BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65 75% dari berat badan manusia dewasa terdiri dari air. Menurut ilmu kesehatan setiap orang memerlukan air minum sebanyak 2,5 3 liter setiap hari termasuk air yang berada dalam makanan. Manusia bisa bertahan hidup 2 3 minggu tanpa makan, tapi hanya 2 3 hari tampa air minum. Secara global kuantitas sumberdaya air di bumi relatif tetap, sedangkan kualitasnya makin hari makin menurun. Secara kuantitas air di bumi ini cukup melimpah, namun sebagian besar berupa air asin di samudera. Dari sekitar 1.386 juta km 3 air yang ada di bumi, sekitar juta km 3 (2,53%) berupa air tawar di daratan, dan sisanya dalam bentuk gas/ uap. Jumlah air tawar tersebut sebagian besar (69%) berupa gumpalan es dan glasir yang terperangkap di daerah kutub, sekitar 30% berupa air tanah, dan hanya sekitar 1% terdapat dalam sungai, danau dan waduk. Jumlah air lepasan dari semua sungai diperkirakan sebesar 44.500 km 3. Sebagian besar air tawar digunakan untuk mengairi daerah irigasi yang diperkirakan seluas 210 juta ha yang tersebar di seluruh dunia. Luas lahan ini akan bertambah terus, khususnya di benua Asia, hingga akan mencapai 450 juta hektar. Teknologi pertanian belum mampu mengurangi kebutuhan tanaman akan air, kenyataan bahwa diperlukan 400 500 liter air untuk memproduksi
1 kilogram bahan organik kering, sementara untuk memproduksi 1 kg beras diperlukan 1 2 m 3 air. Selain tanaman, manusia dan binatang juga memerlukan air dengan kualitas yang baik dan kuantitas yang cukup (Suripin, 2002). Pencemaran air pada saat ini sudah sangat besar dan peningkatannya relatif tinggi, hal ini dapat dilihat dari berbagai sungai yang ada di Sumatera, khususnya di daerah langkat seperti kondisi aliran sungai Belengking di kawasan Banbuan/Bantenan Kecamatan Stabat yang bermuara ke sungai Kapal Keruk Kecamatan Secanggang. Secara kasat mata saja warga bisa melihat bahwa air sungai Kapal Keruk tidak sejernih dahulu, selama beberapa bulan terakhir ini, air sungai yang semula jernih menjadi berwarna hitam bila dilihat dari arah timur sungai dan berwarna normal menguning bila dilihat dari arah utara serta mengeluarkan aroma yang tidak sedap (Waspada 27 Maret 2009). Masyarakat yang berdiam di daerah aliran sungai (DAS) Kapal keruk yang umumnya menggunakan air sungai itu untuk keperluan mandi dan mencuci. Namun setelah terjadi pencemaran, air sungai itu digunakan untuk perikanan dan pertanian. Pencemaran yang terjadi di sungai Kapal keruk hingga kini belum di ketahui asal usulnya. Tetapi masyarakat menduga berasal dari pabrik gula yang berada disekitar sungai tersebut. Tebu adalah bahan baku dalam pembuatan gula (gula kristal putih), white sugar plantation di pabrik gula. Tahap pertama pengolahan gula adalah ekstraksi sari tebu atau nira. Cairan tebu manis dikeluarkan, dan serat tebu dipisahkan, untuk selanjutnya digunakan di mesin pemanas (boiler). Nira yang dihasilkan masih berupa cairan yang kotor. Nira yang kotor dibersihkan dengan pengedapan menggunakan kapur (Liming).
