KEANEKARAGAMAN JENIS POHON FAMILI DIPTEROCARPACEAE DI HUTAN ADAT BUKIT BENUAH KECAMATAN SUNGAI AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA

dokumen-dokumen yang mirip
KEANEKARAGAMAN JENIS VEGETASI PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN POTENSI TEGAKAN PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG RAYA KABUPATEN KETAPANG KALIMANTAN BARAT

KEANEKARAGAMAN JENIS MERANTI (SHORE SPP) PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROPINSI KALIMANTAN BARAT

KEANEKARAGAMAN VEGETASI DI HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

SUKSESI JENIS TUMBUHAN PADA AREAL BEKAS KEBAKARAN HUTAN RAWA GAMBUT (Succesion of plant at the area of peat swamp forest ex-burnt)

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS VEGETASI DI AREAL CALON KEBUN BENIH (KB) IUPHHK-HA PT. KAWEDAR WOOD INDUSTRY KABUPATEN KAPUAS HULU

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU (Bambusodae) DALAM KAWASAN HUTAN AIR TERJUN RIAM ODONG DUSUN ENGKOLAI KECAMATAN JANGKANG KABUPATEN SANGGAU

ANALISIS VEGETASI PADA KAWASAN HUTAN DESA DI DESA NANGA YEN KECAMATAN HULU GURUNG KABUPATEN KAPUAS HULU

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN TINGKAT POHON PADA HUTAN ADAT GUNUNG BERUGAK DESA MEKAR RAYA KECAMATAN SIMPANG DUA KABUPATEN KETAPANG

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU DI HUTAN KOTA KELURAHAN BUNUT KABUPATEN SANGGAU Bamboo Species Diversity In The Forest City Bunut Sanggau District

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

STUDI HABITAT PELANDUK

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

BAB III METODE PENELITIAN

Amiril Saridan dan M. Fajri

ANALISA VEGETASI TEGAKAN HUTAN DI AREAL HUTAN KOTA GUNUNG SARI KOTA SINGKAWANG

KEANEKARAGAMAN VEGETASI PADA HUTAN ADAT BUKIT TUNGGAL DI DESA BATU NANTA KECAMATAN BELIMBING KABUPATEN MELAWI

Analisis Vegetasi Hutan Alam

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

STRUKTUR DAN KOMPOSISI VEGETASI DI AREAL PETAK UKUR PERMANEN (PUP) PT. KAWEDAR WOOD INDUSTRY KABUPATEN KAPUAS HULU

) DI BERBAGAI KETINGGIAN TEMPAT PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG BUKIT BENDERA KECAMATAN TELUK PAKEDAI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

KEBERADAAN RAMIN (GONYSTYLUS BANCANUS (MIQ.) KURZ) DI KAWASAN HUTAN LINDUNG AMBAWANG KECIL KECAMATAN TELUK PAKEDAI KABUPATEN KUBU RAYA

KOMPOSISI JENIS SEMAI DAN PANCANG DI HUTAN ALAM TROPIKA SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL ANALISA VEGETASI (DAMPAK KEGIATAN OPERASIONAL TERHADAP TEGAKAN HUTAN)

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014.

Penelitian dilakukan di areal HPH PT. Kiani. penelitian selama dua bulan yaitu bulan Oktober - November 1994.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi

DINAMIKA PERMUDAAN ALAM AKIBAT PEMANENAN KAYU DENGAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM INDONESIA (TPTI) MUHDI, S.HUT., M.SI NIP.

B III METODE PENELITIAN. ada di di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali di Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai Denpasar Bali.

