1. BAB I PENDAHULUAN. tentang kebebasan umat beragama dalam melaksanakan ibadahnya. Dasar hukum

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbedaan pandangan, suku, budaya, dan pergaulan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di

Surat Edaran Kapolri Tentang Ujaran Kebencian (Hate Speech), Akankah Membelenggu Kebebasan Berpendapat? Oleh: Zaqiu Rahman *

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. ini, yakni: pertama, memberikan layanan civil (Civil Service); kedua,

BAB I PENDAHULUAN. penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur bahwa Negara

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini banyak ditemukan tindak pidana atau kejahatan yang

BAB I PENDAHULUAN. ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Tahun Setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak bukanlah untuk dihukum tetapi harus diberikan bimbingan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses peradilan yang sesuai dengan prosedur menjadi penentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu unsur yang penting dalam kehidupan manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkenaan dengan pembangunan teknologi,dewasa ini seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan

SURAT EDARAN Nomor: SE/ 06 / X /2015. tentang PENANGANAN UJARAN KEBENCIAN (HATE SPEECH)

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan negara hukum, hal ini tertuang pada

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap anggota masyarakat selalu

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh sekelompok atau suatu rumpun masyarakat. Kata tawuran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini rasanya cukup relevan untuk membicarakan masalah polisi

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan atas kekuasaan belaka, maka segala kekuasaan negara harus

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Ketentuan konstitusi tersebut berarti bahwa dalam praktek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

I. PENDAHULUAN. merupakan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah : Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hukum dan pelanggaran hukum dapat dikatakan merupakan satu

BAB I PENDAHULUAN. Oleh : Baskoro Adi Nugroho NIM. E

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

I. PENDAHULUAN. Kebebasan dasar dan hak dasar itu yang dinamakan Hak Asasi Manusia (HAM), yang

I. PENDAHULUAN. dirasakan tidak enak oleh yang dikenai oleh karena itu orang tidak henti hentinya

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat tersebut, aturan-aturan tersebut disebut juga normanorma

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Negara Indonesia adalah negara bardasarkan hukum bukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan tersebut selain melanggar dan menyimpang dari hukum juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Melihat perkembangan kepolisian dari hari ke hari memang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan tindak pidana dalam kehidupan masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

I. METODE PENELITIAN. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang menelaah hukum sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi nilai-nilai

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan cedera ringan sampai yang berat berupa kematian.

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG

III. METODE PENELITIAN. empiris sebagai penunjang. Pendekatan secara yuridis normatif dilakukan dengan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 74/PUU-XIV/2016 Frasa mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya dalam UU ITE

SURAT EDARAN. Nomor: SE/06/X/2015. tentang PENANGANAN UJARAN HATE KEBENCIAN SPEECH ( ) Rujukan:

BAB I. Dalam kehidupan bernegara yang semakin komplek baik mengenai. masalah ekonomi, budaya, politik, keamanan dan terlebih lagi masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang pengaruhnya sangat luas. Perubahan-perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki derajat yang sama dengan yang lain. untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran. Dalam Pasal 2 Undang-undang

MAKALAH. HAM dan Kebebasan Beragama. Oleh: M. syafi ie, S.H., M.H.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Negara yang berlandaskan atas dasar hukum ( Recht Staat ), maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pengobatan, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan atau tidak. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

I. PENDAHULUAN. peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar keseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara hukum sebagaimana diatur dalam Pasal

BAB I PENDAHULUAN. pada Kepolisian Negara Republik Indonesia. Fungsi kepolisian adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. maupun dewasa bahkan orangtua sekalipun masih memandang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan Undang-Undang

III. METODE PENELITIAN. dilakukan dengan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seperti yang kita ketahui, semua Negara pasti mempunyai peraturanperaturan

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan masyarakat. Peranan yang seharusnya dilakukan Kepolisian Resort

