat kompetensi yang dimiliki; 7.3.3. Melaporkan kepada Kalemdiklat/Ka LSP Polri melalui Kakorlantas Polri apabila pemegang sertifikat pindah tugas ke kesatuan lain yang bukan bidang sertifikat kompetensinya. 8. BIAYA SERTIFIKASI Biaya sertifikasi bersumber dari APBN dan atau sumber lain yang sah secara hukum dan bersifat tidak mengikat, biaya sertifikasi mencakup: 8.1. Biaya tahap persiapan 8.1.1. Rapat persiapan; 8.1.2. ATK termasuk penggandaan soal; 8.1.3. Penggunaan sarana, fasilitas dan peralatan uji kompetensi; 8.1.4. Verifikasi Tempat Uji Kompetensi (TUK). 8.2. Biaya tahap pelaksanaan 8.2.1. Akomodasi dan transportasi; 8.2.2. Honor panitia dan asesor; 8.2.3. Rapat komite; 8.2.4. Cetak sertifikat; 8.2.5. Pendistribusian sertifikat. 4
8.3. Biaya pembuatan laporan 8.3.1. Penyusunan laporan; 8.3.2. Pencetakan dan penggandaan laporan; 8.3.3. Pengiriman laporan. 9. PROSES SERTIFIKASI 9.1. Proses pendaftaran 9.1.1. Pemohon akan diberikan penjelasan proses sertifikasi mencakup persyaratan, penjelasan proses penilaian, hak pemohon, dan kewajiban pemegang sertifikat serta dipublikasikan dalam website LSP Polri; 9.1.2. Pemohon menyetujui persyaratan sertifikasi dan memberikan informasi yang diperlukan untuk asesmen; 9.1.3. Permohonan sertifikasi dilakukan melalui surat permohonan dari Kapolda melalui Kakorlantas atau Kakorlantas Polri kepada Ka LSP Polri; 9.1.4. Persyaratan pendaftaran: Mengisi aplikasi permohonan peserta sertifikasi, dengan melampirkan: a. Surat perintah dan atau surat rekomendasi dari Kasatker untuk mengikuti sertifikasi; b. Foto copy SK penempatan di FT Lalu lintas; c. Foto copy ijazah pendidikan umum terakhir; d. Foto copy ijazah/sertifikat/surat keterangan mengikuti Dikbangspes dan/atau pelatihan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas; e. Daftar riwayat hidup; f. Surat Keterangan sehat dari dokter Polri; g. Pas photo berwarna PDH, dengan ukuran 3x4 sebanyak 2 lembar, 4x6 sebanyak 2 lembar (perwira latar belakang warna merah dan bintara latar belakang warna kuning). Persyaratan poin a sampai dengan g diterima LSP paling lambat 1 (satu) minggu sebelum sertifikasi. 5
9.1.5. LSP akan memverikasi berkas pendaftaran pemohon untuk memastikan bahwa pemohon telah memenuhi persyaratan sebagai peserta sertifikasi. a. Apabila dokumen persyaratan pemohon sertifikasi sesuai dengan persyaratan yang diajukan, maka yang bersangkutan diterima sebagai peserta sertifikasi; b. Apabila dokumen persyaratan pemohon sertifikasi tidak memenuhi persyaratan, maka yang bersangkutan ditolak sebagai peserta sertifikasi. 9.2. Proses Asesmen 9.2.1. Proses asesmen dilaksanakan berdasarkan jadwal yang ditetapkan, dengan menerapkan prosedur asesmen yang telah ditetapkan dalam skema sertifikasi; 9.2.2. Apabila ada perubahan skema sertifikasi yang mengharuskan asesmen tambahan, LSP Polri mendokumentasikan metoda dan prosedur yang diperlukan untuk melakukan verifikasi agar para pemegang sertifikat memenuhi persyaratan yang diubah; 9.2.3. Untuk menjamin verifikasi persyaratan skema sertifikasi, asesmen direncanakan dan disusun secara obyektif dan sistematis dengan bukti terdokumentasi