BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
Kekhususan Jual Beli Perusahaan

Pertemuan ke-4. Incoterm 2010

BAB II LANDASAN TEORI. miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan

Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014. INCOTERMS DALAM KAJIAN HUKUM DAGANG INTERNASIONAL Oleh : Lusy K.F.R. Gerungan

-2- teknologi, melindungi neraca pembayaran dan/atau neraca perdagangan, meningkatkan produksi, dan memperluas kesempatan kerja. Di lain sisi, pemilih

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG CARA PEMBAYARAN BARANG DAN CARA PENYERAHAN BARANG DALAM KEGIATAN EKSPOR DAN IMPOR

BAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

SATUAN ACARA PENGAJARAN ( SAP )

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek. marketing. Adapun fungsi bidang ekspor ini adalah melakukan pengurusan

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum ekspor menurut Amir (2000:100) menjelaskan. bahwa ekspor adalah mengeluarkan barang barang dari peredaran

TATA CARA PEMBAYARAN TRANSAKSI DALAM KONTRAK

JUAL BELI (KE)PERUSAHAAN: INCOTERMS 2010

DOKUMEN EKSPOR IMPOR. Hertiana Ikasari, SE, MSi

Berbagai Dokumen Penting Ekspor. Pertemuan ke-6

Materi Minggu 7. Prosedur Dasar Pembayaran Internasional

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Abdulkadir Muhammad (2000:225), yang dimaksud perjanjian adalah

KEPASTIAN RISIKO, BIAYA DAN TANGGUNG JAWAB DALAM INCOTERMS 2010

Praktek Pengisian Dokumen Ekspor. Pertemuan ke-7

ISSN No Media Bina Ilmiah 31

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Proses dan Prosedur Ekspor. Pertemuan ke-3

Proses dan Prosedur Impor. Pertemuan ke-9

Amelia Febriani Kelompok 3 Buku Kerja Dokumen Produk Ekspor

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

MAKALAH NEGOSIASI DAN SALES CONTRACT

BAB II LANDASAN TEORI. termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu

BAB I. Pendahuluan. khususnya di bidang ekonomi internasional. Kelancaran serta kesuksesan

Prosedur Dasar Pembayaran Internasional. By : Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI

BAB V PENUTUP. Berdasarkan uraian pada Bab-bab sebelumnya dapat diambil

BAB II PROSES PERDAGANGAN LUAR NEGERI

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN EKSPOR IMPOR

PROSES SALES CONTRACT PT. DEWI SAMUDRA KUSUMA SONDAKAN, SURAKARTA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

DASAR HUKUM BERLAKUNYA BEDING SYARAT-SYARAT (BEDING) DALAM JUAL BELI PERNIAGAAN ISI BEDING JUAL BELI LOKO 11/8/2014. Ps BW:

PROSES PENGIRIMAN BARANG EKSPOR DENGAN TERM CFR ( COST AND FREIGHT ) PADA PT. AGILITY INTERNATIONAL DI SURAKARTA

SURAT PERMOHONAN CUSTOMS ADVICE UNTUK IMPORTASI YANG MERUPAKAN TRANSAKSI JUAL BELI ATAU PERMOHONAN VALUATION RULING

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu pakar ekonomi dari Inggris, David Ricardo, menyatakan dalam teori

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 217/PMK.04/2010 TENTANG KEBERATAN DI BIDANG KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

BAB 1 KONSEP PERDAGANGAN INTERNASIONAL

BAB II LANDASAN TEORI

Pendanaan Ekspor dan Impor

Pembayaran Transaksi Ekspor Impor. Pertemuan ke-13

PROSES SALES CONTRACT DAN SISTEM PEMBAYARAN EKSPOR PADA PT. YALE SETYA SENTOSA DI KARTASURA SUKOHARJO

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/11 /PBI/2003 TENTANG PEMBAYARAN TRANSAKSI IMPOR GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. negara dengan tujuan ke negara lain secara legal, dalam bahasa umumnya

Penetapan Nilai Transaksi Dengan Menggunakan Rumus Tertentu, Tepatkah?

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1991 TENTANG KEBIJAKSANAAN KELANCARAN ARUS BARANG UNTUK MENUNJANG KEGIATAN EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. tambah dari setiap komoditi yang dihasilkan. Untuk dapat mengoptimalkan

Aspek dan Prosedur Ekspor Impor", Manajemen Pelabuhan 7 Realisasi Ekspor Impor",

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-29242/PP/M.XVI/19/2011. menurut Pemohon Banding : CIF USD565, menurut Terbanding : CIF USD750,000.