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembiusan sebelum pasien dioperasi. Seiring dengan perkembangan

I. PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 Pasal 29 Ayat (2) disebutkan, bahwa Negara menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Anak Di Indonesia. hlm Setya Wahyudi, 2011, Implementasi Ide Diversi Dalam Pembaruan Sistem Peradilan Pidana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya kejahatan dilakukan oleh orang yang telah dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana. hubungan seksual dengan korban. Untuk menentukan hal yang demikian

BAB I PENDAHULUAN. fungsi dan wewenang, sebagai suatu organisasi yang baik dan kuat memiliki

PENGGUNAAN METODE SKETSA WAJAH DALAM MENEMUKAN PELAKU TINDAK PIDANA

Disampaikan dalam TRAINING POLMAS DAN HAM BAGI TARUNA AKADEMI KEPOLISIAN DEN 47 TAHUN 2015 oleh PUSHAM UII Yogyakarta bekerjasama dengan AKPOL

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan pertahanan keamanan negara lainnya membina. terjadi dikalangan masyarakat pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. melanjutkan kehidupan yang baik pula.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tindak kejahatan yang menjadi fenomena akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana sekarang ini telah menjadi suatu fenomena, dimana hampir setiap hari ada berita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang Dasar 1945 menjelaskan dengan tegas, bahwa

Transkripsi:

1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan berbagai macam suku, ras, bahasa dan agama mengutamakan asas Bhineka Tunggal Ika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Indonesia dalam konstitusi negara yaitu UUD 1945 telah mengatur tentang kebebasan umat beragama dalam melaksanakan ibadahnya. Dasar hukum yang menjamin kebebasan beragama di Indonesia ada pada konstitusi kita, yaitu Pasal 28E ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan, Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali. Pasal 28E ayat (2) UUD 1945 juga menyatakan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan. Selain itu dalam Pasal 28I ayat (1) UUD 1945 juga diakui bahwa hak untuk beragama merupakan hak asasi manusia. Selanjutnya Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 juga menyatakan bahwa Negara menjamin kemerdekaan tiaptiap penduduknya untuk memeluk agama. Pada beberapa waktu terakhir ini kebebasan untuk beribadah di Indonesia bagi setiap warga negaranya diuji oleh beberapa kasus yang dilakukan oleh beberapa oknum misalnya pembubaran acara natal bersama di Sabuga Bandung 1

2 yang dilakukan oleh ormas agama tertentu. Kejadian tersebut terjadi pada tanggal 6 desember 2016. 1 Pelanggaran terhadap kebebasan umat beragama dalam menjalankan ibadahnya juga terjadi di Papua. Sekelompok warga membubarkan sholat Idul Fitri yang dilakukan oleh umat islam di Papua pada tanggal 17 Juli 2015 2. Kedua kasus tersebut menunjukkan adanya pelanggaran terhadap konstitusi negara yang mengatur tentang kebebasan umat beragama dalam menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa dengan tingkat heterogenitas yang tinggi dan sebagai salah satu provinsi yang memiliki tingkat toleransi antar umat beragama yang tinggi beberapa tahun yang lalu juga mengalami intoleransi antar umat beragama. Kasus yang terjadi adalah pembubaran ibadah doa lingkungan umat katolik yang dilakukan di salah satu rumah warga di daerah Sleman. Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 2014. 3 Hal ini juga semakin menunjukkan bahwa intoleransi antar umat beragama di Indonesia mulai berada di titik yang memprihatinkan. Kepolisian Negara Republik Indonesia atau yang sering disingkat dengan Polri dalam kaitannya dengan Pemerintah adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan 1 https://news.detik.com/berita/d-3364592/kebaktian-di-sabuga-bandung-didatangi-ormas-polisiturun-tangan, diakses pada 03 Juni 2017 2 http://nasional.news.viva.co.id/news/read/651243-kronologi-pembubaran-salat-id-di-tolikarapapua, diakses pada 03 Juni 2017 3 http://nasional.news.viva.co.id/news/read/508187-kronologi-pembubaran-ibadah-agama-di-yogya, diakses pada tanggal 03 Juni 2017

