KETENTUAN PENANGGUHAN EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN OLEH KREDITUR SEPARATIS AKIBAT ADANYA PUTUSAN PAILIT. Oleh :

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH UNDANG-UNDANG KEPAILITAN DAN UNDANG- UNDANG HAK TANGGUNGAN TERHADAP KEDUDUKAN KREDITUR PEMEGANG HAK TANGGUNGAN APABILA DEBITUR PAILIT

PENGATURAN DAN PENERAPAN PRINSIP PARITAS CREDITORIUM DALAM HUKUM KEPAILITAN DI INDONESIA

BAB IV PEMBAHASAN. A. Kedudukan Hukum Karyawan Pada Perusahaan Pailit. perusahaan. Hal ini dikarenakan peran dan fungsi karyawan dalam menghasilkan

KEDUDUKAN HUKUM KREDITUR SEPARATIS ATAS BENDA JAMINAN HAK ATAS TANAH DEBITUR PAILIT

HAK-HAK NORMATIF PEKERJA PADA PERUSAHAAN YANG DINYATAKAN PAILIT

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK KETIGA (NATUURLIJKE PERSOON) DALAM HUKUM KEPAILITAN TERKAIT ADANYA ACTIO PAULIANA

SUBROGASI SEBAGAI UPAYA HUKUM TERHADAP PENYELAMATAN BENDA JAMINAN MILIK PIHAK KETIGA DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

AKIBAT PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA DAN KEKUATAN HUKUM SERTIFIKAT JAMINAN FIDUSIA YANG DITERBITKAN OLEH KANTOR PENDAFTARAN FIDUSIA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KEPENTINGAN PARA KREDITOR AKIBAT ACTIO PAULIANA DALAM HUKUM KEPAILITAN

PENGURUSAN HARTA PAILIT PEMBERESAN HARTA PAILIT TUGAS KURATOR. Heri Hartanto, Hukum Acara Peradilan Niaga (FH-UNS)

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

AKIBAT HUKUM PUTUSAN PERNYATAAN PAILIT. Saryana * ABSTRACT

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI TERTANGGUNG DALAM HAL TERJADI KEPAILITAN SUATU PERUSAHAAN ASURANSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara yang berkembang, baik dari sumber alam,

BAB I PENDAHULUAN. Proses perniagaan, apabila debitor tidak mampu ataupun tidak mau

TESIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KREDITUR SEPARATIS YANG TIDAK DAPAT MELAKSANAKAN HAK EKSEKUSINYA DALAM MASA INSOLVENSI

TINJAUAN YURIDIS TENTANG HAK KREDITOR DALAM MELAKSANAKAN EKSEKUSI SELAKU PEMEGANG JAMINAN DENGAN HAK TANGGUNGAN

B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam rangka. merata di segala bidang, salah satunya adalah bidang ekonomi.

KEDUDUKAN KREDITUR SEPARATIS DALAM HUKUM KEPAILITAN

HAK KREDITOR SEPARATIS DALAM MENGEKSEKUSI BENDA JAMINAN DEBITOR PAILIT. Oleh : Royke A. Taroreh 1

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perbankan) Pasal 1 angka 11, menyebutkan : uang agar pengembalian kredit kepada debitur dapat dilunasi salah satunya

Kedudukan Hukum Pemegang Hak Tanggungan Dalam Hal Terjadinya Kepailitan Suatu Perseroan Terbatas Menurut Perundang-Undangan Di Indonesia

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA KEPAILITAN YANG DALAM PERJANJIANNYA TERCANTUM KLAUSUL ARBITRASE

BAB I PENDAHULUAN. berarti adanya interaksi berlandaskan kebutuhan demi pemenuhan finansial.