KALKULASI HARGA IMPOR. Pertemuan ke-9

CONTOH FORMAT SURAT PENGAJUAN KEBERATAN KOP SURAT ORANG YANG MENGAJUKAN KEBERATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan Tugas Akhir ini. Adapun penelitian terdahulu yang penulis ulas

CONTOH FORMAT SURAT PENGAJUAN KEBERATAN KOP SURAT ORANG YANG MENGAJUKAN KEBERATAN

BAB II LANDASAN TEORI. peraturan perudang-undangan yang berlaku (Tandjung, 2011: 379).

BAB I PENDAHULUAN. Pengenalan transaksi ekspor impor

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN. A. Prosedur Transaksi Ekspor dan Impor dengan Mekanisme L/C pada Citi

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN FORM RTE BAGI NASABAH

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-28454/PP/M.XV/19/2011

No.15/ 9 /DSM Jakarta, 27 Maret 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA EKSPORTIR, PEMILIK BARANG DAN/ATAU PENERIMA DEVISA HASIL EKSPOR DI INDONESIA

BAB II PERJANJIAN EKSPOR IMPOR DAN SISTEM PEMBAYARAN DALAM PERDAGANGAN INTERNASIONAL. A. Pengertian dan Pengaturan Hukum dalam Transaksi Ekspor Impor

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

ANALISIS MEKANISME ORDERSHEET PADA PERUSAHAAN KONVEKSI PT. MONDRIAN KLATEN


pengangkut kepelabuhan, petugas DJBC tidak membongkar isi dari kontainer itu jika memang tidak ada perintah untuk pemeriksaan.) Setelah barang impor

: bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam sengketa banding ini adalah Penetapan Nilai Pabean sebesar CIF USD 17,507.12;

BAB 3 ANALISA SISTEM BERJALAN

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Adanya perbedaan kekayaan alam serta sumber daya manusia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROSEDUR KEPABEANAN BEA DAN CUKAI IMPOR BARANG PADA PT. PERTAMINA LUBRICANTS

I. PENDAHULUAN. internasional negara-negara di dunia, khususnya yang didasarkan pada kepentingankepentingan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/PMK.04/2014 TENTANG

Syariah Mandiri (BSM) menerapkan produk L/C ini untuk melayani transaksi. hanya terietak pada saat pembayaran weselnya saja. Untuk sight L/C, bank

BAB I PENDAHULUAN. Penulis memilih judul "Trust Receipt dalam Mengatasi Persoalan Tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KALKULASI HARGA IMPOR. Pertemuan ke-11

METODE COST PLUS & MARK UP DALAM MENENTUKAN HARGA JUAL PRODUK EKSPOR PADA PT. INDONESIA ANTIQUE DI SUKOHARJO

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: EKSPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT

Aspek dan Prosedur Ekspor Impor", Manajemen Pelabuhan 7 Realisasi Ekspor Impor",

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Nilai Pabean. Perhitungan Bea Masuk.

MANAJEMEN EKSPOR IMPOR. Oleh : P.SURONO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 3 OBJEK/DESAIN PENELITIAN. PT. Valindo Global didirikan pada Juni 2010 yang berkedudukan di BSD City,

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Jasa Bank. Pembayaran Transaksi Impor

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang rendah dalam melakukan muat-bongkar barang dan upah. terciptanya peti kemas (container) (Amir MS, 2004:111).

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. terlaksananya pengiriman, pengangkutan dan penerimaan barang dengan

-1- PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 2 /BC/2011 TENTANG PENGELOLAAN JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 259/PMK.04/2010 TENTANG JAMINAN DALAM RANGKA KEPABEANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

BAB IX DOKUMENTASI DAN KEPABEANAN

HUKUM JUAL BELI PERUSAHAAN - 2 PENGERTIAN JUAL BELI PERUSAHAAN

Syarat Pembayaran dlm Jual Beli Perniagaan

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB II TINJAUAN UMUM RED CLAUSE L/C DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL

