1 Elma Yutiani Hasanah, 2016 HUBUNGAN PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN DRILL AND PRACTICE DENGAN KETERAMPILAN PESERTA DIDIK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tami Latifa, 2014 Manfaat hasil belajar keterampilan menjahit tailor sebagai kesiapan magang di tailor

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan suatu bangsa. Salah satu masalah pendidikan dewasa ini adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang secara merata dan menyeluruh, dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Imas Suryatini, 2013

Latar Belakang Diselenggarakannya Pendidikan Kecakapan Hidup (Lifeskills) 1/5

P. S., 2016 PEMANFAATAN HASIL BELAJAR PADA PELATIHAN KETERAMPILAN MEKANIK OTOMOTIF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengimbangi perkembangan Teknologi dan Informasi yang terus berkembang

2015 PROSES PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENYELENGGAARAN PROGRAM DESA VOKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2015 MANFAAT HASIL PELATIHAN MANIPULATING FABRIC SEBAGAI KESIAPAN MEMBUKA USAHA AKSESORIS

1. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional merupakan usaha pokok untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintah atau non pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas atau kegiatan yang selalu menyertai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Adi Setiawan Nurpratama, 2014

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 223/PMK.011/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat persaingan hidup semakin hari semakin ketat dan sulit. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Raden Aufa Mulqi, 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammad Iqbal Radhibillah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dan bangsa Indonesia sedang memasuki abad ke-21, era

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

GUMELAR ABDULLAH RIZAL,

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

Oleh : Anggrita Kumidaninggar, Pendidikan Luar Sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk mengembangkan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan,

BAB I PENDAHULUAN. mencakup seluruh proses hidup dan segenap bentuk interaksi individu dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilakukan melalui peningkatan kualitas manusia,

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan

BAB I PENDAHULUAN. dan perubahan struktur ekonomi di dalam negeri. Menurut Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang pendidikan merupakan bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mencetak peserta didik yang mempunyai intelektual yang tinggi, mempunyai. sesuai dengan norma agama dan norma masyarakat.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

I. PENDAHULUAN. kegiatan usaha yang banyak bermunculan. Kegiatan usaha terbagi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pembangunan pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya sadar dan terencana agar peserta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PEDAHULUAN. pendidikan nasional di Indonesia menyatakan bahwa: Pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara sempurna sesuai kodrat kemanusiaanya. Menurut Undang-Undang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam

BAB I PENDAHULUAN. atau anak didik sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. terselenggara di dunia dan membawa berbagai perubahan pada kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam

UJIAN AKHIR SEMESTER PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN PENDIDIKAN PERAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) di sebuah Negara adalah kualitas pendidikan. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat (1) pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar warga belajar secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan (Ikhsan, 2003, hlm. 2). Berdasarkan pengertian tersebut, 1 maka pendidikan memiliki peranan yang sangat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup bangsa karena pendidikan merupakan suatu proses dalam usaha membentuk manusia yang cerdas dan terampil, mewujudkan SDM yang berkualitas dan kreatif serta mampu bersaing dalam menghadapi tantangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada dasarnya tujuan pendidikan adalah menghantarkan siswa pada perubahan tingkah laku, baik intelektual, moral maupun social agar dapat hidup mandiri sebagai individu dan makhluk social sehingga menghasilkan sumber daya manusia uang berkualitas. Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan tersebut, maka penyelenggaraan pendidikan perlu disesuaikan melalui interaksi dalam proses pembelajaran yang dilakukan secara sistematik dan terarah menuju ke arah perubahan tingkah laku peserta didik sesuai dengan yang diharapkan, karena hal ini dapat mempengaruhi kualitas kegiatan pembelajaran yang kemudian akan menentukan kualitas peserta didik. Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal dan informal yang saling melengkapi satu sama lainnya.