Nira dipanaskan lalu dicampur kapur yang berupa kalsium hidroksida kemudian dimasukkan kedalam tangki pengendapan gravitasi, sebuah tangki penjernih (clarifier). Nira mengalir melalui clarifier dengan kelajuan yang rendah sehingga padatan dapat mengendap dan sari tebu yang keluar merupakan sari tebu yang jernih. Kemudian Nira dikentalkan dengan menguapkan air menggunakan uap panas yang dinamakan evaporasi. Selanjutnya nira kental ditempatkan kedalam panci yang sangat besar untuk didihkan dan dilakukan kristalisasi. Gula yang dihasilkan berupa gula kasar, yang biasanya dimurnikan lebih lanjut dengan afinasi, karbonatasi, sulfitasi (www.sucrose.com). Dalam proses produksi gula setiap musim giling (setahun) dari tanaman tebu yang diproses sampai menjadi gula kasar atau gula murni hingga mempunyai nilai jual yang tinggi, memiliki hasil samping produk berupa limbah cair yang berasal dari air pendingin kondensor baromatik, air pendingin, air proses dari pencucian pada penghilangan warna, pencucian endapan saringan tekan, dan air cuci peralatan pabrik. Limbah cair ditampung dan diendapkan dalam beberapa buah kolam biasanya sampai lima kolam, kolam pertama menampung limbah dari pabrik, dan kolom terakhir merupakan penampung limbah yang dianggap telah aman bagi lingkungan dan selanjutnya di buang ke perairan umum. Limbah cair pabrik gula tebu merupakan hasil dari proses kristalisasi gula tebu yang diantaranya menggunakan belerang (S), melalui penguapan bertingkat pada proses sulfitasi yang akan menyebabkan limbah cair mengandung sulfida. Tawas (aluminium sulfat) merupakan bahan koagulan yang sering digunakan di pengolahan air minum ataupun pada air buangan domestik dan industri, ini
disebabkan karena tawas dapat mengurangi konsentrasi warna, bau, kekeruhan. Disamping itu tawas paling ekonomis, mudah diperoleh dipasaran dan mudah penyimpanan. Pemakaian tawas yang berlebih mengakibatkan kandungan aluminium meningkat dalam air sungai. Aluminium adalah logam yang jika berlebihan akan menggangu kesehatan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 20 tahun 1990 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air bahwa kadar maksimum untuk air kelas I logam aluminium (Al) 0,2 mg/l. Untuk mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan mengamati parameter kimia, fisika, biologi, seperti uji oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen biokimia (BOD), kebutuhan oksigen kimia (COD), partikel tersuspensi, sulfida, ph, bau rasa dan kekeruhan (Nur Azman, 2006). Pembuangan bahan kimia maupun pencemar lain kedalam air akan mempengaruhi kehidupan dalam air. Pada air sungai yang telah tercemar ini akan mengalami penurunan terutama dari segi kualitas air. Dan tentunya hal ini akan membahayakan baik untuk konsumsi maupun untuk biota air seperti ikan. Atas dasar tersebut di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui kandungan logam aluminium, sulfida, BOD, COD, total padatan tersuspensi (TSS), dan ph pada air sungai Kapal keruk.
1. 2. Permasalahan Permasalahan yang di bahas dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah air sungai Kapal Keruk sudah mengalami pencemaran dibandingkan dengan baku mutu? 2. Apakah bahan yang menjadi sumber penyebab pencemaran air sungai Kapal Keruk ada kaitannya dengan limbah dari pabrik gula tebu? 1. 3. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini parameter yang diukur adalah Aluminium, Sulfida, BOD, COD, TSS, dan ph dari limbah cair pabrik Gula yang berasal dari IPAL dan dari air sungai Kapal Keruk. 1. 4. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan : 1. Untuk mengetahui tingkat pencemaran yang telah terjadi di Sungai Kapal Keruk. 2. Untuk mengetahui ada kaitan pencemaran Sungai Kapal keruk dengan limbah pabrik gula. 1. 5. Manfaat Penelitian Hasil yang diperoleh dari penelitian diharapkan bermanfaat sebagai bahan informasi tentang kualitas air sungai Kapal keruk bagi masyarakat terutama yang bermukim di pinggiran aliran sungai.
1. 6. Metodologi Penelitian 1. Jenis penelitian ini adalah eksperimen laboratorium. 2. Pengambilan Sampel diambil pada empat titik lokasi yang berbeda. Titik pertama sampel diambil dari Outlet limbah dari kolam IV ke sawah, titik ke dua dari hulu sungai Kapal Keruk, titik ketiga dari pertemuan limbah ke badan sungai dan titik ke empat dari hilir sungai Kapal Keruk. Sampel air sungai diawetkan terlebih dahulu dengan penambahan HNO 3 pekat dengan berpedoman pada Standart Nasional Indonesia (SNI) 06-6989.36-2005 dan dianalisis kadar Al dengan menggunakan Spektrofotometer Atom (SSA), analisis padatan tersuspensi (TSS) secara gravimetri sesuai SNI 06-6989.3-2004, analisis ph dengan ph meter sesuai SNI 06-6989.11-2004, analisis BOD secara modefikasi Winkler berdasarkan SNI 06-2503-1991, analisis COD secara titrimetri sesuai SNI 19-4234-1989, analisis sulfida dengan metode Metilen Biru menggunakan spektrofotometer sesuai SNI 19-7117.7-2005. 1. 7. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Laboratorium Uji Mutu (Lembaga Penelitian USU), sampel diambil dari Unit Pengolahan limbah cair Pabrik Gula PT. Perkebunan Nusantara II Kuala Madu-Langkat.