12 Pel. Bongkar : 13. Pel. Transit DN : 22 Asuransi: 23. FOB:

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Ekspor 1 Pengertian Ekspor Ekspor merupakan upaya melakukan penjualan komoditi di dalam negeri kepada bangsa lain atau negara asing, dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta asing serta melakukan komunikasi dengan memakai bahasa asing (Amir, 2000). Kegiatan ekspor menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2009 yang didalamnya berisi Undang-undang Kepabeanan Nomor 17 tahun 2006 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean, dimana barang yang dimaksud terdiri dari dalam negeri (daerah pabean), barang dari luar negeri (luar daerah pabean), barang bekas atau baru (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2009). Ekspor merupakan kegiatan mengeluarkan barang dari dalam keluar wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku (Roselyne Hutabarat, 1996). Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa ekspor merupakan suatu commit kegiatan to user perdagangan yang dilakukan oleh 8

perorangan ataupun badan usaha dimana melibatkan negara lain sehingga barang yang ditransaksikan harus melalui daerah pabean. 2 Prosedur Ekspor a. Negosiasi Proses perundingan antara eksportir dan importir untuk mencapai kesepakatan bersama sehingga terjadilah sebuah transaksi. b. Penyusunan Kontrak Dagang Hasil dari proses negosiasi tadi berakhir dan dituliskan dalam sebuah perjanjian tertulis yang disebut dengan kontrak dagang. c. Penerbitan L/C Setelah penandatanganan kontrak dagang, Importir segera membuka L/C melalui Bank Koresponden dinegaranya dan mengirimkan L/C tersebut ke Bank Devisa eksportir di Indonesia. Dan selanjutnya Bank Devisa meneruskan L/C tersebut ke Eksportir. d. Mempersiapkan Barang Ekspor Eksportir akan mempersiapkan barang-barang yang telah dipesan oleh importir setelah diterimanya L/C. Barang-barang yang disiapkan oleh eksportir harus sesuai dengan perjanjian yang telah tertulis di kontrak dagang. 9

e. Mendaftarkan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) PEB dibuat oleh eksportir dan diajukan untuk memperoleh respon Persetujuan Ekspor (PE). Setelah itu PE digunakan sebagai surat jalan untuk memasukkan barang ekspor ke kawasan pabean/ kawasan dalam pengawasan bea cukai yang dipersiapkan untuk ekspor. f. Pemesanan Ruang Kapal Eksportir melakukan pemesanan ruang kapal dengan mengirimkan Shipping Instruction ke perusahaan pelayaran. g. Pengiriman Barang ke Pelabuhan Untuk proses pengiriman barang ke pelabuhan, eksportir bisa mengirimkan langsung sendiri tetapi juga dapat menggunakan jasa pengiriman barang atau perusahaan ekspedisi muatan kapal laut. h. Pemeriksaan Bea Cukai Dokumen Ekspor akan diperiksa oleh pihak Bea Cukai. Apabila diperlukan barang yang diekspor juga diperiksa oleh Bea Cukai. Setelah semua dokumen dan barang sesuai dengan ketentuan, maka Bea Cukai menandatangani pernyataan persetujuan muat yang ada pada PEB. i. Pemuatan Barang ke Kapal Pemuatan barang dilakukan setelah pihak Bea Cukai menandatangani PEB. Setelah proses pemuatan barang selesai, maka pihak pelayaran menerbitkan commit Bill to user Of Lading (B/L) untuk eksportir. 10

j. Pengurusan Surat Keterangan Asal(SKA) SKA akan diurus apabila diperlukan di Kantor Wilayah Departemen Perindustrian dan Perdagangan. k. Pencairan L/C Eksportir akan mencairkan L/C apabila barang telah dikapalkan. l. Barang Diterima Importir Setelah barang dikirim menuju pelabuhan tujuan di negara importir, maka Importir akan mengurus pengambilan barang dengan dokumen yang diperlukan. 3 Dokumen Ekspor antara lain: Jenis-jenis dokumen yang diperlukan dalam melakukan ekspor a. Kontrak Dagang Kontrak dagang atau yang sering disebut dengan Sales Contarct adalah sebuah perjanjian tertulis yang berisi nota kesepakatan bersama antara eksportir dan importir. Dalam kontrak dagang ekspor biasanya berisi kesepakatan mengenai: 1) Deskripsi, jumlah, dan harga barang. 2) Proses pengiriman. 3) Syarat khusus yang disepakati bersama antara eksportir dan improtir, serta syarat dokumen yang disertakan. 4) Tanda tangan antara commit eksportir to user dan importir. 11

