BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi bidang ekonomi, teknologi, politik dan budaya serta bidang-bidang lain

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan akhir-akhir

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan fungsi mental berupa frustasi, defisit perawatan diri, menarik diri

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Gangguan jiwa adalah sebuah penyakit dengan. manifestasi dan atau ketidakmampuan psikologis atau perilaku yang

Rakhma Nora Ika Susiana *) Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam pernikahan,

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa dapat dilakukan perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan ini sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan jiwa seseorang. yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan jumlah penderita gangguan jiwa (Nurdwiyanti,2008),

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa setiap

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. dikenali meliputi kausa pada area organobiologis, area psikoedukatif, dan area sosiokultural.

BAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini kemajuan yang pesat dalam berbagai bidang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan di zaman global seperti sekarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. melainkan mengandung berbagai karakteristik yang positif yang. mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. Menurut data WHO pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kurang baik ataupun sakit. Kesehatan adalah kunci utama keadaan

BAB I PENDAHULUAN. juga menimbulkan dampak negatif terutama dalam lingkungan sosial. Gangguan jiwa menjadi masalah serius di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya distress ( tidak nyaman, tidak tentram dan rasa nyeri ), disabilitas

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang menjadi pintu layanan terdepan dalam. hubungan dengan masyarakat adalah di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. juga dengan masyarakat (Maslim, 2002 ; Maramis, 2010). masalah yang mesti dihadapi, baik menggunakan fisik ataupun psikologig

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya sekedar bebas dari

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. faktor peningkatan permasalahan kesehatan fisik dan juga masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan besar karena komunikasi 1. Oleh sebab itu komunikasi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN GANGGUAN JIWA : PERILAKU KEKERASAN DI BANGSAL SEMBADRA RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Bp. J DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 10,67 juta orang (8,61 % dari seluruh penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan sematamata

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

BAB 1 PENDAHULUAN. serta perhatian dari seluruh masyarakat. Beban penyakit atau burden of disease

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan sosial yang terlihat dari

BAB I PENDAHULUAN. dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan individu

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan dalam kehidupan dapat memicu seseorang

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan meningkatnya penderita gangguan jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.

BAB Ι PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Perkembangan pelayanan kesehatan di Indonesia tidak terlepas dari sejarah

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan jiwa adalah proses interpesonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku sehingga menimbulkan penderitaan dan terganggunya fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. lain, kesulitan karena persepsinya terhadap dirinya sendiri (Djamaludin,

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari sudut panang medis. Rentang adaptasi-maladaptasi berasal dari sudut sudut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kemajuan yang pesat dalam berbagai bidang kehidupan manusia yang meliputi bidang ekonomi, teknologi, politik dan budaya serta bidang-bidang lain membawa pengaruh bagi perkembangan manusia itu sendiri. Kehidupan yang semakin sulit dan komplek serta semakin bertambah stresor psikososial akibat budaya masyarakat yang semakin modern, menyebabkan manusia tidak dapat menghindari tekanan-tekanan kehidupan yang mereka alami (Saseno, 2001). Seseorang yang memiliki persepsi yang negatif terhadap stressor atau tekanantekanan, yang mana seseorang tersebut menganggap masalah sebagai sesuatu yang buruk dan hampir semua masalah yang muncul ia anggap negatif akan menuntun seseorang untuk berfikir dan bertindak salah atau melakukan mekanisme koping yang maladaptif disertai tidak adanya support system yang adequate. Maka akan memunculkan akumulasi stressor yang memperburuk keadaan klien. Hal ini menjadi pemicu munculnya harga diri rendah yang akan menjadi stressor internal (Yoseph, 2009). Klien akan makin merasa tidak berdaya dan muncul perilaku depresif dan akhirnya ada niat untuk mencederai diri dan mengakhiri hidup. Harga diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak diterima lingkungan dan gambaran-gambaran negatif tentang dirinya (Barry, 2003), serta merupakan respon maladaptif setelah munculnya stressor sehingga klien menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain maupun komunikasi dengan orang lain (Keliat, 1998). Setelah munculnya harga diri rendah pada klien menimbulkan perilaku depresif sehingga klien menarik diri dari 1

