BAB I PENDAHULUAN. Pengendalian pertumbuhan dan jumlah penduduk, memiliki peran terhadap

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. masyarakat agar dapat menerima pembentukan Norma Keluarga Kecil Bahagia. dan Sejahtera (NKKBS) (Manuaba, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif,

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

ABSTRAK. Kata kunci: pengalaman, seksual, vasektomi. Referensi (108: )

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang termasuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pertahun (Badan Pusat Statistik, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia yaitu sekitar 258 juta jiwa (United Nations, 2015). Dalam kurun

BAB 1 PENDAHULUAN. telah disepakati dalam Dokument Millennium Declaration yang dituangkan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB I PENDAHULUAN. penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. India, Pakistan, Brazil, dan Nigeria yang memberikan kontribusi besar pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 229 juta jiwa. Dimana terjadi peningkatan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

Kesesuaian Sikap Pasangan Usia 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. administrasi kependudukan. Estimasi Jumlah penduduk Indonesia tahun 2013

I. PENDAHULUAN. oleh masalah kependudukan dengan segala tata kaitan persoalan, karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio:

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)

BAB I PENDAHULUAN. adanya permasalahan kependudukan, karena Indonesia merupakan negara

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas maka pemerintah memiliki visi dan misi baru. Visi baru pemerintah

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan, termasuk juga di Indonesia. Salah satu masalah yang di hadapi

BAB I PENDAHULUAN. individual maupun bagi negara. Manfaat-manfaat tersebut antara lain; dengan

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

BAB 1 PENDAHULUAN. diharapkan. Peningkatan partisipasi pria dalam KB dan kesehatan reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. Pasangan Usia Subur diharapkan menggunakan metode kontrasepsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. tinggi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada bulan Agustus 2010 jumlah

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya keberhasilan pembangunan bangsa Indonesia. Situasi dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. setinggi-tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. cakupan pelayanan KB yang telah mencapai 60,3% pada tahun (Depkes RI,

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

BAB I PENDAHULUAN. terhadap bayi premature (lahir muda) makin dapat diselamatkan dari kematian,

BAB I PENDAHULUAN. berencana secara komprehensif (Saifuddin, 2006). mencapai kesejahteraan keluarga. Program KB merupakan bagian terpadu

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

BAB I PENDAHULUAN. miliar jiwa. Cina menempati urutan pertama dengan jumlah populasi 1,357 miliar

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seimbang agar kesejahteraan ekonomi, spiritual, dan sosial budaya penduduk Indonesia

1 BAB I PENDAHULUAN. pernyataan direktur eksekutif UNFPA Dr. Babatunde Osotimehin (Syarief, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia setelah Republik Rakyat China, India, Amerika Serikat dan kemudian

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi merupakan salah satu program yang dijadikan sebagai dasar perencanaan

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

BAB I PENDAHULUAN. Berencana Nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan Program Making

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. KB Nasional adalah untuk memenuhi permintaan masyarakat akan pelayanan KB dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat yang menyebabkan. kepadatan penduduk (Hatta, 2012). Permasalahan lain yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

HUBUNGAN INFORMASI DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI METODE OPERASI PRIA (MOP) PADA PRIA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan hasil kesepakan International Conference On Population and

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masalah kependudukan yaitu jumlah penduduk yang besar dengan

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia semakin nyata. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi untuk menaikkan taraf penghidupan. Setiap tahun,

FAKTOR DETERMINAN PARTISIPASI PRIA DALAM VASEKTOMI. Andik Setiyono, Siti Novianti RINGKASAN

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk merupakan masalah di suatu negara apabila tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN 2014 menunjukkan tahun 2013, jumlah penduduk Indonesia mencapai 249 juta jiwa dan berada di peringkat ke lima di dunia berpenduduk tertinggi. Besarnya jumlah penduduk tidak diimbangi dengan segi kualitasnya. Hal ini dapat dilihat dari Pusat Data Dan Informasi, Kementrian Kesehatan RI, mengestimasi jumlah penduduk Indonesia tahun 2013 sejumlah 248,4 juta jiwa. Badan pusat statistik (BPS) mencatat bahwa pada tahun 2013, sebanyak 28,55 juta (11,47%) penduduk Indonesia merupakan penduduk miskin (PDIKK RI, 2014:1). Pengendalian pertumbuhan dan jumlah penduduk, memiliki peran terhadap peningkatan sumber daya manusia dan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan kualitas sumber daya manusia sulit terlaksana jika jumlah penduduk tidak terkendali (Andrews, 2010 : 128). Pemerintah telah menetapkan program keluarga berencana untuk menekan pertumbuhan penduduk. Keluarga berencana (KB) pertama kali di tetapkan sebagai program pemerintah pada tanggal 29 Juni 1970. Program KB merupakan bagian yang terpadu dalam program pembangunan nasional dan bertujuan untuk turut serta menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual, dan sosial penduduk Indonesia. KB memiliki tujuan untuk memperkecil angka kelahiran, menjaga kesehatan ibu dan anak, serta membatasi kehamilan jika jumlah anak sudah mencukupi (Safrudin & Hamidah, 2009 : 184). Pertambahan 1

