Jurnal Teknologi Kimia Unimal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan minyak kelapa sawit adalah Indonesia. Pabrik kelapa sawit

PENGELOLAAN AIR LIMBAH PKS

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya produksi minyak kelapa sawit di Indonesia sehingga

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

STRATEGI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT DI PT. AMP PLANTATION JORONG TAPIAN KANDIH NAGARI SALAREH AIA KECAMATAN PALEMBAYAN KABUPATEN AGAM

I. ACARA : DISSOLVED OXYGEN (DO), CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD) DAN CO 2 : 1. Untuk Mengetahui Kadar CO 2 yang terlarut dalam air 2.

PERENCANAAN ULANG INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) PG TOELANGAN, TULANGAN-SIDOARJO

MODEL PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN INDUSTRI MINYAK KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) merupakan salah satu produk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

: Limbah Cair dan Cara Pengelolaannya

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi).

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebagai bahan baku air minum, keperluan perikanan, industri, dan lain-lain)

A. BAHAN DAN ALAT B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

Bab IV Data dan Hasil Pembahasan

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI MINUMAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

PENGARUH RASIO WAKTU PENGISIAN : REAKSI PADA REAKTOR BATCH DALAM KONDISI AEROB

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan yang dikeluarkan

Penyisihan Kandungan Padatan Limbah Cair Pabrik Sagu Dengan Bioreaktor Hibrid Anaerob Pada Kondisi Start-up

BAB V ANALISA AIR LIMBAH

PROSES PENGOLAHAN AIR BUANGAN INDUSTRI TAPIOKA. Budi Santoso Fakultas Teknik Industri Universitas Gunadarma

I. PENDAHULUAN. Industri gula merupakan salah satu industri pertanian yang menghasilkan air

Bab V Hasil dan Pembahasan

PENGOLAHAN LIMBAH PABRIK MIE INSTAN

Bab I Pendahuluan. Tabel I.1. Perkembangan Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Kakao di Indonesia. No Tahun Luas Areal (Ha)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PADA IPAL PT. TIRTA INVESTAMA PABRIK PANDAAN PASURUAN

J. Tek. Ling Edisi Khusus Hal Jakarta Juli 2008 ISSN X

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN

PERSYARATAN PENGAMBILAN. Kuliah Teknologi Pengelolaan Limbah Suhartini Jurdik Biologi FMIPA UNY

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin

[Type text] BAB I PENDAHULUAN

PENURUNAN KONSENTRASI CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

BAB II AIR LIMBAH PT. UNITED TRACTORS Tbk

MAKALAH KIMIA ANALITIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penyisihan Kandungan Padatan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dengan Bioreaktor Hibrid Anaerob Bermedia Cangkang Sawit

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Minyak dan lemak merupakan komponen utama bahan makanan yang juga

Pokok Bahasan XI PENANGANAN LIMBAH INDUSTRI

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

Analisis Zat Padat (TDS,TSS,FDS,VDS,VSS,FSS)

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hampir 100 perusahaan atau pabrik kelapa sawit baik milik

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

kimia lain serta mikroorganisme patogen yang dapat

I. PENDAHULUAN. 2006), menjadi peluang besar bagi industri ini dalam pemanfaatan limbah untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN KANDUNGAN AMONIAK TINGGI SECARA BIOLOGI MENGGUNAKAN MEMBRANE BIOREACTOR (MBR)

Pengolahan Limbah Cair Industri secara Aerobic dan Anoxic dengan Membrane Bioreaktor (MBR)

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

Y. Heryanto, A. Muda, A. Bestari, I. Hermawan/MITL Vol. 1 No. 1 Tahun 2016:

I. PENDAHULUAN. kandungan nilai gizi yang cukup tinggi. Bahan baku pembuatan tahu adalah

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI SIRUP, KECAP DAN SAOS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor

I. PENDAHULUAN. kesehatan lingkungan. Hampir semua limbah binatu rumahan dibuang melalui. kesehatan manusia dan lingkungannya (Ahsan, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air dipergunakan untuk berbagai keperluan seperti untuk mandi, mencuci,

