BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembangunan dan pengembangan kepariwisataan Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Dispaerkraf Provinsi Lampung bersama Disparbud Lampung Selatan sejak tahun

BAB III HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Pariwisata Kabupaten Lampung Selatan. ini memiliki luas wilayah 2.109,74 Km 2

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. daerah tersebut. Menurut Masyhudzulhak dalam Proceeding Book. Simposium Ilmu Administrasi Negara untuk Indonesia (2011) daerah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tanah yang subur, yang merupakan sumber daya alam yang sangat berharga bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata memiliki multiplayer effect atau efek pengganda yaitu berupa

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik,

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

BAB I PENDAHULUAN. Adanya destinasi pariwisata merupakan salah satu bagian dari pembangunan

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN. bagi pendapatan suatu negara. Pada tahun 2007, menurut World Tourism

PERAN RETRIBUSI OBYEK WISATA DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. Menurut Perda Nomor 6 Tahun 2011 tentang kepariwisataan, pengembangan dan

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 menyebutkan bahwa: Negara Indonesia ialah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30

BAB IV PENENTUAN PRIORITAS TUJUAN WISATA BERDASARKAN ASPEK PENAWARAN WISATA

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. Itu terjadi tidak saja di hampir setiap negara di dunia ini, tetapi juga di dalam negeri sendiri, yang

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 dan tahun Bahkan pada tahun 2009 sektor pariwisata. batu bara, dan minyak kelapa sawit (Akhirudin, 2014).

BAB I PENDAHULUAN [TYPE HERE] [TYPE HERE]

LAMPIRAN. Pertanyaan wawancara untuk Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul. kelebihannya bila dibandingkan dengan pariwisata di daerah lain?

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 22

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Hal ini dapat menggerakkan pertumbuhan industri pada sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi

KAJIAN PENENTUAN ALTERNATIF RUTE PERJALANAN PARIWISATA DI KPP KALIANDA KABUPATEN LAMPUNG SELATAN T E S I S

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beribu

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keleluasaan kepada daerah Kota/kabupaten untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh pantai bisa didapat secara langsung dan tidak langsung. Manfaat yang

BAB I PENDAHULUAN. daerah, maka program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan potensi

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan dan investasi senantiasa menjadi dua sektor pendulang pendapatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara selain dari sektor

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BAB I. Pendahuluan. Kepariwisataan yaitu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, selain Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. World Travel and Tourism Council mencatat bahwa Australia memiiki

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa terbesar di bawah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. antara lain berupa keanekaragaman hayati, keunikan budaya tradisional, keindahan

I. PENDAHULUAN. budaya. Upaya-upaya penemuan dan pengembangan potensi-potensi tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

Pembangunan pariwisata di Indonesia berdasarkan Undang Undang No. 10. Tahun 2009 tentang Kepariwisataan mempunyai tujuan antara lain: (a)

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata di Kota Padang sangat penting dikarenakan Kota Padang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain.

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu sumber pendapatan daerah. Program pengembangan dan pendayagunaan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memperbesar pendapatan asli daerah maka pemerintah perlu. pariwisata dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kemajuan ekonomi suatu negara adalah sektor pariwisata. Berdasarkan

ANGGARAN DASAR FORUM KOMUNIKASI KELOMPOK SADAR WISATA KOMUNITAS PUTERA KRAKATAU /KPK KABUPATEN LAMPUNG SELATAN PROVINSI LAMPUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan dari

BAB I PENDAHULUAN. karena masyarakat lah yang berinteraksi secara langsung dengan wisatawan.

ARAHAN BENTUK, KEGIATAN DAN KELEMBAGAAN KERJASAMA PADA PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PANTAI PARANGTRITIS. Oleh : MIRA RACHMI ADIYANTI L2D

STUDI PERAN STAKEHOLDER DALAM PENGEMBANGAN SARANA PRASARANA REKREASI DAN WISATA DI ROWO JOMBOR KABUPATEN KLATEN TUGAS AKHIR. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Era otonomi daerah, sektor pariwisata memegang peranan penting dalam

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. yang serius dari pemerintah. Hal ini didukung dengan adanya program

BAB I PENDAHULUAN. pembatasan terhadap arti kalimat dalam judul skripsi. Untuk memudahkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan masih banyaknya rakyat miskin. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah)

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. segi sarana dan prasarana (Ajeng, 2012). Pengunjung wisata merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara karena merupakan salah satu sumber devisa.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan sebagai destinasi wisata nasional dalam Masterplan Kementerian

