LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

GUBERNUR MALUKU UTARA

WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN YAPEN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 17

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 2

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/Permentan/PK.320/12/2015 TENTANG PEMBERANTASAN PENYAKIT HEWAN

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG RUMAH POTONG UNGGAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN RABIES DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN PEMERIKSAAN KESEHATAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1977 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA BUDIDAYA PETERNAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 1 Tahun : 2017

GUBERNUR BENGKULU PERATURAN DAERAH PROVINSI BENGKULU NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 50/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 10 TAHUN : 1996 SERI : D NO : 10 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG PEMELIHARAAN TERNAK

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN RABIES

Budidaya Bebek Peking Sangat Menjanjikan

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS WALIKOTA SURABAYA,

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1983 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERII{TAH KOTA DUMAI

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG PEMELIHARAAN TERNAK

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG PENANGGULANGAN RABIES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN LALU LINTAS TERNAK DAN PEREDARAN BAHAN ASAL HEWAN DI KABUPATEN BULUKUMBA

*37679 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 82 TAHUN 2000 (82/2000) TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN PEMOTONGAN HEWAN TERNAK

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU

PENOLAKAN, PENCEGAHAN, PEMBERANTASAN, DAN PENGOBATAN PENYAKIT HEWAN Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 1977 tanggal 16 Maret 1977

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN RABIES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI AGAM,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2015

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1977

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PENGELOLAAN RUMAH POTONG HEWAN (RPH) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN LALU LINTAS HEWAN DAN PRODUK HEWAN GUBERNUR BANTEN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 08 TAHUN 2009 BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BONE PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 08 TAHUN 2009

- 1 - BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SERUYAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 10 TAHUN 2010 PEDOMAN PERIZINAN DAN PENDAFTARAN USAHA PETERNAKAN

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN PEMOTONGAN HEWAN TERNAK

DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PERIZINAN DAN PENDAFTARAN USAHA PETERNAKAN DI KABUPATEN KUTAI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

2017, No Menteri Petanian tentang Penyediaan, Peredaran, dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tah

PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI KOTA TAHUN : 2014 TENTANG. : a. bahwa Undang Nomor 18. dalam dan produktivitas

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/OT.140/1/2007 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PENGENDALI PENYAKIT AVIAN INFLUENZA REGIONAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1991 TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PERBURUAN BURUNG, IKAN DAN SATWA LIAR LAINNYA

PEMERINTAH KOTA MADIUN

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENERTIBAN HEWAN TERNAK

PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 06 TAHUN 2004

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1991 TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK SAPI DAN KERBAU BETINA PRODUKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 50 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA PETERNAKAN DAN PENDAFTARAN PETERNAKAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI SELATAN,

BUPATI BADUNG NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG OTORITAS VETERINER KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA PANGKALPINANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENERTIBAN TERNAK DALAM WILAYAH KABUPATEN SABU RAIJUA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI RUMAH POTONG HEWAN DAN LALU LINTAS TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA MAGELANG

BUPATI KULON PROGO INSTRUKSI BUPATI KULON PROGO NOMOR : 1 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMELIHARAAN DAN LALU LINTAS HEWAN PENULAR RABIES DI KABUPATEN BADUNG

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KARANTINA HEWAN, IKAN, DAN TUMBUHAN

PERATURAN DAERAH KOTA PALOPO NOMOR : 07 TAHUN 2006 TENTANG PETERNAKAN DAN PENERTIBANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALOPO,

PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG LARANGAN PEMASUKAN HEWAN PENULAR RABIES KE WILAYAH PROVINSI PAPUA GUBERNUR PROVINSI PAPUA,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 52/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 5

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG OTORITAS VETERINER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PEMELIHARAAN UNGGAS DAN PENGENDALIAN PENYAKIT FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa usaha pemeliharaan dan peningkatan perkembangan usaha perunggasan perlu dilindungi dari kerugian yang dapat ditimbulkan oleh berbagai macam penyakit unggas serta adanya penyakit yang dapat berpindah dari unggas kepada manusia; b. bahwa penyakit Flu Burung ( Avian Influenza) merupakan penyakit unggas menular yang dapat menimbulkan wabah serta mengancam kesehatan masyarakat dan oleh karena itu perlu dicegah penularannya; c. bahwa pengendalian penyakit menular akibat penyakit flu burung, merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi seluruh masyarakat; d. bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b dan huruf c, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pemeliharaan unggas dan Pengendalian Penyakit Flu Burung (Avian Influenza); Mengingat.