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

Jurnal Teknologi Kimia Unimal 2:2 (November 2013) 31 41 Jurnal Teknologi Kimia Unimal homepage jurnal: http://ft.unimal.ac.id/jurnal_teknik_kimia Jurnal Teknologi Kimia Unimal PENGOLAHAN AWAL LIMBAH CAIR PABRIK MINYAK KELAPA SAWIT SECARA FISIKA Leni Maulinda Jurusan Teknik Kimia, Fak. Teknik, Universitas Malikussaleh email: l3ny_1977@yahoo.co.id Abstrak Pencemaran limbah kelapa sawit dapat menurunkan kualitas lingkungan yang secara tidak langsung akan berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Hal ini disebabkan air limbah pabrik minyak kelapa sawit mempunyai kandungan bahan organik yang tinggi dengan BOD ratarata 26.222, COD ratarata 62.934, sifatnya asam (ph 4,05 4,15), mengandung minyak serta padatan tersuspensi dan terlarut lainnya. Proses pengolahan limbah cair pabrik minyak kelapa sawit selama ini menggunakan kolam aerob dan anaerob, tetapi sistem ini memerlukan waktu tinggal hidrolik yang sangat lama. Melihat sistem pengolahan limbah cair pabrik minyak kelapa sawit begitu lama, maka dicari cara pengolahan pendahuluan yang dilakukan terhadap limbah cair pabrik minyak kelapa sawit. Salah satu cara pengolahan fisik tersebut adalah secara flotasi udara. Dimana dimasukkan gelembung udara ke dalam limbah cair pabrik minyak kelapa sawit. Sehingga flokflok dari lumpur, padatan tersuspensi, serta minyak/lemak yang terapungkan kemudian disaring/diskim keluar secara periodik. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh waktu tinggal cairan dan laju alir udara terhadap perubahan konsentrasi COD, lemak/minyak, MLSS, MLVSS, ph dan DO. Dari hasil penelitian didapat bahwa waktu tinggal cairan dan laju alir udara sangat berpengaruh terhadap konsentrasi COD, lemak/minyak, MLSS, MLVSS, ph dan DO keluaran. COD, lemak/minyak, MLSS, MLVSS keluaran reaktor masingmasing didapat 30119,214, 114, 3545,73, dan 600,39 dengan ph tertinggi 4,95 yang dicapai pada waktu tinggal cairan 5 hari dan laju alir udara 8 liter/menit. Sedangkan konsentrasi oksigen terlarut (DO) tertinggi diperoleh sebesar 2,77 iter yang dicapai pada waktu tinggal cairan 5 hari dan laju alir udara 11 liter/menit. Kata kunci: Flotasi, Limbah Cair Pabrik Minyak Kelapa sawit Pendahuluan Pabrik minyak kelapa sawit merupakan salah satu industri hasil pertanian yang terpenting di Indonesia dan merupakan industri hulu yang penting. Industri makanan, kosmetika, sabun dan cat merupakan industriindustri yang

menggunakan bahan dasar minyak kelapa sawit. Menurut perkiraan, kurang lebih 90% dari produksi minyak sawit dunia dipergunakan sebagai bahan pangan. Kondisi ini akan memacu perkembangan industri pengolahan kelapa sawit, baik kebutuhan dalam negeri maupun untuk ekspor (Aritonang, 1989; Tim penulis PS, 1997). Seiring dengan meningkatnya peran industri pengolahan kelapa sawit dalam perkembangan agroindustri di indonesia, meningkat pula masalah pencemaran yang ditimbulkannya (Anonymous, 1991). Pencemaran yang ditimbulkan oleh limbah pabrik minyak kelapa sawit dapat menurunkan kualitas lingkungan perairan yang secara tidak langsung akan berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia (Arjuna, 1990). Hal ini disebabkan air limbah pabrik minyak kelapa sawit mempunyai kandungan bahan organik yang tinggi dengan BOD (Biochemical Oxygen Demand) rata rata 26.222, COD (Chemical Oxygen Demand) ratarata 62.934, sifatnya asam (ph 4,05 4,15), mengandung lemak/minyak, serta padatan tersuspensi dan terlarut lainnya (Chin, dkk, 1984). Bila padatan ini dibuang ke sungai, maka sebagian akan mengendap, terurai secara perlahan mengkonsumsi oksigen terlarut, mengeluarkan bau yang tajam, merusak daerah pembiakan ikan, mematikan biota air di sepanjang alirannya serta kemungkinan padatan tersebut mengapung seperti halnya minyak, sehingga menahan oksigen (aerasi) yang dapat mempengaruhi kehidupan biota di dalam air terutama akan kebutuhan oksigen. Dengan demikian terjadi perubahan kondisi dari suasana aerob menjadi anaerob (anonumous, 1995). Limbah cair tersebut bersumber dari proses pengolahan kelapa sawit yang menggandung air dalam jumlah besar. Terutama berasal dari air kondensat rebusan (stirilizer condensate), air drab (sludge water), karena adanya pengenceran dan air dari hidrosiklon. Jumlah air yang dibutuhkan akan sangat berpengaruh pada kuantitas air limbah yang dihasilkan dan kepekatan air limbah terutama total solid, padatan melayang dan lemak/minyak. Pabrik pengolahan kelapa sawit membutuhkan air ratarata sebanyak 2,2 m 3 /ton TBS (Tandan Buah Segar) sehingga menghasilkan air limbah sebanyak 1,2 1,7 m 3 /ton TBS atau kirakira setara dengan 23 ton/ton minyak yang dihasilkan (Anonymous, 1993). 32