PRINSIP DEBT FORGIVENESS DALAM PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG (PKPU)

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT. Oleh : Ida Bagus Gde Surya Pradnyana I Nengah Suharta

PELAKSANAAN PENGIKATAN JAMINAN FIDUSIA DALAM KREDIT PERBANKAN

PERBEDAAN WANPRESTASI DENGAN PENIPUAN DALAM PERJANJIAN HUTANG PIUTANG

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

Universitas Kristen Maranatha

WEWENANG KREDITOR SEPARATIS DALAM EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN BERKENAAN DENGAN KEPAILITAN. Abstrak

KEDUDUKAN KREDITUR PEMEGANG HAK TANGGUNGAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

KEDUDUKAN HAK RETENSI BENDA GADAI OLEH PT. PEGADAIAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

AKIBAT HUKUM PUTUSAN PAILIT TERHADAP DEBITOR YANG MELAKUKAN PERJANJIAN PEMISAHAAN HARTA PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam pasal 27 ayat (2) yang berbunyi: Tiap tiap warga Negara berhak atas. pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

EKSEKUSI KREDIT MACET TERHADAP HAK TANGGUNGAN

Oleh : A.A. Nandhi Larasati Ni Gusti Ayu Dyah Satyawati Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

TANGGUNG JAWAB KURATOR DALAM PENGURUSAN DAN PEMBERESAN HARTA PAILIT DI KABUPATEN BADUNG

AKIBAT HUKUM PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG TERHADAP STATUS SITA DAN EKSEKUSI JAMINAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004

KEWENANGAN PELAKSANAAN EKSEKUSI OLEH KREDITUR TERHADAP JAMINAN FIDUSIA DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

Lex Privatum, Vol.II/No. 2/April/2014. KEDUDUKAN PENERIMA JAMINAN FIDUSIA TERHADAP DEBITOR YANG DINYATAKAN PAILIT 1 Oleh : Vanessa Maria Regina Pai 2

BAB II PENETAPAN HAK MENDAHULUI PADA FISKUS ATAS WAJIB PAJAK YANG DINYATAKAN PAILIT. A. Kepailitan dan Akibat Hukum Yang Ditinggalkannya

DAFTAR ISI... HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI... KATA PENGANTAR...

Oleh: Dicki Nelson ABSTRAK

Oleh Gede Irwan Mahardika Ngakan Ketut Dunia Dewa Gede Rudy Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

HAK HAK KARYAWAN PADA PERUSAHAAN PAILIT (STUDI TENTANG PEMBERESAN HAK KARYAWAN PADA KASUS PERUSAHAAN PT. STARWIN) SKRIPSI

AKIBAT HUKUM TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA YANG SUDAH DIALIHKAN SEBELUM JAMINAN FIDUSIA DIDAFTARKAN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM HAL BENDA JAMINAN BERALIH

AKIBAT KEPAILITAN TERHADAP ADANYA PERJANJIAN HIBAH

BAB I PENDAHULUAN. kepentingannya dalam masyarakat dapat hidup dan berkembang secara. elemen tidak dapat hidup sendiri-sendiri, tetapi

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR PENERIMA

BAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan

PERANAN KURATOR DALAM KEPAILITAN TERHADAP NASABAH BANK

BAB I PENDAHULUAN. diakses pada tanggal 11 Agustus 2009 pukul WIB.

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa sehingga mengakibatkan banyak sekali debitor tidak mampu membayar utangutangnya.

PERLINDUNGAN HUKUM DAN KEDUDUKAN KREDITOR SEPARATIS DALAM HAL TERJADI KEPAILITAN TERHADAP DEBITOR

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang TUJUAN KEPAILITAN TUJUAN KEPAILITAN. 22-Nov-17

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan dalam rangka pengembangan usahanya dimungkinkan

Oleh I Wayan Gede Pradnyana Widiantara I Nengah Suantra Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

PERLINDUNGAN HUKUM kreditur SEPARATIS DALAM KEPAILITAN

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian pinjam meminjam uang. Akibat dari perjanjian pinjam meminjam uang

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KURATOR DALAM MENJALANKAN TUGAS PENGURUSAN DAN PEMBERESAN HARTA PAILIT

AKIBAT HUKUM PERJANJIAN KERJASAMA KOPERASI DENGAN BANK DI DENPASAR DALAM PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR)

Keywords: Breakaway-Creditors Bankruptcy-Wages Of Laborers. JOM Fakultas Hukum Volume IV No. 2 Oktober 2017 Page 1

BAB III UPAYA PENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI ATAS OBJEK FIDUSIA BERUPA BENDA PERSEDIAAN YANG DIALIHKAN DENGAN JUAL BELI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDITUR DAN DEBITUR. Dalam Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan

BATASAN RUMAH SUSUN YANG DIJADIKAN AGUNAN PADA BANK. J. Andy Hartanto Universitas Narotama, Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. mampu lagi untuk membayar hutang-hutangnya, maka pihak debitur ini

