BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Q.S. At-Tin/95: 5). 1

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan dijadikan sebagai dasar manusia untuk. yang timbul dalam diri manusia. Pembelajaran matematika

BAB I PENDAHULUAN. kegelapan, kebodohan serta pencerahan pengetahuan. 3. merupakan kebutuhan yang mutlak yang harus dikembangkan dan dikelola

BAB I PENDAHULUAN. persoalan baru untuk diselesaikan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES DI SD MUHAMMADIYAH 9 MALANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang Republik Indonesia tahun 2003, Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogiek. Pais artinya anak, gogos artinya

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. ada harus dapat mengoptimalkan fungsi mereka sebagai agen of change. sekaligus pembimbing bagi pendidikan moral peserta didiknya.

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti perkembangan tersebut. Berdasarkan perkembangan tersebut, baik

ANALISIS MULTIPLE INTELLEGENCES PADA BUKU SISWA KURIKULUM 2013 KELAS IV SD

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. yang demokratis serta bertanggung jawab. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

PEMBELAJARAN DI TK AL AZHAR SOLO BARU DITINJAU DARI SUDUT PANDANG MULTIPLE INTELLIGENCES SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk diperoleh anak-anak ataupun

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, bahkan tidak hanya penting melainkan masalah pendidikan itu tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Grenita, 2013

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek yang mempunyai peranan yang sangat

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SISWA KELAS XI.MIPA.2 SMA NEGERI 1 MAGETAN

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika HANAFI A

NASKAH PUBLIKASI. SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sifat konstruktif dalam hidup manusia. Karena itulah kita dituntut untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan

EKSPERIMENTASI ALAT PERAGA SIMETRI LIPAT DAN SIMETRI PUTAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI RESPON SISWA

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang terjadi ternyata menampakkan andalan pada. kemampuan sumber daya manusia yang berkualitas, melebihi potensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang telah dituangkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul sehingga nantinya akan

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk mencerdaskan dan memanusiakan manusia. pendidikan sebab manusia bukan termasuk makhluk instintif. 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dibutuhkan oleh semua orang. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. orang bisa menjadi apa yang dia inginkan serta dengan pendidikan pula

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu tempat untuk mengembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau

BAB I PENDAHULUAN. berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan

PROFIL PEMECAHAN MASALAH SPLDV DENGAN LANGKAH POLYA DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS MATEMATIS SISWA

A. LATAR BELAKANG MASALAH

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengimbangi perkembangan tersebut dituntut adanya manusia-manusia

BAB I PENDAHULUAN. No. Daftar 1 : 185/S/PGSD-Reg/8/Agustus/2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan penyajian data dan hasil analisis data, maka pada bab ini akan. Tabel 5.1 Rekapitulasi Hasil Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES DI LEMBAGA PENDIDIKAN MUTIARA ILMU PANDAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KREATIVITAS DALAM BELAJAR EKONOMI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VII SMP N 2 GATAK SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kelangsungan hidup manusia akan berjalan dengan lancar dan optimal.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan sebagaimana dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui (learning to know), belajar berbuat (learning to do), belajar

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi kemanusiaanya. Potensi kemanusiaan. merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia yang baik dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci

BAB I PENDAHULUAN Secara sederhana Flavell mengartikan metakognisi sebagai knowing

BAB I PENDAHULUAN. sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini telah menjadi perhatian yang sangat besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-

TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI. Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Anak Usia Dini.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II PADA POKOK BAHASAN SEGIEMPAT DITINJAU DARI POLA BELAJAR SISWA KELAS VII SEMESTER 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

Oleh : Muhammad Abdul Wahid A

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat pembudayaan dan peningkatan kualitasnya.1 Pendidikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. satu sektor penting dan dominan dalam menentukan maju mundurnya suatu

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. 1 Pasal 3 UU No. 20 tahun 2003 juga menyebutkan bahwasannya tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2 Pendidikan Agama Islam di sekolah memegang peranan yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu pendidikan agama Islam di Indonesia dimasukkan ke dalam kurikulum nasional yang wajib diikuti oleh semua anak didik mulai dari SD sampai Perguruan Tinggi. 3 Pendapat Towaf tentang adanya kelemahan-kelemahan pendidikan agama Islam di sekolah telah dikutip Muhaimin dalam bukunya yang berjudul 1 A. Soedomo Hadi, Pendidikan; Suatu Pengantar (Surakarta: LPP UNS dan UNS Press, 2008), hal. 1. 2 Tujuan Pendidikan Indonesia, diakses pada tanggal 8 Maret 2014 dari http://tujuanpendidikan.com/ 3 Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (rev. ed; Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 139. 1