3 hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, yang bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta terbinanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak azasi manusia. Dalam kaitannya dengan kehidupan bernegara Polri merupakan alat negara yang berperan dalam membantu memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Agar dalam melaksanakan fungsi dan perannya diseluruh wilayah negera Republik Indonesia dapat berjalan dengan efektif dan effisien, Kepolisian merupakan lembaga yang berada di garda terdepan dalam melindungi hak-hak warga negaranya. Termasuk hak dalam menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Yogyakarta sebagai salah satu provinsi dengan tingkat heterogenitas yang tinggi tentu saja memiliki potensi terjadinya kasus intoleransi antar umat beragama. Karena semakin banyak kasus intoleransi antar umat beragama yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini maka berdasarkan latar belakang inilah penulis tertarik untuk melakukan penulisan skripsi dengan judul Peran Kepolisian Dalam Penegakan Hukum Terhadap Kebebasan Beragama Dari Perspektif Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia

4 B. Rumusan Masalah Bagaimana realisasi tugas pokok kepolisian dalam menjamin kebebasan umat beragama dan beribadah menurut Undang-Undang No 2 tahun 2002? C. Tujuan Penelitian Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui eksistensi Peran Kepolisian Dalam Penegakan Hukum Terhadap Kebebasan Beragama Dari Perspektif Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang pengetahuan tentang Peran Kepolisian Dalam Penegakan Hukum Terhadap Kebebasan Beragama Dari Perspektif Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. 2. Praktis a. Penulisan hukum ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Kepolisian, yaitu memberikan gambaran terhadap langkah-langkah dalam melakukan Peran Kepolisian Dalam Penegakan Hukum Terhadap Kebebasan Beragama Dari Perspektif Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

5 b. Penulisan hukum ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Penulis yaitu, memberikan pencerahan serta menjawab permasalahan yang ada di dalam pelaksanaan Peran Kepolisian Dalam Penegakan Hukum Terhadap Kebebasan Beragama Dari Perspektif Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. E. Keaslian Penelitian Penelitian hukum atau skripsi dengan judul Peran Kepolisian Dalam Penegakan Hukum Terhadap Kebebasan Beragama Dari Perspektif Undangundang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. merupakan karya asli penulis dan bukan plagiasi. Tujuan penelitian yang hendak dicapai untuk mengetahui Peran Kepolisian dalam Menjamin Kebebasan Umat Beragama dalam Menjalankan Ibadah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun skripsi yang mirip dengan yang dikaji penulis adalah: 1. Skripsi yang ditulis oleh Sigit Riyono, NPM 8111411115 Fakultas Hukum Negeri Semarang. a. Judul skripsi: Hak Kebebasan Beragama Di Indonesia (Studi Socio- Legal Dalam Kasus Ahmadiyah). b. Rumusan masalah: 1) Bagaimana pengaturan hak kebebasan beragama di Indonesia

6 dalam peraturan hak asasi manusia secara hukum pada kelompok aliran agama Ahmadiyah? 2) Bagaimana implementasi Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dalam mengatasi konflik horizontal yang ada di masyarakat terhadap kelompok Ahmadiyah? c. Kesimpulan: Kelompok Ahmadiyah tidak melanggar suatu peraturan tertentu, kelompok ahmadiyah tidak bisa dikatakan salah karena jika dilihat dalam keseluruhan regulasi yang ada mengatakan bahwa kelompok Ahmadiyah berhak mencantumkan, meyakini serta menjalankan agama atau kepercayaan yang diyakini. Dalam Pasal 28 E Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 mengatakan bebas. Hal inilah yang seharusnya dapat menjadi legal standing kelompok Ahmadiyah dalam menjalani kehidupan umat beragama tanpa mendapat berbagai macam tekanan maupun segala bentuk kekerasan yang lain, adanya Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri menjadikan kelompok Ahmadiyah harus menghentikan segala kegiatan dan penyebaran penafsiran yang menyimpang dari ajaran agama Islam. 2. Skripsi yang ditulis oleh Agustina Sinurat, NPM 1212011018 Fakultas Hukum Universitas Lampung.