2 lingkungan serta tidak mau berinteraksi dengan orang lain sehingga memunculkan diagnosa gangguan isolasi sosial. Jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia mencapai lebih dari 28 juta orang, dengan kategori gangguan jiwa ringan 11,6 persen dari populasi dan 0,46 persen menderita gangguan jiwa berat (Depkes, 2007). Di kota Malang, Direktur RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat, dr. Eko Susanto Marsoeki SpKJ, menyatakan prevalensi jumlah penderita gangguan jiwa berat rata-rata mencapai tiga jiwa per 1.000 orang dan gangguan jiwa ringan tidak kurang dari 179 jiwa per 1.000 orang (Said, 2008). Menangani pasien gangguan isolasi sosial terdapat tiga terapi yaitu somatoterapi, psikoterapi dan manipulasi lingkungan. Psikoterapi merupakan suatu cara pengobatan terhadap masalah emosional seorang pasien yang dilakukan oleh seseorang yang terlatih dalam hubungan profesional secara suka-rela, dengan maksud hendak menghilangkan, mengubah atau menghambat gejala-gejala yang ada, mengoreksi perilaku yang terganggu dan mengembangkan pertumbuhan kepribadian secara positif (Maramis,1995) Psikoterapi terbagi menjadi dua kelompok besar, yaitu psikoterapi suportif dan psikoterapi genetik-dinamik (Maramis, 1995). Salah satu jenis dari psikoterapi suportif adalah teknik psikokatarsis yang mencakup active listening. Active Listening suatu cara mendengarkan secara aktif ketika klien menceritakan pikiran, perasaan pengalaman, dan persepsinya. Terapis memberikan dorongan jika sikap dan perilaku pasien positif dan mengklarifikasi serta lebih memfokuskan dan mengarahkan pasien ke arah yang lebih baik lagi jika sikap dan perilaku pasien negatif. Hal ini dilakukan dengan sikap yang penuh pengertian dan tidak terlalu banyak memotong pembicaraan pasien. Dalam pelaksanaan active listening tidak hanya mempelajari bahasa verbal seseorang melainkan juga bahasa nonverbal, dengan melakukan pengamatan

3 sikap dan perilaku pasien pada saat menyampaikan masalah atau perasaannya. Pasien dengan gangguan isolasi sosial juga mengalami gangguan afek emosi depresi yang muncul dari faktor internal akan dinilai tingkat depresinya, setelah itu terapis akan membantu pasien dapat mengarahkan mood-nya lebih baik, dapat meningkatkan harga diri, dan klien dapat melihat masalahnya dari segi positif. Diharapkan melalui active listening ini pasien termotivasi, bersemangat dan berani untuk melakukan interaksi sosial dengan baik sehingga menumbuhkan kepribadian yang positif (Suryani, 2006). Proses psikoterapi suportif (Active Listening) berdasarkan Nursing Intervention Classification (NIC) yang terdiri dari 17 intervensi belum banyak diterapkan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan sehari-hari pada pasien gangguan isoasi sosial untuk merubah pola fikir klien yang destruktif, untuk meningkatkan harga diri klien serta klien dapat menerima masalahnya dalam porsi sebenarnya sehingga perasaan tertekan klien teratasi. Pasien yang mengalami depresi, jika tidak segera diberikan penanganan secara tepat pasien akan lebih mengisolasi diri dan sehingga menimbulkan halusinasi pada pasien bahkan pasien dapat melakukan percobaan bunuh diri. Dari hasil studi pendahuluan, berdasarkan rekam medis dan wawancara dengan perawat di ruang Garuda RSJ. Dr. Radjiman Wedyodiningrat Lawang dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2012 terdapat 21 pasien diantaranya 17 pasien dengan diagnosa isolasi sosial. Namun, dari keseluruhan jumah pasien tidak teridentifikasi tingkat depresinya. Terapi yang sering dilakukan di Rumah Sakit yaitu terapi aktifitas kelompok dan terapi obat-obatan. Sedangkan terapi active listening berdasarkan NIC masih belum dilakukan di di ruang Garuda RSJ. Dr. Radjiman Wedyodiningrat Lawang, namun terapi yang melibatkan komunikasi terapiutik interpersonal di Rumah Sakit melakukan eksplorasi perasaan yaitu dengan