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, antara lain: (1) pendekatan masih cenderung normatif; (2) guru PAI kurang berupaya menggali berbagai metode yang mungkin bisa di pakai untuk pendidikan agama, sehingga pelaksanaan pembelajaran cenderung monoton; (3) keterbatasan sarana/prasarana, sehingga pengelolaan cenderung seadanya. 4 Fenomena yang telah diuraikan di atas, dapat dipahami bahwa berbagai kritik yang sekaligus menjadi kelemahan dari pelaksanaan pendidikan agama lebih banyak bermuara pada aspek metodologi pembelajaran PAI dan orientasinya yang lebih bersifat normatif, teoritis dan kognitif, termasuk didalamnya aspek guru yang kurang mampu mengaitkan dan berinteraksi dengan mata pelajaran dan guru non-pendidikan agama. Abdul Halim Fathani menyatakan bahwa, dalam dunia pendidikan kecerdasan memiliki tempat yang sangat penting, namun seringkali kecerdasan ini dipahami secara parsial oleh sebagian kaum pendidik. 5 Strategi pembelajaran yang dilaksanakan selama ini masih bersifat massal, yang memberikan perlakuan dan layanan pendidikan yang sama kepada semua peserta didik. Padahal mereka memiliki perbedaan pada tingkat kecakapan, kecerdasan, minat, bakat dan kreativitasnya. Strategi pelayanan pendidikan seperti ini memang tepat dalam hal pemerataan kepernahan, namun kurang mendukung dalam upaya mengoptimalkan potensi peserta didik secara cepat. Thomas Armstrong dalam bukunya Sekolah Para Juara juga mendeskripsikan model pembelajaran klasik yang antara lain memunculkan 4 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam; di Sekolah, Madrasah, dan Perguruan Tinggi (rev. ed.; Jakarta, 2012), hal. 25. 5 Abdul Halim Fathani, Strategi Pembelajaran Matematika Berbasis Multiple Intelligences,di akses pada tanggal 24 Februari 2014 dari http://anwarbey.wordpress.com/2010/08/07/15/ 2

asumsi-asumsi: Pertama, para guru cenderung memisahkan atau memberikan identifikasi kepada para muridnya sebagai murid-murid yang pandai di satu sisi, dan murid-murid yang bodoh di sisi lain. Kedua, suasana kelas cenderung monoton dan membosankan. Hal ini dikarenakan para guru biasanya hanya bertumpu pada satu atau dua jenis kecerdasan dalam mengajar, yaitu cerdas berbahasa dan cerdas logika. Ketiga, mungkin seorang guru agak sulit dalam membangkitkan minat atau gairah murid-muridnya karena proses pembelajaran yang kurang kreatif. 6 Selain itu, proses pembelajaran yang berlangsung di kelas banyak ditemukan beberapa fenomena negatif yang dialami peserta didik maupun pendidik. Hal ini telah disampaikan Munif Chatib dalam bukunya yang berjudul Sekolah Manusia bahwasannya banyak siswa yang mengalami kebingungan dalam menerima pelajaran karena tidak mampu mencerna materi yang diberikan oleh guru. Ternyata banyaknya kegagalan siswa mencerna informasi dari gurunya disebabkan oleh ketidaksesuaian gaya mengajar guru dengan gaya belajar siswa. Sebaliknya, apabila gaya mengajar guru sesuai dengan gaya belajar siswa, semua pelajaran akan terasa sangat mudah dan menyenangkan. 7 Uraian di atas menjelaskan bahwasannya setiap orang memiliki gaya belajar yang unik dan bervariasi. Penentuan gaya belajar yang baik dan benar tersebut tidak ada patokan yang pasti. Demikian pula halnya anggapan terhadap siswa, bahwa tidak ada siswa yang bodoh. Karena setiap individu 6 Thomas Armstrong, Sekolah Para Juara; Menerapkan Multiple Intellegences (Kecerdasan Majemuk) di Dunia Pendidikan. Terj. Yudhi Murtanto (Bandung: Kaifa, 2004), hal: viii-ix. 7 Munif Chatib, Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia (rev. ed.; Bandung: Kaifa, 2012), hal. 100. 3