b. Commercial Invoice Commercial Invoice merupakan nota perhitungan yang diterbitkan oleh eksportir untuk importir dan berisikan data mengenai barang: jumlah barang, harga satuan, jumlah harga, dan perhitungan pembayaran. c. Packing List Packing List merupakan daftar yang berisikan rincian lengkap dari barang yang terdiri atas jenis, jumlah, dan satuan barang yang terdapat dalam setiap kemasan. Total dari rincian dalam packing list merupakan jumlah keseluruhan yang terdapat dalam commercial invoice. Packing list ini akan menjadi penting ketika dalam satu proses pengiriman terdiri dari beberapa barang. d. Letter of Credit (L/C) L/C merupakan suatu alat pembayaran berupa surat kredit yang dikeluarkan oleh Bank Devisa atas permintaan importir yang memberikan wewenang kepada seseorang atau suatu badan yang namanya disebut dalam L/C tersebut untuk menulis cek atau menarik surat wesel atas sejumlah uang tertentu yang harus dibayar bilamana diminta. 12

e. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) adalah dokumen pabean yang dibuat oleh eksportir atau kuasanya untuk memberitahukan pelaksanaan ekspor barang. f. Bill of Lading Bill of Lading merupakan sebuah dokumen yang dikeluarkan oleh maskapai pelayaran, sebagai tanda terima barang untuk diangkut, yang sekaligus digunakan sebagai bukti kepemilikan atas barang, dan dapat digunakan sebagai sarana untuk klaim asuransi jika terjadi kerugian. Untuk maskapai pengangkutan dengan kapal udara, dokumen yang dikeluarkan bernama Airway Bill. Sedangkan untuk pengangkutan dengan modal transportasi darat berupa kereta api, dokumen yang dikeluarkan bernama Railway B/L. B. Negosiasi 1 Pengertian Negosiasi Negosiasi yang berarti perundingan antara dua pihak atau lebih untuk mencapai kesepakatan atas suatu hal, dalam pelaksanaan menuju kesepakatan memerlukan beberapa langkah atau proses untuk dapat mencapainya ( Purnomolastu, dkk, 2012 ). Negosiasi merupakan tahapan awal dalam sebuah proses transaksi ekspor. Dalam proses inilah buyer atau importir telah memiliki ketertarikan terhadap barang commit yang to user diproduksi eksportir dan selanjutnya 13

terjadilah perundingan untuk mencapai kesepakatan bersama. Seorang negosiator dalam transaksi ekspor baik dari pihak importir maupun eksportir dituntut untuk memiliki kemampuan dibidang perdagangan internasional dan kemampuan komunikasi yang baik. 2 Proses Negosiasi Proses negosiasi dapat terjadi baik secara langsung, secara tidak langsung dan negosiasi gabungan dari proses negosiasi langsung dan tidak langsung. Ketiga proses negosiasi tersebut dibedakan dengan saling bertemu atau tidaknya negosiator dari kedua belah pihak. a. Negosiasi Langsung: Negosiasi secara langsung biasanya terjadi pada even pameran dagang, kunjungan dagang, kunjungan wisatawan asing, yang mana antara eksportir dan importir bertemu secara langsung dan mengadakan perundingan guna mencapai kesepakatan bersama. Negosiasi secara langsung ini tergantung pada ketrampilan seorang eksportir dalam berkomunikasi dengan buyer. Seorang eksportir berusaha untuk mendapatkan buyer yang terus-menerus dapat bekerjasama. Dengan demikian seorang eksportir harus menjaga performance mereka dihadapan buyer. Dalam melakukan negosiasi yang bersifat langsung, beberapa hal menjadi perhatian seorang negosiator atau calon eksportir adalah: 14

1) Mengumpulkan Semua Data Secara Lengkap Data dapat berupa informasi dan fakta. Tidak hanya mengenai produk yang ditawarkan dan proses perdagangan internasional, tetapi juga mencari informasi mengenai lawan negosiasi kita. Dari negara mana buyer berasal, karakteristiknya, dan semua tentang buyer harus dipahami. Hal ini bertujuan agar dalam proses negosiasi, seorang negosiator siap tanpa ragu karena telah menguasai informasi lebih unggul. 2) Membuat Argumentasi Menyiapkan argumentasi-argumentasi supaya dapat menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh buyer. Negosiator yang baik mampu menjawab pertanyaan dari calon buyer dengan sigap dan tepat. 3) Menentukan Desain Negosiasi Menetapkan arah dasar yang akan dinegosiasikan, hal ini bertujuan agar nantinya dalam proses negosiasi sesuai dengan apa yang diharapkan. 4) Menyiapkan Rencana Alternatif Dalam hal ini ketika buyer telah menekan harga seminimal dari pihaknya. Seorang negosiator harus cekatan dalam mengambil sikap dan menyediakan alternatif sehingga terjadi winwin solution. 15