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan pembangunan dan pengembangan kepariwisataan Indonesia dimaksudkan supaya daya tarik wisata yang dimiliki negara ini dapat dikenal, baik oleh masyarakat nusantara maupun masyarakat mancanegara. Pembangunan kepariwisataan dapat didayagunakan secara optimal, dengan tetap menjaga keutuhan dan keasliannya, serta menghindarkan dari kerusakan kerusakan, sehingga akan diperoleh manfaat bagi kehidupan. Pariwisata merupakan sektor yang sangat potensial bagi penerimaan devisa negara, pengembangan sektor pariwisata juga ditunjukkan sebagai salah satu alternatif dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya pada jurnal ilmiah dapat disimpulkan bahwa pembangunan kepariwisataan dapat meningkatkan keuangan negara melalui instrumen Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang diperoleh dari usaha pengelolaan tempat wisata, perizinan usaha pariwisata, pajak, dan retribusi yang berkaitan dengan pariwisata, namun dalam pengelolaan obyek wisata masih terdapat beberapa kelemahan seperti: belum optimalnya sarana dan prasarana yang tersedia di obyek wisata, hambatan dalam akses angkutan umum maupun kendaraan pribadi untuk

2 mencapai obyek wisata, kualitas pelayanan yang belum optimal kepada pengunjung obyek wisata, dan informasi tentang obyek wisata belum sepenuhnya dengan mudah dapat diperoleh dari berbagai macam sumber. PAD yang dihasilkan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Lampung Selatan melalui retribusi pariwisata periode 30 Desember 2013 adalah sebesar Rp. 115.000.000,- (www.pemkablamsel.go.id, diakses pada 25 November 2014), sedangkan jumlah total PAD tahun 2013 adalah Rp.100,051 miliar (http://lampungselatankab.bps.go.id, diakses pada 06 Desember 2014). Berdasarkan data tersebut maka kontribusi PAD pariwisata terhadap total PAD tahun 2013 adalah 0,001149%. Kontribusi tersebut tentunya sangat kecil apabila dibandingkan dengan potensi pariwisata yang terdapat di Kabupaten Lampung Selatan. Pendapatan tersebut diperoleh secara langsung dengan mengelola dua obyek wisata yang ada di Lampung Selatan, yaitu: pemandian Way Belerang dan penginapan di Pulau Sebesi, sedangkan untuk pengelolaan objek wisata selain dua objek tersebut telah dikelola oleh swasta dan masyarakat (hasil wawancara dengan Bapak Bambang, tanggal 27 November 2014). Pasal 4 Undang Undang Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan dalam Muljadi (2012: 33) menyebutkan 10 tujuan penyelenggaraan kepariwisataan Indonesia yaitu: (1) meningkatkan pertumbu han ekonomi, (2) meningkatkan kesejahteraan rakyat, (3) menghapus kemiskinan, (4) mengatasi pengangguran, (5) melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya, (6) memajukan kebudayaan, (7) mengangkat citra bangsa, (8) memupuk rasa cinta tanah air, (9) mempe rkukuh jatidiri dan kesatuan bangsa, serta (10) mempererat persahabatan antar bangsa.

3 Muljadi (2012: 82-86) menyatakan bahwa Pembangunan kepariwisataan apabila dikembangkan secara efektif akan dapat memberikan keuntungan seperti : dapat memberikan pekerjaan dan penghasilan kepada masyarakat daerah, menghasilkan devisa bagi negara yang bersangkutan, sebagai perangsang bagi pengembangan aktivitas ekonomi lainnya seperti pertanian, melindungi dan memelihara ciri khas lingkungan yang khusus, misalnya pantai pantai, taman taman, pemandangan, yang dapat digunakan dan dinikmati oleh penduduk dan para wisatawan. Namun, apabila sektor pariwisata tidak dikembangkan dengan baik, maka pariwisata dapat menimbulkan masalah masalah seperti: banyak kebocoran devisa (leakages) jika bahan yang dipakai dalam pengembangan dan operasi pariwisata diimpor, atau jika fasilitas fasilitas pariwisata dimiliki atau dikelola orang asing atau jika banyak staf asing dipekerjakan dalam pariwisata, pengotoran lingkungan, misalnya pengotoran udara, pengotoran air dan perusakan terhadap sistem ekologis. Berdasarkan uraian diatas dapat terlihat bahwa pembangunan kepariwisataan harus dilaksanakan melalui perencanaan yang baik. Perencanaan pengembangan pariwisata harus diintegrasikan dengan perencanaan dan pengembangan secara keseluruhan supaya pengembangan pariwisata benar benar efektif, sehingga keseimbangan pengembangan atau pembangunan pariwisata di daerah dapat tercapai. Perkembangan pariwisata di Provinsi Lampung dapat dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara pada tabel dibawah ini:

