ANALISIS PENGARUH PRODUKSI PADI SAWAH TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT DI KECAMATAN SEUNAGAN TIMUR KABUPATEN NAGAN RAYA

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan 12 varietas yang akan dilakukan oleh 10 kabupaten yang sentra produksi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diklasifikasikan ke dalam Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn, dan

IV. METODE PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara agraris yang artinya sebagian besar

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

BAB IV. METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan luas

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

III. METODE PENELITIAN. bahwa kabupaten ini adalah sentra produksi padi di Provinsi Sumatera Utara.

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

HUBUNGAN ANTARA PERAN PENYULUH DAN ADOPSI TEKNOLOGI OLEH PETANI TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI PADI DI KABUPATEN TASIKMALAYA

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam arti sempit dan dalam artisan luas. Pertanian organik dalam artisan sempit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tanah dan sumber daya lainnnya sangat berpotensi dan mendukung kegiatan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SAWI DI KECAMATAN KUALA KABUPATEN NAGAN RAYA

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Petani terhadap Perubahan Iklim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

III KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS OPTIMASI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHATANI MENTIMUN DI KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian,

menghasilkan limbah yang berupa jerami sebanyak 3,0 3,7 ton/ha.

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki area seluas 1.900,22 km 2 yang terdiri

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

IV. METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia (Ganesha Enterpreneur Club, Pola Tanam Padi Sri, Produktifitas

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Oleh : Iif Latifah 1, Yus Rusman 2, Tito Hardiyanto 3. Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran. variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dan

Transkripsi:

ANALISIS PENGARUH PRODUKSI PADI SAWAH TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT DI KECAMATAN SEUNAGAN TIMUR KABUPATEN NAGAN RAYA SKRIPSI OLEH : NIENGSIH BAIZHURAH NIM : 09C20101117 ] Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH - ACEH BARAT TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia sejak dulu dikenal dengan negara agraris, dimana Indonesia hidup dari petanian dan berjaya dengan pertaniannya. Hal ini dapat kita lihat pada masa Presiden Soeharto, Negara Indonesia pernah menjadi pengekspor beras di Asia Tenggara dan kita dapat berswasembada beras saat itu. Pertumbuhan ekonomi pedesaan naik pada saat Indonesia berhasil berswasembada beras. Hal ini terjadi karena produktivitas padi Indonesia tinggi. Indonesia sebagai Negara yang subur dan memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang baik sangat berpotensi untuk terus meningkatkan pertanian baik secara nasional maupun internasional. Indonesia dapat memanfaatkan kekayaan alam yang ada untuk memajukan negara ini yaitu dalam bidang pangan petanian. Saat ini, di zaman globalisasi sektor pertanian tidak mendapat perhatian penuh dari pemerintah. Pemerintah lebih berfokus pada sektor industri yang penuh ketergantungan pada impor, sehingga pembangunan infrastruktur di pedesaan untuk bidang pertanian terabaikan. Salah satu provinsi di Indonesia yang maju dalam bidang petanian adalah Provinsi Aceh. Provinsi Aceh memiliki kekayaan alam yang cukup luas, sehingga banyak masyarakat memanfaatkannya untuk pertanian. Salah satu diantaranya adalah padi sawah, sentral produksi padi Aceh berada di Kabupaten Aceh Utara, Bireun, dan Aceh Besar. Pemerintah Provinsi Aceh bersama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) mengadakan penyuluhan pertanian dengan tujuan memilih beberapa kabupaten yang ada di Provinsi Aceh untuk