4 menanyakan bagaimana perasaan pasien, membenarkan penyataan jika salah dan memerikan dorongan jika benar. Namun hal tersebut masih belum menggnakan standar NIC yang terdiri dari 17 intervensi dan diakukan oleh tenaga medis. Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti ingin mengetahui efektifitas pelaksanaan psikoterapi suportif (Active Listening) berdasarkan NIC terhadap penurunan tingkat depresi pada pasien gangguan isolasi sosial di ruang Garuda dan RSJ. Dr. Radjiman Wedyodiningrat Lawang. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masaah pada penelitian ini sebagai berikut : (1) Bagaimana gambaran pelaksanaan psikoterapi suportif (Active Listening) berdasarkan NIC untuk menurunkan tingkat depresi pada pasien gangguan isolasi sosial di ruang Garuda RSJ Dr. Radjiman Wediyodiningrat Lawang? (2) Bagaimana efektifitas pelaksanaan psikoterapi suportif (Active Listening) berdasarkan NIC terhadap penurunan tingkat depresi pada pasien gangguan isolasi sosial di ruang Garuda RSJ. Dr. Radjiman Wediyodiningrat Lawang? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas psikoterapi suportif (Active Listening) berdasarkan NIC terhadap perubahan tingkat depresi pada pasien gangguan isolasi sosial di ruang Garuda RSJ. Dr. Radjiman Wediyodiningrat Lawang.

5 1.3.2 Tujuan Khusus (1) Mengidentifikasi pelaksanaan psikoterapi suportif (Active Listening) berdasarkan NIC yang akan diberikan kepada pasien isolasi sosial di ruang Garuda RSJ. Dr. Radjiman Wediyodiningrat Lawang. (2) Mengukur tingkat depresi sebelum dan sesudah dilaksanakan psikoterapi suportif (Active Listening) berdasarkan NIC pada pasien gangguan isolasi sosial di ruang Garuda RSJ. Dr. Radjiman Wediyodiningrat Lawang. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Pasien Pasien dapat mengetahui manfaat mengeluarkan isi hati sehingga pasien dapat merasakan bahwa dengan mengeluarkan isi hati dapat memberikan perubahan pada diri pasien. 1.4.2 Bagi Peneliti Memberikan pengetahuan dan memperkaya pengalaman bagi penulis dalam memberikan dan menyusun penatalaksanaan psikoterapi suportif Active Listening berdasarkan NIC terhadap penurunan tingkat depresi pada pasien gangguan isolasi sosial dan sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan akhir pada Program Studi Ilmu Keperawatan di Universitas Muhammadiyah Malang. Serta sebagai aplikasi ilmu atau mata kuliah tentang Keperawatan Jiwa. 1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan Sebagai dokumentasi serta informasi dalam rangka pengembangan pengetahuan mahasiswa mengenai penatalaksanaan psikoterapi suportif Active Listening berdasarkan NIC terhadap penurunan tingkat depresi pada pasien gangguan isolasi sosial.