b. Negosiasi Tidak Langsung Negosiasi tidak langsung biasanya terjadi melalui proses korespondensi email, melalui telepon, dan yang jelas tidak terjadi pertemuan langsung antara eksportir dan importir sehingga membutuhkan waktu yang relatif lebih lama dari pada negosiasi langsung. Adapun tahapannya seperti pada tabel di bawah ini: E K S P O R I M P O R T Bagan 2.1 Proses Negosiasi Tidak Langsung Sumber: Wawancara Narasumber, 2013 16

Negosiasi tidak langsung terdiri dari 6 tahapan sebagai berikut: 1) Promotion ( Promosi ) Untuk negosiasi tidak langsung, proses promosi biasanya eksportir melakukan promosi melalui korespondensi seperti melalui surat, website, blog, fax, katalog, dan email. 2) Inquiry (Surat Permintaan) Inquiry merupakan surat yang dikirim oleh importir kepada eksportir yang berisi permintaan harga. Surat inilah yang memulai terjadinya negosiasi tidak langsung. Buyer sering meminta dihitungkan harga barang sesuai dengan standar mutu yang diinginkannya. 3) Offer Sheet (Surat Penawaran) Offer sheet merupakan surat balasan dari eksportir untuk importir yang berisi penawaran harga dan detail barang. Selain itu juga untuk menjawab dari pertanyaan-pertanyaan dari buyer dan biasanya disertakan dengan katalog dan brosur. 4) Order Sheet (Surat Pemesanan) Apabila penawaran harga dirasa cocok dan sesuai keinginan importir, maka importir akan melakukan pemesanan barang tersebut dengan surat pemesanan atau order sheet. 17

5) Sales Contract (Kontrak Dagang) Pesanan dari importir dan persyaratan yang dicantumkan dalam order sheet tadi di tuliskan oleh eksportir dalam sales contract dan dengan menandatanganinya selanjutnya dikirim kepada importir untuk mendapatkan konfirmasi pemesanan. 6) Sales Confirmation Importir menandatangani sales contact yang dikirim eksportir. c. Negosiasi Gabungan Proses negosiasi ini merupakan gabungan dari proses negosiasi langsung dan negosiasi tidak langsung. Untuk mencapai kesepakatan antara eksportir dan calon buyer tidak jarang dibutuhkan lebih dari sekali proses negosiasi. Negosiasi gabungan ini terjadi ketika calon buyer dan eksportir bertemu dan melakukan negosiasi secara langsung, namun kesepakatan belum terjadi diantara kedua belah pihak dan dibutuhkan negosiasi tahap kedua. Untuk melakukan negosiasi kedua memerlukanbiaya dan waktu lagi untuk bertemu, olehkarena itu sering juga calon buyer memilih melanjutkan negosiasi dengan cara tidak langsung seperti melalui email untuk menghemat waktu dan biaya (Arbi, 2008). 18

3 Topik atau Subyek dari Negosiasi Topik atau subyek yang menjadi pembahasan dari proses negosiasi adalah (Sudijono, 2012): a. Mutu barang b. Harga c. Syarat pembayaran d. Tempat penyerahan e. Waktu penyerahan f. Sertifikat mutu g. Garansi dan pelayanan purna jual h. Berbagai sanksi i. Pembagian tugas dan kewajiban masing-masing pihak 4 Posisi Negosiasi Ada beberapa cara atau strategi yang dilakukan untuk mengatur posisi atau hasil dalam bernegosiasi dapat diklasifikasikan menjadi 4 (Anderson dalam Purnomolastu, dkk, 2012.), yaitu: a. Posisi Menang (Win-Lose) Posisi ini digunakan apabila negosiator hanya mementingkan keuntungan yang banyak tanpa memikirkan kerjasama yang berkesinambungan. 19

