BAB I. Pendahuluan. Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, dijumpai berbagai tradisi atau budaya

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu

I. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

I. PENDAHULUAN. yakni sebagai pelabuhan pusat perdagangan rempah-rempah daerah Lampung.

PENDAHULUAN. satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat,

2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini merupakan sifat dasar masyarakat. Perubahan masyarakat tiada hentinya, jika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan antara suku bangsa, yang harus saling menghargai nilai nilai

BAB I PENDAHULUAN. termasuk etnis Arab yang mempengaruhi Negara Indonesia sejak 100 tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, proses globalisasi sedang terjadi di Indonesia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa

II. Tinjauan Pustaka. masyarakat (Johanes Mardimin, 1994:12). Menurut Soerjono Soekanto, tradisi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dengan adanya kemajuan teknologi dan fenomena global village yang

2015 KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang terbagi secara adil dan

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

BAB I PENDAHULUAN. akan berubah entah itu memerlukan proses yang lambat ataupun cepat.

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

Indonesia memiliki banyak suku bangsa, di mana setiap suku bangsa yang. melahirkan satu sudut pandang dan pola pikir tersendiri pada masyarakatnya,

BAB I PENDAHULUAN. a. Kebudayaan terwujud dan tersalurkan lewat perilaku manusia. habisnya usia generasi yang bersangkutan

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1 Y, Wartaya Winangun, Tanah Sumber Nilai Hidup, Yogyakarta: Kanisius, 2004, hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ageng Sine Yogi, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan Fenomena kebudayaan selalu hadir dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PENUTUP. 1. Tradisi Piring Nazar sebagai sebuah kenyataan sosio-religius dapat dijadikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi komunikasi dan media massa, mengakibatkan munculnya New

PENGANGKATAN ANAK BERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN SERTA PERLINDUNGANNYA MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Pacitan)

A. LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terdapat berbagai macam keanekaragaman suku dan sangat kaya akan keragaman

Komunikasi dan Proses Perubahan Sosial

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN. negara ikut serta dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

2015 NILAI-NILAI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT ETNIS MINANGKABAU SEBAGAI PEDAGANG DI PASAR AL-WATHONIYAH, CAKUNG, JAKARTA TIMUR

I. PENDAHULUAN. lain, sementara kebudayaan adalah suatu sistem norma dan nilai yang

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu suku bangsa mempunyai berbagai macam kebudayaan, tiap

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuyun Yuniati, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Setiap kehidupan manusia senantiasa mengalami perubahan-perubahan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. luas yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang besar dan pulau yang kecil. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana yang tertuang dalam Amandemen UUD

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone

BAB III METODE PENELITIAN. dan analisis data yang diperlukan guna menjawab masalah yang dihadapi. 1

IDENTITAS NASIONAL. Mengetahui identitas nasional dan pluralitas bangsa Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH. Modul ke: Fakultas FAKULTAS.

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan analisa mengenai perjumpaan budaya Sabudan

Bab 1. PENDAHULUAN. tentang apa itu Tabua Ma T nek Mese yang adalah bagian dari identitas sosial masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dari banyaknya etnis yang mendiami wilayah Indonesia. ciri khas itu adalah tingkat perubahan. Setidaknya dua komponen yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal

BAB I PENDAHULUAN. satu pencerminan dari karakteristik dalam sebuah masyarakat tersebut. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan kebiasaan yang diturunkan oleh leluhur secara turuntemurun

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dilepaspisahkan karena,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. setiap daerah dengan kekhasannya masing-masing, sehingga kebudayaan Indonesia itu

BAB I PENDAHULUAN Amalia, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, dimana banyak memiliki

Transkripsi:

BAB I Pendahuluan I. Latar Belakang Tesis ini menjelaskan tentang perubahan identitas kultur yang terkandung dalam Trap-trap di desa Booi kecamatan Saparua, Maluku Tengah.Booi merupakan salah satu Negeri (desa) yang berada di ujung Selatan dari pulau Saparua. Negeri Booi merupakan salah satu dari negeri- negeri adat yang ada di pulau Saparua. Di Maluku desa dinamakan negeri dan dikepalai oleh seorang Raja. 1 Negeri (desa) ini memiliki suatu keunikan yang begitu terkenal dengan trap-trap. Trap-trap adalah undak-undak. 2 Trap-trap merupakan warisan budaya dari leluhur yang harus dilestarikan oleh setiap generasi yang ada di Negeri Booi dari dulu hingga sekarang. Trap-trap sudah ada sejak Maluku di jajah oleh bangsa belanda. Traptrap di negeri Booi dibangun atas kerjasama antara pemerintah Belanda dan masyrakat Booi pada waktu itu. Booi merupakan salah negeri yang memiliki identitas etnik kultural yang terkandung dalam trap-trap. Identitas ini sendiri dibangun melalui simbol trap-trap. selain itu, keberadaannya yang sudah ada sejak negeri Booi dibangun menjadikan trap-trap menjadi suatu identitas dimana mereka dikenal oleh masyarakat luar. Menurut Titaley, dalam kenyataanya bangsa Indonesia ini memiliki dua identitas sebagai jati dirinya yaitu identitas nasional dan identitas etnik. Dua identitas ini menjadi jati diri bangsa Indonesia karena keduanya saling menguatkan. 3 Hal ini menjadi menarik karena bangsa Indonesia terbentuk oleh karena perbedaan dari budaya, bahasa serta agama yang ingin menyatukan diri menjadi sebuah bangsa. Dengan kenyataan yang demikian tidak bisa kita pungkiri bahwa bangsa Indonesia kaya akan keberagaman budaya serta adat istiadat yang masih di pegang hingga saat ini. 1 Koentjaraningrat. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. (Salatiga:Djambatan,1975),168 2 https://kamus.cektkp.com/undak-undakan/ diunduh tanggal 22 agustus 2016. Jam 20.21 3 John, Titaley.Religiositas di Alinea ke Tiga. (Salatiga: UKSW Press, 2013), 37 1

Menurut suprihardi, Masyarakat Indonesia sebagian besar adalah masyarakat desa yang masih dalam tahap perkembangan untuk menjadi masyarakat yang maju. Salah satu ciri masyarakat desa adalah keeratan dan kepatuhan mereka terhadap adat-istiadat masyarakatnya. Mereka adalah masyarakat yang terkait oleh kebiasaan-kebiasaan tradisinya. Keterikatan mereka terhadap tradisi dan adat menyebabkan mereka cukup tangguh untuk tetap memegang teguh apa kata nenek moyang mereka, dan apa yang diterima sebagai kebenaran oleh masyarakatnya. Itulah sebabnya masyarakat desa menjadi sebuah masyarakat sepanjang perkembangan sejarah diakui memiliki daya tahan dan daya tangkal terhadap tantangan dan datangnya nilai-nilai baru serta asing dari luar masyarakatnya. 4 Dengan demikian bisa dikatakan bahwa masyarakat Booi merupakan kategori masyarakat desa yang memegang teguh identitas etnik mereka sebagai bagian kepatuhan mereka dalam memegang adat istiadat. Identitas ini yang menjadikan masyarakat lambat dalam menerima nilai-nilai baru yang di bawah dari luar. Dari hasil pra penelitian yang penulis lakukan sudah terjadi perubahan terhadap bentuk trap-trap yang dianggap sebagai identitas kultural masyarakat Booi dan hal tersebut dianggap menghilangkan identitas mereka. 5 Menurut Jenkins, identitas adalah bagaimana cara kita mengenal diri kita sendiri serta bagaimana orang lain mengenal kita. 6 Identitas tidak hanya dibentuk namun juga mengalami proses adapatasi yang bersifat dialektika. Peter L.Berger dan Thomas Luckman menambahkan bahwa identitas dibentuk oleh proses sosial; identitas dibentuk, diubah, dan disesuaikan oleh hubungan-hubungan sosial. 7 Itu artinya melalui identitas sosial dibentuk bahkan mengalami perubahan struktur ketika berinteraksi sosial dengan dunia luar atau lingkungan sosial. Dalam konstruksi sosial, identitas lahir 4 Suprihardi M,Satrosupono. Desa kita: Sosiologi Desa. (Salatiga: anggota IKAPI, 1983), 6 5 Pra-penelitian, Wawancara dengan ibu W Nanulaita, tanggal 19 April 2016, jam 19:25 6 Richard Jenkis, Social Identity, Third Edition. (London: Routledge, 2008), 5 7 Peter L. Berger and Thomas. Luckman, The Social Construction of Reality (New york: Anchor Book, 1966),173 2