7 a. Judul : Upaya Kepolisisan Dalam Menanggulangi Konflik Antar Masyarakat Tanjung Bintang Lampung Selatan. b. Rumusan masalah: 1) Apakah faktor penyebab terjadinya konflik antar masyarakat Tanjung Bintang Lampung Selatan? 2) Bagaimanakah upaya Kepolisian dalam menanggulangi konflik antar masyarakat Tanjung Bintang Lampung Selatan? 3) Apakah yang menjadi faktor penghambat kepolisian dalam menanggulangi konflik antar masyarakat Tanjung Bintang Lampung Selatan? c. Kesimpulan: 1) Penyebab konflik antar masyarakat di kecamatan Tanjung Bintang berdasarkan teori-teori sosial yang menyimpang intelegensi pelaku yang rendah dan kemerosotan moral yang dialami pelaku menimbulkan interakasi sosial yang tidak benar seperti mabukmabukan sehingga dia tidak dapat membedakan perbuatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan, berdasarkan teori sosiologis adalah lingkungan pergaulan yang tidak baik dan pendidikan pelaku yang rendah menjadikan pelaku mengikuti perbuatan teman nya yang melanggar hukum, berdasarkan teori subkultur adalah lingkungan tempat tinggal masyarakat yang berjauhan menyebabkan masyarakat tidak bersosialisasi dengan

8 baik infrastruktur jalan yang tidak mendukung menjadikan lingkungan tempat terjadinya perkara mempermudah pelaku melakukan konflik antar masyarakat, faktor ketidaksetaraan ekonomi pelaku dengan masyarakat lain, dan faktor kelengahan korban itu sendiri. 2) Upaya yang dilakukan Kepolisian sektor Tanjung Bintang dalam menanggulangi konflik antar masyarakat lebih memperhatikan pada upaya preventif dengan cara menghidupkan siskamling oleh babinkamtibmas yaitu menghimbau kepada masyarakat untuk menjadi polisi terhadap diri sendiri karena dengan hal semacam ini kejahatan yang akan terjadi akan mudah terdeteksi sejak dini, menghimbau masyarakat untuk segera melapor polisi jika melihat atau mengetahui tindakan kriminal, dan pihak Kepolisian Tanjung Bintang melakukan operasi umum yang rutin dilakukan setiap hari dan setiap malam melakukan kegiatan patroli dengan beranggotakan 4 petugas Polri yang dilengkapi senjata api dan laras panjang. Kepolisian sektor Tanjung Bintang pun melakukan upaya represif yang diantaranya yaitu melalui satuan Reserse nya mengambil tindakan hukum berupa melakukan penyelidikan terhadap para pelaku untuk mendapatkan para pelakunya dan melakukan penyidikan terhadap para pelaku yang telah tertangkap untuk diajukan ke penuntut umum.

9 3) Faktor penghambat penanggulangan konflik antar masyarakat di kecamatan tanjung bintang dikarenakan faktor masyarakat yaitu masyarakat kurang pro aktif dalam merespon himbauan Kepolisian untuk melakukan siskamling, masyarakat enggan melapor sehingga para pelaku sempat melarikan diri ke luar pulau sumatera dan menyulitkan pihak Kepolisian untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut masyarakat enggan menjadi saksi jika teriadi tindak pidana pcncurian sepeda motor dengan kekerasan, dan rusak nya TKP (Tempat Kejadian Perkara) dikarenakan lambatnya laporan masyarakat. Kemudian faktor penghambat yang berasal dari faktor penegak hukum yaitu pihak Kepolisian Sektor Tanjung Bintang kekurangan jumlah personel untuk mengamankan wilayah Tanjung Bintang secara keseluruhan. 3. Skripsi yang ditulis oleh Adreanus Sapta Anggara Pamungkas, NPM 120510861 Fakultas Hukum Universitas Atmajaya Yogyakarta a. Judul : Perspektif Hak Asasi Manusia Pada Surat Edaran Kapolri Nomor SE/06/X/2015 Dalam Penanganan Penyebaran Ujaran Kebencian Melalui Media Sosial b. Rumusan Masalah 1) Apakah substansi dari Surat Edaran Kapolri Nomor SE/06/X/2015 tentang Penanganan Ujaran Kebencian sudah

10 diatur secara jelas, untuk menanggulangi penebaran ujaran kebencian? 2) Apakah Surat Edaran Kapolri Nomor SE/06/X/2015 tentang Penanganan Ujaran Kebencian ini mengandung potensi melanggar Hak Asasi Manusia? c. Kesimpulan Substansi dari Surat Edaran Kapolri (SE) Nomor: SE/06/X/2015 tentang Penanganan Ujaran Kebencian berdasarkan redaksi isi muatan menunjukkan indikator sumir, didalam Surat Edaran arti Ujaran Kebencian dimaknai dalam bentuk penghinaan, pencemaran nama baik, penistaan, penghasutan, provokasi, perbuatan tidak menyenangkan dan berita bohong. Ujaran Kebencian tersebut didasarkan pada golongan suku, agama, aliran kepercayaan, ras, etnis, dan orientasi seksual. Substansi dari Surat Edaran Kapolri Nomor SE/06/X/2015 tentang Penanganan Ujaran Kebencian apabila dilihat dari sudut pandang isi materinya belum diatur secara jelas untuk menanggulangi penebaran ujaran kebencian, hal ini terkait dengan unsur-unsur kebencian. Apabila dicermati sebetulnya unsur-unsur kebencian sangatlah abstrak sebab kebencian ada didalam perasaan yang tidak terlihat jelas. Kebencian tidak dapat dilihat, tetapi akibat dari kebencian yang dapat

11 dilihat secara jelas. Pelaksanaan Surat Edaran Kapolri Nomor SE/06/X/2015 tentang Penanganan Ujaran Kebencian dapat berpotensi melanggar hak asasi manusia khususnya hak untuk menyampaikan pendapat dimuka umum. Namun pelanggaran Hak Asasi Manusia dapat terjadi jika pihak kepolisian yang dalam hal ini sebagai lembaga penegak hukum tidak menerapkan prosedur proses penanganan ujaran kebencian sebagaimana mestinya seperti yang sudah diatur dalam Surat Edaran Kapolri Nomor SE/06/X/2015 tentang Penanganan Ujaran Kebencian. Potensi pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah juga terdapat pada Surat Edaran, pada point tersebut dimaknai bahwa ujaran kebencian berbentuk penghinaan, pencemaran nama baik, penistaan, penghasutan, serta berbagai perbuatan yang sudah disebutkan dalam Surat Edaran. Padahal kasus-kasus itu biasanya sering digunakan untuk kasus kecil. Keragu-raguan terhadap kepastian makna ujaran kebencian terletak pada penafsiran sempit dan sumir sehingga berpotensi terhadap penyalahgunaan arti untuk mewujudkan kepentingan-kepentingan tertentu. Oleh karena itu penerapan surat edaran berpotensi melanggar Hak Asasi Manusia khususnya hak sipil dan politik yaitu hak untuk berekspresi serta menyampaikan pendapat dimuka umum.