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (NEPENTHES SPP) DI KAWASAN HUTAN BUKIT BELUAN KECAMATAN HULU GURUNG

KERAGAMAN JENIS ANAKAN TINGKAT SEMAI DAN PANCANG DI HUTAN ALAM

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

4 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

INVENTARISASI TEGAKAN TINGGAL WILAYAH HPH PT. INDEXIM UTAMA DI KABUPATEN BARITO UTARA KALIMANTAN TENGAH

JENIS POHON PENGHASIL BUAH-BUAHAN KONSUMSI DI TEMBAWANG DUSUN TIGA DESA DESA TIRTA KENCANA KECAMATAN BENGKAYANG KABUPATEN BENGKAYANG

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa

Proses Pemulihan Vegetasi METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

SEBARAN POHON PAKAN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii. Lesson,1827.) MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SKRIPSI

III. METODE PENELITIAN

STRUKTUR DAN KOMPOSISI TEGAKAN HUTAN DI PULAU SELIMPAI KECAMATAN PALOH KABUPATEN SAMBAS KALIMANTAN BARAT

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas,

BAB IV METODE PENELITIAN

ANALISIS VEGETASI DAN PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN HUTAN CAGAR ALAM LEMBAH HARAU KABUPATEN 50 KOTA SUMATERA BARAT

KEANEKARAGAMAN JENIS ROTAN DALAM KAWASAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI PT. BHATARA ALAM LESTARI KABUPATEN MEMPAWAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT

SEBARAN POPULASI PULAI (ALSTONIA SCHOLARIS) DI KAWASAN HUTAN KOTA GUNUNG SARI SINGKAWANG. Tubel Agustinus Dilan, Wiwik Ekyastuti, Muflihati.

INVENTARISASI HUTAN (PASCA KEBAKARAN) PADA KAWASAN HUTAN PENDIDIKAN / SEBAGIAN HUTAN WISATA BUKIT SOEHARTO, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016.

ANALISIS POHON PENGHASIL BUAH-BUAHAN HUTAN YANG TERDAPAT DI HUTAN ALAM KANTUK KECAMATAN SEPAUK KABUPATEN SINTANG

ANALISIS VEGETASI TENGKAWANG DI KEBUN MASYARAKAT KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN

INVENTARISASI TANAMAN JELUTUNG (DYERA COSTULATA HOOK) SEBAGAI TUMBUHAN LANGKA YANG TERDAPAT DI ARBORETUM UNIVERSITAS RIAU

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode

INVENTARITATION OF TREES IN THE FOREST ON PINANG MAKMUR TIMPEH DHARMASRAYA

Struktur Dan Komposisi Tegakan Sebelum Dan Sesudah Pemanenan Kayu Di Hutan Alam. Muhdi

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok koleksi tumbuhan Taman Hutan Raya Wan Abdul

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai Febuari 2015 di kanan

ASOSIASI DAN POLA DISTRIBUSI TENGKAWANG (Shorea spp) PADA HUTAN TEMBAWANG DESA NANGA YEN KECAMATAN HULU GURUNG KABUPATEN KAPUAS HULU

Kata kunci: komposisi, assosiasi, kekerabatan, ketebalan gambut.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS VEGETASI DAN ASSOSIASI JENIS PADA HABITAT Parashorea malaanonan MERR. M. Fajri dan Ngatiman Balai Besar Penelitian Dipterokarpa RINGKASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif kuantitatif. Pengamatan

ANALISIS KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN DI HUTAN BEKAS TEBANGAN DAN HUTAN PRIMER DI AREAL IUPHHK PT

KOMPOSISI VEGETASI PADA LAHAN BEKAS TERBAKAR DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT LODY JUNIO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PROFIL VEGETASI GUNUNG PARAKASAK

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KOMPOSISI VEGETASI PENYUSUN TEMBAWANG SUTIAN DAN TEMBAWANG SUALAM DI KECAMATAN MANDOR KABUPATEN LANDAK

Khairunnisa 1, Nursal 2, Elya Febrita 3 * ,

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif eksploratif dengan metode

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan ' Dari penelitian ini disimpulkan antara lain: "

KEANEKARAGAMAN JENIS VEGETASI POHON DI KAWASAN HUTAN DENGAN TUJUAN KHUSUS (KHDTK) SAMBOJA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN

PERKEMBANGAN TEGAKAN SETELAH PENEBANGAN DI AREAL IUPHHK-HA PT. BARITO PUTERA, KALIMANTAN TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni Pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September