- 2 - Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3272); 2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495); 3. Undang-undang No 16 tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan; 4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4010) ; 5. Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah ( Lembaran negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan lembaran negara nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang- undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undangundang Nomor 3 Tahun 2005 tentang perubahan Undangundang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara tahun 2005 Nomor 108 Tambahan lembaran negara nomor 4548); 6. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 13), Tambahan Lembaran Negara Nomor 4420 ); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1977 Tentang Usaha Peternakan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1977 Nomor 21 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3111 ); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1983 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 28 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3253 ); Peraturan...

- 3-9. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 49, tambahan Lembaran Negara Nomor 3447); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 41, tambahan Lembaran Negara Nomor 4740); 12. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang No.16 Tahun 2002 tentang Pedoman Perizinan dan Pendaftaran Usaha Peternakan; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANGERANG Dan BUPATI TANGERANG MEMUTUSKAN : MENETAPKAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PEMELIHARAAN UNGGAS DAN PENGENDALIAN PENYAKIT FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA) BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Tangerang. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 3. Bupati adalah Bupati Kabupaten Tangerang. 4. Dinas adalah Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan Kabupaten Tangerang. Kepala...

- 4-5. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan Kabupaten Tangerang. 6. Hewan adalah binatang atau satwa yang seluruh atau sebagian siklus hidupnya berada di darat, air dan/atau udara, baik yang dipelihara maupun yang dihabitatnya. 7. Ternak adalah hewan peliharaan, yang produksinya diperuntukkan sebagai penghasil pangan, bahan baku industri, jasa, dan atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian. 8. Pengendalian Penyakit Flu Burung adalah semua tindakan untuk mencegah timbulnya, berjangkitnya dan menjalarnya serta mengurangi perluasan dan menghilangkan penyakit Flu Burung. 9. Karantina hewan adalah tempat dan atau tindakan untuk mengasingkan hewan/ternak, bahan asal hewan dan hasil bahan asal hewan agar supaya tidak menular kepada hewan/ternak yang sehat. 10. Produk Asal Unggas adalah berupa daging, telur, bulu, kotoran, tulang dan darah unggas baik yang belum atau yang sudah mengalami pengolahan. 11. Wabah Penyakit Menular yang selanjutnya disebut wabah adalah pengertian Wabah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular. 12. Unggas adalah hewan bersayap, berkaki dua, berparuh, berbulu dan bertelur yang hidup di darat, air dan sementara di udara. 13. Unggas pangan adalah setiap jenis unggas yang dimanfaatkan untuk pangan. 14. Unggas kesayangan adalah setiap jenis unggas yang dimanfaatkan untuk kesenangan karena keindahan warna, bentuk, ketangkasan dan suaranya. 15. Pemeliharaan unggas adalah kegiatan memelihara dan atau budidaya unggas. 16. Perusahaan Peternakan adalah orang perorangan atau korporasi, baik yang berbentuk badan hukum maupun yang bukan badan hukum, yang didirikan dan berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang mengelola usaha peternakan dengan kriteria dan skala tertertu. Usaha...