Adapun karakteristik air limbah pabrik pengolahan kelapa sawit yang berasal dari unitunit pengolahan dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini. Tabel 1.1 Karakteristik air limbah PKS dari unitunit pengolahan ph Karakteristik Sterilisasi (kisaran) 4,0 4,6 Ekstraksi (kisaran) 3,9 4,5 Klarifikasi (ratarata) 4,4 Hydrocyclone (kisaran) 4,5 6,2 Suhu, 0 C 35 88 36 77 37 70 Minyak, 1100 6100 6800 8500 8000 800 1600 Total solids, 6000 30500 31000 47500 60000 1300 260 Suspended solids, 35000 Dissolved solids, 25000 BOD, 5500 20000 18800 35000 35000 1100 1750 COD, 10300 52500 45000 64000 60000 1800 3600 Total P, 42 320 230 330 1000 20 25 Total N, 60 500 450 720 20 30 Sumber: Anonimuos, 1993 ph Tabel 1.2 Komposisi limbah cair pabrik minyak kelapa sawit Parameter Satuan Rentang Ratarata 4,05 4,15 4,1 Alkalinitas 980 1.240 1.094 Asam Volatil 1.440 1.600 1.503 BOD 5 25.130 27.210 26.222 COD 61.140 64.950 62.934 TS 47.380 50.530 48.431 TVS 38.550 40.100 39.339 TSS 26.150 27.450 26.456 TVSS mg//l 21.740 22.790 22.149 Sumber: Chin, 1984 33

Limbah cair pabrik minyak kelapa sawit berwarna kecoklatcoklatan dengan ph 3,5 5 dan mengandung sekitar 95 % air, 4 5 % bahan terlarut dan tersuspensi. Serta 0,5 1,0% sisa minyak dan lemak yang sering terdapat dalam bentuk emulsi (Cornelius, 1983). Secara keseluruhan, komposisi limbah cair pabrik minyak kelapa sawit dapat dilihat pada tabel 1.2. Sedangkan Standar Baku Air Limbah untuk industri kelapa sawit dapat dilihat pada tabel 1.3. Tabel 1.3 Standar Baku Air Limbah untuk industri kelapa sawit No Parameter Kadar Maksimum 1 2 3 4 5 6 BOD 5 COD Padatan Tersuspensi Total Minyak dan Lemak NH 3 N(Ammonia) ph () 250 500 300 30 20 6 9 Beban pencemaran maksimum (kg/ton) 1,5 3,0 1,8 0,18 0,12 Sumber: Surat Keputusan Menteri KLH (No. Kep03/MEN KLH/II/1991) Proses pengolahan air limbah industri minyak kelapa sawit yang banyak dilakukan sekarang adalah dengan menggunakan kolam anaerobik. Beberapa diantaranya dilanjutkan dengan pengolahan secara aerobik di dalam suatu biorekator beraerasi. Pengolahan dengan cara ini dapat menurunkan BOD dan COD air limbah sampai 85 95% (Thanh, 1980). Beberapa pabrik pengolahan kelapa sawit sudah menggunakan sistem pengolahan air limbah yang cukup baik. Sistem pengolahan tersebut terdiri dari proses pendinginan, pengolahan di dalam kolam anaerobik, pengolahan secara aerobik dan pengendapan/stabilisasi. Sistem ini memerlukan waktu tinggal cairan total sekitar 55 110 hari untuk mereduksi BOD dan padatan tersuspensi hingga sekitar 95% (Sugiharto, 1987). Walaupun sebahagian sudah dapat menghasilkan aliran keluaran yang memenuhi standar air limbah pabrik minyak kelapa sawit, tetapi sistem ini 34