4 Tabel 1.1 Jumlah Dan Pengeluaran Wisatawan Nusantara Di Provinsi Lampung Tahun 2009 2013 Tahun Jumlah Tamu Nusantara Presentase Perubahan Rata Rata Pengeluaran Per Orang Per Hari Per Kunjungan Jumlah Pengeluaran ( Rupiah ) 2009 339.457 400.000,00 640.000,00 217.252.480.03 2010 393.180 16% 425.480,00 633.965,20 249.262.437.336 2011 534.754 36% 452.580,00 687.921,60 367.868.827.286 2012 562.535 5% 481.409,00 707.671,23 398.089.835.368 2013 810.960 44% 512.075,00 803.957,75 651.977.576.940 Total 2.640.886 2.271.544,00 3.473.515,78 1.884.451.156.930 Sumber : Data Diolah oleh Peneliti dari Dokumentasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Lampung Tahun 2013 Berdasarkan data pada tabel 1.1, Perkembangan jumlah wisatawan nusantara di Provinsi Lampung menunjukkan kenaikan dari tahun 2009 2013 dengan presentase kenaikan tertinggi pada tahun 2013 yaitu sebesar 44% dengan selisih jumlah sebanyak 248.425 orang, sedangkan tahun 2012 merupakan peningkatan jumlah wisatawan nusantara dengan presentase terkecil yaitu sebesar 5% dengan selisih sebanyak 27.781 orang atau dengan menggunakan perbandingan antara selisih wisatawan nusantara terbesar dengan selisih jumlah terkecil adalah 9 : 1, dan dengan presentase kenaikan terbesar yaitu 44% maka jumlah pengeluaran maksimal wisatawan nusantara yang dihasilkan dari sektor pariwisata di Provinsi Lampung tahun 2009 2013 adalah sebesar Rp. 651.977.576.940,-,dengan kunjungan wisatawan nusantara di Provinsi Lampung yang selalu mengalami kenaikan sangat berpotensi untuk lebih dikelola dan dikembangkan sehingga akan diperoleh manfaat bagi daerah dan masyarakat sekitar daya tarik wisata.

5 Tabel 1.2 Jumlah Dan Pengeluaran Wisatawan Mancanegara di Provinsi Lampung Tahun 2009 2013 Tahun Jumlah Tamu Mancanegara Presentase Perubahan Rata Rata Pengeluaran Per Orang (USD) Jumlah Pengeluaran Per Hari Per Kunjungan ( USD ) 2009 2.828 83,25 349,65 988.810 2010 2.227-21% 90,48 339,30 755.621 2011 5.337 140% 93,19 362,51 1.934.711 2012 15.358 188% 94,48 386,42 5.934.688 2013 17.385 13% 90,00 495,00 8.605.575 Total 43.135 451,40 1.932,88 18.219.405 Sumber : Data Diolah oleh Peneliti dari Dokumentasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Lampung Tahun 2013 Berdasarkan tabel 1.2 dapat dilihat bahwa perubahan jumlah wisatawan mancanegara di Provinsi Lampung bersifat fluktuatif. Pada tahun 2010 mengalami penurunan sebanyak 601 orang dan pada tahun 2011 kembali naik dan terus mengalami kenaikan sampai tahun 2013 dengan presentase kenaikan terbesar pada tahun 2012 atau sebanyak 10.021 orang, dengan presentase kenaikan terbesar yaitu 188% maka jumlah pengeluaran maksimal wisatawan mancanegara yang dihasilkan dari sektor pariwisata di Provinsi Lampung tahun 2012 adalah sebesar 5.934.688 USD, dengan banyaknya wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Lampung tentunya akan meningkatkan kebutuhan nilai tukar USD terhadap IDR (Rupiah) sehingga akan menambah cadangan kas pemerintah daerah dalam bentuk mata uang asing USD. Kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu dari lima belas Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Lampung, dan letaknya berada di ujung selatan Pulau Sumatera. Daerah ini dapat dikatakan sebagai muara dari Trans Sumatera atau