2 penduduk harus di tekan lagi karena di Negara berkembang harus di kontrol. Karena kemiskinan dan kelahiran yang tak terkendali (Mahat, 2010 : 8). Kontrasepsi yang biasanya di gunakan di Indonesia ada dua macam, yaitu kontrasepsi hormonal dan non hormonal. Kontrasepsi hormonal antara lain pil KB kombinasi, suntik KB, susuk KB, Intra Urine System (IUS). Kontrasepsi Non Hormonal yaitu kondom, AKDR (IUD), tisu KB, diafragma, pantang berkala, tubektomi, vasektomi, senggama terputus. Dari berbagai macam alat kontrasepsi paling banyak yang menggunakan adalah wanita. Pengguna kontrasepsi pria sangat sedikit sekali, padahal metode kontrasepsi pria itu sangat efektif, angka kegagalan menggunakan vasektomi sangat kecil jika di bandingkan dengan jenis alat kontrasepsi pria yang lain (WHO, 2009 : 80). Vasektomi merupakan alat kontrasepsi pria yang sangat efektif dibandingkan alat kontrasepsi pria yang lainnya. Angka kegagalan langsungnya adalah 1 dalam 1000; angka kegagalan lanjutannya adalah antara 1 dalam 3000 menurut Belfield (1999) dalam Everett, (2008 : 70). Definisi vasektomi adalah pemotongan atau penyumbatan vas deferens tepat di atas testis untuk mencegah jalannya sperma. Vasektomi tidak mengganggu reproduksi cairan seminalis sehingga tidak akan bisa dibedakan perbedaan jumlah cairan yang di produksi saat ejakulasi cairan tersebut tidak mengandung sperma (Everett, 2008 : 70). Vasektomi adalah metode bedah yang digunakan pada pria untuk memotong atau mengikat vas deferens. Vas adalah tabung yang memberikan sperma dari testis. Tujuan dari vasektomi adalah untuk memberikan alat kontrasepsi permanen. Metode vasektomi meliputi berbagai cara untuk menutup vas tersebut (Cook, 2008 : 2). Vasektomi merupakan kontrasepsi yang aman, selain aman tekik yang digunakan sangat simple yaitu dengan metode pembedahan kecil (Schwarzer, 2012 : 1)

3 Dukungan sosial merupakan hubungan interpersonal yang di dalamnya berisi pemberian bantuan yang melibatkan aspek aspek yang terdiri dari informasi (memberikan nasehat, petunjuk, masukan atau penjelasan bagaimana seseorang bersikap), emosional (mendengarkan, bersikap terbuka, menunjukkan sikap percaya terhadap apa yang dikeluhkan, mau memahami, ekspresi kasih sayang dan perhatian), penilaian (penilaian yang positif, penguatan (pembenaran) untuk melakukan sesuatu) dan bantuan instrumental (menyediakan fasilitas yang diperlukan, meminjamkan uang, memberikan makanan, permainan atau bantuan yang lain) yang diperoleh individu melalui interaksi dengan lingkungan, dimana hal itu memiliki manfaat emosional atau efek perilaku bagi penerima, sehingga dapat membantu individu dalam mengatasi masalahnya atau memutuskan sesuatu (Kumalasari & Ahyani, 2012 : 26). Stice (2005 : 158) menyatakan dukungan ada empat aspek yaitu yang terdiri dari dukungan informasi, emosional, instrumental, dan motivasi. Keempat dukungan tersebut sangat penting untuk membantu seseorang memecahkan suatu masalah. Penelitian yang di lakukan Palamuleni (2013 : 93) mengatakan rendahnya partisipasi pria dalam keluarga berencana dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya faktor demografi (usia, jumlah anak dan jenis kelamin anak), faktor struktur sosial (pendidikan, pengetahuan, agama, status sosial ekonomi dan tingkat kesejahteraan), faktor pasangan (kesehatan istri dan dukungan istri), dan faktor ketersediaan sumber daya kesehatan (jaminan kesehatan, akses informasi, jarak dengan fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan). Penelitian yang di lakukan oleh Adongo, et al (2013 : 2) di Ghana tentang If you do vasectomy and come back here weak, I will divorce you : a qualitative study of community perceptions about vasectomy in Ghana, mengatakan bahwa vasektomi merupakan metode yang aman, sederhana dan efektif bagi keluarga berencana. Hasil penelitian ini