memerlukan waktu tinggal hidrolik yang sangat lama. Hal ini dinilai kurang ekonomis karena memerlukan areal pengolahan air limbah yang sangat luas. Selain itu kolam anaerobik juga mempunyai beberapa kekurangan, antara lain: 1. Menimbulkan masalah bau dan kontaminasi air tanah di daerah sekitar kolam 2. Hasil samping proses anaerobik yang merupakan gas metana tidak dapat dimanfaatkan 3. Memerlukan pemeliharaan secara periodik untuk membuang lumpur yang terakumulasi di dasar kolam 4. Membutuhkan waktu penahanan hidrolis yang cukup lama. Melihat sistem pengolahan air limbah pabrik minyak kelapa sawit yang ada sekarang, maka perlu dicari suatu pengolahan limbah baru yang dapat mengatasi masalahmasalah tersebut yaitu dengan melakukan pengolahan pendahuluan yang dilakukan secara fisik kemudian dilanjutkan dengan pengolahan secara biologi. Salah satu alternatif pengolahan secara fisik terhadap limbah pabrik minyak kelapa sawit adalah dengan flotasi. Flotasi ini bertujuan untuk menghilangkan/mengurangi partikelpartikel yang ada di dalam air limbah dengan cara pengapungan terutama untuk mengapungkan minyak/lemak sehingga kandungan minyak/lemak pada limbah pabrik minyak kelapa sawit dapat dikurangi. Karena lemak merupakan sebagian dari komponen air limbah yang mempunyai sifat yang mengumpal pada suhu udara normal, dan akan berubah menjadi cair apabila berada pada suhu yang lebih panas. Lemak yang merupakan benda cair pada saat dibuang kesaluran limbah akan menumpuk secara kumulatif pada saluran air limbah karena mengalami pendinginan dan lemak ini akan menempel pada dinding saluran air limbah yang pada akhirnya dapat menyumbat aliran air limbah. Selain penyumbatan akan dapat terjadi juga kerusakan pada tempat dimana lemak tersebut menempel yang bisa mengakibatkan kebocoran. Oleh karena itu untuk mengantisipasi halhal tersebut perlu dilakukan pengapungan minyak/lemak dan partikelpertikel yang lain sebelum dilakukan pengolahan lebih lanjut. Hal ini mudah diterapkan, karena terdapat beberapa zat padat atau substansi dengan kerapatan yang renggang sulit untuk diendapkan tetapi mudah untuk 35

diapungkan. Adapun cara yang dipergunakan adalah dengan cara memasukkan gelembung udara ke dalam limbah cair pabrik minyak kelapa sawit. Flokflok dari lumpur, padatan tersuspensi, serta minyak/lemak yang terapungkan kemudian disaring/diskim keluar secara periodik. Penelitian ini memiliki tujuan untuk melihat pengaruh laju alir udara, dan waktu tinggal hidrolik terhadap penurunan konsentrasi MLSS dan MLVSS, penurunan konsentrasi COD dan lemak/minyak. Dengan berhasilnya penelitian ini, maka diharapkam mendatangkan beberapa manfaat, diantaranya mendapatkan alternatif baru pengolahan limbah cair pabrik minyak kelapa sawit yang berwawasan lingkungan. Bahan dan Metode Penelitian Bahan Penelitian ini menggunakan Limbah Cair Pabrik Minyak Kelapa Sawit sebanyak 20 liter sebagai bahan bakunya. Percobaan dilakukan dengan melihat pengaruh waktu tinggal hidrolik 5 hari, 4 hari, 3 hari, 2 hari dan 1 hari terhadap laju alir udara pada 11 l/menit, 8 l/menit, 5l/menit dan tanpa aerasi. Metode Penelitian Tahap operasi Limbah cair kelapa sawit di masukkan ke dalam tangki yang telah disiapkan sebelumnya sebanyak lebih kurang 20 liter.sebelum limbah dialirkan ke dalam tangki pengolahan (tangki aerasi) diambil beberapa ml air limbah untuk dianalisa awal MLSS, MLVSS, lemak/minyak dan COD dari limbah tersebut. Kemudian limbah dialirkan ke dalam tangki pengolahan (tangki aerasi) dengan laju alir yang telah ditetapkan. Secara bersamaan ke dalam tangki pengolahan juga dialirkan udara dengan laju alir tertentu pula. Setelah air limbah habis mengalir/tertampung di dalam tangki pengolahan, lalu diambil beberapa ml sampel dari saluran pengeluaran tangki tersebut untuk dianalisa MLSS, MLVSS, lemak/minyak dan COD dari limbah tersebut. 36

