BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai pendidikan yang. diselenggarakan sebelum pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran anak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini sangat perlu, hal ini dikarenakan pada usia itu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, motorik dan sosio emosional. Berdasarkan Pemerdiknas No. 58. Standar Pencapaian perkembangan berisi kaidah pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk

STRATEGI PEMBELAJARAN SAINS UNTUK ANAK PRASEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR AWAL

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang diharapkan. Sadar pentingnya ketrampilan proses sains pada anak akan semakin

II. TINJAUAN PUSTAKA. penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang menjalani suatu

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan. Menurut Suharjo (2006: 1), pendidikan memainkan peranan. emosi, pengetahuan dan pengalaman peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang mahluk hidup, lingkungan, dan interaksinya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN METODE GUIDED DISCOVERY PADA ANAK KELOMPOK B TK SALAFIYAH PLERET BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Masalah pada dasarnya merupakan hal yang sangat sering ditemui dalam kehidupan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI KONSEP WARNA MELALUI METODE PROYEK. Sri Endah Cahyaningsih

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sangat menentukan bagi anak untuk mengembangkan seluruh. potensinya. Berdasarkan kajian dalam Ernawulan Syaodih dan Mubiar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masa paling tepat dalam memberikan dorongan atau upaya

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi perkembangan anak selanjutnya. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan anak yang aktif dan sangat imajinatif serta

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak merupakan suatu wadah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Melalui pendidikan yang baik, manusia dapat membuka

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Betty Sugiharti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Prasyarat Untuk Mengikuti Ujian Skripsi SI Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Pada Fakultas Ilmu Pendidikan O L E H :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pembelajaran media sangat diperlukan karena dapat membantu

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada masa Golden Age (keemasan), sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang RinaFardiana,2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kemampuan Sains Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan adalah usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN ANALISIS PENGENALAN LAMBANG BILANGAN MELALUI PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK ANAK USIA DINI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. yang erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari anak, misal di lingkungan

II. TINJAUAN PUSTAKA. baik. Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

SD NEGERI PAMULIHAN KKG GUGUS II BABAKANBANDUNG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran

commit to user BAB I PENDAHULUAN

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut. (Pasal 1 ayat 14 menurut UU No. 20 Tahun 2003)

BAB I PENDAHULUAN. eksperimen guru hanya menjelaskan dengan metode tanya jawab. Dengan. sehingga dia hanya terbengong-bengong di dalam kelas.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah merupakan aset penting bagi kemajuan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

B. Komponen-Komponen Perencanaan Pembelajaran 1. Tujuan pembelajaran 2. Isi (materi pembelajaran) a. Pengertian Tema

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bidang pembangunan yang dapat perhatian serius dari pemerintah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Didalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha

I. PENDAHULUAN. penting. Pentingnya pendidikan anak sejak usia dini juga didasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

2.2 Aktivitas Belajar dengan Menggunakan Media Gambar. Aktivitas belajar menggunakan media gambar merupakan kegiatan, kesibukan,

Nama : ARI WULANDARI NIM : Pokjar : Gantiwarno

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,

BAB I PENDAHULUAN. untuk memasuki pendidikan lebih lanjut (Suyadi, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. dengan sebutan golden age yaitu usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SAINS PADA ANAK USIA DINI

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, rohani (moral atau spritual), motorik, akal pikiran, emosional, sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia serta kemajuan bangsa, sehingga maju dan mundurnya

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiyanto (2007: 1) bahwa Taman Kanak-kanak adalah pendidikan untuk anak

BAB I PENDAHULUAN. Anak bukanlah orang dewasa mini. Anak memiliki cara tersendiri untuk. lebih bereksplorasi menggunakan kemampuan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak merupakan suatu masa keemasan (golden Age) dalam

BAB I PENDAHULUAN. jasmani dan rohani anak di lingkungan keluarga sebelum memasuki. pendidikan dasar. Anak yang dalam pandangan pendidikan modern

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam bentuk pendidikan formal maupun non formal 1.Perkembangan

I. PENDAHULUAN. terbangunnya sebuah peradaban suatu bangsa. Pendidikan di Indonesia banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami dan menemukan sendiri apa

PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENDEKATAN LINGKUNGAN DALAM PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR MATERI PENGHEMATAN ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan orang lain baik yang lebih muda usianya, teman sebaya. Kanak-kanak kelompok B antara 5 6 tahun.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang menghadapkan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bisa bersikap tertentu. Dalam hal ini, belajar merupakan sebuah upaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini kita hidup pada abad 21 dimana segala tantangan zaman semakin meningkat.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan metode Mueller dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai pendidikan yang diselenggarakan sebelum pendidikan dasar, memiliki kelompok sasaran anak usia 0 6 tahun yang sering disebut masa emas perkembangan. PAUD adalah investasi yang sangat besar bagi keluarga dan bangsa. Pendidikan yang diberikan pada usia dini sebaiknya disesuaikan dengan usia perkembangannya, termasuk salah satunya Taman Kanak-Kanak atau disingkat dengan sebutan TK. Masa kanak-kanak merupakan fase yang fundamental dalam mempengaruhi perkembangan individu. Para ahli mengungkapkan bahwa masa kanak-kanak merupakan masa belajar aktif, anak melakukan penjelajahan terhadap objek di lingkungannya untuk memperoleh pengalaman dan mengkonstruksi pengetahuannya. Masa kanak-kanak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan otak, dimana akan menentukan kepribadian anak selanjutnya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan perubahan dan tuntutan-tuntutan baru seperti sumber daya manusia yang potensial dalam menghadapi tantangan di abad mendatang. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan di Taman Kanak-kanak sebenarnya tidak terlepas dari pendekatan dalam belajar mengajar. 1

Salah satu aspek penting yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran anak TK adalah perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif anak merupakan kemampuan otak anak dalam memperoleh informasi. Salah satu pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan kognitif anak adalah pembelajaran sains. Pembelajaran sains memiliki peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas yaitu manusia yang mampu berpikir kritis, kreatif, dan logis. Ali Nugraha (2005: 1) mengemukakan bahwa pengembangan pembelajaran sains pada anak, dan bidang pengembangan lainnya memiliki peranan yang sangat penting dalam membantu meletakkan dasar kemampuan dan pembentukan sumber daya manusia yang diharapkan. Tujuan pembelajaran sains di TK adalah melatih anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda di sekitarnya. Di dalam eksplorasinya, anak mengggunakan lima inderanya untuk mengenal berbagai gejala alam melalui kegiatan observasi (penginderaan) sehingga kemampuan observasinya meningkat seperti melihat, meraba, membau, merasakan dan mendengar. Anak akan memperoleh pengetahuan baru dari hasil interaksinya dengan berbagai benda yang diobservasinya. Sejalan dengan hal itu, Slamet Suyanto (2005: 83) mengemukakan bahwa kegiatan pengenalan sains untuk anak TK lebih ditekankan pada proses daripada produk. Proses sains dikenal dengan metode ilmiah, yang secara garis besar meliputi: observasi, menemukan masalah, melakukan percobaan, menganalisis data, dan mengambil kesimpulan. 2

Melalui pengenalan sains tersebut, anak diarahkan untuk mengkonstruksi pengetahuannya tentang adanya peristiwa-peristiwa alam (proses sains) dan memiliki dorongan untuk melakukan penyelidikan, serta memiliki sikap positif terhadap sains. Untuk menarik minat anak dalam mempelajari sains, maka setiap anak diperkenalkan dengan cara para ilmuwan bekerja untuk mendapatkan fakta, konsep dan teorinya. Untuk itu, sains perlu diperkenalkan anak sejak dini sesuai dengan tahap-tahap perkembangan anak. Menurut Usman Samatowa (2006: 137) keterampilan proses sains merupakan keterampilan intelektual yang dimiliki dan digunakan oleh para ilmuwan dalam meneliti fenomena alam. Keterampilan proses sains yang digunakan oleh para ilmuwan tersebut dapat dipelajari oleh siswa dalam bentuk yang lebih sederhana sesuai dengan tahap perkembangan anak Sesuai dengan kemampuan anak TK, keterampilan proses sains hendaknya dilatih melalui percobaan sederhana. Percobaan tersebut melatih anak menghubungkan sebab dan akibat dari suatu perlakuan sehingga melatih anak berpikir logis. Kegiatan pembelajaran sains dalam pengembangan pembelajaran sains juga dilakukan dengan cara bermain untuk menciptakan suasana yang menyenangkan sehingga menarik anak untuk terlibat aktif dalam setiap keterampilan proses sains yang dipelajarinya. Keterampilan proses sains hendaknya perlu dimiliki anak agar dapat mengembangkan pengetahuannya mengenai sains. Melalui keterampilan proses sains tersebut memungkinkan anak mengkonstruksi pengetahuannya sendiri 3