- 5-17. Usaha Peternakan unggas adalah kegiatan yang dilakukan oleh perorangan atau badan hukum yang melaksanakan kegiatan yang menghasilkan ternak( ternak bibit/potong), dan telur. 18. Peredaran adalah kegiatan pemasukan, pengeluaran, pengangkutan, penampungan dan pemasaran unggas. 19. Pemukiman/perumahan adalah lokasi dimana penduduk bertempat tinggal dan bersosialisasi. 20. Petugas adalah pegawai dari Dinas yang menangani fungsi peternakan dan kesehatan hewan Kabupaten Tangerang. 21. Pengobatan adalah suatu tindakan untuk penyembuhan suatu penyakit. 22. Depopulasi adalah tindakan pemusnahan secara selektif baik unggas yang sakit maupun sehat yang sekandang atau dalam satu kawasan terbatas melalui berbagai cara pemusnahan. 23. Media pembawa adalah bahan yang dapat bertindak sebagai pembawa penyakit. 24. Biosecurity adalah kondisi dan upaya untuk memutuskan rantai masuknya agen penyakit ke induk semang dan/atau untuk menjaga agen penyakit yang disimpan dan diisolasi dalam suatu laboratorium tidak mengontaminasi atau disalahgunakan. 25. Disposal adalah tindakan penanganan bangkai unggas yang telah di depopulasi, karkas, telur tercemar, bulu, peralatan, limbah sekam/alas kandang atau segala sesuatu yang tercemar bibit penyakit yang tidak mungkin disucihamakan secara efektif. 26. Surat Keterangan Kesehatan Hewan yang selanjutnya disebut SKKH adalah bukti tertulis yang dikeluarkan oleh Dokter Hewan Berwenang yang menerangkan bahwa hewan, telah memenuhi persyaratan keamanan, kesehatan berdasarkan hasil pemeriksaan secara klinis dan atau pengujian laboratorium dan berlaku dalam jangka waktu tertentu. 27. Sertifikat Veteriner adalah surat keterangan yang dikeluarkan oleh dokter hewan berwenang yang menyatakan bahwa produk hewan telah memenuhi persyaratan keamanan, kesehatan, dan keutuhan. Dokter...

- 6-28. Dokter hewan berwenang adalah dokter hewan yang ditunjuk oleh Menteri, gubernur, atau bupati atau walikota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan jangkauan tugas pelayanannya dalam rangka penyelenggaraan kesehatan hewan. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 (1) Maksud ditetapkan Peraturan Daerah ini adalah sebagai pedoman dalam pemeliharaan unggas dan pengendalian penyakit Flu Burung di wilayah Kabupaten Tangerang. (2) Tujuan ditetapkannya Peraturan Daerah ini adalah untuk : a. Mencegah masuknya dan menyebarnya penyakit Flu Burung;; b. Menjamin agar unggas dan produk unggas yang dihasilkan aman, bermutu dan terbebas dari virus Flu Burung; c. Mencegah penularan penyakit Avian Influenza/Flu Burung dari hewan ke hewan maupun dari hewan ke manusia; d. Mengendalikan penyakit Flu Burung pada manusia dengan penatalaksanaan kasus manusia secara tepat. BAB III PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS Bagian Kesatu Pemeliharaan Unggas Pasal 3 (1) Setiap orang yang melaksanakan usaha peternakan unggas dengan tujuan komersial harus memiliki izin. (2) Untuk memperoleh izin tersebut pada ayat (1) harus mendapat rekomendasi dari Dinas. (3) Ijin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Bupati. Pasal...

- 7 - Pasal 4 (1) Setiap orang dilarang mendirikan usaha pemeliharaan unggas dengan tujuan komersial di lingkungan pemukiman/ perumahan. (2) Dalam hal pemeliharaan unggas dengan tujuan usaha sampingan baik yang berada disekitar pemukiman/perumahan ataupun di luar pemukiman/perumahan harus memenuhi tata laksana pemeliharaan unggas. (3) Tata laksana pemeliharaan unggas sebagaimana ayat (2) diatas diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati. Pasal 5 (1) Unggas yang dipelihara untuk tujuan komersil, usaha sampingan, kepentingan penelitian, pendidikan, dan konservasi wajib memiliki SKKH. (2) SKKH sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan oleh Dokter hewan berwenang. (3) Tata cara perolehan SKKH diatur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati. Bagian Kedua Peredaran Unggas Paragraf 1 Pemasukan Unggas dan Produk Asal Unggas Pasal 6 (1) Setiap orang yang memasukkan unggas ke daerah wajib melengkapi SKKH dan rekomendasi pengeluaran dari daerah asal. (2) Setiap orang yang memasukkan produk asal unggas ke daerah wajib melengkapi sertifikat veteriner dan rekomendasi pengeluaran dari daerah asal. (3) Terhadap pemasukan unggas/produk asal unggas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus mendapat rekomendasi pemasukan dari Dinas. (4) Setiap orang yang memasukkan unggas ke daerah harus melalui jalur distribusi yang ditentukan. (5) Jalur distribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatas akan ditetapkan oleh Keputusan Bupati. Pasal...

