BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbahasa adalah kebutuhan utama bagi setiap individu dalam kehidupan. Bahasa pada dasarnya dapat digunakan untuk menyampaikan maksud yang ada di dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan dapat dimengerti oleh orang yang mendengarnya. Tentu sudah kita ketahui bersama bahwa manusia bukan makhluk individu melainkan makhluk sosial, yang setiap hari selalu menggunakan bahasa yaitu berbicara, membaca, mendengarkan dan menulis. Dalam komunikasi secara lisan seseorang harus memperhatikan kalimat yang diucapkannya. Artinya, penutur harus memperhatikan kalimat yang diucapkan bisa dipahami oleh orang lain dan kalimat yang diucapkan tidak menimbulkan salah tafsir. Kalimat-kalimat kita memenuhi kaidah pemakaian bahasa yang baik. Ketika kita berkomunikasi dengan menggunakan bahasa lisan, kita juga perlu memperhatikan ketepatan, kelaziman, dan kebakuan kata yang kita ucapkan. Kita juga harus memperhatikan struktur kalimatnya. Sebagai penutur yang baik, kita tidak boleh mengucapkan kalimat-kalimat yang strukturnya tidak memenuhi kaidah bahasa Indonesia. Kita tidak boleh berbicara dengan prinsip asal orang lain tahu tanpa mengindahkan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku (Markhamah, 2009:7). 1
2 Pada kegiatan bertutur yang sesungguhnya, orang selalu mempertimbangkan apakah tuturan yang digunakan itu tergolong sebagai tuturan santun atau ataukah tuturan tindak santun. Dapat terjadi, bahwa tuturan yang digunakan itu kurang santun dan dapat menjadi jauh lebih santun ketika tuturan itu ditata kembali urutannya. Untuk mengutarakan maksud maksud tertentu, orang biasanya mengubah urutan tuturannya agar menjadi semakin tegas, keras, dan suatu ketika bahkan menjadi kasar. Dengan perkataan lain, urutan tutur sebuah tuturan berpengaruh besar terhadap tinggi-rendahnya peringkat kesantunan tuturan yang digunakan pada saat bertutur. Kenyataan yang demikian tidak menyimpang dari yang disampaikan Hymes (1975) dengan konsep mnemonik SPEAKING dalam teori etnografi komunikasinya bahwa urutan tutur (acts sequence) menentukan makna sebuah tuturan (Rahardi, 2005:121). Sebuah tuturan dikatakan santun apabila terdengar memaksa atau angkuh, tuturan itu memberi pilihan kepada lawan tutur, dan lawan tutur merasa tenang kalau tuturan kita terdengar santun ditelinga pendengar atau lawan tutur kita. Salah satu yang menjadi kewajiban peserta pertuturan adalah kewajiban untuk menjawab. Tindakan tidak menjawab merupakan tindakan yang tidak santun. Tentu saja ia mempunyai hak untuk menjawab misalnya bila pertanyaannya terdengar tidak santun. Menurut Brown dan Levinson (dalam Chaer, 2010:51) sebuah tindak tutur dapat merupakan ancaman terhadap muka. Tindak tutur seperti ini oleh Brown dan Levinson disebut sebagai Face Threatening Act (FTA). Untuk mengurangi kekerasan ancaman itulah di dalam berkomunikasi kita tidak harus selalu menaati
3 prinsip kerja sama dalam pertuturan. Karena ada dua sisi muka yang terancam yaitu muka negatif dan muka positif maka kesantunan pun dibagi menjadi dua, yaitu kesantunan negatif untuk menjaga muka negatif, dan kesantunan positif untuk menjaga muka positif. Sopan santun dalam pertuturan direktif termasuk ke dalam kesantunan negatif yang dapat diartikan sebagai usaha untuk menghindarkan konflik penutur-lawan tutur. Kesantunan berbahasa adalah kesopanan dan kehalusan dalam mengguna kan bahasa ketika berkomunikasi melalui lisan maupun tulisan. Bahasa yang digunakan penuh dengan adab tertib, sopan santun dan mengandung nilai-nilai hormat yang tinggi, dalam berbahasa setiap manusia dapat meniru bahasa yang diucapkan yang dia lihat dan yang dia dengar, oleh karena itu salah salah satu media yang mengganggu perubahan bahasa seseorang dari televisi. Hal semacam itu merupakan contoh berbahasa yang tidak benar untuk dilihatkan kepada masyarakat sehingga terjadi peniruan berbahasa seperti yang dilihat dan menimbulkan pelanggaran prinsip kesopanan. Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang digunakan untuk memancarkan dan menerima siaran gambar bergerak. Sehingga televisi dapat diartikan sebagai telekomunikasi yang dapat dilihat dari jarak jauh. Acara fesbukers ini adalah acara hiburan kurang jelas alurnya. Menurut KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) banyak pelanggaran yang telah dilakukan dalam penayangan acara Pesbukers seperti adegan yang melecehkan orang dan atau masyarakat dengan kondisi fisik tertentu serta orientasi seks dan identitas gender tertentu, melanggar perlindungan anak. Jenis pelanggaran ini dapat dikategorikan sebagai