sebagai hasil pengalaman sensoris yang kemudian diteruskan dengan proses berpikirnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurmasari dan Harlen dalam Ali Nugraha (2005: 125) yang mengungkapkan bahwa kegiatan pembelajaran yang cocok untuk pengembangan pembelajaran sains adalah dengan menerapkan keterampilan proses pada setiap tahapannya. Sementara itu, tidak semua keterampilan proses sains bisa diajarkan kepada anak, sehingga dalam pelaksanaannya harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak TK. Menurut Ali Nugraha (2005:125) keterampilan proses sains yang dapat dilatihkan pada anak usia dini meliputi kemampuan: (1) mengamati, yaitu anak melibatkan kombinasi dari beberapa atau seluruh indera. Di dalamnya terdapat kegiatan melihat, mendengar, meraba, mencicipi, mencium, merasakan. Dengan kegiatan ini anak terlibat langsung dengan lingkungan sekitar dan benda-benda yang ada di sekelilingnya; (2) mengklasifikasi atau mengelompokkan, merupakan suatu sistematika untuk mengatur obyek-obyek ke dalam sederetan kelompok tertentu. Anak dapat belajar mencari persamaan dan perbedaan objek-objek; (3) menafsirkan atau meramalkan, yaitu suatu keterampilan membuat perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi; (4) mengkomunikasikan, yaitu kemampuan anak dalam melaporkan hasil kegiatan sainsnya ke dalam bentuk tulisan, gambar, lisan, dan sebagainya; 4

serta penggunaan alat dan pengukuran, yaitu melatih anak untuk menggunakan alat ukur dengan teliti dan cermat. Uraian dan kutipan-kutipan tersebut merupakan keterampilan proses sains yang idealnya distimulasikan pada anak. Namun, dalam kenyataannya peneliti mendapatkan beberapa kesenjangan. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, guru masih menggunakan metode ceramah dan diskusi dalam praktek pembelajaran sains yang membuat anak banyak mendengar, duduk, dan diam, sehingga anak kurang diberikan kesempatan untuk memperoleh pengalaman nyata. Padahal hakikat pembelajaran sains adalah memberikan pengalaman yang menantang sehingga memfasilitasi rasa ingin tahu anak dengan menyuguhkan pembelajaran yang variatif, menyenangkan, serta untuk mengobservasi dan mengeksplorasi berbagai macam objek fisik, alam, atau kejadian-kejadian yang ada di lingkungan anak. Kenyataan yang terjadi pada umumnya di TK dalam pembelajaran sains anak masih mengalami kesulitan dalam mengembangkan keterampilan proses sains dikarenakan guru hanya menggunakan metode pemberian tugas. Anak hanya belajar dengan mendengarkan penjelasan guru kemudian anak mengerjakan tugas berupa lembar kerja anak. Pemberian tugas ini belum dapat dipahaminya karena anak tidak mengalami pengalaman langsung dalam suatu proses percobaan. Untuk mendapatkan pengalaman dalam proses percobaan diperlukan fasilitas dan metode yang mendukung melalui kegiatan yang bisa mencakup proses tersebut. Misalnya: melalui observasi, diskusi, eksperimen atau media yang relevan. Pembelajaran sains di TK sebaiknya dilakukan 5