6 sebagai pintu gerbang Pulau Sumatera. Berkaitan dengan letaknya yang strategis dan luasnya wilayah tersebut dengan berbagai macam potensi sumberdaya alam yang dimiliki, serta berbagai corak kegiatan perekonomian, maka kegiatan pariwisata di Kabupaten Lampung Selatan berpotensi untuk dikembangkan.kabupaten Lampung Selatan memiliki banyak obyek wisata yang dapat dikunjungi sebagai tempat rekreasi dan berada di dekat wilayah pesisir dengan keindahan pantai, pulau, dan air terjun. Salah satu wilayah di Kabupaten Lampung Selatan yang memiliki potensi pariwisata adalah Kecamatan Rajabasa. Kecamatan Rajabasa memiliki keunikan tersendiri, karena di wilayah Kecamatan Rajabasa terdapat wisata budaya, alam, pulau, dan pegunungan. Wisata yang ada di wilayah Kecamatan Rajabasa antara lain Pantai Canti, Pantai Banding Resort, Pantai Kahai, Pantai Kunjir, Pantai Way Muli, Pantai Suak, Pulau Sebesi, Wisata Alam Krakatau, Air Terjun Ciperes, Air Terjun Sarmun, Gunung Rajabasa, dan makam Habib Ali. Namun, pantai wisata di wilayah Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, masih belum dikelola dengan baik, banyak wisata pantai masih digarap secara perorangan. Untuk itu, pembangunan dan pengembangan wisata di Kecamatan Rajabasa perlu mendapatkan dukungan pemerintah, instansi terkait, masyarakat, dan investor agar potensi yang dimiliki oleh suatu daerah dapat dimanfaatkan maksimal. (dalam Lampung Post, 2012-11-17 16:24 WIB ). Way Muli merupakan salah satu desa yang terdapat di kecamatan Rajabasa dengan keberagaman daya tarik alam, budaya, dan buatan. Daya tarik alam terdiri dari ; Pantai Wartawan, Pantai Putri, Pantai Merpati, Area Jaring Arad, dan Saung Bukit. Daya tarik budaya seperti; pertunjukan seni pencak silat dan debus, pertunjukan

7 orkes, kegiatan Ruat (syukuran laut) nelayan, ziarah di petilasan Syekh,tari tradisional, dan band. sedangkan daya tarik buatan berupa ; gazebo, taman pantai,dan fasilitas pemancingan/wedding. Pembangunan dan pengelolaan kepariwisataan di Lampung Selatan telah dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi masyarakat atau dengan menggunakan model pengembangan pariwisata berbasis masyarakat ( Community Based Tourism) dengan membentuk Kelompok Sadar Wisata atau Pokdarwis berdasarkan Keputusan Bupati Lampung Selatan Nomor B/612.a/III.16/HK/2013 tentang Penetapan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dan Forum Komunikasi Kelompok Sadar Wisata (Forkom Pokdarwis) Di Kabupaten Lampung Selatan. Berdasarkan Keputusan Bupati Lampung Selatan tersebut telah disahkannya 9 Pokdarwis dan 1 Forkom Pokdarwis yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 1.3 Daftar Kelompok Sadar Wisata ( Pokdarwis ) Dan Forum Komunikasi Kelompok Sadar Wisata ( Forkom Pokdarwis ) Di Kabupaten Lampung Selatan 1 No Lokasi Pokdarwis/ Forkom Pokdarwis Kec Desa Nama Pokdarwis/ Forkom Pokdarwis Nama Pengurus Way Muli Karang Upas Ketua : Samhudi Sekretaris : Samsudin, Sy Bendahara : Faturrohman 2 Banding Of Deling Rajabasa Ketimbang 3 Canti Gema Wisata Canti Indah 4 Tejang Pulau Sebesi Ketua : Riza Pitra Sekretaris : Reza Pahlevi Bendahara : Nensi Listya Ketua : Arief Rizal Sekretaris : Mara Suthan Bendahara : Syahbilal,S Sebesi Indah Ketua : Syaifullah Sekretaris : Ahmad Yani Bendahara : Iin Osiyani 5 Merak Teluk Belantung Ketua : Warzali Belantung Sekretaris : Hasanudin Kalianda Bendahara : herlina 6 Kecapi Ngandan Jejama Ketua : Iskandar, S Babulang Sekretaris : Badrul Ulia Bendahara : Yahya Berlian 7 Toto Harjo Ragom Helau Ketua : Rahmat Hidayat