6 1.4.4 Bagi Perawat Menambah ilmu pengetahuan tentang pelaksanaan psikoterapi suportif Active Listening berdasarkan NIC terhadap penurunan tingkat depresi pada pasien gangguan isolasi sosial serta sebagai acuan untuk tindakan keperawatan selanjutnya. 1.4.5 Bagi Instansi Rumah Sakit Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan saran bagi rumah sakit tentang pemberian intervensi psikoterapi suportif (Active Listening) berdasarkan NIC terhadap penurunan tingkat depresi pada pasien gangguan isolasi sosial dan diharapkan intervensi keperawatan ini dapat diterapkan dirumah sakit. 1.5 Keaslian Penelitian (1) Penelitian Lidwina Banowati (1989) meneliti tentang Psikoterapi Suportif Sebagai Teknik untuk Menurunkan Derajat Depresi dan Ansietas Serta Meningkatkan Semangat Hidup Pasien Hemiparese menyatakan bahwa psikoterapi suportif yang dilakukan pada pasien hemiparese dapat menurunkan derajat depresi dan ansietas, serta meningkatkan semangat hidup yang lebih besar dibandingkan dengan pasien hemiparese yang tidak memperoleh psikoterapi suportif. (2) Penelitian Amelia Laksmi Pratita (2012) meneliti tentang Hubungan antara komunikasi efektif dokter-pasien dengan tingkat kecemasan pada pasien preoperasi menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan (bermakna) antara komunikasi efektif dokter pasien dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi (spearman corelation = 0,000 lebih kecil dari p (0,05)), dimana semakin baik penerapan

7 komunikasi efektif dokter pasien maka semakin menurun tingkat kecemasan pasien pre operasi dengan nilai R Spearman -0,854. Persamaan dari penelitian lidwina dan amelia dengan penelitian yang akan dilakukan adalah variabel independennya yaitu psikoterapi suportif (Active listening) yang termasuk di dalam komponen komunikasi efektif dokter-pasien. Namun variabel dependen pada penelitian yang akan dilakuan adalah penurunan tingkat depresi pada pasien yang mengalami gangguan isolasi sosial dengan metode penelitian one group pretest postest with control group. (3) Penelitian Anjas Surtiningrum (2011) meneliti tentang Pengaruh terapi suportif terhadap kemampuan bersosialisasi klien isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang membuktikan adanya pengaruh terapi suportif yang signifikan terhadap perubahan kemampuan bersosialisasi klien isolasi sosial pada kelompok intervensi. Disarankan terapi suportif digunakan sebagai terapi keperawatan dalam merawat klien isolasi sosial. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian Anjas Surtiningrum adalah pada penelitian Anjas bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari terapi supportif terhadap kemampuan bersosialisasi pada klien isolasi sosial, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan bertujuan untuk mengetahui hubungan psikoterapi supportif (Active Listening) berdasarkan NIC (Nursing Intervention Classification) terhadap penurunan tingkat depresi pada pasien gangguan isolasi sosial. (4) Penelitian Ayu Wulandari (2012) meneliti tentang efektivitas Active Listening NIC (Nursing Intervention Classification) terhadap interaksi sosial pasien gangguan hubungan sosial membuktikan adanya pengaruh active listening NIC (Nursing Intervention Classification) terhadap kemampuan interaksi sosial menggunakan uji t-

8 tes dependen dengan nilai sebelum dan sesudah masing-masing dengan nilai p = 0,000 (p<0,05). Sedangkan pada uji t-independen didapatkan nilai sebelum untuk perlakuan kontrol dengan nilai p=0,062 (p>0,05) artinya tidak berbeda secara signifikan dan pada nilai setelah untuk perlakuan dan kontrol dengan nilai p=0,000 (p<0,05) artinya berbeda secara signifikan. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian Ayu Wulandari yaitu variabel depeden pada penelitian ini ingin mengetahui efektifitas Active Listening NIC (Nursing Intervention Classification) terhadap penurunan tingkat depresi pasien gangguan hubungan sosial. 1.6 Batasan Penelitian (1) Intervensi active listening menggunakan model NIC (Nursing Intervention Classification) (2) Pengukuran tingkat depresi menggunakan level depression model NOC (Nursing Outcome Classification) (3) Penelitian dilakukan pada pasien gangguan jiwa dengan diagnosa gangguan isolasi sosial.