b. Posisi Habis (Kalah-Kalah) Posisi ini jarang digunakan dalam sebuah transaksi perdagangan internasional. Posisi ini akan diambil ketika kerjasama dinilai tidak saling menguntungkan. c. Posisi Mengalah (Lose-Win) Posisi ini akan digunakan dengan perhitungan yang sangat matang oleh para negosiator. Apabila posisi lawan sekiranya mampu mendatangkan pendapatan besar dengan kerjasama yang berkelanjutan. Mengalah terlebihh dahulu untuk hasil yang besar supaya lawan tertarik. d. Posisi Sama-sama Menguntungkan (Win-Win) Posisi ini lebih banyak digunakan dalam proses negosiasi, karena dinilai menguntungkan kedua belah pihak. Posisi ini biasanya digunakan dalam keadaan mengutamakan kerjasama jangka panjang. C. Kontrak Dagang Kontrak adalah persetujuan atau perjanjian tertulis yang disetujui oleh para pihak yang mengikatkan diri untuk sepakat ( Arbi, 2008 ). Kontrak dagang merupakan sebuah persetujuan atau perjanjian tertulis yang dibuat secara terperinci serta mengikat eksportir dan importir yang meliputi transaksi perdagangan barang atau jasa. 20

Kontrak dagang sebagai salah satu perjanjian antara pihak-pihak yang terkait harus memenuhi empat landasan utama perjanjian, yaitu: 1. Sepakat Pihak-pihak terkait yang mengadakan perjanjian mempunyai suatu kehendak bebas yaitu tidak adanya suatu paksaan dalam mengadakan perjanjian. 2. Cakap Dalam membuat suatu perjanjian para pihak terkait berhak untuk melakukan suatu tindakan hukum seperti yang diatur dalam perundangundangan yang berlaku di Negara pihak-pihak terkait. 3. Ada Suatu Objek Yang Diperjanjikan Objek yang diperjanjikan harus jelas dan benar-benar ada. Dalam perjanjian ekspor, yang menjadi objek adalah komoditi yang akan diekspor. 4. Sebab yang Halal Semua hal yang diperjanjikan harus legal atau tidak dilarang oleh peraturan-peraturan yang ada, tidak melanggar hukum. Kontrak dagang dirumuskan secara tertulis karena dapat dijadikan bukti bila terjadinya cidera janji yang berakibat sengketa di pengadilan. Selain itu, kontrak dagang juga diperlukan untuk meminimalisir salah pengertian mengingat pihak-pihak terkait tidak berada dalam satu Negara yang sama dan memiliki dasar hukum serta bahasa yang berbeda. 21

Kontrak dagang merupakan dokumen induk dari sebuah transaksi perdagangan ekspor. Semua berawal dari kontrak dagang dan akan berpedoman pada kontrak dagang pula. D. Incoterms Berdasarkan persyaratan dalam penyerahan barang, Incoterms 2000 dibagi menjadi 4 kelompok (Arbi, 2008), yaitu: 1. Kelompok E: Group E hanya terdapat satu istilah yakni EXW (Ex Work). Exwork disini adalah transaksi penyerahan barang dari penjual ke tangan pembeli terjadi di daerah pembeli (gudang). Bea inland transportation, main transportation cost, custom clearance, dan semua biaya resiko dikontrol dan ditanggung oleh pembeli. Dalam hal ini pihak yang diuntungkan adalah penjual, karena resiko yang ditanggung oleh penjual adalah minimal. 2. Kelompok F: a. FCA (Free Carier ) FCA (Free Carrier) menyebutkan bahwa lokasi adalah transaksi penyerahan barang dari penjual ke tangan pembeli terjadi di tempat yang ditunjuk oleh pembeli, tetapi masih di wilayah daratan negara penjual, dengan catatan barang sudah clear for Export (bea custom clearance telah dibayar oleh penjual). Dalam Full Container Load (FCL), penjual bertanggung commit jawab to user dalam proses pemuatan barang. 22

