BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Peraturan Kesehatan Internasional/International Health Regulation (IHR) tahun

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang International Health Regulation 2005 (IHR), World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. dijadikan tempat berkembang penyakit dan vector penular penyakit.

ditujukan terhadap faktor risiko lingkungan di kapal untuk memutuskan mata kapal antara lain dapur, ruang penyediaan makanan, palka, gudang, kamar

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kepadatan penduduk. Menurut WHO (2009), Sekitar 2,5 miliar penduduk dunia

Tempat-tempat umum merupakan tempat kegiatan bagi umum yang. pemerintah, swasta, dan atau perorangan yang dipergunakan langsung oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pes merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Yersinia pestis.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBAR OBSERVASI HYGIENE SANITASI KAPAL

STRUKTUR ORGANISASI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I (sesuai dengan PERMENKES No.356/MENKES/PER/IV/2008)

EVALUASI SANITASI DAN KEBERADAAN VEKTOR PADA KAPAL BARANG DAN KAPAL PENUMPANG DI PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG

HUBUNGAN SANITASI KAPAL DENGAN KEBERADAAN TIKUS PADA KAPAL YANG BERLABUH DI PELABUHAN TRISAKTI BANJARMASIN

PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN DESEMBER 2014

PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN JULI 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN MARET 2017

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pelabuhan terbesar di provinsi Gorontalo yang terbuka untuk perdagangan luar

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN. Kerugian akibat water-borne diseaseterjadi pada manusia dan juga berdampak

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologi pada

PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN FEBRUARI 2017

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan pada periode adalah program Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dan kesehatan manusia. Keadaan lingkungan dan pola hidup

PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN APRIL 2017

PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN JULI 2015

STRUKTUR ORGANISASI KANTOR KESEHATAN PELABUHAN KELAS I (sesuai dengan PERMENKES No.356/MENKES/PER/IV/2008)

PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN JUNI 2015

PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN JANUARI 2017

PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN MEI 2015

PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN AGUSTUS 2015

PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN MARET 2015

No.73/11/33/Th.XI, 01 November 2017

PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN MEI 2017

PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN JANUARI 2015

PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN SEPTEMBER 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

No.68/10/33/Th.XI, 02 Oktober 2017

PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN NOVEMBER 2015

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1962 TENTANG KARANTINA LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN DESEMBER 2015

PERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon)

PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN JULI 2016

PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN JUNI 2016

PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN MEI 2016

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) atau wabah, sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk makanan dari jasaboga. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI SUMATERA SELATAN MARET 2016

PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN SEPTEMBER 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. arthropoda yang berperan sebagai penular penyakit sehingga dikenal sebagai

PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN AGUSTUS 2016

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN NOVEMBER 2016

PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN APRIL 2016

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) : Ilmu Kesehatan Masyarakat. Semester : Dosen Pengampuh :

PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASI JAWA TENGAH BULAN OKTOBER 2015

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1962 TENTANG KARANTINA LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

Implementasi Kebijakan dan Regulasi Dalam Kesehatan Lingkungan

Kampanye EN WALHI 2003

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 356/MENKES/PER/IV/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB IV KURSUS HIGIENE SANITASI MAKANAN

GAMBARAN SANITASI DASAR PADA MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN POHE KECAMATAN HULONTHALANGI KOTA GORONTALO TAHUN 2012

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 : PENDAHULUAN. Keadaan higiene dan sanitasi rumah makan yang memenuhi syarat adalah merupakan faktor

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperhatikan peran dan fungsi yang melekat pada masing-masing lembaga

Disampaikan dalam Kuliah S2 KMPK-IKM UGM Hukum, Etika dan Regulasi Kesehatan Masyarakat. Oleh : Dinarjati Eka Puspitasari, S.H., M.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS POTENSI KESEHATAN LINGKUNGAN

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN DEPARTEMEN KESEHATAN RI NOMOR : HK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

PERKEMBANGAN STATISTIK TRANSPORTASIJAWA TENGAH BULAN FEBRUARI 2016

BAB I PENDAHULUAN. dan alat angkut baik dari luar negeri maupun interinsulir. Dengan meningkatnya

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI KAB. MERAUKE BULAN JANUARI 2017

lingkungan sosial meliputi lama pendidikan, jenis pekerjaan dan kondisi tempat bekerja (Sudarsono, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERMOHONAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Kepada Yth: Bapak/Ibu / Saudara(i) Responden di SDN Sungai Bahadangan Kecamatan Banjang Kabupaten HSU.