SEBARAN POHON PENGHASIL BUAH-BUAHAN DI HUTAN LARANGAN ADAT KENEGERIAN RUMBIO KECAMATAN KAMPAR KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Asmat merupakan salah satu kabupaten pemekaran baru dari

Transkripsi:

KEANEKARAGAMAN JENIS POHON FAMILI DIPTEROCARPACEAE DI HUTAN ADAT BUKIT BENUAH KECAMATAN SUNGAI AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA (The Diversity Of Family Tree Of Dipterocarpaceae In Indigenous Forest Of Bukit Benuah Sungai Ambawang Subdistrict Kubu Raya Regency) Devie Septria, Togar Fernando M, Gusti Eva Tavita Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Pontianak. Jl. Daya Nasional Pontianak 78124 E-mail: dave.devie@yahoo.co.id Abstract Dipterocarpaceae is a group of pantropic plants which members are widely used in the timber field. Due to much exploitation, several important members of this tribe have entered the IUCN Red List as an endangered species. This study aims to obtain data information about the diversity of Dipterocarpaceae family tree species in the indigenous forest of Bukit Benuah Sungai Ambawang sub-district, Kubu Raya regency. The research method used in the analysis of vegetation in the field using survey method with a combination of tracks and lines technical in the track by placing the track of observation through the purposive sampling approach. The tracks used in the field are 8 paths with 76 plots of land in the observation area of 270.63 Ha. Based on research conducted in indigenous forest of Bukit Benuah Sungai Ambawang subdistrict, Kubu Raya regency, found 41 tree species from 430 individual tree level obtained during the research. Vegetation of 41 species is a recapitulation of 22 families and 34 genus. The species compositions found in indigenous forest Bukit Benuah are mostly dominated by trees with Dipterocarpaceae family with 125 individual trees. Dipterocarpaceae which is the dominated family has 5 genus including Dryobalanops, Dipterocarpus, Hopea, Shorea, and Vatica. Keywords: Dipterocarpaceae, Indigenous Forest, The Diversity PENDAHULUAN Suku meranti-merantian atau Dipterocarpaceae merupakan sekelompok tumbuhan pantropis yang anggotaanggotanya banyak dimanfaatkan dalam bidang perkayuan. Menurut Apannah (1998) dalam Purwaningsih (2004), jenis dipterocarp umumnya berupa pohon menjulang (emergent trees) yang pertumbuhannya lambat dan kayunya digunakan sebagai bahan bangunan. Apabila jenis-jenis ini dieksploitasi secara terus menerus maka lama-kelamaan akan mengalami pengurangan jumlah populasi yang sangat drastis dan untuk memulihkannya menjadi hutan primer akan memakan waktu yang sangat lama. Kayu Dipterocarpaceae mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, sehingga menguasai perdagangan kayu internasional, khususnya di Asia Tenggara. Karena 114