b. FAS (Free Along Ship) FAS (Free Alongside Ship) berarti bahwa lokasi transaksi penyerahan barang dari penjual ke tangan pembeli terjadi di tempat yang ditunjuk oleh pembeli, yakni di samping kapal di pelabuhan. Penjual memberikan informasi kedatangan kapal dan menyerahkan dokumen-dokumen yang diperlukan kepada pembeli. Selain itu, penjual juga berkwajiban mengurus bea pengeluaran barang (clear for export). Penjual tidak menanggung kerusakan/ kehilangan barang mulai dari barang sampai di pelabuhan (disamping kapal) hingga naik ke atas kapal. c. FOB (Free On Board) Penjual melakukan penyerahan barang di atas kapal. Biaya pengapalan dan asuransi di tanggung oleh pembeli. Sama seperti FAS, nama pelabuhan pengapalan dicantumkan di belakang terms FOB. 3. Kelompok C: a. CFR (Cost and Freight) CFR atau yang sebelumnya disebut sebagai C&F prinsipnya sama dengan FOB, hanya dalam hal ini biaya-biaya dan ongkos angkut sampai ke pelabuhan tujuan yang ditentukan menjadi kwajiban penjual. Tetapi untuk resiko kehilangan ataupun kerusakan atas barang barang tersebut commit termasuk to user setiap biaya tambahan sehubungan 23

dengan peristiwa yang terjadi setelah waktu penyerahan itu berpindah dari penjual ditangguhkan kepada pembeli. Nama pelabuhan tujuan dicantumkan di belakang terms CFR. Terms ini hanya dapat dipakai untuk angkutan laut dan sungai saja. b. CIF (Cost, Insurance & Freight) Sama dengan CFR hanya ditambah dengan penjual wajib menanggung asuransi. Jika pembeli menginginkan perlindungan terhadap barang yang lebih besar maka pembeli perlu ada kesepakatan dengan penjual secara tegas, atau pembeli sendiri harus mengurus tambahan itu. Penjual mengapalkan barang pada keadaan clear for eksport. c. CPT (Carriage Paid To) Prinsipnya sama dengan CFR namun barang diangkut ke tempat tujuan tertentu yang ditunjuknya sendiri. Jika pengangkut berganti ke pengangkut lain atau pengganti maka resiko (penjual) berakhir bila barang telah diserahkan ke pengangkut pertama. d. CIP (Carriage & Insurance Paid To) Pada prinsipnya sama dengan CIF tetapi tempat tujuan untuk penyerahan barang sesuai yang disebut oleh penjual. Penjual wajib menutup asuransi terhadap resiko dan kerusakan barang selama barang dalam perjalanan. Terms ini dapat menggunakan alat angkut apa saja, termasuk dengan multimoda transport. 24

4. Kelompok D: a. DAF (Delivered At Frintier) Pada term ini angkutan yang digunakan adalah angkutan darat yaitu berupa kereta api atau truk (land transport). Penjual berkewajiban menyerahkan barang sampai batas negara sebelum batas pabean. Penjual juga menyerahkan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk custom clearance. Penjual harus mengurus formalitas ekspor. b. DES (Delivered Ex Ship ) Penyerahkan barang dari penjual ke pembeli di atas kapal di pelabuhan tujuan, atas biaya dan resiko penjual. Pembeli menerima penyerahan barang dari kapal, menanggung biaya bongkar, izin impor, bea masuk, pajak, dan biaya lain-lain. c. DEQ (Delivered Ex Quay) Kewajiban utama penjual adalah mengangkut barangnya dan menyerahkan barang tersebut kepada pembeli di dermaga pelabuhan tujuan. Penjual menanggung biaya angkutan dan resiko yang terjadi. d. DDU (Delivered Duty Unpaid) Penjual menyerahkan barangnya di pelabuhan tujuan dengan menanggung biaya angkutan dan resikonya. Menanggung biaya pembongkaran sampai di darat (uncleared for import). Kewajiban pembeli menerima dalam keadaan (uncleread for import) 25

e. DDP (Delivered Duty Paid) Prinsipnya sama dengan DDU tetapi formalitas impor diurus ( Clear for Import ) oleh penjual dan biaya bea masuk dan pajak impor ditanggung oleh penjual. Pembeli terima barang dari penjual di atas alat angkut (belum dibongkar). E. Metode Pembayaran dalam Transaksi Ekspor 1 Pembayaran Dimuka (Advance Payment) Bagan 2.2 Metode Pembayaran Dimuka (Advance Payment) Sumber : Arbi, 2008 Pembayaran di muka adalah salah satu metode pembayaran dalam transaksi ekspor dimana importir membayar terlebih dahulu sesuai kontrak 26