4 pelanggaran terhadap perlindungan kepada orang atau kelompok masyarakat tertentu, norma kesopanan dan kesusilaan, perlindungan anak dan penggolongan program siaran. Dengan melihat kenyataan di atas maka peneliti mengambil judul Analisis Kesantunan Berbahasa dalam Acara Fesbukers. Penelitian mengenai Kesantunan berbahasa sudah pernah dilakukan oleh Fina dalam skripsinya yang berjudul Analisis Kesantunan Berbahasa Customer Service pada Bank dikota Bireun dalam Berinteraksi dengan Nasabah dari penelitian itu diperoleh hasil bahwa objek menganalisis kesantunan berbahasa yang dituturkan oleh customer yang berinteraksi dengan nasabah menggunakan bahasa santun. Adapun ragam konteks kesantunan berbahasa merupakan pragmatik memiliki tiga bentuk konteks yaitu situasi, sosial, dan budaya. Penelitian yang sama juga pernah dilakukan oleh Arief Surya Pranata dalam acara televisi. Untuk acara televisi sendiri ada penelitian lain yang berjudul Analisis isi program acara sahurnya OVJ, Trans7 dan saatnya sahur, RCTI yang telah diteliti dari penelitian ini ditemukan kesimpulan bahwa program-program komedi yang ditayangkan pada bulan suci Ramadhan yaitu program sahurnya melihat dari fungsi komedi yang bersifat menghibur, peneliti menganggap fenomena pelecehan pada tayangan komedi televisi walaupandalam keadaan bulan suci ramadhan acara komedi tetap saja menggunanakan bahasa yang kurang santun. Sedangkan penelitian mengenai bahasa dalam acara fesbukers belum pernah dilakukan berdasarkan hal tersebut, peneliti akhirnya
5 mengadakan penelitian yang berhubungan dengan Analisis Kesantunan Berbahasa dalam Acara Fesbukers. 1.2 Batasan Masalah Permasalahan penelitian dibatasi pada pelanggaran kesantunan berbahasa yang diucapkan oleh pemain Fesbukers dan ditinjau dari segi pragmatik. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian sebagaimana yang telah dipaparkan diatas, maka rumusan masalah dijabarkan sebagai berikut. a. Bagaimanakah bentuk pelanggaran kesantunan berbahasa yang diucapkan oleh pemain Fesbukers? b. Bagaimanakah fungsi pelanggaran kesantunan berbahasa yang diucapkan oleh pemain Fesbukers? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan dan tujuan dalam penelitian ini adalah analisis pelanggaran kesantunan berbahasa dalam acara Fesbukers. Secara khusus tujuan dari penelitian ini akan dipaparkan sebagai berikut. a. Mendeskripsikan bentuk pelanggaran kesantunan berbahasa yang diucapkan oleh pemain Fesbukers. b. Mendeskripsikan fungsi pelanggaran kesantunan berbahasa yang diucapkan oleh pemain Fesbukers.
6 1.5 Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu bahasa sehingga dapat digunakan sebagai landasan untuk penelitian selanjutnya, khususnya kajian dalam menumbuh kembangkan studi pragmatik, terutama mengenai kesantunan berbahasa. b. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan kepada pembaca dalam meneliti tentang pelanggaran kesantunan berbahasa, khususnya analisis pelanggaran kesantunan berbahasa dalam acara Fesbukers. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang mengkaji ilmu sosiopragmatik dari segi lain. 1.6 Penegasan Istilah Untuk mempermudah pemahaman dalam penelitian ini maka setiap istilah akan diuraikan. Hal ini dilakukan untuk menghindari salah tafsir dari pembaca dan langsung pada permasalahan. Adapun penegasan istilah yang terdapat pada penelitian analisis pelanggaran kesantunan berbahasa dalam acara Fesbukers adalah sebagai berikut. a. Pelanggaran kesantunan berbahasa adalah pengguna unsur bahasa baik berupa kata dan kalimat yang melanggar maksim kesantunan berbahasa berupa maksim kebijaksanaan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kesederhanaan, maksim permufakatan dan maksim kesimpatian.
7 b. Fungsi pelanggaran kesantunan berbahasa adalah pengguna unsur bahasa sesuai dengan maksud penutur baik berupa kata dan kalimat fungsi tuturan tersebut ialah fungsi menyatakan, menanyakan, memerintah dan yang terakhir fungsi mengkritik. c. Acara televisi adalah program acara dari sebuah stasiun televisi yang memiliki berbagai macam konsep mulai dari berita, acara musik, film, sinetron, komedi dan lainnya yang bertujuan untuk menginformasikan serta menghibur pemirsanya. d. Acara Fesbukers adalah sebuah acara komedi yang paling banyak disukai masyarakat dalam acara Fesbukers gaya bicara dengan kata-kata kasar kadang mengarah menjadi lelucon. Fesbukers berupaya membuat program komedi dari kehidupan sehari-hari agar bisa diterima semua kalangan. Bahan-bahan lelucon selalu mengikuti aktualitas di masyarakat.