banyak dieksploitasi, beberapa anggota penting suku ini telah masuk dalam red list IUCN sebagai spesies terancam punah. Pohon dengan famili Diptericarpaceae yang terdapat di hutan adat Bukit Benuah Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya menarik untuk diamati karena keberadaannya masih cukup banyak ditemukan. Pohon yang berada pada lokasi tersebut juga dilindungi beberapa diantaranya. Masyarakat setempat mempunyai kearifan tersendiri untuk memberi sanksi bagi yang melakukan penebangan pohon di area hutan adat. Oleh karena itu, inventarisasi untuk pohon famili Dipterocarpaceae ini menjadi sangat penting. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi data tentang keanekaragaman jenis pohon famili Dipterocarpaceae di hutan adat Bukit Benuah Kecamatan Sungai Ambawang kabupaten Kubu Raya. Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi dan gambaran tentang keanekaragaman jenis pohon famili Dipterocarpaceae di hutan adat Bukit Benuah Kecamatan Sungai Ambawang kabupaten Kubu Raya, sehingga dapat digunakan sebagai referensi bagi yang membutuhkan informasi pada tempat terkait. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di hutan adat Bukit Benuah Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat dengan luas kawasan 270,63 Ha dalam waktu pelaksanaan selama 3 minggu di lapangan yang terhitung dari 28 Agustus 18 September 2017. Objek penelitian adalah jenis-jenis vegetasi yang termasuk famili Dipterocarpaceae dalam kategori tingkat pohon dan jenis selain Dipterocarpaceae tingkat pohon. Alat-alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah peta lokasi, kompas untuk menentukan arah dalam pembuatan jalur, GPS untuk menentukan titik koordinat lokasi, meteran dan tali untuk mengukur dan pembuatan petak serta jalur pengamatan, pita ukur untuk mengukur diameter tegakan (di lapangan mengukur keliling), parang untuk merintis jalur, alat dan bahan membuat herbarium seperti alkohol, koran, kantong plastik, cutter, isolasi dan label, kamera untuk dokumentasi, tally sheet dan alat tulis untuk keperluan mencatat data, buku identifikasi dan referensi lainya Metode penelitian yang digunakan dalam melakukan analisis vegetasi di lapangan menggunakan metode kombinasi antara jalur dan garis berpetak dengan meletakkan jalur pengamatan melalui pendekatan secara purposive sampling, yaitu jalur dan petak diletakkan di area yang terdapat pohon Dipterocapaceae. Kegiatan menganalisis vegetasi pada kawasan tersebut, dibuat jalur sebanyak 8 jalur dengan jumlah petak keseluruhan sebanyak 76 petak dan areal pengamatan sebesar 3,04 Ha. 115

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran di lapangan dianalisis dengan menggunakan beberapa rumus diantaranya Indeks Nilai Penting berguna untuk menentukan dominansi suatu jenis terhadap jenis lainnya dalam suatu tegakan (Soerianegara Indrawan, 1978) dengan rumus: INP = KR + FR+ DR Dimana : a. Kerapatan (K) = Jumlah Individu Suatu Jenis Luas Contoh Kerapatan Relatif Kerapatan Suatu Jenis (KR)= 100% Kerapatan Seluruh Jenis b. Frekuensi (F) = Jumlah Petak ditemukan suatu Jenis jumlah seluruh petak pengamatan Frekuensi Relatif frekuensi suatu jenis (FR)= 100% frekuensi seluruh jenis c. Dominasi (D) = jumlah luas bidang dasar luas seluruh petak contoh Dominasi Relatif Dominasi suatu jenis (DR)= 100% Dominasi seluruh jenis Indeks Dominasi digunakan untuk menentukan dominasi dalam suatu jenis. Untuk menentukan dimana dominasi dipusatkan digunakan rumus: C = ( ni N )2 Dimana: C = Indeks dominasi ni = Indeks penting dari jenis ke-i N = Jumlah nilai penting seluruh jenis Indeks keanekaragaman digunakan untuk mengetahui keanekaragaman jenis dari tegakan hutan. Rumus yang digunakan menurut Simpson Indeks of Diversity (Odum, 1993) berikut: H = - ( ni ) Log (ni N N Dimana: H = Indeks keanekaragaman jenis ni = nilai penting jenis ke-i N = total nilai penting H<1 = Keanekaragaman rendah 1<H<3 = Keanekaragaman sedang H<3 = Keanekaragaman tinggi Indeks Kelimpahan Jenis dipengaruhi oleh keanekaragaman jenis dan jumlah jenis digunakan untuk mengetahui kelimpahan suatu jenis area atau pada suatu ukuran contoh tertentu. Untuk itu dgunakan rumus Index Evennes (Odum,1993) : e = H Log s Dimana: e = Indeks kelimpahan jenis H = Indeks keanekaragaman jenis HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Hutan Adat Bukit Benuah Kecamatan Sungai Ambawang ditemukan 41 jenis pohon. Jenis pohon sebanyak 41 jenis tersebut ditemukan pada areal pengamatan dengan luas 3,04 Ha. Jumlah jenis pohon yang ditemukan tersebut merupakan jumlah jenis yang berasal dari 430 individu tingkat pohon yang didapatkan selama penelitian berlangsung. Vegetasi sebanyak 41 jenis tersebut juga merupakan rekapitulasi dari 22 famili dan 34 genus. Jenis vegetasi 116