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN, PERSONAL HIGIENE DENGAN JUMLAH BAKTERI Escherichia coli PADA DAMIU DI KAWASAN UNIVERSITAS DIPONEGOROTEMBALANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian (Lemb

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Derajat kesehatan merupakan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelabuhan merupakan salah satu aset penting suatu daerah yang berfungsi sebagai tempat berlabuhnya kapal sekaligus sebagai tempat untuk melakukan kegiatan bongkar muat barang, kebutuhan masyarakat dan industri serta sebagai tempat pelayanan penyeberangan penumpang baik domestik maupun internasional 1. Pelabuhan juga dapat berperan sebagai pintu gerbang transportasi penyebaran penyakit dan merupakan ancaman global terhadap kesehatan masyarakat karena adanya penyakit karantina, penyakit menular baru, maupun penyakit menular lama yang timbul kembali. Kapal yang sandar di pelabuhan harus terbebas dari faktor risiko lingkungan dengan cara mempertahankan kondisi kesehatan kapal sehingga tidak dijadikan tempat berkembang penyakit dan vektor penular penyakit 2. Mobilitas yang tinggi sebuah kapal dari suatu daerah ke daerah lain ataupun dari suatu negara ke negara lain menyebabkan kapal dapat menjadi sarana perpindahan vektor penyakit dari suatu daerah ke daerah lain 3. Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit dengan mengendalikan faktor faktor lingkungan yang merupakan mata rantai penularan penyakit 4. Sanitasi kapal adalah segala usaha yang ditujukan terhadap faktor lingkungan di dalam kapal untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit guna menjaga derajad kesehatan 5. Sanitasi kapal merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mendukung pengawasan kesehatan khususnya anak buah kapal di dalamnya maupun masyarakat pada umumnya. Kondisi sanitasi kapal yang baik akan menurunkan risiko gangguan kesehatan dan sebaliknya kondisi sanitasi kapal yang buruk akan mempertinggi risiko gangguan kesehatan pada anak buah kapal 6. 1

Pemeriksaan sanitasi kapal mencakup beberapa aspek, diantaranya kebersihan ruangan ruangan kapal, bahan makanan di kapal, sarana penyediaan air, penanganan limbah cair dan sampah, serta pemeriksaan air bersih yang digunakan di kapal 5. Selama melakukan pelayaran, anak buah kapal memerlukan air untuk memenuhi kebutuhan mereka. Air bersih di kapal digunakan untuk berbagai macam kebutuhan anak buah kapal seperti memasak, mandi, mencuci, dan lain lain. Kualitas air bersih yang digunakan di kapal juga harus memenuhi syarat syarat kesehatan secara fisika, kimia, mikrobilogi dan dapat diminum setelah dimasak 9. Kualitas air yang tidak baik dapat menimbulkan gangguan kesehatan, khususnya water borne diseases bagi masyarakat 10. Upaya yang dilakukan agar anak buah kapal terhindar dari gangguan kesehatan tersebut adalah dengan melakukan pengawasan terhadap kualitas air bersih yang digunakan selama melakukan pelayaran. Kondisi sanitasi kapal berpengaruh terhadap keberadaan serangga dan tikus di kapal. Keberadaan tikus ditemukan pada kapal dengan kondisi sanitasi yang buruk 3. Keberadaan tikus di kapal dapat menyebabkan terjadinya kerusakan muatan kapal. Tikus juga dapat berperan menjadi reservoir bagi vektor penyakit dan dapat menularkan suatu penyakit dari suatu daerah ke daerah lain jika tikus tersebut terinfeksi oleh vektor penyakit. Penyakit yang dapat ditularkan oleh tikus diantaranya adalah Pes. Pes berada pada peringkat pertama penyakit karantina yang masih berlaku secara internasional. Leptospirosis juga merupakan penyakit yang ditularkan oleh tikus 6. Kondisi sanitasi kapal yang buruk juga dapat mempengaruhi keberadaan serangga di kapal. Serangga yang umum ditemukan hidup di kapal adalah kecoa 8. Kecoa dapat membawa berbagai mikroorganisme penyebab penyakit seperti Salmonella dan Entamoeba histolitica. Mikroorganisme tersebut dapat mengakibatkan penyakit diare, thypus, disentri, kolera, dan hepatitis 9. Dalam penelitian ini tetap dilakukan pengamatan terhadap keberadaannya namun tidak dilakukan kajian lebih lanjut karena keberadaan serangga di kapal masih dapat dikendalikan secara 2

mandiri oleh anak buah kapal. Berbeda dengan tikus yang tindakan pengendaliannya tidak dapat dilakukan oleh orang awam karena tindakan pengendalian tikus hanya bisa dilaksanakan oleh tenaga ahli yang terlatih dan sudah mempunyai sertifikat kompetensi. Kantor Kesehatan Pelabuhan bertanggung jawab agar daerah pelabuhan bebas dari infestasi tikus. Kantor Kesehatan Pelabuhan wajib melakukan pemeriksaan sanitasi kapal dalam rangka penerbitan sertifikat bebas hapus tikus. Pemeriksaan sanitasi kapal dilakukan terhadap semua jenis kapal diatas 6 grosston 11. Data di Pelabuhan Tegal pada tahun 2016 dari 917 kapal yang menerbitkan sertifikat bebas hapus tikus 662 (72,19%) diantaranya diperiksa dan dari 662 kapal yang diperiksa terdapat 172 kapal ( 25,98% ) dengan sanitasi kapal yang memiliki risiko gangguan kesehatan tinggi. Hasil pemeriksaan kualitas air bersih di kapal diperoleh 126 kapal (19,03%) dengan kulaitas air yang tidak memenuhi syarat. 165 kapal (24,92%) tidak melakukan pemasangan rat guard dan 148 kapal (22,36%) ditemukan tanda tanda keberadaan tikus di kapal 12. Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan pada 18 kapal dengan berat 6 30 grosston diperoleh data 16 kapal (88,89%) dengan kondisi sanitasi berisiko tinggi, 12 kapal (66,67%) dengan kualitas air minum yang tidak memenuhi syarat dan 7 kapal (38,89) ditemukan tanda tanda keberadaan tikus. Kondisi sebenarnya di lapangan diketahui bahwa tidak semua kapal dengan berat diatas 6 grosston dapat diperiksa oleh petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan. Di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Semarang Wilayah Kerja Pelabuhan Tegal hanya mempunyai 5 orang pegawai. Jumlah tersebut tidak sebanding dengan jumlah kapal yang harus diperiksa, sehingga pemeriksaan sanitasi kapal di Pelabuhan Tegal hanya dilakukan pada kapal dengan berat diatas 30 grosston. Ketidakmampuan petugas dalam melakukan pemeriksaan kapal dengan berat antara 6 30 grosstone dapat menyebabkan lepasnya kendali karantina laut sehingga dapat membuka peluang penyebaran penyakit yang dibawa oleh vektor. Dengan 3

kondisi yang demikian, sanitasi kapal dengan berat antara 6 30 grosston yang sandar di Pelabuhan Tegal tidak dapat diketahui secara baik sehingga perlu dilakukan kajian tentang hal tersebut. B. Rumusan Masalah 1. Rumusan Masalah Umum Bagaimanakah hubungan antara sanitasi kapal, kualitas air bersih, dan keberadaan tikus di kapal dalam kaitannya dengan status kesehatan Pelabuhan Tegal? 2. Rumusan Masalah Khusus a. Bagaimanakah kondisi sanitasi kapal dengan berat antara 6 30 grosston yang sandar di Pelabuhan Tegal? b. Bagaimanakah kualitas air bersih di kapal dengan berat antara 6 30 grosston yang sandar di Pelabuhan Tegal? c. Bagaimanakah keberadaan tikus di kapal dengan berat antara 6 30 grosston yang sandar di Pelabuhan Tegal? d. Bagaimanakah status kesehatan anak buah kapal dengan berat antara 6 30 grosston yang sandar di Pelabuhan Tegal? e. Bagaimanakah hubungan antara sanitasi kapal dengan keberadaan tikus di kapal dengan berat antara 6 30 grosston yang sandar di Pelabuhan Tegal? f. Bagaimanakah hubungan antara sanitasi kapal dengan status kesehatan Pelabuhan Tegal? g. Bagaimanakah hubungan antara kualitas air bersih dengan status sandar di Pelabuhan Tegal? h. Bagaimanakah hubungan antara keberadaan tikus dengan status sandar di Pelabuhan Tegal? 4

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menganalisa hubungan antara sanitasi kapal, kualitas air bersih, dan keberadaan tikus di kapal dalam kaitannya dengan status kesehatan Pelabuhan Tegal. 2. Tujuan Khusus a. Memeriksa kondisi sanitasi kapal dengan berat antara 6 30 grosston yang sandar di Pelabuhan Tegal. b. Menguji kualitas air bersih di kapal dengan berat antara 6 30 grosston yang sandar di Pelabuhan Tegal. c. Memeriksa keberadaan tikus di kapal dengan berat antara 6 30 grosston yang sandar di Pelabuhan Tegal. d. Memeriksa status kesehatan anak buah kapal dengan berat antara 6 30 grosston yang sandar di Pelabuhan Tegal. e. Menganalisa hubungan antara sanitasi kapal dengan keberadaan tikus di kapal dengan berat antara 6 30 grosston yang sandar di Pelabuhan Tegal. f. Menganalisa hubungan antara sanitasi kapal dengan status kesehatan Pelabuhan Tegal. g. Menganalisa hubungan antara kualitas air bersih dengan status sandar di Pelabuhan Tegal. h. Menganalisa hubungan antara keberadaan tikus dengan status sandar di Pelabuhan Tegal. 5

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan dalam upaya peningkatan pengawasan sanitasi kapal b. Untuk menentukan kebijakan dalam pemenuhan sumber daya manusia di lingkungan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Semarang agar dapat melaksanakan tupoksi secara maksimal. 2. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang sanitasi kapal bagi anak buah kapal sehingga dapat lebih menjaga sanitasi kapal. E. KEASLIAN PENELITIAN Tabel 1.1. Daftar Penelitian Terdahulu tentang Sanitasi Kapal dan Keberadaan Tikus di Kapal No Peneliti Judul 1. Nurcholis Arif Budiman (1999) 2. M. Hidayatsyah (2003) 3. Lantik Paramita Agustin (2011) Hubungan Antara Sanitasi Kapal Dengan Tanda Tanda Keberadaan Tikus di Kapal yang Berbendera RI Di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang Hubungan Faktor Fisik Di Kapal Dan Di Pelabuhan Tembilahan Dengan Keberadaan Tikus Hubungan Antara Sanitasi Kapal dengan Keberadaan Tikus pada Kapal yang Bersandar di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang Tahun 2011 Desain Studi Cross Sectional Cross Sectional Cross Sectional Variabel Bebas dan terikat - Sanitasi kapal - Keberadaan tikus di kapal - Faktor fisik di kapal dan di pelabuhan - Keberadaan tikus di kapal - Sanitasi kapal - Keberadaan tikus di kapal Hasil Ada hubungan yang bermakna antara sanitsi kapal dengan tanda tanda keberadaan tikus di kapal Ada hubungan antara faktor fisik kapal dan kondisi fisik di pelabuhan dengan keberadaan tikus Ada hubungan antara sanitasi kapal dengan keberadaan tikus yang bersandar di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang tahun 2011 6

Penelitian yang dilakukan berbeda dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan tersebut, yaitu; a. Variabel penelitian yang digunakan berbeda dengan penelitian sebelumnya, yaitu variabel kualitas air minum, keberadaan tikus, dan status kesehatan anak buah kapal. b. Populasi penelitian yang diambil berbeda dengan penelitian sebelumnya, yaitu semua kapal baru dan kapal yang mengajukan perpanjangan sertifikat sanitasi kapal dengan berat 6 30 grosston yang sandar di Pelabuhan Tegal. c. Penelitian dilakukan pada waktu dan tempat yang berbeda, yaitu dilakukan di Pelabuhan Tegal pada tahun 2017. 7