KEDUDUKAN RISALAH LELANG SEBAGAI UPAYA HUKUM PENEGAKAN HAK-HAK KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

PENANGGUHAN EKSEKUSI OBJEK HAK JAMINAN KREDIT DI BANK DARI PERUSAHAAN YANG PAILIT 1 Oleh : Timothy Jano Sajow 2

KEWENANGAN KREDITOR SEPARATIS TERHADAP EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN APABILA DEBITOR PAILIT Anton Ismoyo Aji, R.Suharto, Siti Malikhatun Badriyah Abstrak

AKIBAT HUKUM ATAS PUTUSAN PAILIT BAGI DEBITOR TERHADAP KREDITOR PEMEGANG HAK JAMINAN FIDUSIA TUAH BANGUN ABSTRACT

PROSES PEMBEBANAN HAK TANGGUNGAN PADA SERTIFIKAT HAK MILIK DALAM PERIKATAN JAMINAN KREDIT

JURNAL. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum. Oleh: Siti Heiranisya Cita Agca NIM.

TANGGUNG JAWAB KURATOR PADA KEPAILITAN PT. ARTA GLORY BUANA TERHADAP PARA KREDITOR

Revillia Wulandari S1 Ilmu Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban debitor untuk membayar kembali utang sesuai jangka waktu yang telah

BAB I PENDAHULUAN. suatu barang maupun jasa agar menghasilkan keuntungan.

BAB I PENDAHULUAN. yang diintrodusir oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang. Perdata. Dalam Pasal 51 UUPA ditentukan bahwa Hak Tanggungan dapat

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 2 Nomor 10 (2013) Copyright 2013

TINJAUAN TENTANG KEKUATAN EKSEKUTORIAL SERTIFIKAT HAK TANGGUNGAN APABILA ADA PERLAWANAN DARI DEBITUR WANPRESTASI

BAB V PENUTUP. 1. Beberapa Kendala yang dihadapi Bank BRI yaitu: a. Kendala Terkait dengan Peraturan Perundang-Undangan. Undang-Undang Hak Tanggungan.

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 4, Tahun 2016 Website :

HAK EKSEKUSI KREDITOR SEPARATIS TERHADAP OBJEK HAK TANGGUNGAN DALAM HAL DEBITOR PAILIT (STUDY KASUS PUTUSAN NO.06/PLW/PAILIT/2015/PN.NIAGA.SBY JO.

JURNAL. Analisis Yuridis Terhadap Peraturan Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Dalam Perkara Kepailitan Perusahaan Penerbangan

Keywords: The debtor, creditor, fiduciary, Bankruptcy

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Istilah Kepailitan 9/4/2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Dalam rangka pembangunan nasional untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. law, zakerheidsstelling, atau zakerheidsrechten 1. Lembaga jaminan diperlukan. kegiatan-kegiatan dalam proyek pembangunan 2.

Dalam hukum Islam tidak dijelaskan secara terperinci mengenai tingkatan. memberikan hak yang istimewa kepada kreditur/ pedagang yang mendapati

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA AKIBAT DEBITUR WANPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kredit, sebagai salah satu cara memperoleh modal, keberadaan dan

ANALISIS YURIDIS TERHADAP EKSEKUSI BENDA JAMINAN YANG DIBEBANI HAK TANGGUNGAN PADA DEBITUR PAILIT SALAWATI SUYITNO ABSTRACT

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN DAN KEPAILITAN. Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah beserta

BAB I PENDAHULUAN. permodalan bagi suatu perusahaan dapat dilakukan dengan menarik dana dari

Transkripsi:

1 KETENTUAN PENANGGUHAN EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN OLEH KREDITUR SEPARATIS AKIBAT ADANYA PUTUSAN PAILIT Oleh : Komang Trianna A.A. Ngurah Gede Dirksen Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK: Kepailitan merupakan salah satu proses penyelesaian utang piutang melalui lembaga Pengadian Niaga. Dengan adanya perjanjian jaminan yang sifatnya accesoir, artinya mengikuti perjanjian pokoknya, maka ketentuan yang berlaku berbeda bagi setiap kreditur. Kreditur separatis merupakan kreditur yang memegang benda jaminan sehingga eksekusi benda jaminan khusunya hak tanggungan tersebut tidak berpengaruh terhadap putusan pailit yang menimpa debitur. Kedudukan dari kreditur separatis lebih tinggi dari kreditur lainnya, yaitu kreditur preferent yang memiliki hak istimewa dan kreditur konkuren. Dengan demikian eksekusi salah satu benda jaminan yaitu hak tanggungan oleh kreditur separatis menggunakan aturan yang berbeda karena tidak berpengaruh terhadap putusan pailit yang dikeluarkan oleh pengadilan niaga. Kata kunci : Hak, Kreditur, Separatis, Pailit ABSTRACT: Bankruptcy is one of the process of settlement of debts through the institution of Court of Commerce. With the Treaty of guarantee which is accesoir, that means following the agreement anyway, then the applicable provisions vary for each creditor. The lender is the lender who holds the separatists objects guarantee that execution of guarantee especially the rights of those dependents have no effect against the ruling of the bankruptcy that befell the debtor. The position of creditors separatists are higher than other creditors, namely the preferent creditors having privileges and concurrent creditors. Thus the execution of one of the objects which guarantee rights to dependents by separatist creditors use different rules because it did not affect the verdict issued by the Bankruptcy Court of Commerce. Keywords : Rights, Creditors, Separatist, Bankruptcy I. PENDAHULUAN Pengertian pailit adalah suatu usaha bersama untuk mendapat pembayaran bagi semua kreditur secara adil dan tertib, agar semua kreditur mendapat pembayaran menurut imbangan besar kecilnya piutang masing-masing dengan tidak berebutan. 1 1 Abdul R. Saliman, 2010, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan Teori dan Contoh Kasus, Cet. 5, Kencana, Jakarta, hal. 133.

2 Adanya putusan pailit oleh Pengadilan Niaga dimana putusan tersebut kemudian incraht atau berkekuatan hukum tetap, maka akan dilanjutkan dengan eksekusi terhadap benda jaminan. Pasal 56 ayat (1) Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan mengatur mengenai penangguhan eksekusi yang dilakukan dalam jangka waktu 90 (sembilan puluh hari). Namun dengan adanya Undang-Undang tentang Hak Tanggungan dimana mengatur pula mengenai eksekusi benda jaminan debitur oleh kreditur separatis menimbulkan konflik norma terkait dengan pemberlakuan penangguhan eksekusi tersebut. Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan ini adalah mengetahui ketentuan yang dipergunakan berkaitan dengan penangguhan eksekusi sebagai akibat adanya putusan pailit terhadap debitur serta nantinya dapat memberikan kepastian hukum mengenai peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar atau landasan eksekusi benda jaminan khususnya hak tanggungan. II. ISI 2.1. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif berupa inventarisasi perundang-undangan yang berlaku, berupaya mencari asas-asas atau dasar falsafah dari perundang-undangan tersebut, atau penelitian yang berupa usaha penemuan hukum yang sesuai dengan suatu kasus tertentu. 2 Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif atau disebut dengan pendekatan terhadap undang-undang. Karena penelitian ini adalah penelitian hukum normatif, maka sumber datanya adalah berupa data sekunder yang berupa bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder. Di dalam menganalisis bahan-bahan hukum yang telah terkumpul, maka digunakan teknis analisis secara sistematisasi. Analisis secara sistematis dilakukan untuk mengetahui tentang kesesuaian maupun hubungan antara aturan-aturan yang digunakan dalam menerapkan hukum khususnya berkaitan dengan kepailitan dan hak tanggungan. 86. 2 Bahder Johan Nasution, 2008, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung, hal.