- 8 - Pasal 7 Setiap orang yang memasukkan unggas ke daerah, wajib langsung menuju lokasi penerima. Paragraf 2 Pengeluaran Unggas dan Produk Asal Unggas Pasal 8 (1) Setiap orang yang mengeluarkan unggas harus melengkapi SKKH dan Rekomendasi Pengeluaran dari Dinas. (2) Setiap orang yang mengeluarkan produk asal unggas harus melengkapi sertifikat veteriner dan Rekomendasi Pengeluaran dari Dinas. (3) Rekomendasi Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus dilengkapi Rekomendasi Pemasukan dari daerah penerima. Paragraf 3 Pemasaran Unggas dan Produk Asal Unggas Pasal 9 (1) Unggas yang diperjualbelikan harus berasal dari peternakan yang tidak sedang terjangkit atau paling kurang 30 ( Tiga puluh ) hari tidak ada kejadian penyakit Flu Burung dan disertai dengan SKKH. (2) Produk Asal Unggas yang diperjualbelikan harus berasal dari peternakan yang tidak sedang terjangkit atau paling kurang 30 ( Tiga puluh ) hari tidak ada kejadian penyakit Flu Burung dan disertai dengan Sertifikat veteriner. Paragraf 4 Tata Cara Membawa Unggas Pasal 10 Unggas yang dibawa harus dalam wadah/tempat yang mudah dibersihkan, dan atau mudah dimusnahkan serta memperhatikan kesejahteraan hewan. BAB...

- 9 - BAB IV PENGENDALIAN PENYAKIT FLU BURUNG Bagian Kesatu Pencegahan Penyakit Flu Burung Pasal 11 (1) Setiap orang harus mencegah timbulnya, berjangkitnya dan menjalarnya penyakit Flu Burung yang dapat dibawa oleh unggas, produk asal unggas atau media pembawa lainnya. (2) Setiap orang harus melaporkan adanya dugaan atau adanya kasus penyakit flu burung atau penyebaran wabah kepada Dinas. (3) Setiap orang yang memanfaatkan unggas dan produk asal unggas harus melakukan biosekuriti yang ketat pada tempat dimana unggas dan produk asal unggas berada. (4) Setiap orang harus menghindari/mencegah kontak langsung dengan unggas sakit atau mati. (5) Setiap orang harus menjual dan memotong unggas yang sehat. Bagian Kedua Pemberantasan Penyakit Flu Burung Pada Unggas Pasal 12 (1) Pemberantasan penyakit Flu Burung dapat dilakukan melalui depopulasi dan disposal. (2) Dalam hal pelaksanaan pemberantasan penyakit flu Burung dengan tindakan depopulasi dan disposal harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pasal 13 Dalam hal pemberantasan penyakit Flu Burung sebagaimana dimaksud dalam pasal 12, masyarakat dapat melaksanakan pemberantasan dengan pengawasan petugas. Bagian Ketiga Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Flu Burung Pada Manusia Pasal 14 (1) Dalam hal Pencegahan dan penanggulangan kejadian penyakit Flu Burung pada manusia dilaksanakan sebagai berikut : /a. Surveilans...

- 10 - a. Surveilans epidemiologi; b. Penyidikan kejadian luar biasa. (2) Tata cara Pencegahan dan penanggulangan, penyakit flu Burung pada manusia diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. BAB V PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 15 (1) Pembinaan terhadap pemeliharaan unggas dan pengendalian penyakit flu burung merupakan tugas dan tanggungjawab Pemerintah Daerah. (2) Pelaksanaan pembinaan pemeliharaan unggas dan pengendalian penyakit flu burung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara terpadu dan terkoordinasi secara terus menerus oleh instansi terkait. Pasal 16 (1) Pengawasan terhadap kegiatan dibidang perunggasan dilaksanakan oleh Dinas secara berkala. (2) Apabila ada informasi kematian unggas, maka petugas harus segera menangani dengan melibatkan instansi terkait dan masyarakat. BAB VI PERAN SERTA DAN PELAPORAN Bagian Kesatu Peran Serta Pasal 17 Masyarakat dapat ikut serta dalam penanggulangan penyakit flu burung, antara lain: 1. Memberikan informasi kematian unggas kepada petugas; 2. Menyebarluaskan informasi tentang flu burung; 3. Membantu proses depopulasi dan disposal. Bagian Kedua Pelaporan Pasal 18 (1) Setiap orang yang memelihara unggas dengan tujuan komersil, wajib membuat laporan kegiatan dan penanganan penyakit secara berkala setiap tri wulan. Apabila...