2 Pendidikan nonformal adalah pendidikan luar sekolah yang lebih menekankan pada pengembangan segi keterampilan terhadap suatu bidang ilmu yang dipelajari. Pendidikan nonformal memberikan peluang bagi setiap orang untuk memperkaya ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pembelajaran seumur hidup, yang juga merupakan salah satu program pemerintah untuk mencerdaskan masyarakat. Pendidikan nonformal berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung program pendidikan yang diselenggarakan pemerintah.. Pendidikan yang diselenggarakan melalui pendidikan nonformal bertujuan untuk melayani berbagai kebutuhan belajar bagi masyarakat yang tidak memperoleh kesempatan belajar di pendidikan formal. Dalam implementasi program-program pendidikan nonformal, dibentuk lembaga-lembaga yang merupakan model satuan yang dibentuk berdasarkan kebutuhan program, sasaran didik, dan kepentingan pembuatan program. Beberapa model satuan kelembagaan pendidikan nonformal yang ada di Indonesia selama ini diantaranya adalah kelompok belajar, majelis ta lim, lembaga kursus, lembaga pelatihan, dan pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM) (Penjelasan Sistem Pendidikan Nasional Pasal 26 Ayat (3)). Pendidikan yang diselenggarakan melalui pendidikan nonformal bertujuan untuk melayani berbagai kebutuhan belajar bagi masyarakat yang tidak memperoleh kesempatan belajar di pendidikan formal. Pendidikan luar sekolah (PLS) adalah salah satu bagian atau cabang dari ilmu pendidikan yang juga merupakan kajian terapan. PLS dapat diartikan sebagai usaha yang terorganisir secara sistematis dan kontinyu diluar sistim persekolahan melalui hubungan social untuk membimbing individu, kelompok masyarakat agar memiliki sikap dan citacita social yang efektif guna meningkatkan taraf hidup di bidang material, social dan mental dalam rangka usaha mewujudkan kesejahteraan social (Hamajoyo dalam Kamil, 2009, hlm. 14). Ruang lingkup PLS tercermin salah satunya pada istilah pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk mengembangkan potensi manusia, dengan demikian ruang lingkup PLS jauh lebih luas dibanding ruang lingkup pendidikan

3 persekolahan, bahkan menjangkau ke kehidupan masyarakat secara luas sehingga PLS memiliki jenis dan program yang sangat beraneka ragam, memiliki permasalahan dan dinamika tersendiri dan memerlukan penanganan yang serius agar seluruh cakupan kegiatannya dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya (Moedzakir, 2010, hlm. 10). Salah satu contoh pendidikan nonformal adalah pelatihan dan kursus. Pelatihan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan sengaja, terorganisir dan sistematik diluar sistem persekolahan untuuk memberikan dan meningkatkan suatu pengetahuan dan keterampilan tertentu kepada kelompok tenaga kerja tertentu, dalam waktu relative singkat dengan menggunakan metode yang mengutamakan praktik daripada teori, agar mereka memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam memahami dan melaksanakan suatu pekerjaan dengan cara efisien dan efektif (Sadikin & Hernawati, 2010, hlm. 3). Kursus merupakan suatu kegiatan belajar-mengajar seperti sekolah, namun penyelenggaraannya biasanya dalam waktu yang singkat dan hanya untuk mempelajari satu keterampilan tertentu. Misalnya kursus bahasa inggris, kursus montir, kursus memasak, kursus music, dan kursus menjahit. Warga belajar yang telah mengikuti kursus dengan baik dapat memperoleh sertifikat kursus bahkan mendapat kesempatan untuk mengikuti magang atau bekerja langsung di lapangan pekerjaan yang memiliki kontrak dengan kursus yang bersangkutan. Kursus menjahit merupakan salah satu bentuk pendidikan nonformal yang diselenggarakan oleh lembaga. Kursus menjahit biasanya terdiri dari beberapa tingkatan, salah satunya yaitu tingkat dasar yang ditujukan bagi pemula untuk belajar dasar menjahit, bentuk dasar busana, pengetahuan alat dan bahan, teknik mengambil ukuran, perencanaan bahan dan harga, teknik dasar menjahit dan teknik pembuatan busana. Lulusan tingkat ini dapat bekerja pada usaha konveksi sebagai operator atau sebagai pembantu penjahit busana. Peserta kursus yang telah mengikuti kursus dengan baik dapat memperoleh sertifikat kursus bahkan mendapat kesempatan untuk mengikuti magang atau bekerja langsung di lapangan pekerjaan yang memiliki kontrak dengan kursus yang bersangkutan. Seperti yang dilakukan oleh lembaga kursus menjahit YANI 1 di Bandung yang memiliki