untuk memastikan kompetensi peserta; 9.2.4. Untuk menjamin setiap asesmen sah dan adil, LSP Polri melakukan verifikasi metoda untuk asesmen peserta sertifikasi; 9.2.5. LSP Polri melakukan verifikasi terhadap kebutuhan peserta asesmen secara umum dan menyediakan kebutuhan khusus bagi peserta sertifikasi yang berkebutuhan khusus, sepanjang integritas asesmen tidak dilanggar, serta mempertimbangkan aturan yang berlaku di lingkungan Polri; 9.2.6. LSP Polri akan mempertimbangkan hasil penilaian dari badan atau lembaga lain berkaitan dengan portofolio peserta sertifikasi. LSP Polri menjamin ketersediaan laporan, data dan rekaman yang menunjukkan bahwa hasil-hasilnya setara, dengan persyaratan sebagai berikut: a. Skep Penyidik; 6
b. SK Penempatan pada fungsi Lalu Lintas pada bagian Penindakan Pelanggaran akumulasi selama 5 (lima) tahun; c. Memiliki bukti Penindakan pelanggaran menggunakan e-tilang sebanyak 1.000 pelanggar / perkara. d. Tidak pernah melakukan pelanggaran disiplin dan pelanggaran kode etik profesi yang dikuatkan dengan surat keterangan dari kasatker. e. Pernah mendapat minimal 1 (satu) penghargaan dibidang lalu lintas dengan bukti piagam/sertifikat dari kasatker. 9.2.7. Apabila bukti-bukti kompetensi telah memenuhi aturan bukti Valid, Asli, Terkini dan Memadai (VATM), maka peserta sertifikasi direkomendasikan kompeten dan apabila bukti-bukti kompetensi belum memenuhi VATM direkomendasikan untuk mengikuti uji kompetensi. 9.3. Proses uji kompetensi 9.3.1. Uji kompetensi dilakukan dengan cara test tertulis dan atau test lisan dan simulasi dan atau praktek di TUK tempat kerja atau Tempat Uji Kompetensi (TUK) yang disimulasikan seperti tempat kerja; 9.3.2. Uji kompetensi dilaksanakan di TUK tempat kerja atau ditempat lain yang telah diverifikasi sesuai dengan skema sertifikasi; 9.3.3. Uji kompetensi dilaksanakan oleh asesor kompetensi yang kompeten sesuai dengan ruang lingkup skema sertifikasi; 9.3.4. Rekomendasi hasil uji kompetensi diputuskan oleh asesor kompetensi berdasarkan pengumpulan bukti selama uji kompetensi dan dilaporkan ke LSP Polri; 9.3.5. Apabila bukti-bukti kompetensi telah memenuhi aturan bukti VATM, direkomendasikan kompeten dan apabila bukti-bukti kompetensi belum memenuhi VATM direkomendasikan belum kompeten. 9.4. Keputusan Sertifikasi 9.4.1. Keputusan sertifikasi dilakukan oleh LSP Polri melalui rapat komite sertifikasi yang dilaksanakan oleh komite sertifikasi LSP Polri berdasarkan rekomendasi keputusan asesor; 7
9.4.2. LSP Polri melakukan verifikasi dokumen rekaman asesmen berdasarkan informasi yang dikumpulkan selama proses asesmen dan menetapkan status kompetensi sesuai skema sertifikasi; 9.4.3. LSP Polri memberikan sertifikat kepada semua peserta yang dinyatakan kompeten sesuai dengan skema sertifikasi; 9.4.4. Sertifikat kompetensi berlaku dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung mulai tanggal diterbitkannya dan dapat diperpanjang selama pemegang sertifikat masih bertugas dibidang penindakan pelanggaran lalu lintas. 