- 11 - (2) Apabila ditemukan kasus penyakit menular, wajib melaporkan dalam waktu 1 x 24 jam ke Dinas. (3) Setiap orang yang memelihara unggas dengan tujuan usaha sampingan, apabila terdapat kasus penyakit menular, wajib melaporkan dalam waktu 1 x 24 jam ke Dinas. (4) Setiap kejadian penyakit pada manusia yang diduga Flu Burung wajib dibawa dalam satu kali dua puluh empat jam ( 1 x 24 jam) ke Puskesmas dan atau Rumah Sakit Rujukan dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan. Pasal 19 Mekanisme dan Tata cara penyampaian laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ditetapkan dengan Peraturan Bupati. BAB VII SANKSI ADMINISTRASI Pasal 20 (1) Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 3 ayat (1) dan ayat (2) pasal 4 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 6 ayat (3) dan ayat (4), pasal 8 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3), pasal 9 ayat (1) dan ayat (2), pasal 10, pasal 11 ayat (3) dan ayat (5), pasal 12 ayat ( 2) dikenakan sanksi administrasi. (2) Jenis-jenis sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),berupa: a. Peringatan lisan b. Peringatan tertulis; 1). Peringatan pertama 14 hari; 2). Peringatan kedua 7 hari; dan, 3). Peringatan ketiga 3 hari. c. Melakukan tindakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; d. Pencabutan izin. pasal...

- 12 - Pasal 21 (1) Apabila terjadi keberatan dari masyarakat yang diakibatkan pemeliharaan unggas dan/atau tempat penampungan/pemotongan yang dilakukan Perseorangan/Badan Hukum, yang menimbulkan gangguan ketertiban dan keamanan, maka dinas memeriksa dan mempelajari sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Terhadap orang dan/atau badan hukum yang menyembunyikan keberadaan unggas peliharaan yang teridinkasi terinfeksi virus flu burung, maka Dinas dapat menyita unggas dimaksud untuk dimusnahkan. BAB VIII PENYIDIKAN Pasal 22 Penyidikan terhadap pelanggaran dilaksanakan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Daerah yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan. BAB IX KETENTUAN PIDANA Pasal 23 (1) Setiap orang yang melakukan pelanggaran ketentuan Pasal 5 ayat (1), Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 7 ayat (1), dan pasal 21 ayat (2) dikenakan sanksi pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. (3) Selain pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikenakan sanksi sesuai dengan yang lain dalam peraturan perundang-undangan lainnya. BAB X KETENTUAN PERALIHAN Pasal 24 (1) Pada saat peraturan daerah ini mulai berlaku, izin usaha peternakan tetap berlaku sampai habis masa berlakunya dan dapat diperpanjang kembali sesuai perundang undangan yang berlaku. Pada...

- 13 - daerah ini berlaku, perizinan unggas/produk asal unggas yang dalam proses, tetapi belum selesai, tetap diselesaikan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 25 Peraturan Daerah ini mulai pengundangan, kecuali pada tanggal 27 Desember 2010. berlaku setelah 6 (enam) bulan sejak tanggal pasal 6 ayat (4) dan pasal 10 yang mulai berlaku pada Agar setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang. Ditetapkan di : Tigaraksa Pada tanggal : 12 Agustus 2009 BUPATI TANGERANG, Diundangkan di Tigaraksa Pada tanggal : 12 Agustus 2009 ttd H. ISMET ISKANDAR SEKRETARIS DAERAH, ttd H. HERMANSYAH LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 07 TAHUN 2009