4 kontrak dengan perusahaan garment, sehingga warga belajar yang telah lulus dari pendidikan menjahitnya dapat langsung bekerja pada perusahaan garmen tersebut. Lemabaga Pelatihan dan Kursus Yani 1 merupakan lembaga yang memberikan pelatihan dan kursus menjahit yang telah ada sejak Tahun dan didirikan oleh Somariya beserta istrinya. Lembaga kursus ini telah mendapatkan izin dari Dinas Pendidikan Nasional, Kota/Kabupaten dan dari Dinas Tenaga Kerja Kota Bandung, serta telah mendapat penghargaan dari Gubernur Jawa Barat kepada pendiri LPK sebagai pemenang anugerah inovasi Jawa Barat 2014 dalam tema pendidikan. Dengan menggunakan metode pebelajaran yang mengutamakan praktik, LPK ini hanya mencantumkan syarat bagi pesertanya yaitu latar belakang pendidikan minimal sekolah dasar, baik tamat maupun tidak tamat, memberikan pas foto, mengisi formulir pendaftaran dan membayar biaya kursus sesuai yang telah ditetapkan. Terdapat beberapa tingkatan dalam mengikuti kursus menjahit di LPK Yani 1 ini, yaitu tingkat dasar, terampil, mahir dan mahir lisensi. Tingkat dasar kursus ini memiliki target penyelesaian pakaian anak-anak kurang lebih 10 model ditambah ulangan-ulangan. Tingkat mahir memiliki target penyelesaian pakaian dewasa (pakaian non formal) kurang lebih 20 model ditambah ulangan-ulangan. Tingkat mahir kursus ini memiliki target penyelesaian pakaian dewasa (pakaian formal) yang telah dimodifikasi dan pemecahan-pemecahan model, pembuatan jas-jas wanita dan blazer. Tingkat mahir lisensi kursus ini memiliki target penyelesaian pakaian dalam, pakaian renang dan pakaian-pakaian bayi. Untuk pelajaran yang diberikan adalah cara pengambilan ukuran badan, membuat pola dasar, pecah model merancang bahan, cara membuat pola yang sebenarnya (mematrun), memotong bahan dan menjahit, serta cara mempergunakan mesin jahit dengan segala fungsinya dengan baik dan benar. Jumlah peserta kursus tingkat dasar di LPK Yani 1 Bandung ini adalah sebanyak 27 orang yang terbagi menjadi 4 kelas, dengan waktu yang berbedabeda pada setiap kelasnya, dan dibimbing oleh dua instruktur yang telah berpengalaman.