tingkat pohon yang terdapat di hutan adat Bukit Benuah dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jenis vegetasi tingkat pohon di hutan adat Bukit Benuah (Types of tree-level vegetation in indigenous forest of Bukit Benuah) NO NAMA LOKAL NAMA BOTANI FAMILI 1 Akasia Acacia auriculiformis Fabaceae 2 Ampaning Quercus bennettii Miq. Fagaceae 3 Angkaras Aquilaria sp Thymeleaceae 4 Baramakng Microcos hirsuta Malvaceae 5 Bintangor Callophylum sp Clusiaceae 6 Cempedak Artocarpus teysmanii Miq. Moraceae 7 Empedu Dryobalanops fusca V.SI Dipterocarpaceae 8 Gaharu Aquilaria malaccensis Thymeleaceae 9 Gerunggang Cratoxylon arborescens (Vahl) Blume Clusiaceae 10 Jengkol Archidendron pauciflorum Fabaceae 11 Kandis Garcinia xanthochymus Clusiaceae 12 Karet Hevea brasiliensis Euphorbiaceae 13 Kayu malam Dyospyros borneensis Hiern Ebenaceae 14 Kemenyan Styrax benzoin Dryand Styracaceae 15 Kempas Koopasia malaccencis Maing Caesalpiniaceae 16 Keranji Dialium indum L Fabaceae 17 Keruing Dipterocarpus coriaceus V.SI Dipterocarpaceae 18 Leban Vitex pubescens Vahl Verbenaceae 19 Mahang Macaranga lowii King ex Hook Euphorbiaceae 20 Medang Litsea firma Lauraceae 21 Melaban Tristania Myristicaceae 22 Mentawa Artocarpus anisophyllus Moraceae 23 Meranti Batu Shorea uliginosa Foxw Dipterocarpaceae 24 Meranti benua Shorea compressa Burck Dipterocarpaceae 25 Meranti Padi Shorea ovate Dyer Dipterocarpaceae 26 Meranti Sobong Shorea pinanga Scheff Dipterocarpaceae 27 Milas Parastemon urophyllum A.DC Rosaceae 28 Nyatoh Palaquium pseudocuneteum Sapotaceae 29 Pendarahan Myristica iners BI. Myristicaceae 30 Pisang-pisang Mezzetia oarphiflora Zecc Annonaceae 31 Pulai Alstonia scholaris Apocynaceae 32 Putat Planchonia grandis Ridl. Lecythidaceae 33 Rambutan Nephelium lappaceum L Sapindaceae 34 Ramin Gonystylus sp Thymeleaceae 35 Rengas Gluta renghas Anacardiaceae 36 Resak Vatica celebensis Brandis Dipterocarpaceae 37 Siapak Sindora sp Fabaceae 38 Tekam Hopea sangal Korth Dipterocarpaceae 39 Tengkawang tungkul Shorea stenoptera Burk Dipterocarpaceae 40 Terap Artocarpus elasticus Reinw Moraceae 41 Ubah Eugenia sp Myrtaceae 117