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PEMELIHARAAN UNGGAS DAN PENGENDALIAN PENYAKIT FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA) I. PENJELASAN UMUM Pemerintah Daerah menyadari akan pentingnya hewan/ternak sebagai satu sumber kemakmuran, sehingga oleh karena itu adalah menjadi kewenangan Pemerintah Daerah untuk memelihara dan mengembangkan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat dicapai maksud penggunaan hewan/ternak secara lestari, oleh karena itu usaha pemeliharaan dan peningkatan perkembangan usaha perunggasan perlu dilindungi dari kerugian yang dapat ditimbulkan oleh berbagai macam penyakit unggas serta adanya penyakit yang dapat berpindah dari unggas kepada manusia. Penyakit flu burung ( avian influenza) merupakan penyakit unggas menular yang dapat menimbulkan wabah serta mengancam kesehatan masyarakat dan oleh karena itu perlu dicegah penularannya serta adanya pengendalian penyakit menular akibat penyakit flu burung, sehingga dapat terwujudnya derajat kesehatan yang optimal bagi seluruh masyarakat. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah perlu mengadakan peraturan daerah yang mengarah kepada kelestarian sumber kemakmuran yang berujud hewan/ternak yang disesuaikan dengan perkembangan keadaan. Pengaturan tersebut meliputi pemeliharaan unggas, pencegahan dan pengendalian penyakit flu burung. Berhubung penyakit hewan dapat cepat menular secara luas tanpa mengenal batas lokal, regional dan batas Negara, yang disebabkan oleh sifatnya penyakit itu sendiri dan oleh perkembangan lalu-lintas perhubungan yang modern dan cepat, sehingga oleh karena itu Pemerintah daerah bertanggungjawab atas masalah penolakan, pencegahan, pemberantasan, dan pengobatan penyakit hewan/ternak. PASAL DEMI PASAL Pasal 1

- 15 - Pasal 2 Pasal 3 Yang dimaksud dengan usaha peternakan dengan tujuan komersil adalah usaha peternakan dengan populasi ternak ayam ras petelur > 10.000 ekor atau peternakan ayam ras pedaging dengan populasi > 15.000 ekor/siklus, atau peternakan itik dan ayam lokal dengan populasi > 20.000 ekor atau peternakan burung hias dengan populasi > 100 ekor, Pasal 4 Ayat (1) Yang dimaksud dengan mendirikan usaha pemeliharaan unggas dilingkungan pemukiman adalah membangun/membuka usaha peternakan baru. Ayat (2) Yang dimaksud dengan pemeliharaan unggas dengan usaha sampingan adalah usaha peternakan unggas dengan populasi ternak ayam ras petelur < 10.000 ekor atau peternakan ayam ras pedaging dengan populasi < 15.000 ekor/siklus, atau peternakan itik dan ayam lokal dengan populasi < 20.000 ekor atau peternakan burung hias dengan populasi < 100 ekor; Pasal 5 Ayat (1) Unggas kepentingan penelitian dan pendidikan adalah berbagai jenis unggas yang dipelihara dan dimiliki lembaga penelitian/pendidikan untuk keperluan penelitian dan pendidikan. Yang dimaksud dengan pemeliharaan unggas tujuan Konservasi adalah pemeliharaan berbagai jenis unggas yang dilindungi undang- undang dan dipelihara baik oleh perorangan maupun lembaga tertentu dengan tujuan konservasi.

- 16 - Pasal 6 Ayat (1) Yang dimaksud rekomendasi pemasukan adalah surat keterangan persetujuan pemasukan yang diterbitkan oleh dinas yang meliputi: Nama orang/badan hukum, alamat diberi rekomendasi, dengan perincian jenis unggas/ produk asal unggas; jumlah unggas/ produk asal unggas; Daerah asal unggas/ produk asal unggas; alamat tujuan pengiriman unggas/ produk asal unggas; Bandara atau pelabuhan pemasukan, rencana jadwal pemasukan; syarat status kesehatan unggas/ produk asal unggas, serta melaporkan realisasi pemasukan unggas/produk asal unggas yang mempunyai masa berlaku dengan waktu tertentu. Ayat (2) Yang dimaksud rekomendasi pengeluaran adalah surat keterangan persetujuan pengeluaran yang diterbitkan oleh dinas meliputi: Nama orang/badan hukum, alamat diberi rekomendasi, dengan perincian jenis unggas/ produk asal unggas; jumlah unggas/ produk asal unggas; alamat tujuan unggas/ produk asal unggas; Bandara atau pelabuhan pengeluaran, rencana jadwal pengiriman; menerangkan status kesehatan unggas/ produk asal unggas, serta melaporkan realisasi pengiriman unggas/produk asal unggas yang mempunyai masa berlaku waktu tertentu. Ayat (3) Yang dimaksud jalur distribusi adalah jalur yang harus dilalui oleh kendaraan pengangkut unggas yang berasal dari luar Kabupaten Tangerang; Pasal 7 Yang dimaksud lokasi penerima, adalah Rumah Potong Unggas (RPU), Rumah Potong Unggas Skala Kecil, atau Tempat Penampungan Unggas (TPnU), atau Pasar Unggas atau pasar unggas di pasar tradisional atau peternakan, atau tempat pemeliharaan. Pasal 8

- 17 - Pasal 9 Yang dimaksud peternakan yang tidak sedang terjangkit atau paling kurang 30 hari tidak ada kejadian penyakit Flu burung dengan pemeriksaan klinis dan dibuktikan dengan hasil pemeriksaan laboratorium terhadap titer antibodi terhadap penyakit flu burung. Bagi unggas yang divaksinasi harus menunjukkan antibodi protektif sedangkan untuk unggas yang tidak divaksinasi titer antibodi nol. Pasal 10 Yang dimaksud wadah yang mudah dibersihkan adalah keranjang unggas yang terbuat dari bahan pelastik atau logam anti karat, sedangkan wadah yang mudah dimusnahkan adalah terbuat dari kertas karton yang khusus mengangkut anak ayam umur sehari ( Day Old Chick,DOC) dan anak itik umur sehari ( Day Old Duck, DOD) yang pemusnahannya dengan pembakaran dan penguburan. Yang dimaksud Kesejahteraan hewan adalah segala urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak layak terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia. Pasal 11 Ayat (1) Yang dimaksud dengan timbulnya, berjangkitnya dan menularnya penyakit flu burung adalah dari unggas ke unggas, dari unggas ke hewan lainnya dan dari unggas/hewan lainnya ke manusia yang pencegahannya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ayat (2) Yang dimaksud dugaan atau adanya kasus penyakit flu burung atau penyebaran wabah adalah keadaan dimana pada suatu lokasi ditemukan salah satu tanda-tanda penyakit flu burung pada unggas. Dugaan kasus dilaporkan kepada dinas untuk ditindak lanjuti berupa surveilans dengan melakukan penelusuran/pemantauan secara terus menerus keberadaan penyakit flu burung untuk pencegahan penularan ke lokasi baru, dan pemberantasan bagi lokasi tertular.

Ayat ( 3 ) Ayat (4) Ayat (5) - 18 - Yang dimaksud dengan tempat dimana unggas/produk unggas berada adalah disekitar rumah atau tempat tinggal, tempat penjualan, tempat penampungan, tempat pemotongan unggas, serta tempat penjualan produk asal unggas. Yang dimaksud dengan menghindari/mencegah kontak langsung dengan unggas sakit atau mati adalah tidak menjamah unggas sakit atau mati tanpa alat pelindung diri ( masker, kacamata pelindung. Sepatu bot, baju pelindung) Yang dimaksud menjual dan memotong unggas yang sehat adalah memotong dan menjual unggas yang tidak terlihat gejala penyakit. Pasal 12 Ayat (1) Yang dimaksud dengan Pemberantasan penyakit Flu Burung dapat Ayat (2) dilakukan melalui depopulasi dan disposal adalah pemberantasan yang didahului surveilans yaitu dengan melakukan penelusuran/pemantauan secara terus menerus keberadaan penyakit flu burung. Tindakan depopulasi dilakukan terhadap: 1) Ternak unggas yang tertular dengan diagnosa flu burung secara klinis, bagi Unggas yang berada pada peternakan tertular baru, didasarkan pada isolasi virus secara Laboratorik. 2) Unggas yang sakit /tertular Flu Burung dan atau Unggas sehat yang berada dalam lokasi yang sama dengan ternak unggas yang sakit atau tertular dengan radius yang dipertimbangkan berdasarkan pola sebaran ternak unggas. 3) Unggas yang direkomendasikan untuk dimusnahkan adalah unggas yang harus dimusnahkan melalui pertimbangan tertentu dan diputuskan oleh dokter hewan berwenang. Tata cara Depopulasi yaitu dengan memotong/menyembelih unggas yang berada dilokasi peternakan, menyiapkan lubang galian dikawasan yang jauh dari rumah, kemudian unggas yang telah disembelih tersebut dimasukan kedalam lubang dengan kedalaman minimal 50 cm di bawah permukaan tanah, bersama seluruh bahan maupun peralatan yang terkontaminasi termasuk pakaian pelindung

- 19 - yang telah digunakan, kemudian ditaburi kapur tohor, dan dibakar atau dikubur Pasal 13 Pasal 14 Yang dimaksud dengan surveilans epidemiologi adalah: 1). Surveilans aktif dengan melakukan surveilans Influenza Like Illness (ILI); 2). Surveilans pasif dengan menggunakan sistem pelaporan surveilans yang sudah ada berupa Laporan Inpeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), Pneumonia, influenza melalui laporan mingguan dan bulanan. 3). Pelaporan adanya penderita atau yang diduga penyakit Flu Burung. Pasal 15 Ayat (1) Yang dimaksud dengan Pembinaan terhadap pemeliharaan unggas dan pengendalian penyakit flu burung adalah bimbingan teknis tata cara pemeliharaan unggas yang baik ( Good Farming Practice, GFP). Ayat (2) Yang dimaksud dengan instansi terkait antara lain: dinas yang membidangi kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, dinas yang membidangi pengaturan rencana umum tataruang, Satuan Polisi Pamong Praja, kecamatan, pemerintahan desa/kelurahan Pasal 16 Ayat (1) Yang dimaksud dengan pengawasan secara berkala adalah pengawasan terhadap teknis budidaya, persyaratan higienis dan sanitasi lingkungan, pelaksanaan tindakan biosekuriti dan penanganan terhadap kesehatan hewan/kesehatan masyarakat veteriner yang dilaksanakan secara berkala setiap tiga (3) bulan sekali, kecuali jika ditemukan adanya kasus. Ayat (2)

- 20 - Pasal 17 Ayat (1) Yang dimaksud memberikan informasi kematian unggas kepada petugas adalah melaporkan kejadian kematian unggas kepada petugas dinas pertanian dan peternakan sesegera mungkin atau ke pelaksana teknis kecamatan, atau paramedik veteriner atau petugas surveilans flu burung. Ayat (2) Yang dimaksud menyebarluaskan informasi tentang flu burung adalah menyebarluaskan informasi mengenai tatacara penanggulangan flu burung dengan Pola Hidup Sehat sesuai tata cara pemeliharaan unggas yang baik ( Good Farming Practice, GFP ). Pasal 18 Ayat (1) Bagi peternakan yang memelihara unggas dengan tujuan komersil maka harus secara aktif melaporkan kejadian penyakit serta tatacara penanganan penyakit unggas Ayat (3) Bagi pemelihara unggas dengan tujuan sampingan pembinaan dan pengawasannya dilakukan secara berkala oleh dinas dan kewajiban melaporkan kasus penyakit dilaksanakan jika ada kejadian kasus yang diduga penyakit menular. Ayat (4) Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Ayat (1) Yang dimaksud terjadi keberatan dari masyarakat adalah pernyataan tertulis dari masyarakat yang menerangkan hal-hal yang ditimbulkan akibat adanya pemeliharaan unggas atau tempat penampungan unggas atau tempat pemotongan unggas kepada dinas Pertanian dan Peternakan.

- 21 - Ayat (2) Cukup Jelas Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH NOMOR 0709 TAHUN 2009