dengan metode pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk aktif dalam mengeksplorasi berbagai ide-ide mereka. Sebagai bagian dari mekanisme belajarnya, anak-anak perlu mengembangkan sendiri berbagai hipotesis dan secara terus menerus membuktikannya. Melatih proses berpikirnya sendiri-mengamati apa yang terjadi dan yang ditemukannya kemudian mengajukan pertanyaan serta merumuskan jawaban. Sesuai dengan pendapat Masitoh, dkk (2005: 63) yang menyatakan bahwa pengalaman langsung (hands on experience) adalah pengalaman yang memungkinkan anak-anak terlibat dengan objek atau kejadian-kejadian nyata dalam belajar. Kegiatan-kegiatan pengalaman langsung dapat diberikan melalui eksploratori, penemuan terbimbing, pemecahan masalah, diskusi, belajar kooperatif, demonstrasi, eksperimen, dan sebagainya. Dengan memahami hakikat cara anak TK belajar sains, maka pilihan tertuju pada pemilihan metode pembelajaran yang dapat berpusat pada anak. Untuk itu dibutuhkan metode pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan dan menyediakan ruang yang lebar untuk anak terlibat dalam proses pembelajaran. Metode pemberian tugas yang sering digunakan guru, tentu dapat membuat anak merasa terbebani. Guru harus mengetahui anak belajar dalam situasi yang menyenangkan, yaitu bermain sambil belajar. Dalam kegiatan sains yang terpenting bagi anak adalah mengerti proses sains, karena dari proses itulah akan melahirkan pengalaman belajar yang simultan dan terpadu. Metode eksperimen adalah salah satu alternatif dalam pembelajaran sains anak. Metode eksperimen mengajak anak untuk aktif 6

mengalami proses dan membuktikan sendiri tentang apa yang sedang dipelajarinya. Menurut Syaiful Bahri (Winda Gunarti, 2008: 11.4) metode eksperimen dalam pembelajaran sains merupakan suatu proses cara belajar mengajar yang melibataktifkan anak dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan. Berdasarkan pra-observasi yang telah dilakukan di Taman Kanak-Kanak Kusuma II yang beralamat di Komplek Yadara, Babarsari menunjukkan bahwa dari sejumlah 14 anak, sebagian besar keterampilan proses sains belum dapat dilakukan dengan baik karena anak masih kurang dilatih secara maksimal. Hal ini dapat dilihat dari metode yang digunakan guru dalam pembelajaran sains masih menggunakan metode ceramah yaitu menjelaskan suatu peristiwa. Setelah itu, anak diberikan tugas menggunakan lembar kerja anak yang terkesan kaku sehingga kurang memberikan kesempatan kepada anak untuk berinteraksi dengan benda-benda konkret. Penyebabnya lainnya yaitu belum tersedianya fasilitas dan media yang mendukung. Anak belum diberikan kesempatan untuk terlibat langsung dalam suatu percobaan (eksperimen). Kegiatan yang sering dilatih yaitu kegiatan mengklasifikasi atau mengelompokkan. Sedangkan kegiatan mengamati dan meramalkan belum sering dilatih. Bahkan untuk kegiatan mengkomunikasikan hasil kegiatan sains anak-anak belum pernah dilatih. Berangkat dari permasalahan ini strategi atau metode yang digunakan dalam keterampilan proses sains anak dapat dilakukan dengan metode 7

eksperimen. Metode ini, anak terlibat langsung dalam kegiatan percobaan. Untuk mendukung salah satu komponen keterampilan proses sains yaitu mengkomunikasikan dapat menggunakan media bulletin board atau kita mengenalnya majalah atau informasi dinding. Dengan majalah dinding anak dilatih untuk menggunakan kemampuan mengkomunikasikan hasil kegiatan sains ke dalam tulisan, lisan ataupun gambar. Media bulletin board merupakan suatu bentuk pengemasan dari kegiatan pembelajaran sains. Selanjutnya, media bulletin board mempermudah pemrosesan informasi agar minat anak terhadap pembelajaran sains dapat tergugah. Anak-anak dapat meningkatkan keterampilan proses sainsnya melalui kegiatan praktek langsung dan melaporkannya dalam bentuk gambar pada media bulletin board. Pendidik juga dapat mencatat perkembangan anak melalui bukti kegiatan yang dilakukan anak. Berikan kesempatan kepada anak untuk dapat terlibat langsung dalam praktek percobaan sains dan kemudian melaporkan hasil kegiatan sainsnya yang dapat dijawab sendiri oleh pengalamannya. Jika pengalaman belajar anak melalui pengalaman langsung, maka akan memberikan hasil belajar yang konkret. Pengembangan pembelajaran sains tidak hanya memerlukan produk dan hasil melainkan diharapkan anak dapat menjalankan suatu proses yang dapat menjadi hasil untuk pengetahuannya kelak. Setelah anak menjalankan proses suatu percobaan maka anak dapat mengkomunikasikan hasil kegiatannya menjadi rangkaian pengetahuan yang dikonstruksikan melalui pengalamannya menggunakan media bulletin board. 8