yang telah disepakati ke rekening eksportir atau langsung berkunjung ke eksportir. Metode ini biasanya dilakukan oleh importir dan eksportir yang sudah saling kenal dan sudah sering bekerjasama (Arbi, 2008). Metode pembayaran di muka dikenal dengan 3 model seperti berikut: a. Payment With Order Dalam metode pembayaran ini, importir membayar langsung semua biaya yang terdiri harga barang, biaya angkut, biaya asuransi, dan biaya lain-lain. Dengan metode pembayaran ini resiko sepenuhnya ditanggung oleh importir, karena barang belum diterima, pembayaran sudah lunas. b. Partial Payment With Order Metode pembayaran ini adalah dimana importir membayar harga barang yang dipesan terlebih dahulu. Untuk biaya angkut, asuransi, dan biaya lainnya akan dibayar setelah proses pengapalan selesai, yang akan ditagih oleh eksportir dengan cara collection D/P (Document Againt Payment = pembayaran dilakukan setelah diterimanya dokumen). c. Payment On Document Untuk meminimalisir resiko antara importir dan eksportir metode pembayaran ini dapat digunakan dalam transaksi ekspor. Importir membayar terlebih dahulu melalui bank, dan eksportir 27

dapat mencairkan uang tersebut setelah melakukan pengapalan dengan menyerahkan bukti pengapalan dan bukti lainnya sesuai dengan perjanjian. Importir dapat meminimalisir resiko, apabila barang tidak dikirim uang yang dikirim melalui bank masih hak importir. Dan eksportir juga dapat kepastian bahwa barangnya telah dibayar terlebih dahulu. 2 Pembayaran Kemudian (Open Account) Bagan 2.3 Metode Pembayaran Kemudian (Open Payment) Sumber : Arbi, 2008 Metode ini lawan dari pembayaran di muka, lebih berpihak kepada importir. importir akan membayar barang yang dipesannya setelah barang tersebut sampai di negara importir. 28

Seperti halnya pembayaran di muka, sebaiknya metode pembayaran kemudia sebaiknya dilakukan oleh eksportir dan importir yang sudah saling kenal ataupun sering bekerjasama. 3 Collections Perdagangan luar negeri yang menggunakan pembayaran collections juga disebut dengan Bill Of Exchange (BOE), atau dengan menggunakan surat tagih. Dalam metode collections, penagihan dengan surat tagihan saat pembayarannya dibagi menjadi 2 yaitu: a. Pembayaran atas unjuk (at sight), atau sering dikenal dengan istilah D/P (Document Against Payment). Tertagih (drawee) seterimanya dokumen-dokumen langsung melaksanakan pembayaran. b. Pembayaran berjangka (term bills of exchange), setelah tertagih (drewee) menerima dokumen, langkah selanjutnya tertagih (drewee) melakukan akseptasi pada draft yang ditarik penagih (drawer), draft tersebut tertulis dan ditandatangani oleh tertagih dengan pernyataan bahwa tertagih akan melakukan pembayaran pada tanggal tertentu sesuai kesepakatan pihak tertagih dan penagih. 4 Documentary Credit Metode pembayaran documentary credit adalah nama lain dari metode pembayaran dengan L/C (Letter of Credit). Metode pembayaran ini adalah yang paling aman dan resiko yang sangat kecil. Metode ini menjawab kebutuhan eksportir commit to dan user importir yang bertolak belakang. 29

Eksportir menginginkan mendapat kepastian akan pembayaran atas barang yang dikirimnya sebelum hak kepemilikan barang diserahkan. Sedangkan importir pada dasarnya ingin mendapatkan barangnya terlebih dahulu sebelum melakukan pembayaran, minimal mereka mendapatkan jaminan bahwa barang yang dipesan akan diterima. Metode ini melibatkan pihak bank yang bertindak sebagai pengganti importir. Pihak bank ini yang nantinya memberikan jaminan kepada eksportir bahwa pembayaran akan dilakukan setelah syarat-syarat yang diminta dalam L/C terpenuhi. L/C juga bertindak sebagai fasilitas bank bagi importir jika tidak dapat melakukan pembayaran, maka bank akan mengambil resiko dengan melakukan pembayaran kepada eksportir. Dengan kata lain, L/C merupakan jaminan yang pasti yang diterbitkan oleh bank atas perintah importir atas transaksi ekpor kepada eksportir. Skema pembayaran dengan Letter of Credit (L/C): Bagan 2.4 Metode Pembayaran Documentary Credit commit Sumber to user : Arbi, 2008 30