8 8 Bakauheni Kelawi Minang Rua Bahari Sekretaris : Solihin Bendahara : Asia Hadi Ketua : Elly Sakita Sekretaris : Yutinawati Bendahara : Endang Iriyani 9 Bakauheni Tanjung Tuha Ketua : Didi Hodidi Sekretaris : Yati Nurhayati Bendahara : Asril Aibada 10 Lampung Selatan Forum Komunikasi Lampung Selatan (Komunikasi Putra Krakatau/ KPK ) Ketua : Yudas Ermadi,S.Ip Sekretaris : Ahmad Andi Yahya, ST Bendahara : Asril Aibada Sumber : Data Diolah oleh Peneliti dari Dokumentasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabubaten Lampung Selatan Bentuk pengelolaan dan pengembangan kepariwisataan di Lampung Selatan dilaksanakan dengan kerjasama antara instansi terkait yang dalam hal ini adalah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan atau Disparbud dengan Pokdarwis yang bertujuan dalam mengembangkan sektor pariwisata dengan mengoptimalkan sadar wisata bersama sama dengan pemangku kepentingan terkait lainnya yang berada di desa wisata atau desa disekitar wisata. Terbentuknya Pokdarwis sebagai kelembagaan informal yang dibentuk anggota masyarakat atau inisiatif dari Disparbud serta dibiayai secara swadaya masyarakat (khususnya yang memiliki kepedulian dalam mengembangkan kepariwisataan di daerahnya) memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan kepariwisataan di Lampung Selatan, namun berdasarkan observasi awal dapat diketahui bahwa Pokdarwis Desa Way Muli dalam melaksanakan tugasnya belum memberikan kontribusi yang besar dalam pengelolaan daya tarik wisata yang terdapat di desa tersebut karena potensi atau daya tarik wisata yang terdapat di desa tersebut telah dikelola, namun belum maksimal dengan keterbatasan fasilitas pendukung seperti tidak adanya toilet di wisata pantai Merpati dan Pantai Putri.

9 Penelitian ini difokuskan untuk melihat bagaimana efektivitas Pokdarwis dalam pembangunan kepariwisataan di Lampung Selatan yang merupakan pengembangan kepariwisataan yang berbasis masyarakat lokal. Berdasarkan fakta fakta yang ada maka peneliti tertarik untuk mengkaji secara ilmiah tentang: Pembangunan Kepariwisataan Berbasis Masyarakat (Studi Efektivitas Kelompok Sadar Wisata Desa Way Muli, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan). Penelitian ini penting untuk diteliti secara mendalam karena sebagian besar obyek wisata yang ada di Lampung Selatan masih dikelola oleh masyarakat melalui Pokdarwis, namun pokdarwis sebagai organisasi swadaya masyarakat belum berperan besar dalam pembangunan kepariwisataan di Lampung Selatan. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang akan diungkapkan dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana efektivitas Pokdarwis yang ada di Desa Way Muli Kecamatan Rajabasa dalam mencapai tujuan dan peningkatan pembangunan kepariwisataan? 2) Faktor apasaja yang mendukung dan menghambat efektivitas Pokdarwis tersebut dalam mencapai tujuan dan peningkatan pembangunan kepariwisataan? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan-permasalahan pokok yang terdapat dalam penelitian ini, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti diantaranya adalah sebagai berikut:

10 1) Mendeskripsikan efektivitas Pokdarwis yang ada di Desa Way Muli Kecamatan Rajabasa dalam mencapai tujuan dan pembangunan kepariwisataan. 2) Mendeskripsikan faktor faktor yang mendukung dan menghambat efektivitas Pokdarwis tersebut dalam mencapai tujuan dan peningkatan pembangunan kepariwisataan D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini digunakan untuk menambah wawasan tentang kajian Ilmu Administrasi Negara dalam bidang tata kerja organisasi publik dan menjadi referensi bagi penelitian mahasiswa lainnya yang ingin melakukan penelitian yang berkaitan dengan organisasi, terutama organisasi kemasyarakatan. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan bahan dalam penelitian komparasi (perbandingan) antar Pokdarwis yang terdapat di Provinsi Lampung. 2. Secara Praktis Hasil penelitian ini digunakan sebagai rujukan dan solusi bagi instansi terkait dalam meningkatkan pembangunan kepariwisataan di Lampung Selatan dengan melihat masalah yang dihadapi Pokdarwis dalam melaksanakan tujuan yang telah ditetapkan.