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk memperbaiki proses pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan proses sains anak Kelompok B melalui metode eksperimen dengan media bulletin board di Taman Kanak-Kanak Kusuma II Babarsari B. Identifikasi Masalah Dalam uraian penjelasan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah pada penelitian ini adalah : 1. Keterampilan proses sains di kelompok B TK Kusuma II belum dilatih secara optimal khususnya dalam kegiatan mengkomunikasikan hasil percobaan (eksperimen). 2. Variasi kegiatan pembelajaran sains belum dikembangkan. Pembelajaran sains masih terfokus pada guru belum terpusat pada anak dikarenakan guru masih sering menggunakan metode ceramah tanpa memberikan kesempatan kepada anak untuk terlibat langsung. 3. Kurangnya media dan fasilitas yang mendukung pembelajaran sains sehingga minat anak terhadap sains belum tergugah. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, peneliti membatasi permasalahan yang ada. Aspek yang akan diteliti adalah peningkatan keterampilan proses sains melalui metode eksperimen dengan media bulletin board pada anak taman kanak-kanak kelompok B. 9

D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana meningkatkan keterampilan proses sains melalui metode eksperimen dengan media Bulletin Board pada anak TK Kelompok B? E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan proses sains melalui metode eksperimen dengan media Bulletin Board pada anak kelompok B di TK Kusuma II Babarsari, Yogyakarta. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Teoritis a. Sains dan pengembangan pembelajaran sains memiliki manfaat bagi kemajuan ilmu dan teknologi. b. Sebagai informasi tentang cara dan penerapan sains untuk meningkatkan keterampilan proses sains. c. Mengembangkan media pembelajaran sains untuk anak usia dini. 2. Praktis a. Bagi guru metode eksperimen dapat diterapkan sebagai metode pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan proses sains anak. 10

Untuk keterampilan mengkomunikasikan media bulletin board ini dapat digunakan sebagai bahan dalam kegiatan pengembangan pembelajaran sains untuk meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan proses sains. b. Sebagai masukan bagi para pendidik untuk meningkatkan keterampilannya dalam mengetahui proses sains agar proses belajar mengajar semakin bervariasi bagi anak didik. c. Bagi anak usia dini agar keterampilan proses sains dapat ditingkatkan pada anak dan mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan suasana yang menyenangkan sehingga terhindar dari kebosanan, serta membangkitkan motivasi belajar anak. G. Definisi Operasional Untuk menghindari kemungkinan meluasnya penafsiran terhadap permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka perlu disampaikan definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses sains adalah semua keterampilan yang diperlukan untuk meneliti suatu kejadian/fenomena. Pada penelitian ini, keterampilan yang difokuskan yaitu keterampilan mengamati, mengklasifikasi/mengelompokkan, memprediksi dan mengkomunikasikan. Semua keterampilan proses sains tersebut disesuaikan dengan tahap perkembangan anak TK kelompok B (usia 5-6 tahun). 11

2. Metode Eksperimen Metode eksperimen merupakan metode pembelajaran yang ditandai dengan kegiatan mencoba mengerjakan sesuatu, mengamati dan melaporkan proses percobaan tersebut. 3. Media Bulletin Board Media papan bulletin merupakan media pembelajaran yang berbentuk papan persegi panjang dari bahan triplek. Bulletin board ini ditempel dengan gambar-gambar dan tulisan sehingga terlihat penjelasan dari makna tersebut. Gambar-gambar yang ditempel di papan bulletin ini merupakan sekelompok gambar yang disusun oleh anak untuk memberitahukan kejadian dalam waktu tertentu. Dalam penelitian ini, anak dilatih untuk mengkomunikasikan hasil percobaan yang telah dilakukan anak. 12