Hasil dan Pembahasan Melihat variabel waktu tinggal hidrolik terhadap laju alir udara berpengaruh terhadap pengurangan konsentrasi COD, lemak/minyak, MLSS dan MLVSS dari limbah cair pabrik kelapa sawit. Hasil Pengolahan Data Hubungan waktu Tinggal Cairan dan Laju Alir Udara Terhadap Kebutuhan Oksigen Kimia (COD). Pengaruh variasi waktu tinggal cairan dan laju alir udara terhadap kebutuhan oksigen kimia (COD) dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Hubungan waktu tinggal cairan terhadap kebutuhan COD pada masingmasing laju alir udara Gambar 1 memperlihatkan bahwa kebutuhan oksigen kimia (COD) sangat dipengaruhi oleh waktu tinggal umpan dan laju alir udara masuk. Dimana dengan waktu tinggal umpan yang lama maka waktu pengontakan antara partikelpartikel yang ada dalam air limbah dengan udara yang masuk ke dalam tangki pengolahan semakin lama, sehingga dapat menyebaban padatanpadatan tersuspensi yang meningkatkan COD di dalam air limbah akan terapung dan ikut terbuang pada saat pengambilan lemak/minyak. Semakin lama waktu tinggal cairan maka semakin besar pula penurunan COD yang terjadi. 37

Hubungan waktu Tinggal Cairan dan Laju Alir Udara Terhadap Kandungan Lemak/Minyak Lemak tergolong pada benda organik yang tetap dan tidak mudah untuk diuraikan oleh bakteri. Lemak/minyak merupakan salah satu komposisi utama dari limbah cair pabrik minyak kelapa sawit di samping pati, gula, karbohidrat dan lignin. Lemak/minyak paling sukar dibiodegradasi oleh bakteri karena tidak semua bakteri menghasilkan enzim lipase yang dapat menguraikan lemak/minyak. Dari ketiga komponen utama padatan volatil yaitu protein, karbohidrat dan lemak, reaksi hidrolisa penguraian protein dan karbohidrat relatif lebih cepat dibandingkan dengan penguraian lemak/minyak (Grady dan Um, 1980). Gambar 2. Hubungam waktu tinggal cairan terhadap kandungan lemak/minyak pada masingmasing laju alir udara Gambar 2 dapat dilihat bahwa dengan semakin lama waktu tinggal cairan maka penurunan konsentrasi lemak/minyak setelah dilakukan flotasi lebih besar. Bila dihitungan efisiensi penyisihan lemak/minyak berdasarkan umpan segar ratarata, maka efisiensi penurunan lemak/minyakyang terbaik terdapat pada laju alir udara 8 m/s dengan waktu tinggal 5 hari yaitu efisiensi penyisihan sebesar 75,36%. 38