Komposisi jenis yang ditemukan di Hutan Adat Bukit Benuah sebagian besar penyusun utamanya didominasi oleh pohon dengan famili Dipterocarpaceae dengan jumlah 125 individu pohon. Famili Dipterocarpaceae yang merupakan penyusun utama dan mendominasi ini mempunyai 5 genus yang diantaranya adalah Dryobalanops, Dipterocarpus, Hopea, Shorea, dan Vatica. INDEKS NILAI PENTING (INP) Menentukan jenis-jenis pohon yang dominan dalam suatu kawasan hutan, digunakan INP. Suatu jenis yang mempunyai INP yang tinggi merupakan jenis yang dominan pada kawasan tersebut. Berdasarkan hasil analisis kuantitatif, INP dari masing-masing jenis vegetasi tingkat pohon di Hutan Adat Bukit Benuah dapat dilihat pada Tabel 2. Menurut Sutisna (1981) dalam Lidwinus (2014), jenis vegetasi disebut berperan apabila mempunyai INP pada tingkat semai dan pancang lebih dari 10, sedangkan pada tingkat tiang dan pohon lebih dari 15%. INP suatu jenis vegetasi yang menujukan bahwa INP yang tertinggi merupakan suatu jenis vegetasi yang bukan berasal dari famili Dipterocarpaceae. Berdasarkan INP tersebut hal itu menunjukan dominansi suatu jenis vegetasi mempunyai tingkat pengusaan yang tinggi dalam komunitas jenis itu tumbuh yaitu hutan adat Bukit Benuah. Namun, jika dilihat berdasarkan famili maka yang mempunyai dominansi paling tinggi adalah jenis-jenis vegetasi yang berasal dari famili Dipterocarpaceae. Hal tersebut dikarenakan oleh beberapa alasan diantaranya adalah INP tertinggi pada posisi kedua dan ketiga merupakan jenis vegetasi yang berasal dari famili Dipterocarpaceae. Alasan selanjutnya adalah jika dilihat dari segi jumlah individu yang ditemukan pada saat pengamatan, didapatkan jumlah individu terbanyak merupakan individu yang berasal dari jenis vegetasi dengan famili Dipterocarpaceae. Tabel 2. Rekapitulasi nilai Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR), Dominansi Relatif (DR), dan Indeks Nilai Penting (INP) jenis vegetasi tingkat pohon di Hutan Adat Bukit Benuah (Recapitulation of Relative Density (KR), Relative Frequency (FR), Relative Dominance (DR), and Import Value Index (INP) types of tree-level vegetation in indigenous forest of Bukit Benuah) No Nama Lokal KR (%) FR (%) DR (%) INP (%) 1 Akasia 4.1860 3.1250 1.7415 9.0525 2 Ampaning 4.1860 4.1667 1.8520 10.2047 3 Angkaras 1.6279 2.0833 1.8520 5.5632 4 Baramakng 3.4884 4.1667 1.8520 9.5070 5 Bintangor 3.7209 4.5139 2.2040 10.4389 118

No Nama Lokal KR (%) FR (%) DR (%) INP (%) 6 Cempedak 1.8605 1.7361 3.1445 6.7411 7 Empedu 6.5116 5.2083 1.1496 12.8696 8 Gaharu 0.6977 0.6944 2.5867 3.9788 9 Gerunggang 3.4884 3.4722 1.0629 8.0235 10 Jengkol 0.4651 0.6944 0.8996 2.0592 11 Kandis 0.4651 0.6944 0.7500 1.9095 12 Karet 1.6279 1.0417 2.3282 4.9978 13 Kayu Malam 1.1628 1.7361 1.0629 3.9618 14 Kemenyan 6.2791 3.8194 1.2398 11.3383 15 Kempas 1.1628 1.3889 3.9183 6.4700 16 Keranji 3.9535 4.1667 2.3282 10.4483 17 Keruing 0.6977 1.0417 1.1496 2.8890 18 Leban 0.6977 1.0417 1.0629 2.8022 19 Mahang 2.3256 1.7361 1.4302 5.4919 20 Medang 6.7442 7.2917 2.3282 16.3640 21 Melaban 1.8605 2.4306 1.7415 6.0325 22 Mentawa 2.5581 2.0833 2.7210 7.3625 23 Meranti Batu 0.9302 1.3889 3.2925 5.6116 24 Meranti Benua 0.2326 0.3472 3.9183 4.4981 25 Meranti Padi 0.9302 1.0417 4.4234 6.3953 26 Meranti Sobong 0.9302 1.3889 0.9796 3.2987 27 Milas 0.2326 0.3472 2.0833 2.6631 28 Nyatoh 1.8605 2.7778 1.4302 6.0685 29 Pendarahan 0.2326 0.3472 1.1496 1.7294 30 Pisang-pisang 0.4651 0.3472 8.5730 9.3853 31 Pulai 1.3953 1.7361 1.6343 4.7658 32 Putat 0.2326 0.3472 2.7210 3.3008 33 Rambutan 0.6977 0.6944 1.9660 3.3581 34 Ramin 0.2326 0.3472 2.4557 3.0355 35 Rengas 1.3953 2.0833 1.9660 5.4446 36 Resak 10.4651 8.6806 2.0833 21.2290 37 38 Siapak Tekam 0.6977 7.2093 1.0417 6.5972 3.9183 2.5867 5.6576 16.3932 39 Tengkawang Tungkul 1.1628 1.0417 11.7158 13.9202 40 Terap 0.2326 0.3472 1.0629 1.6427 41 Ubah 10.6977 10.7639 1.6343 23.0959 INP tertinggi pada posisi kedua dan ketiga merupakan jenis vegetasi yang berasal dari famili Dipterocarpaceae. Apabila INP tersebut diakumulasikan lagi dengan INP dari jenis-jenis vegetasi lainnya yang merupakan jenis vegetasi dari famili Dipterocarpaceae, sejatinya akan menghasilkan INP yang tinggi untuk ukuran jenis vegetasi famili Dipterocarpaceae. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan jenis vegetasi tingkat pohon yang berasal dari famili Dipterocarpaceae merupakan jenis 119