sebagai hasil konstruksi yang berulang-ulang oleh karena pengaruh perubahan yang terkait dengan dimensi perubahan sosial, politik dan kebudayaan yang melingkupinya. Perkembangan seringkali mengakibatkan suatu perubahan bahkan kadangkala perombakan atas apa yang ada sebelumnya. Dalam kondisi yang demikian sering terjadi konflik dan pertentangan pendapat antar sesama masyarakat. Perubahan terjadi dalam masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan lain sebagainya. Perubahan-perubahan tersebut berjalan dengan sangat cepat dan terikat oleh tempat dan waktu. Menurut William F. Ogburn perubahan terjadi oleh karena kondisi-kondisi sosial primer yang menyebabkan terjadinya perubahan, misalnya kondisi-kondisi ekonomis, teknologis, geografis atau biologis menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada aspek-aspek kehidupan sosial lainnya. 8 Hal yang sama pun terjadi di Negeri Booi, oleh karena modernisasi yang terjadi di manamana memaksa masyarakat untuk ikut berubah seiring dengan perubahan tersebut. 9 Bagi sebagian besar masyarakat Booi trap-trap/undak-undak tidak di pandang dari segi bentuk fisiknya namun lebih pada suatu nilai warisan budaya dari leluhur. 10 Sistem budaya yang tumbuh dan berkembang di masyarakat tidak terlepas dari nilai-nilai yang telah di bangun nya sendiri. Berbagai bentuk nilai-nilai budaya tersebut sangat berpengaruh bagi kehidupan masyarakat. Nilai dipandang sebagai sesuatu yang berlaku, sesuatu yang mengikat atau menghimbau. Nilai berperan dalam suasana apresiasi atau penelitian dan akibatnya sering 8 Soerjono, Soekanto. Sosiologi suatu pengantar. (Jakarta: Rajawali Pers, 2014),260 9 Ibid,,261 10 Wawancara dengan Ibu W.Nanulaita, tanggal 19 April, jam 19:25 3

akan dinilai secara berbeda oleh berbagai orang. 11 Karena nilai-nilai budaya itu merupakan konsep-konsep yang hidup di dalam alam pikiran sebagian besar dari warga suatu masyarakat mengenai apa yang mereka anggap bernilai, berharga dan penting dalam hidup, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi kepada kehidupan masyarakatnya. 12 Secara universal sedikitnya ada lima hal dari sistem nilai, yaitu: (1) soal makna hidup manusia, (2) soal makna pekerjaan, karya dan amal perbuatan manusia, (3) persepsi manusia mengenai waktu, (4) soal manusia dengan alam sekitarnya, (5) soal manusia dengan sesamanya. 13 Berhubungan dengan nilai-nilai tersebut maka trap-trap juga mengandung nilai bersama yang menjadi pedoman bagi orang Booi yaitu nilai-nilai budaya (pandangan hidup), nilai kebersamaan, nilai kekeluargaan, nilai pengabdian serta nilai estetika. Berkaitan dengan nilai-nilai tersebut maka seiring berkembangnya zaman terjadi suatu perubahan besar terhadap trap-trap. Dan hal ini menganggu sistem nilai yang terkandung dalam trap-trap. Tetapi jika kita melihat konstruksi negeri yang berbukit dan berundak-undak maka menjadi sulit untuk transportasi masuk ke dalam pemukiman. Dengan berkembangnya arus modernisasi serta melihat kondisi di negeri Booi, maka pemerintah negeri (Raja) mengambil suatu kebijakan untuk menata kembali konstruksi negeri yang berbukit menjadi rata dan di ganti dengan jalan aspal. Tujuannya agar arus transportasi bisa masuk ke dalam negeri sehingga membantu masyarakat dalam melakukan aktifitasnya. Perubahan ini juga dilandasi oleh pemikiran bahwa jika trap-trap ini tetap ada, maka akan memperlambat aktivitas karena mereka harus menempuh begitu banyak anak tangga. Walaupun hal ini sempat diakui oleh masyarakat karena mereka sudah terbiasa dari dulu dengan trap-trap. Namun dengan 11 Sujarwa. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar: edisi terbaru manusia dan fenomena sosial. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), 34 12 Ibid,, 230 13 Hans Daeng. Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan tinjauan antropologi. (Yogyakarta: Pustaka pelajar,2008), 47 4