3 2.2. HASIL DAN PEMBAHASAN Kreditur pemegang hak tanggungan bisa disebut sebagai kreditur separatis. Dengan adanya Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan yang mengatur pula mengenai penangguhan eksekusi terhadap benda jaminan, terdapat aturan yang membedakan kedudukan antara kreditur separatis, preferent dan kreditur konkuren. Menurut Jazuli Bachar, pihak-pihak yang terkena kewajiban penangguhan eksekusi seperti yang ditentukan dalam Pasal 55 ayat (1) Undang-Undang Kepailitan antara lain: 1. Pemegang hak tanggungan; 2. Pemegang hak gadai; 3. Pemegang hak hipotik; 4. Pemegang fidusia. 3 Penangguhan eksekusi ini dilakukan dalam jangka waktu sembilan puluh hari sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan sesuai dengan Pasal 56 ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004. Berdasarkan ketentuan Pasal 56 ayat (1) tersebut, hak kreditur separatis dalam melakukan eksekusi terhadap benda jaminan khususnya hak tanggungan dibatasi dengan adanya penangguhan eksekusi sebagaimana yang diatur dalam undang-undang. Ketentuan tersebut secara tidak langsung menimbulkan persepsi bahwa kreditur separatis diberikan kedudukan dan kewenangan yang sama dengan kreditur-kreditur lainnya yang tidak memegang benda jaminan. Sedangkan Pasal 55 ayat (1) menyebutkan bahwa kreditur pemegang hak tanggungan dapat mengeksekusi haknya seolah-olah tidak terjadi kepailitan. Apabila mengacu pada Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah, dapat ditinjau dari Pasal 21 yang menyatakan bahwa, Apabila pemberi Hak Tanggungan dinyatakan pailit, pemegang Hak Tanggungan tetap berwenang melakukan segala hak yang diperolehnya menurut ketentuan Undang-Undang ini. Hal inilah yang menjadi kerancuan terkait dengan pelaksanaan penangguhan eksekusi terutama terhadap benda jaminan yang berada di bawah penguasaan kreditur. 3 Djazuli Bachar, 1995, Eksekusi Putusan Perkara Perdata Segi Hukum dan Penegakan Hukum, Edisi Revisi, Akademika Pressindo, Jakarta, hal. 98.

4 Di satu sisi, Undang-Undang Kepailitan memberikan pengaturan mengenai penangguhan eksekusi dimaksudkan untuk menghindari adanya kemungkinankemungkinan debitur dirugikan akibat benda jaminan yang terlalu cepat dieksekusi sehingga tidak tercapainya jumlah maksimal yang diharapkan. Filosofi ketentuan ini adalah bahwa dalam praktek sering kali para pemegang hak jaminan akan menjual benda jaminannya dengan harga jual cepat, dimana harga jual cepat adalah harga yang di bawah harga pasar. 4 Sedangkan di sisi lain, hukum jaminan memegang prinsipprinsip dimana terdapat kreditur yang dapat diutamakan haknya dan tidak. Prinsip tersebut dinamakan dengan prinsip pari passu pro rata parte. Namun demikian, pelaksanaan penangguhan tersebut jarang dilakukan mengingat juga kepailitan memegang prinsip tersebut. Selain itu hak tanggungan tunduk pada undang-undang yang mengaturnya sehingga tidak terpengaruh dengan adanya putusan pailit sekalipun diatur mengenai penangguhan eksekusi selama jangka waktu sembilan puluh (90) hari sebagaimana dimaksud dalam pasal 56 ayat (1) Undang- Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Ketentuan yang dipergunakan ini juga sesuai dengan adagium lex specialis derogat legi generalis, dimana hak tanggungan telah diatur secara mengkhusus dalam undang-undang. III. KESIMPULAN Berdasarkan pada pembahasan tersebut, maka diperoleh kesimpulan bahwa ketentuan dalam penangguhan eksekusi hak tanggungan oleh kreditur separatis atas dikeluarkannya putusan pailit tidak dipengaruhi oleh Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang khususnya Pasal 56 ayat (1). Ketentuan yang diberlakukan dalam hal ini adalah Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah karena merupakan aturan yang sifatnya lex specialis atau mengkhusus dan memperoleh prioritas. 4 M. Hadi Shubhan, 2008, Hukum Kepailitan Prinsip, Norma, dan Praktek di Peradilan, Kencana, Jakarta, hal. 173.

5 DAFTAR PUSTAKA Abdul R. Saliman, 2010, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan Teori dan Contoh Kasus, Cet. 5, Kencana, Jakarta. Bahder Johan Nasution, 2008, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung. Djazuli Bachar, 1995, Eksekusi Putusan Perkara Perdata Segi Hukum dan Penegakan Hukum, Edisi Revisi, Akademika Pressindo, Jakarta. Hadi Shubhan, M, 2008, Hukum Kepailitan Prinsip, Norma, dan Praktek di Peradilan, Kencana, Jakarta. Bismar Siregar, 2001, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Cet. Ke-VIII, Sinar Grafika, Jakarta. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 42, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3632) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4484)