vegetasi yang mendominasi di hutan adat Bukit Benuah. INDEKS DOMINANSI (C) Indeks dominansi digunakan untuk menentukan dominansi dalam suatu jenis atau menentukan di mana dominansi dipusatkan. Menurut Ariyanto (2012) dalam Lidwinus (2014), Indeks dominansi yang mempunyai kisaran nilai C=0 menunjukan bahwa kawasan tersebut memiliki jeni yang dominansinya rendah atau didominasi oleh beberapa jenis. Indeks dominansi yang terhitung berdasarkan data yang ditemukan pada jenis vegetasi tingkat pohon di hutan adat Bukit Benuah adalah C = 0,0534. Indeks dominansi ini mendekati nilai 0 dan menunjukan bahwa indeks dominansi di hutan adat Bukit Benuah memiliki nilai yang rendah. INDEKS KEANEKARAGAMAN JENIS (H) Indeks keanekaragaman jenis digunakan untuk menentukan keanekaragaman jenis dari tegakan hutan. Menurut Indriyanto (2006) yang dikutip oleh Lidwinus (2014), keanekaragaman suatu jenis komunitas dinyatakan tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak jenis, dan sebaliknya keanekaragaman suatu jenis komunitas dinyatakan rendah jika disusun oleh sedikit jenis dan hanya sedikit jenis yang dominan. Indeks keanekaragaman jenis pohon yang didapatkan dari hasil pengamatan di hutan adat Bukit Benuah adalah H = 1,4002. Menurut Odum (1993), kriteria dalam menentukan keanekaragaman jenis yaitu apabila H mendekati nilai 1 yang berarti keanekaragaman jenis tinggi. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa indeks keanekaragaman jenis di hutan adat Bukit Benuah terbilang tinggi. Tingginya keanekaragaman menunjukan tinggi dan panjangnya rantai makanan. Hal tersebut menunjukan banyaknya simbiosis sehingga komunitas semakin baik. INDEKS KELIMPAHAN JENIS (e) Indeks kelimpahan jenis dipengaruhi oleh keanekaragaman jenis dan jumlah jenis digunakan untuk mengetahui kelimpahan suatu jenis area atau pada suatu ukuran contoh tertentu. Indeks kelimpahan jenis digunakan untuk menilai kestabilan dan kemantapan jenis dalam suatu komunitas. Menurut Odum (1996) dalam Susilawati (2017), keanekaragaman suatu jenis semakin stabil ketika nilai e semakin tinggi dan semakin rendah nilai e maka kestabilan keanekaragaman suatu jenis juga semakin rendah. Menurut Magguran (1988) yang dikutip oleh Susilawati (2017), tingkat kestabilan suatu jenis dalam suatu komunitas dapat diketahui dengan menggunakan nilai e sebagai berikut: e = 0 < 0,3 tingkat kestabilan keanekaragaman jenis tergolong rendah; e = 0,3 < 0,6 tingkat kestabilan keragaman jenis tergolong sedang; e 0,6 tingkat kestabilan keragaman jenis tergolong tinggi. Indeks kelimpahan jenis di hutan 120