5 Dari hasil penelitian pendahuluan, penulis mendapatkan data bahwa keterampilan menjahit para peserta kursus tingkat dasar belum sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya peserta kursus yang belum mampu memenuhi syarat penyelesaian 10 model pakaian anak-anak meskipun waktu pembelajaran telah melewati tiga bulan masa pembelajaran di tiap tingkatan. Penulis menduga terjadinya keadaan ini dikarenakan beberapa faktor, yaitu: 1. Jumlah instruktur yang kurang, dengan perbandingan satu instruktur mengajar 7 hingga 8 peserta dalam satu waktu. 2. Metode pembelajaran yang belum tepat diterapkan di LPK Menjahit Yani 1 Bandung. Pada pendidikan nonformal, terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan, terutama pada kursus menjahit, salah satunya adalah metode Drill and Practise. Hal ini dikarenakan kursus menjahit merupakan kegiatan pembelajaran yang mengedepankan peningkatan keterampilan masyarakat. Metode pembelajaran Drill and Practise and Practice merupakan teknik pengajaran yang dilakukan berulang kali untuk mendapatkan keterampilan, dibutuhkan untuk mengingat secara matematis. Metode ini digunakan untuk mengajarkan keahlian yang khusus, ini diikuti dengan pengajaran yang sistematis dengan harapan untuk mengingat (Richardson, 2006: www.cornerstonecurriculum.com, 26 September 2015). Metode Drill and Practise and Practice ini mengarahkan siswa melalui latihan-latihan untuk meningkatkan kecekatan/ketangkasan dan kefasihan/kelancaran dalam sebuah keterampilan (Sharon, 2005: 120). Metode Drill and Practise tepat dipergunakan apabila akan memberikan keterampilan tertentu, dan untuk memudahkan berbagai jenis penjelasan, sebab penggunaan bahasa lebih terbatas, seperti dalam pengajaran menjahit, dimana pelajaran yang diberikan terutama dalam teknik-teknik seperti teknik pengukuran, teknik penjahitan, guru atau instruktur akan lebih mudah memahamkan kepada peserta didik mengenai materi yang dipelajari karena menjahit merupakan pendidikan

6 keterampilan yang membutuhkan banyak latihan pengerjaan dibandingkan dengan mempelajari teori. Pada dasarnya penggunaan metode yang tepat akan sangat berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar yang maksimal, selain itu juga metode pembelajaran yang tepat akan berpengaruh pada keterampilan peserta didik. Keterampilan merupakan suatu usaha untuk melatih individu atau kelompok supaya memiliki pengetahuan dan keahlian agar mampu menghasilkan sesuatu yang dapat dimanfaatkan dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keterampilan diartikan sebagai kecakapan dalam melaksanakan tugas. Pendapat lain menyatakan bahwa keterampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat syaraf dan otot-otot yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olahraga dan sebagainya (Syah, 2003, hlm. 121). Penggunaan metode Drill and Practise ini memberikan kemudahan bagi peseta kursus untuk dapat memahami pelajaran dengan cepat, karena outcome dari penelitian ini adalah peningkatan keterampilan para peserta kursus. Penelaahan mengenai metode Drill and Practise yang dilakukan di LPK Yani 1 Bandung ini menghasilkan keterangan bahwa para peserta kursus akan lebih mudah memahami konsep-konsep dasar menjahit karena dengan menggunakan metode ini, para peserta kursus akan lebih mengingat konsep menjahit. Keterampilan menjahit peserta didik di Lembaga Pelatihan dan Kursus Menjahit Yani 1 masih rendah, hal ini dapat dilihat dari hasil evaluasi terhadap kemampuan menjahit pada tingkat dasar yang menunjukkan kemajuan pelatihan yang lambat. Dengan demikian penulis bermaksud mengadakan penelitian terkait dengan keterampilan menjahit peserta didik dengan judul Hubungan Penerapan Metode Pembelajaran Drill and Practise dengan Keterampilan Menjahit Peserta Didik (Studi Deskriptif Pada Peserta Didik Tingkat Dasar di Lembaga Pelatihan dan Kursus Menjahit Yani 1 Bandung). B. Identifikasi Masalah