demikian hal ini cukup membantu aktivitas keseharian mereka yang berprofesi sebagai penjual di pasar dan pekerja bangunan oleh karena lebih mempermudah aktifitas mereka. 14 Dengan melihat masalah yang di paparkan, penulis melihat bahwa trap-trap yang merupakan identitas masyarakat Booi telah mengalami perubahan identitas kultur oleh adanya arus modernisasi sehingga nilai-nilai yang terkandung di dalamnya mengalami perubahan makna. Dengan menggantikan trap-trap dengan jalan aspal maka sistem nilai yang adalah pedoman hidup yang dianut oleh sebagaian besar warga masyarakat akan punah oleh karena perubahan tersebut. 15 Sehingga menurut peneliti hal ini perlu di teliti kembali guna memberikan sebuah kontribusi bagi masyarakat Booi terlebih khususnya, generasi sekarang dalam mempertahankan nilai warisan budaya yang sudah ada sejak dulu masa kini hingga masa yang akan datang. Teori yang penulis gunakan untuk menganalisis masalah ini adalah teori perubahan sosial dan identitas. Perubahan sosial yang dimaksud mengacu pada situasi atau keadaan bahwa perubahan yang dimaksudkan membawa konsekuensi tertentu yang dianggap atau dinilai penting terhadap struktur sosial secara lebih luas. Dengan pemahaman seperti ini lah maka permasalahan perubahan sosial pada intinya bukanlah terutama permasalahan ada atau tidak ada tetapi lebih penting adalah seberapa jauh perubahan sosial itu terjadi, bagaimana arahnya dan tentu saja pada akhirnya, apa konsekuensi dan hasilnya terhadap perkembangan struktur sosial yang ada. 16 Sedangkan teori identitas lebih mengarah kepada konstruksi makna secara karena identitas yang berbeda memberikan indikasi dengan orang seperti apa seseorang berhubungan, dan karena itu bagaimana seseorang bisa berhubungan dengan mereka. Identitas juga merupakan klasifikasi multi-dimensi atau pemetaan dunia manusia dimana kita ada di dalamnya, baik sebagai 14 Pra-penelitian, Wawancara dengan bapak.nanulaita sebagai kapitang,tanggal 19 April, jam 19:00 15 Wawancara dengan bapak.nanulaita sebagai kapitang,tanggal 19 April, jam 19:00 16 Selo Soemardjan. Perubahan Sosial di Yogyakarta. (Depok : Komunitas Bambu.2009) 5

individu atau sebagai kelompok. 17 Dengan demikian penelitian ini mau di arahkan untuk melihat sejauh mana dampak dihilangkannya trap-trap terhadap identitas masyarakat negeri Booi. I. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka rumusan masalahnya adalah: 1. Apa makna Trap-trap bagi kehidupan sosial masyarakat Negeri Booi? 2. Apa dampak dihilangkannya trap-trap bagi identitas masyarakat negeri Booi? II. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai adalah: 1. Mendeskripsikan dan menganalisis makna Trap-trap dalam kehidupan sosial masyarakat Negeri Booi. 2. Mendeskripsikan dan menganalisis dampak perubahan sosial (trap-trap) bagi identitas masyarakat negeri Booi. III.Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi nilai akademis dalam pengembangan ilmu bagi Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana serta dapat menambah pengetahuan bagi penulis dan masyarakat di Negeri Booi. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberi kontribusi pemikiran terhadap pemahaman masyarakat Maluku secara khusus Negeri Booi dan gereja dalam hal ini GPM tentang pentingnya makna dari trap-trap sebagai suatu identitas budaya yang patut di jaga dna di lestarikan 17 Richard Jenkis, Social Identity, Third Edition. (London: Routledge, 2008), 201 6