adat Bukit Benuah berdasarkan data pengamatan adalah e = 0,8682. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa indeks kelimpahan jenis di hutan adat Bukit Benuah tingkat kestabilan keanekaragaman jenisnya tergolong tinggi. Kestabilan ini menunjukan bahwa kondisi di hutan tersebut cenderung mempunyai spesies tertentu yang berlimpah sehingga dapat menambah kerapatan populasinya. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di hutan adat Bukit Benuah Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya, kesimpulan yang dapat ditarik adalah Jenis pohon dari famili Dipterocarpaceae ditemukan sebanyak 125 individu tersebar pada 5 genus yakni Dryobalanops, Dipterocarpus, Hopea, Shorea, dan Vatica, Vegetasi tingkat pohon yang dominan Ubah (Eugenia sp) dengan INP = 23,0959 %, Resak (Vatica celebensis Brandis) dengan INP = 21,2290 %, Tekam (Hopea sangal Korth) dengan INP = 16,3932 %, dan Medang (Litsea firma) dengan INP = 16,3640 %. Namun demikian, jenis-jenis pohon famili Dipterocarpaceae cukup dominan sebagai penyusun komposisi hutan adat Bukit Benuah, indeks dominansi (C) memiliki nilai yang rendah dengan nilai C = 0,0534, keanekaragaman jenis (H) terbilang tinggi dengan nilai H = 1,4002, dan indeks kelimpahan jenis (e) tingkat kestabilan keanekaragaman jenisnya tergolong tinggi dengan nilai e = 0,8682 SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukan banyaknya individu vegetasi tingkat pohon famili Dipterocarpaceae yang mendominasi hutan adat Bukit Benuah diperlukan adanya upaya mempertahankan keberadaan jenis vegetasi tersebut mengingat jenis vegetasi tingkat pohon dari famili Dipterocarpaceae ini mempunyai banyak manfaat dan nilai ekonomi yang tinggi. Hasil penelitian didapatkan 5 genus pohon dari famili Dipterocarpaceae, maka jika memungkinkan perlu dilakukan inventarisasi berkelanjutan dengan metode yang berbeda untuk mengetahui perkembangan keberadaan jenis vegetasi famili Dipterocarpaceae ini, dan akan lebih baik jika dilakukan inventarisasi berkelanjutan dilakukan pada tingkat vegetasi lainnya selain tingkat pohon karena ada kemungkinan didapatkan genus lainnya dari famili Dipterocarpaceae ini. DAFTAR PUSTAKA Apannah S. 1998. A Riview of Dipterocarps: Taxonomy, Ecology and Sylviculture. CIFOR. Bogor. Ewusie JY. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Terjemahan oleh Usman Tanuwidjaja. Penerbit Institut Teknologi Bandung. Bandung. Fajri M. 2008. Pengenalan Umum Dipterocarpaceae, Kelompok Jenis 121

Bernilai Ekonomi Tinggi. Info Teknis Dipterokarpa 2.1:9-21. Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: Penerbit PT Bumi Aksara. Lidwinus CBP. 2014. Keanekaragaman Jenis Vegetasi Pohon Hutan Adat Gunung Semarong di Desa Mandong Kecamatan Tayan Hulu Kabupaten Sanggau. Jurnal Hutan Lestari hal:524-532. Odum EP. 1993. Dasar-Dasar Ekologi Edisi Ketiga. Universitas Gajahmada Press. Yogyakarta. Purwaningsih. 2004. Sebaran Ekologi Jenis-jenis Dipterocarpaceae di Indonesia. Biodiversitas 5(2):89-95. Susilawati. 2017. Keanekaragaman Jenis Penyusun Hutan di Kawasan Arboretum Sylva Universitas Tanjungpura. Jurnal Hutan Lestari 5(1):1-11. 122