2 menjadi model pengembangan inovasi teknologi pertanian padi sawah dalam upaya meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani (http/atjehpost.com diakses pada tgl 10 April 2013). Nagan Raya merupakan salah satu kabupaten di aceh yang menjadi model pengembangan inovasi teknologi pertanian. Lahan yang tersedia di Kabupaten Nagan Raya untuk budidaya pertanian masih cukup luas. Lahan tersebut diharapkan akan menjadi model ke depan dalam pengembangan pertanian dan meningkatkan produktivitas tanaman padi sawah, sehingga akan menambah pendapatan para petani di Kabupaten Nagan Raya. Perkembangan petani padi sawah di Kabupaten Nagan Raya dari tahun ketahun semakin meningkat, hal ini dapat kita lihat dari luas lahan area tanam dan panen padi sawah yang semakin luas. Pada tahun 2007 luas area tanam dan panen sebesar 15.526 ha dan pada tahun 2011 luas area tanam dan panen sebesar 16.744 ha. Meningkatnya luas area tanam dan panen berbanding terbalik dengan jumlah produksi, hal ini disebabkan oleh hama dan penyakit yang menyerang pada tanaman padi. Jumlah produksi pada tahun 2007 sebanyak 119.45 ton dan pada tahun 2011 menurun menjadi sebanyak 96.670 ton. Luas tanam dan panen yang semakin meningkat ternyata tidak menjamin banyaknya produksi yang dihasilkan, hal ini secara tidak langsung mengurangi pendapatan petani padi sawah di Kabupaten Nagan Raya (BPS Nagan Raya 2013). Sektor pertanian padi sawah di Kabupaten Nagan Raya khususnya di Kecamatan Seunagan Timur terdapat 34 gampong yang ada di Kecamatan Seunagan Timur. Data jumlah petani dan jumlah produksi pertanian padi sawah di Kabupaten Nagan Raya pada tahun 2013 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

3 Tabel 1. Jumlah Produksi Padi Sawah dan Jumlah Petani Padi Sawah di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten NaganRaya Tahun 2013 No Gampong Produksi Jumlah Petani Padi Sawah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Blang Geudong Sawang Mane Kandeh Blang Teungku Kila Tuwi Meulusong Blang Lango Cot Teuku Dek Paya Lhok Mesjid Cot Punti Blang Bayu Blang Preh Krueng Kulu Blang Ara Gampong Blang Ara Keude Mon Bateung Suak Peurubong Ie Beudoh Sapeng Peulekung Keude Neulop Lhok Pange Blang Panyang Meugat Meh Keude Linteng Uteun Pulo Cot Manyang Cot Dirui Meurandeh Suak Kabu Baroh Kabu Tunong Cot Gud Pulo Teungeh (Ton) 1.089 726 397 815 375 684 410 795 666 1.604 540 817 693 1.026 738 1.270 1.172 1.055 1.941 724 970 704 959 1.246 1.230 1.378 928 644 467 632 666 625 670 498 (KK) 190 KK 100 KK 37 KK 95 KK 67 KK 65 KK 104 KK 41 KK 98 KK 150 KK 50 KK 125 KK 84 KK 100 KK 100 KK 150 KK 149 KK 84 KK 150 KK 118 KK 224 KK 95 KK 100 KK 195 KK 104 KK 75 KK 125 KK 50 KK 35 KK 75 KK 150 KK 125 KK 175 KK 49 KK Jumlah 29.155 3.634 KK Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013 Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa produksi padi sawah di gampong Ie Beudoh adalah yang paling tertinggi sebesar 1.941 ton dibandingkan dengan desa lain di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.

4 Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Produksi Padi Sawah terhadap Pendapatan Masyarakat di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan tersebut, maka perumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana pengaruh produksi padi sawah terhadap pendapatan masyarakat di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh produksi padi sawah terhadap pendapatan masyarakat di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya. 1.4. Manfaat Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut, manfaat yang akan diperoleh dengan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.4.1. Manfaat Teoritis 1. Penulis Menambah wawasan penulis sebagai bahan perbandingan antara teori yang telah dipelajari dengan praktek yang dilakukan dilapangan. 2. Lingkungan Akademik