IV. Metode Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah penulis jabarkan, metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif adalah metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. 18 Metode deskriptif analitis digunakan karena penelitian ini bermaksud untuk menganalisa makna trap-trap sebagai identitas masyarakat negeri Booi. Maka metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti. 19 Metode ini digunakan agar memahami masalah yang sedang terjadi di masyarakat Negeri Booi. V. Metode pengumpulan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dalam penulisan ini adalah metode observasi, wawancara,kuisioner dan studi pustaka. A. Observasi adalah metode pengumpulan data di mana peneliti atau kolaboratornya mencatat informasi sebagaimana yang mereka saksikan selama penelitian. Observasi dilakukan dengan cara penulis hanya sebagai partisipan sepanjang yang dibutuhkan dalam penelitiannya. 20 Dalam observasi dilakukan wawancara singkat yang akan memperkaya dan memeprlancar proses observasi. 18 M.Nazir. Metode penelitian,(bogor:ghazalia Indonesia,1985),14 19 Lexy, Moleong. Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosda, 2015), 9 20 W. Gulo. Metode penelitian. (Jakarta: PT. Grasindo,2010),116 7

B. Wawancara. Adapun wawancara dalam penelitian ini adapun wawancara bebas terstruktur metode dengan pertanyaan pokok yang telah disediakan dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan penulis, kemudian penulis mengembangkan beberapa pertanyaan lain yang dianggap relevan engan masalah yang dibahas. Data yang diperoleh dari hasil wawancara juga terdapat data sekunder. 21 Wawancara dilakukan dalam dua tahap. Pertama, kepada generasi tua yang diwakili oleh orang-orang tua, kapitang yang adalah pejabat adat yang dulunya adalah panglima perang dan tuan tanah yang adalah ahli adat mengenai hukum adat tanah. Kedua, kepada generasi muda yang diwakili oleh Raja sebagai pemimpin Negeri, serta beberapa anak muda di Desa Booi. 22 Harus diakui bahwa metode ini sedikit mengalami kelemahan saat penulis mencoba melakukan penelitian. Karena dalam penelitian tersebut kendala yang dialami penulis adalah waktu yang dimiliki oleh informan begitu terbatas sehingga wawancara dilakukan seadanya saja C. Studi Pustaka Teknik pengumpulan data lainnya yang dipakai dalam penelitian ini adalah studipustaka.melalui studi pustaka, penulis mengumpulkan data dari buku - buku, jurnal maupun laporan-laporan penelitian terdahulu yang berkaitan serta dapat membantu menyusun landasan teori sebagai tolak ukur dalam menganalisis data lapangan sehingga dapat menjawab persoalan pada rumusan masalah penelitian. 23 21 Muhhamad,Nasir. Metode penelitian. (Jakarta: ghalia Indonesia, 1998), 224 22 Koentjaraningrat, Manusia dan kebudayaan di Indonesia (Yogyakarta, Djambatan, 1975), 173 23 Ibdi.. 224 8

VI. Waktu dan Lokasi Penelitian Pengumpulan data penelitian akan dilakukan dalam kurun waktu ± 2 minggu di Desa Booi, Pulau Saparua, Kabupaten Maluku Tengah. VII. Garis Besar Penelitian Penulisan ini disistematika dalam 5 bagian: Bagian pertama berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, lokasi penelitian, metode penelitian, metode pengumpulan data dan sistematika penelitian. Bagian kedua penulis memaparkan teori perubahan sosial dan teori identitas yang digunakan untuk menganalisis masalah. Bagian ketiga berisi hasil penelitian yang di dalamnya berisi gambaran umum pulau Saparua (Desa Booi),Trap-trap sebagai identitas orang Booi dan dampak perubahan trap-trap bagi orang Booi.Bagian keempa tberisi analisa hasil tentang dampak perubahan sosial bagi masyarakat negeri Booi. Bagian kelima berisi kesimpulan dan saran. 9

10