4 menunjukkan bahwa informasi yang benar tentang vasektomi masih minim dan klien lebih mendasarkan keputusannya pada mitos. Vasektomi dianggap sebagai tindakan melawan Agama, yang dihukum dengan kematian. Vasektomi juga dianggap bentuk pengebirian, yang dapat membuat orang menjadi lemah dan tidak mampu, sehingga tidak dapat memuaskan istri mereka secara seksual. Menurut penelitian Ariadi (2013 : 3), meneliti tentang pengaruh kontrasepsi vasektomi terhadap perubahan fungsi seksual pada akseptor di Kelurahan Sawojajar kota Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontrasepsi vasektomi meningkatkan fungsi seksual pada akseptor di Kelurahan Sawojajar. Menurut Pohan (2007 : 300), Asumsi lain dari masyarakat yang memilih tidak vasektomi yaitu tentang agama mereka yang melarang, padahal MUI telah menurunkan fatwa halal untuk kontrasepsi vasektomi. Antara (2013) mengatakan bahwa vasektomi halal karena sudah sesuai dengan syariat islam, pria yang melakukan vasektomi dapat melakukan peyambungan kembali pada saluran vas deverens jika menginginkan anak kembali. Pada saat ini, para pria banyak yang kurang perduli terhadap kesertaan keluarga berencana, keputusan untuk menggunakan kontrasepsi diserahkan sepenuhnya kepada istri dan bukan keputusan mereka bersama. Pihak perempuan, seringkali dalam memutuskan pemakaian kontrasepsi justru kurang mendukung partisipasi pria, karena perempuan lebih banyak mengalah. Hambatan kultural juga mempengaruhi masyarakat yang menganggap keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, kesehatan ibu dan anak adalah urusan perempuan yang hamil dan melahirkan, selain itu kebiasaan perempuan untuk menerima perilaku sosial tersebut sebagai hal yang wajar, pilihan kontrasepsi pria hanya dua, yaitu: kondom dan vasektomi, serta kurangnya dukungan dari para tokoh masyarakat/agama/adat yang seharusnya menjadi contoh bagi masyarakat setempat (BKKBN, 2013).

5 Angka partisipasi ber-kb secara Nasional di Indonesia masih lebih rendah jika dibandingkan dengan pencapaian angka partisipasi pria dalam ber-kb di negara - negara berkembang lainnya seperti Pakistan (5,2%,1999), Bangladesh (13,9%,1997), Malaysia (16,8%,1998), partisipasi pria dalam KB di Indonesia masih tertinggal yaitu pencapaian kondom 1,3% dan vasektomi 0,2%, sedangkan sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) meningkat menjadi 4,5% BPS, (2007) dalam Wahyuni (2013 : 81) Data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menunjukkan bahwa pada tahun 2013 ada 8.500.247 Pasangan Usia Subur (PUS) yang merupakan peserta KB baru. Dapat di lihat dari jenis kelamin yang menggunakan, metode kontrasepsi perempuan jauh lebih besar dibandigkan metode kontrasepsi laki laki. Metode kontrasepsi perempuan sebesar 93,66% sedangkan metode laki laki hanya sebesar 6,34%. Persentase pengguna kontrasepsi laki laki jenis vasektomi menempati tempat paling sedikit peminatnya di bandingkan alat kontrasepsi lainnya (PDIKK, 2014 : 2). Tidak bisa di pungkiri bahwa penggunaan alat kontrasepsi pada pria masih di anggap tidak lazim khususnya di Indonesia, sehingga partisipasi pria dalam menggunakan alat kontrasepsi pada pria pun masih sangat minim. Berdasarkan data yang di peroleh peneliti dari BKBPM Kota Malang, Prevalensi pasangan usia subur di Kota Malang sampai bulan Nopember 2014 yaitu 129.544. Jumlah pasangan yang memakai alat kontrasepsi yaitu 77,2%, sedangkan sisanya / yang bukan peserta KB yaitu 22,8%. Pemakaian alat kontrasepsi sampai November 2014 yang paling sedikit yaitu penggunaan alat kontrasepsi vasektomi 0,2%. Pencapaian peserta KB baru pada tahun 2014 yaitu hanya 10 orang, sedangkan target yang seharusnya dicapai 68 peserta KB.