Hubungan Waktu Tinggal Cairan dan Laju Alir Udara Terhadap Padatan Tersuspensi (MLSS) Proses flotasi biasa digunakan untuk menghilangkan atau mengurangi konsentrasi lemak/minyak, padatan tersuspensi serta untuk memisahkan lumpur yang terdapat di dalam limbah (Wesley, 1989). Dengan Memberikan udara ke dalam air limbah, maka udara tersebut akan berkontak dengan padatan sehingga padatanpadatan yang mempunyai densitas yang ringan dapat terapungkan dan padatanpadatan yang mempunyai kerapatan yang lebih besar daripada kerapatan air akan mengendap pada dasar tangki. Gambar 3. Hubungan waktu tinggal cairan terhadap MLSS keluaran pada masingmasing laju alir udara. Gambar 3 memperlihatkan penurunan konsentrasi padatan tersuspensi keluaran lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi padatan tersuspensi untuk masingmasing waktu tinggal. Semakin lama waktu pengontakan udara dengan padatan, semakin banyak padatan yang dapat diapungkan. Proses pengapungan ini juga dipengaruhi oleh laju alir udara, dimana apabila laju alir udara yang diberikan terlalu tinggi maka akan menyebabkan aliran limbah bergejolak dan proses pengontakan udarapadatan kurang sempurna. Demikian pula halnya apabila laju alir udara yang diberikan terlalu rendah, yang mengakibatkan hanya sebagian kecil saja padatan tersuspensi yang dapat terapungkan. 39

Bila dihitungan efisiensi penyisihan penurunan padatan tersuspensi dengan proses flotasi ini berdasarkan umpan segar ratarata, maka yang terbaik terdapat pada laju alir udara 8 m/s dengan waktu tinggal 5 hari yaitu efisiensi penyisihan sebesar 47,21%. Hubungan Waktu Tinggal Cairan dan Laju Alir Udara Terhadap Padatan Tersuspensi Volatil (MLVSS) Secara umum, padatan tersuspensi volatil adalah padatan yang dibentuk oleh senyawa organik atau biomassa. Padatan tersuspensi volatil ini ditentukan dengan mengukur kehilangan berat padatan tersuspensi total dengan pemanasan 600 0 C. Berat yang hilang dinyatakan sebagai padatan tersuspensi volatil, sedangkan berat yang tinggal dinyatakan sebagai padatan tersuspensi nonvolatil (Sugiharto, 1987). Gambar 4. Hubungan waktu tinggal cairan terhadap MLVSS pada masingmasing laju alir udara. Gambar 4 dapat dilihat berdasarkan umpan segar ratarata semakin lama waktu tinggal umpan di dalam peralatan flotasi, maka penurunan konsentrasi padatan tersuspensi volatil semakin besar. 40

Kesimpulan 1. Pengolahan limbah cair pabrik minyak kelapa sawit secara flotasi ternyata sangat efektif digunakan sebagai salah satu cara pengolahan fisik untuk mengurangi kandungan lemak/minyak, COD, MLSS serta MLVSS yang terdapat pada limbah cair pabrik minyak kelapa sawit. 2. Semakin lama waktu tinggal cairan di dalam peralatan flotasi maka semakin tinggi penurunan COD, lemak/minyak, MLSS dan MLVSS. DAFTAR PUSTAKA Aritonang, D, 1986, Perkebunan Kelapa Sawit, Sumber Pakan Ternak di Indonesia, Jurnal Litbang Pertanian, Jakarta Anonymous, 1993, Vademecum Pengolahan Sawit, Bagian Teknik Teknologi, PT. Perkebunan I Langsa Cornelius, J. A, 1983, Pricesssing of Palm Fruit and Its Products, Tropical Products Institute, London Chin, K, K, W, J, Ng and K,K, Wong, 1984, TwoPhase An Aerobic Treatment Kinetics of Palm Oil Wastewaters, halaman 667669 KirkOthmer, 1975, Encyclopedia of Chemical Technology, Edisi ketiga, Jonh Wiley & sons, Inc, New York, halaman 524 Sugiharto, 1987, DasarDasar Pengolahan Air Limbah, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, halaman 16 Suprihanto Notodarmojo, 1997, Unit Pengolahan Pendahuluan Pada Pengolahan Air Buangan Industri. Thanh, N, C, 1980, High Organic Wastewater Control and Management In The Tropics, Water Pollution Control, CDG. AIT. ERL, Bangkok Tim Penulis PS, 1997, Kelapa Sawit: Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Aspek Pemasaran, Penebar Swadaya, Jakarta Tchobanoglous, 1985, Wastewater Engineering: Treatment Disposal and Reuse. MC. Graw_Hill, halaman 242 W. Wesley Eckenfelder. Jr, 1989, Industrial Water Poluttion Control, MC. Graw Hill. 41