12 F. Batasan Konsep 1. Peran Dalam kamus besar bahasa Indonesia pengertian Peran adalah usaha, ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, dan sebagainya). 2. Kepolisian Menurut Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 Pasal 1 ayat (1) Kepolisian adalah awal segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga Polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 3. Kebebasan Beragama Kebebasan beragama adalah prinsip yang mendukung kebebasan individu atau masyarakat, untuk menerapkan agama atau kepercayaan dalam ruang pribadi atau umum. Kebebasan beragama termasuk kebebasan untuk mengubah agama. Dalam negara yang mengamalkan kebebasan beragama, agama-agama lain bebas dilakukan dan tidak menghukum atau menindas pengikut kepercayaan lain yang lain dari agama resmi. 4 4 https://id.m.wikipedia.org/wiki/kebebasan_beragama, diakses pada tanggal 04 Juni 2017

13 4. Ibadah Ibadah adalah sebuah kata yang diambil dari bahasa Arab. Dalam terminologi bahasa Indonesia sebagaimana yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata ini meimiliki arti, perbuatan atau penyataan bakti terhadap Allah atau Tuhan yang didasari oleh peraturan agama. G. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma. Sistem norma yang dimaksud adalah mengenai asas-asas, norma, kaidah dari peraturan perundangan, putusan pengadilan, perjanjian serta doktrin (ajaran). a. Sumber Data Dalam penelitian hukum normatif data merupakan data sekunder terdiri atas: 1) Bahan hukum primer: berupa peraturan perundang undangan yang tata tata urutannya sesuai dengan Tata Cara Pembentukan Peraturan Perundang Undangan Bahan hukum primer:

14 a. Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. b. Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 HAM. c. Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Polri. d. Perkap Nomor 7 Tahun 2009 tentang Sistem Laporan Gangguan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat. e. KUHP 2) Bahan hukum sekunder merupakan: Data Sekunder terdiri atas: a. Bahan hukum sekunder: Bahan hukum berupa fakta hukum, doktrin, asas-asas hukum, dan pendapat hukum dalam literatur, jurnal, hasil penelitian, dokumen, surat kabar, internet, dan majalah ilmiah. b. Bahan hukum tersier: Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) b. Cara Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara: 1) Studi kepustakaan, studi kepustakaan yaitu membaca, mempelajari, dan memahami buku-buku dan mendeskripsikan, menganalisis dan menilai peraturan perundang-undangan dengan menggunakan

15 penalaran hukum yang berhubungan dengan Kebebasan Umat beragama. c. Analisis Data Pada tahap selanjutnya, setelah memperoleh data dan mengolah data tersebut, maka dilanjutkan dengan menganalisis data yang diperoleh baik dari bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder dan membahas permasalahannya. Dengan penganalisaan data primer dan data sekunder secara kualitatif dari sudut pandang ilmu hukum. Data primer dan data sekunder yang diperoleh dari penelitian telah disusun dengan teratur dan sistematis, kemudian dianalisa untuk mendapatkan suatu kesimpulan. b. Proses Berpikir Langkah terakhir dalam menarik kesimpulan dengan proses berpikir deduktif. Proses berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagian yang khusus. H. Sistematika Penulisan Dalam penulisan hukum yang berjudul Peran Kepolisian Dalam Penegakan Hukum Terhadap Kebebasan Beragama Dari Perspektif Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia ini digunakan kerangka sebagai berikut:

16 BAB I. PENDAHULUAN Bab ini terdiri atas Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Keaslian Penelitian, Batasan Konsep, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan Hukum/Skripsi. BAB II. PEMBAHASAN Tinjauan Umum tentang Kepolisian yang terdiri dari Pengertian Kepolisian, Peran Kepolisian. Kajian tentang kebebasan umat beragama yang terdiri dari Kebebasan Umat beragama menurut UUD 1945, Kebebasan Umat beragama menurut HAM, Kebebasan Umat beragama dalam Menjalankan Ibadah, dan Kajian perjan kepolisian dalam menjamin kebebasan umat beragama dari perspektif undangundang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia BAB III. PENUTUP Bab ini terdiri atas kesimpulan dan saran.