6 Berdasarkan studi pendahuluan yang telah di lakukan di Kelurahan Sawojajar Kecamatan Kedungkandang didapatkan data pengguna vasektomi adalah sebanyak 28 orang, selain itu didapatkan juga bahwa dukungan istri di kelurahan sawojajar masih kurang, yang di sebabkan oleh pemikiran masyarakat disana yang mengira bahwa vasektomi akan merubah fungsi seksual. Menurut bapak Nyoman selaku Kepala Bidang Keluarga Berencana BKBPM Kota Malang pada tanggal 2 Februari 2015 juga menyatakan hal yang sama, kemudian di tambah juga faktor keyakinan agama mereka bahwa vasektomi haram. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian berkaitan dengan pengaruh dukungan istri terhadap suami yang berpartisipasi dalam vasektomi dan tidak vasektomi di Kelurahan Sawojajar Kota Malang, Karena akseptor terbanyak berada di Kelurahan Sawojajar Kota Malang 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan dukungan istri terhadap suami dalam pemilihan alat kontrasepsi vasektomi di Kelurahan Sawojajar Kota Malang. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui adakah perbedaan dukungan istri terhadap suami dalam pemilihan alat kontraspsi vasektomi. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi gambaran partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi. 2. Mengidentifikasi gambaran dukungan istri dalam pemilihan alat kontrasepsi vasektomi.

7 3. Menganalisis perbedaan dukungan istri terhadap suami yang berpartisipasi dalam vasektomi dan tidak vasektomi. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan dan pengetahuan peneliti, serta menjadi pengalaman berharga untuk peneliti yang kemudian menjadi sumber referensi pada penelitian berikutnya. 1.4.2 Manfaat Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah informasi dan menjadi pedoman bagi peneliti lain dalam mengembangkan topik 1.4.3 Manfaat Bagi Pasangan Suami Istri Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pasangan suami istri tentang kontrasepsi yang ingin di gunakan. Terutama kontrasepsi pada pria. 1.4.4 Manfaat Bagi BKKBN dan BKBPM Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat untuk pihak BKKBN dan BKBPM karena akan menjadi bahan acuan untuk menyediakan program program mengenai kontasepsi yang tidak sesuai target yang sudah di tetapkan setiap tahunnya. 1.4.5 Manfaat Bagi Instansi Kesehatan dan Dinas Kesehatan Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk menggalakkan peran serta dan dukungan positif dalam program keluarga berencana yang telah di bentuk di Indonesia dan dapat menekan pertumbuhan penduduk.

8 1.5 Keaslian Penelitian Menurut Warda (2011), meneliti tentang Hubungan peran dan dukungan suami dalam pengambilan keputusan terhadap pemilihan alat kontrasepsi IUD di Kabupaten Dompu Nusa Tenggara Barat. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara peran suami dengan pemilihan alat kontrasepsi, karena peran dan dukungan suami sangat berpengaruh dengan keputusan istri. Menurut Ariadi (2013), meneliti tentang pengaruh kontrasepsi vasektomi terhadap perubahan fungsi seksual pada akseptor di kelurahan sawojajar kota malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kontrasepsi vasektomi meningkatkan fungsi seksual pada akseptor di Kelurahan Sawojajar Kota Malang. Menurut Adongo (2013), sebuah studi kualitatif persepsi masyarakat tentang vasektomi di Southern Ghana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa vasektomi dianggap sebagai tindakan melawan Allah, yang dihukum baik oleh kematian atau jawab pada hari penghakiman. Vasektomi juga dianggap bentuk pengebirian, yang dapat membuat orang yang lemah dan tidak mampu, sehingga tidak dapat memuaskan istri mereka secara seksual, yang mengarah ke konflik perkawinan. Wanita lebih peduli tentang efek negatif dari vasektomi pada pria. Berdasarkan uraian di atas, bahwa perbedaan dan persamaan antara penelitian ini dengan penelitian diatas dapat dilihat dari variabel penelitian yang di gunakan. Pada penelitian oleh Warda (2011), variabel independen yang digunakan adalah peran dan dukungan suami sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah pemilihan alat kontrasepsi. Pada penelitian

9 oleh Ariadi (2013), variabel independen yang digunakan adalah Kontrasepsi Vasektomi sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah perubahan fungsi seksual. Pada penelitian Adongo (2013) variabel independen yang di gunakan adalah kontrasepsi vasektomi sedangkan variabel dependen yang di gunakan adalah persepsi masyarakat. Sedangkan pada penelitian ini, variabel independen yang digunakan adalah dukungan sosial istri sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah Kontrasepsi Vasektomi.