secara potensial pasti berbakat. Setiap individu mempunyai perbedaan mulai dari perbedaan fisik, pola berpikir, dan cara merespon atau mempelajari halhal baru. Sesuai dengan masalah pokok tersebut serta memperhatikan isu dan tantangan masa kini dan kecenderungan di masa depan, maka dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan untuk mengatasi persoalan serta menghadapi tantangan itu, perlu diciptakan pendidikan yang unggul yaitu pendidikan yang dapat mengembangkan potensi dan kapasitas peserta didik secara optimal. Memperhatikan hal tersebut, masalah peningkatan SDM merupakan prioritas utama. Maka dari itu, diperlukan adanya pendekatan layanan pendidikan yang mempertimbangkan bakat, minat dan kemampuan serta kecerdasan peserta didik. 8 Pembelajaran tradisional yang banyak digunakan guru agama Islam selama ini cenderung monoton, tekstual dan statis, sehingga siswa kehilangan kreativitasnya dalam belajar. Hal ini disebabkan guru berperan lebih aktif sedangkan siswa hanya sebagai objek yang pasif. Pembelajaran konvensional dirasa kurang efektif dalam meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa. Atas dasar itu, perlu dicarikan solusi baru dalam pembelajaran PAI. Salah satu alternatif pembelajaran untuk meningkatkan kreativitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI adalah implementasi pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk. 8 Munif Chatib, Sekolahnya Manusia, Ibid., hal. 3. 4

Teori kecerdasan majemuk (multiple intelligences) diperkenalkan pada tahun 1983 oleh Howard Gardner, guru besar di bidang psikologi dan pendidikan dari Harvard University. Gardner menyebutkan bahwa inteligensi bukanlah suatu kesatuan tunggal yang bisa diukur secara sederhana dengan tes IQ. Kecerdasan dapat ditingkatkan dan berkembang sepanjang sejarah hidup seseorang. 9 Melalui paparan di atas, tampak bahwa pendidikan berperan dalam mengembangkan kecerdasan peserta didik. Kecerdasan tidak statis tetapi kecerdasan dapat berkembang melalui kebiasaan yakni perilaku yang diulangulang. Menurut Gunawan, dalam bukunya Genius Learning Strategy, menyatakan beberapa pendekatan yang paling sering digunakan saat ini, yaitu: 1. Pendekatan berdasarkan preferensi sensori (visual, auditorial dan kinestetik). 2. Profil kecerdasan yang dikembangkan oleh Howard Gardner. Menurutnya, manusia mempunyai delapan kecerdasan. Diantaranya adalah kecerdasan linguistik, kecerdasan matematis logis, kecerdasan visual spasial, kecerdasan natural, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan kinestetik. 3. Preferensi kognitif, dikembangkan oleh Dr. Anthony Gregorc. Gregorc membagi kemampuan mental menjadi empat kategori yaitu konkret-sekuensial, abstrak-sekuensial, konkret-acak dan abstrak-acak. 10 Ketiga pendekatan tersebut, maka dalam penulisan skripsi ini penulis hanya akan membatasi pembahasan pada proses pembelajaran yang 9 Justinus Reza Prasetyo, Yeny Andriani, Multiply Your Multiple intelligences; Melatih 8 Kecerdasan Majemuk pada Anak dan Dewasa (Yogyakarta: Andi, 2009), hal. 1. 10 Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), hlm. 142. 5

menggunakan pendekatan berdasarkan profil kecerdasan, dengan fokus penelitian terhadap guru dan murid kelas satu Sekolah Dasar (SD) pada mata pelajaran PAI. Berdasarkan pemaparan fenomena di atas, penentuan lokasi penelitian di SD Muhammadiyah 9 Malang berdasarkan hasil pengamatan. Pertama, sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah di Malang yang menerapkan strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan berdasarkan profil kecerdasan (multiple intellegences). Kedua, sekolah ini juga menerapkan sistem pendidikan terpadu berbasis karakter Islami, yaitu memadukan pengembangan intelektual, emosional, sosial, dan spiritual. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa SD Muhammadiyah 9 sebagai sekolah yang telah dipercaya sepenuhnya untuk menghantarkan murid-muridnya menuju keberhasilan, dengan berbagai macam kecerdasan yang dimiliki oleh murid, sehingga nantinya dengan berbagai macam karakteristik kecerdasan tersebut murid dapat maksimal dalam belajar. Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian terhadap permasalahan tersebut, yang kemudian diangkat menjadi tema dalam penulisan skripsi dengan judul Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Multiple Intelligences di SD Muhammadiyah 9 Malang. 6