7 Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya, Keterampilan menjahit peserta didik di Lembaga Pelatihan dan Kursus Menjahit Yani 1 dinilai masih rendah yang ditunjukkan oleh keterangan bahwa terdapat factor-faktor yang memiliki keterkaitan dengan keterampilan menjahit peserta didik, yaitu kemampuan instruktur, metode pembelajaran dan waktu pembelajaran, maka didapat identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Kemampuan instruktur menjahit yang masih terbatas sehingga tidak menjadi pusat pembelajaran para peserta kursus menjahit. 2. Metode pembelajaran yang digunakan masih terpusat pada modul pembelajaran sehingga tidak terlihat upaya peningkatan dan pengembangan keterampilan para peserta kursus menjahit. 3. Waktu pembelajaran yang digunakan masih terbatas dan terlalu singkat sehingga kemampuan peserta kursus hanya sampai pada kursus menjahit dasar saja. 4. Sarana pembelajaran yang masih belum memadai, yaitu ruang kelas yang belum kondusif, ketidak lengkapan peralatan dan bahan untuk mengajar, termasuk perbedaan beberapa model mesin jahit yang dapat menghambat proses belajar kursus. C. Rumusan Masalah Melihat luasnya masalah di atas, maka penulis membatasi pada faktor-faktor metode pembelajaran khususnya Drill and Practise. Kajian ini dilakukan di Lembaga Pelatihan dan Kursus Yani 1 Bandung. Dengan demikian, masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana penerapan metode pembelajaran Drill and Practise di Lembaga Pelatihan dan Kursus Menjahit Yani 1 Bandung 2. Bagaimana keterampilan menjahit peserta didik di Lembaga Pelatihan dan Kursus Menjahit Yani 1 Bandung 3. Bagaimana hubungan penerapan metode pembelajaran Drill and Practise dengan keterampilan menjahit peserta didik di LPK Menjahit Yani 1 Bandung

8 D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis metode pembelajaran Drill and Practise yang digunakan oleh Lembaga Pelatihan dan Kursus menjahit Yani 1 Bandung. 2. Untuk mendeskripsikan keterampilan menjahit peserta didik di Lembaga Pelatihan dan Kursus Menjahit Yani 1 Bandung. 3. Untuk mengetahui seberapa besar hubungan metode pembelajaran Drill and Practise dengan keterampilan menjahit peserta didik di Lembaga Pelatihan dan Kursus Menjahit Yani 1 Bandung. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mempunyai dua aspek manfaat, yaitu: 1. Secara Teoritis Penelitian ini memberikan kontribusi bagi pengembangan teori ilmu pendidikan, khususnya pendidikan luar sekolah yang berhubungan dengan metode pembelajaran dan hubungan antara metode pembelajaran di pendidikan luar sekolah dengan keterampilan. 2. Secara Praktis a. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan pengetahuan peneliti khususnya mengenai metode Pembelajaran Drill and Practise serta hubungannya dengan keterampilan. b. Bagi Masyarakat Sebagai bahan informasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan minat untuk belajar di pendidikan nonformal sehingga dapat mengembangkan keterampilan. c. Bagi Dunia Pendidikan Pada Umumnya

9 Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi akademik mengenai metode Pembelajaran Drill and Practise di Lembaga Kursus YANI 1 serta hubungannya dengan keterampilan. F. Struktur Organisasi 1. BAB I Pendahuluan Berisi latar belakang penelitian, masalah penelitian, tujuan penellitian, kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan. 2. BAB II Tinjauan Pustaka Berisi teori-teori yang akan digunakan sebagai landasan untuk menyelesaian permasalahan yang telah dirumuskan. 3. BAB III Metode Penelitian Berisi metode penelitian yang akan digunakan, rancangan penelitian, penjabaran variable, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan metode analisis data. 4. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Berisi hasil penelitian serta membahas masalah dan penyelesaiannya sesuai dengan metode penelitian dan disajikan dalam bentuk data-data, uji statistika, dan uji hipotesis. 5. BAB V Penutup Berisi simpulan yang didapat dari hasil penelitian dan pembahasan serta saran yang akan disesuaikan dengan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh.