102 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan masalah, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Persamaan dan perbedaan pengaturan tentang pelepasan hak atas tanah antara Permendagri Nomor 4 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Kekayaan Desa dan Pergub Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pelepasan Tanah Desa Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum adalah sebagai berikut: a. Persamaan antara Permendagri Nomor 4 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Kekayaan Desa dan Pergub Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pelepasan Tanah Desa Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum : 1) Pengertian Desa sebagai Kesatuan Masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
103 asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2) Pemerintahan Desa sebagai penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam system Negara Kesatuan Republik Indonesia. 3) Pengertian Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya di singkat BPD sebagai Lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. 4) Syarat pelepasan Tanah Desa dilakukan setelah adanya kesepakatan tentang besarnya ganti rugi sesuai sesuai harga pasar dan didasarkan penilaian penilai publik. 5) Pelepasan Tanah Desa dipergunakan untuk pembangunan untuk kepentingan umum. 6) Pelepasan Tanah Desa harus dengan Keputusan Kepala Desa dan setelah mendapat persetujuan dari Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan mendapat ijin tertulis dari Bupati /Walikota dan Gubernur.
104 b. Perbedaan antara Permendagri Nomor 4 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Kekayaan Desa dan Pergub Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pelepasan Tanah Desa Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum : 1) Perbedaan yang mendasar adalah adanya penyebutan Lurah Desa dalam Pergub Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 39 Tahun 2016 dimana Lurah Desa hanya ada di Daerah Istimewa Yogyakarta sedangkan di luar Daerah Istimewa Yogyakarta berlaku penyebutan Kepala Desa. Hal ini berlaku karena adanya keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta berdasar Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta. 2) Pengertian Tanah Desa dalam Permendagri Nomor 4 Tahun 2007 berupa barang milik desa yang berupa tanah bengkok, kuburan dan titisara.sedangkan Tanah Desa dalam Pergub Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 39 Tahun 2016 adalah Tanah Desa yang asal-usulnya dari Kasultanan dan/atau Kadipaten dengan hak anggaduh, dan pemanfaatannya untuk kas desa, bengkok/lungguh, dan pengarem-arem. 3) Tanah Desa dalam Pergub Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pelepasan Tanah Desa Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum dipergunakan sebagai pengarem-arem, dimana pemberian tanah pengarem-arem
105 dimaksudkan sebagai pensiunan Kepala Desa atau Perangkat Desa yang telah pensiun yang hal tersebut tidak berlaku di daerah lain.sedangkan dalam Permendagri Nomor 4 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Kekayaan Desa tidak ada pengaturan tentang hal tersebut. 4) Pembelian/ pengadaan tanah pengganti Tanah Desa dalam Permendagri Nomor 4 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Kekayaan Desa berlokasi di Desa setempat sedangkan pengadaan tanah pengganti Tanah Desa dalam Pergub Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pelepasan Tanah Desa Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum berada di lokasi Tanah Desa dalam satu Desa yang sama atau Desa lain yang berbatasan dalam satu Kecamatan. 2. Proses pelaksanaan pelepasan Tanah Desa menurut Pergub Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 39 Tahun 2016 Tentang Pelepasan Tanah Desa Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum dalam hal ini tidak bertentangan dengan UUPA dan Permendagri Nomor 4 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Kekayaan Desa. Secara normatif Pergub Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 39 Tahun 2016 Tentang Pelepasan Tanah Desa Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum yang merupakan implementasi dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan di Yogyakarta.
106 B. Saran : 1. Pasal 2 ayat (3) Pergub Nomor 39 Tahun Tahun 2016 menyebutkan : Pelepasan Tanah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan izin dari Gubernur. Pasal ini agar diatur jangka waktu pengurusan penerbitan izin Gubernur tersebut agar tidak terjadi kelambatan terbitnya izin Gubernur yang akan merugikan pihak pemohon pelepasan hak atas Tanah Desa yang akan mengakibatkan terganggunya proses pembangunan yang akan dilaksanakan. 2. Pasal 2 ayat (8) Pergub Nomor 39 Tahun 2016 menyebutkan : Tanah Desa yang menjadi obyek Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, dilepaskan dengan tanah pengganti yang berada di lokasi Tanah Desa dalam satu desa yang sama atau desa lain yang berbatasan dalam satu kecamatan. Pasal ini agar ditambah pengaturannya yaitu apabila Tanah desa yang menjadi obyek Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum tidak tersedia tanah pengganti yang berada dilokasi Tanah Desa dalam satu desa yang sama atau desa lain yang berbatasan dalam satu kecamatan maka tanah pengganti bisa diganti dengan tanah pengganti yang ada dalam satu Kabupaten.