B. Rumusan Masalah Mengacu pada paparan di atas, maka dirumuskan beberapa masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana implementasi pembelajaran PAI berbasis multiple intelligences di SD Muhammadiyah 9 Malang? 2. Apa kompetensi/skill yang harus dimiliki guru PAI dalam pembelajaran berbasis multiple intelligences di SD Muhammadiyah 9 Malang? 3. Apa saja perangkat yang dibutuhkan guru dalam pembelajaran PAI berbasis multiple intelligences di SD Muhammadiyah 9 Malang? C. Tujuan Penelitian Berangkat dari rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan implementasi pembelajaran PAI berbasis multiple intelligences di SD Muhammadiyah 9 Malang. 2. Menganalisis kompetensi/skill yang harus dimiliki guru PAI dalam pembelajaran PAI berbasis multiple intelligences di SD Muhammadiyah 9 Malang. 3. Mengidentifikasi perangkat-perangkat yang dibutuhkan guru dalam pembelajaran PAI berbasis multiple intelligences di SD Muhammadiyah 9 Malang. 7

D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan setidaknya memiliki dua manfaat, yakni: 1. Manfaat teoritis a. Guna menambah wawasan bagi penulis sendiri dan bagi masyarakat khususnya civitas akademika. b. Memperkaya khazanah keilmuan tentang penerapan pembelajaran PAI berbasis multiple inteligences c. Memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. 2. Manfaat praktis a. Sebagai informasi berharga bagi para praktisi pendidikan maupun lembaga-lembaga terkait dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. b. untuk memberikan kontribusi pemikiran khususnya bagi para guru Pendidikan Agama Islam atau pengelola pendidikan lainnya dalam memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang lebih efektif. E. Batasan Istilah 1. Implementasi Implementasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan. 11 Implementasi dapat dikatakan suatu tindakan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaaan sudah dianggap fix. 11 Kamus Bahasa Indonesia Online, diakses pada tanggal 7 Maret 2014, dari http://kamusbahasaindonesia.org/implementasi/mirip. 8

Kata implementasi dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai pelaksanaan dari proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang berbasis multiple intelligences. Serta berkaitan dengan proses dan strategi yang digunakan guru dalam pembelajaran, tahapan-tahapan, cara/teknis guru mengajar berbasis multiple intelligences, proses berlangsungnya belajar mengajar yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, tindak lanjut dan program-program lain yang relevan. 2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pembelajaran dalam suatu definisi dipandang sebagai upaya mempengaruhi siswa agar belajar, atau secara singkat dapat dikatakan bahwa pembelajaran sebagai upaya membelajarkan siswa. 12 Sedangkan Pendidikan Agama Islam menurut Chabib Toha adalah sebutan yang diberikan pada salah satu subyek pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa muslim dalam menyelesaikan pendidikannya dalam tingkat tertentu. 13 Adapun yang dimaksud Pendidikan Agama Islam dalam penelitian ini adalah salah satu mata pelajaran wajib yang harus ditempuh oleh siswa-siswi SD Muhammadiyah 9 Malang. Pembelajaran pendidikan agama Islam dalam penelitian ini fokus pada bagaimana membelajarkan peserta didik bukan pada apa yang dipelajari peserta didik dan usaha sadar yang dilakukan pendidik untuk mengajarkan dan 12 Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008) hal. v. 13 Chabib Toha, dkk, Metodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hal.4. 9

mendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 3. Berbasis Multiple Intelligences Multilple Inteligences sering disebut kecerdasan majemuk. Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Howard Gardner. Menurutnya kecerdasan seseorang meliputi unsur-unsur kecerdasan matematika logika, kecerdasan bahasa, kecerdasan musikal, visual spasial, kinestetis, interpersonal, intrapersonal, naturalis dan eksistensial. 14 Kata multiple intelligences dalam penelitian ini bukan merupakan kurikulum, namun lebih kepada strategi pembelajaran berupa rangkaian aktivitas pembelajaran yang mengacu pada teori-teori multiple intelligences serta merujuk pada indikator hasil belajar yang sudah ditentukan dalam silabus. F. Penelitian Terdahulu Penelitian yang membahas tentang teori kecerdasan antara lain penelitian skripsi yang dilakukan oleh Salim Haddar mahasiswa jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Malang dengan judul penelitian Penerapan Konsep multiple intelligences dalam Mewujudkan Sekolah Unggul. Skripsi ini membahas tentang penerapan konsep multiple intelligences di sekolah yang dahulunya sedikit terbelakang dan bermutu rendah menjadi sekolah yang 14 Paul Suparno, Teori Inteligensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah, (Yogyakarta: Kanisius, 2004) hal. 19. 10