9.5. Pembekuan dan Pencabutan Sertifikat Pembekuan dan pencabutan sertifikat dilakukan kepada pemegang sertifikat bilamana: 9.5.1. Pembekuan sertifikat dilakukan bilamana: a. Apabila pemegang sertifikat kompetensi menjadi status tersangka dalam suatu tindak pidana maka LSP Polri membekukan sementara sertifikat kompetensi; b. Sudah tidak bertugas lagi pada fungsi Lalu Lintas. Selama pembekuan sertifikat, pemegang sertifikat diwajibkan mengikuti program pembinaan yang ditetapkan oleh satuan kerja pada fungsi lalu lintas; 9.5.2. Pencabutan sertifikat dilakukan bilamana: a. Terbukti melanggar kode etik profesi Polri; b. Tidak dapat melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensinya (sakit dan pensiun); c. Melakukan tindak pidana dan telah mendapatkan putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap (inkrah). Setelah pencabutan sertifikat, pemegang sertifikat tidak berhak menggunakan sertifikat tersebut. 9.6. Pemeliharaan sertifikasi/surveillance 9.6.1. Surveillance minimal dilakukan sekali dalam jangka waktu masa berlaku sertifikat kompetensi; 8
9.6.2. Surveillance dilaksanakan dengan memonitor kinerja pemegang sertifikat melalui: a. Pelaporan dari kasatker; dan atau b. Pelaporan pembina fungsi. 9.7. Proses Sertifikasi Ulang/Perpanjangan Sertifikat kompetensi dapat diperpanjang sebelum masa berlakunya berakhir dengan persyaratan: 9.7.1. Mengajukan perpanjangan sertifikat 2 (dua) bulan sebelum masa berlaku sertifikat berakhir. Korlantas Polri mengajukan surat permohonan perpanjangan sertifikat kompetensi dan apabila 2 (dua) bulan setelah masa berlaku sertifikat berakhir belum mengajukan permohonan perpanjangan maka terhadap pemegang sertifikat tersebut dikenakan prosedur sebagai peserta/pemohon baru; 9.7.2. Melampirkan surat rekomendasi dari kepala satuan kerja pemegang sertifikat kompetensi; 9.7.3. Melampirkan sertifikat kompetensi asli yang akan diperpanjang; 9.7.4. Melampirkan fotocopy Logbook (catatan penugasan selama memegang sertifikat) dilampiri bukti pendukung; 9.7.5. Pas photo berwarna PDH, dengan ukuran 3x4 sebanyak 2 lembar, 4x6 sebanyak 2 lembar (Perwira latar belakang warna merah dan Bintara latar belakang warna kuning). 9.8. Penggunaan Sertifikat 9.8.1. Sertifikat hanya berlaku di lingkungan Polri; 9.8.2. Sertifikat dapat digunakan sebagai dokumen pendukung usulan promosi ke tingkat jabatan berikutnya; 9.8.3. Pemegang sertifikat kompetensi harus menandatangani pernyataan untuk: a. Mematuhi ketentuan yang relevan dalam skema sertifikasi; b. Membuat pernyataan bahwa sertifikasi yang diterima hanya untuk ruang lingkup sertifikasi yang telah diberikan; c. Tidak menyalahgunakan sertifikasi yang dapat mencemarkan Polri secara umum dan LSP Polri khususnya; 9
d. Menghentikan penggunaan semua pengakuan atas sertifikasi apabila sertifikat dibekukan atau dicabut, dan mengembalikan sertifikat ke LSP Polri. 9.9. Banding 9.9.1. LSP Polri menetapkan prosedur untuk menerima, melakukan kajian, dan membuat keputusan terhadap banding secara konstruktif, tidak berpihak dan diselesaikan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja setelah banding diterima; 9.9.2. Penjelasan mengenai keputusan hasil penanganan banding disampaikan kepada pemohon dan atasan pemohon. 10