unggul dan mendapat kepercayaan masyarakat setelah menerapkan konsep kecerdasan majemuk. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: desain dan implementasi konsep penerapan multiple intelligences di sekolah ini meliputi tiga tahap penting yaitu input, proses dan output. Serta teknis pelaksanaan evaluasi terbagi menjadi tiga tahap yaitu: konsultasi lesson plan, observasi kelas dan feed back. 15 Perbedaan dengan skripsi di atas adalah wilayah dari penelitian tersebut. Sama-sama memakai konsep multiple intelligences namun berbeda pada obyek yang diteliti. Sedangkan penelitian ini lebih dikhususkan kepada proses pembelajaran PAI yang berbasis multiple intelligences di kelas saja. Selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Lailatul Badriyah mahasiswi Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah UIN Malang dengan judul penelitian Aplikasi Teori multiple intelligences dengan Pendekatan kooperatif dan Proyek Terbuka dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran PAI Siswa Kelas VII B SMP Al-Munawwaroh Sudimoro Bululawang. Skripsi ini membahas tentang penerapan teori multiple intelligences dengan pendekatan kooperatif dan proyek terbuka untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran PAI di sekolah tersebut yang monoton menggunakan metode ceramah, sehingga semangat dan prestasi siswa tidak meningkat. Setelah itu Badriyah melihat hasil dari penerapan teori tersebut apakah ada peningkatan atau tidak. Selain itu banyak membahas persoalan-persoalan 15 Salam Haddar, Penerapan Konsep Multiple Intelligences dalam Mewujudkan Sekolah Unggul (Studi Kasus di SD YIMA Islamic School Bondowoso (Skripsi Sarjanah Pendidikan Agama Islam UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang 2010). 11

yang dihadapi ketika menerapkan metode pembelajaran baru. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa penggunaan teori multiple intelligences dengan pendekatan proyek terbuka (belajar model jigsaw) efektif untuk meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran PAI di sekolah tersebut. 16 Perbedaan dengan skripsi tersebut adalah bahwa penelitian ini menggunakan banyak pendekatan serta berbagai macam metode yang disesuaikan dengan kecerdasan unik yang dimiliki setiap siswanya, sedangkan skripsi di atas hanya menggunakan pendekatan tertentu kepada siswa yang belum diidentifikasi jenis kecerdasannya. Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya seperti yang telah dikaji di atas. Penelitian ini membahas bagaimana pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah umum dengan mempraktikkan teori-teori multiple intelligences (kecerdasan majemuk) tersebut dalam bentuk metode pembelajaran. G. Sistematika Penulisan Skripsi Sistematika penulisan diperlukan dalam rangka mengarahkan tulisan agar runtut, sistematis dan mengerucut pada pokok permasalahan, sehingga memudahkan pembaca untuk memahami kandungan suatu karya ilmiah. Adapun sistematika penulisan ini dibagi menjadi lima bab yaitu: Bab pertama adalah pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan istilah, penelitian 16 Lailatul Badriyah, Aplikasi Teori Multiple Intelligences dengan Pendekatan Kooperatif dan Proyek Terbuka dalam Meningkatkan Prestasi belajar Mata Pelajaran PAI Siswa Kelas VII B SMP Al-Munawwariyah Sudimoro Bululawang Malang (Skripsi Sarjanah Pendidikan Agama Islam UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang 2007). 12

terdahulu dan sistematika penulisan yang merupakan gambaran secara umum dari penelitian ini. Bab kedua, membahas tentang kajian pustaka yang berkaitan dengan penerapan konsep multiple intelligence dalam pembelajaran PAI sekolah dasar, yang mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut : Pengertian, dasar-dasar dan tujuan pelaksanaan PAI, tugas peranan dan kompetensi guru di sekolah, konsep multiple intelligence, aktivitas dan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligence. Bab ketiga, berbicara seputar metodologi penelitian, diantaranya jenis penelitian, tempat penelitian, informan penelitian, metode pengumpulan data, dan analisis data. Bab keempat, merupakan hasil penelitian yang menjawab dari rumusan masalah, latar belakang obyek penelitian serta hasil penelitian yang didapatkan selama proses penelitian berlangsung. Bab kelima, kesimpulan, Saran-saran, dan penutup. 13