5 Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam menambah bahan bacaan bagi mahasiswa Universitas Teuku Umar khususnya bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi. 1.4.2. Manfaat Praktis Bagi Pemda (Pemerintahan Daerah) atau BPS yakni hasil penelitian dan analisa yang didapat diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pemerintah untuk menentukan kebijaksanaan dalam meningkatkan hasil-hasil produksi dan pendapatan masyarakatdi Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya. 1.5. Sistematika Pembahasan Secara garis besar sistematika pembahasan dalam karya skripsi ini terdiri dari lima bagian yaitu : Bagian pertama terdiri dari, Pendahuluan tentang Latar Belakang, Identifikasi dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Pembahasan. Bagian kedua berisi tentang Tinjauan Pustakaan yang digunakan sebagai dasar pijakan dalam penulisan skripsi dan Perumusan Hipotesis. Bagian ketiga berisi tentang Metode Penelitian, Populasi, Data Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Metode Analisis Data, Definisi Operasional Variabel, dan pengujian hipotesis. Bagian keempat berisi tentang Statistik Deskriptif Variabel Penelitian, Hasil Pengujian Hipotesis, Pembahasan Hasil Penelitian. Bagian kelima tentang Kesimpulan dan saran.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian 2.1.1. Pengertian Pertanian Pertanian adalah pengembangan dan pemanfaatan sumber daya alam hayati terutama tanaman poduktif yang menghasilkan dan dapat dipergunakan sebagai kehidupan manusia. Sedangkan pengertian pertanian dalam arti sempit adalah suatu proses bercocok tanam di suatu lahan yang telah disiapkan sebelumnya dalam skala kecil pola perdagangan lokal, serta menggunakan cara manual tanpa terlalu banyak memakai manajemen. Menurut Slamet (2001, h.79-80) dalam bukunya terdapat pengertian pertanian adalah kegiatan ekonomi utama penduduk Indonesia, sebab lebih dari 80 persen penduduk bekerja pada sektor pertanian. Menurut Karwan dalam Slamet pertanian merupakan bagian Agro Ekosistem yang tak terpisahkan dengan subsistem kesehatan dan lingkungan alam, manusia, dan budaya saling mengait dalam suatu proses produksi untuk kelangsungan hidup bersama. Menurut Wartaya dalam Slamet pertanian adalah hal yang subtansial dalam pembangunan, yaitu sebagai pemenuhan kebutuhan pangan, penyedia bahan mentah untuk industri, penyedia lapangan kerja, dan penyumbang devisa negara. Kesimpulan yang dapat diambil dari seluruh kutipan para ahli tentang pengertian pertanian, maka dapat disimpulkan bahwa pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk

7 dalam pertanian bisa dipahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam, serta pembesaran hewan ternak. Meskipun cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan mikro organisme dan bio enzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe, atau sekedar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan. 2.1.2. Padi Padi (Oryza sativa L.) adalah salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban manusia, yang merupakan komoditas utama yang berperan sebagai pemenuh kebutuhan pokok karbohidrat bagi mayoritas penduduk dunia. Komoditas padi memiliki peranan pokok sebagai pemenuhan kebutuhan pangan utama yang setiap tahunnya meningkat sebagai akibat pertambahan jumlah penduduk yang besar, serta berkembangnya industri pangan dan pakan (Yusuf, 2010, h.9). Tanaman padi tergolong tumbuhan graminae dengan batang yang tersusun dari ruas-ruas. Rumpun tanaman padi terbentuk dari anakan yang biasanya tumbuh pada dasar batang. Pembentukan padi terjadi secara bersusun mulai dari batang pokok yang menumbuhkan anakan pertama, anakan ketiga tumbuh pada buku anakan kedua dan seterusnya. Semua anakan memiliki bentuk yang serupa dan membentuk perakarannya sendiri (Luh, 2000, h.51). Secara umum padi dikatakan sudah siap untuk dipanen apabila bulir gabahnya sudah menguning hingga 80 persen dan tangkainya sudah menunduk. Tangkai padi dapat merunduk karena sarat dengan bulir gabah isi (bernas). Untuk lebih memastikan padi sudah siap dipanen dapat dilakukan dengan cara manual

8 yaitu menekan bulir gabah, bulir yang sudah keras berisi menunjukkan siap untuk dipanen (Andoko, 2004, h.17). Padi dapat tumbuh pada iklim yang beragam, mulai dari daerah tropis hingga subtropics pada kisaran 45 0 LU dan 45 0 LS dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan empat bulan. Di dataran rendah padi dapat tumbuh pada ketinggian 0-650 m dpl dengan kisaran temperatur rata-rata harian 22-27 0 C sedangkan didataran tinggi tanaman padi masih dapat tumbuh pada ketinggian 650-1500 m dpl dengan kisaran temperatur rata-rata harian 19-23 0 C. Tanaman padi dapat tumbuh baik didaerah yang bersuhu panas dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan adalah 200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan. Curah hujan yang dikehendaki pertahun sekitar 1500-2000 mm (Warintek, 2008, h.21). Temperatur sangat mempengaruhi proses pengisian bulir padi. Hal ini berkaitan dengan mekanisme membuka nan menutupnya lemma dan palea pada saat pembuahan. Temperatur yang rendah yang disertai kelembaban tinggi pada waktu pembungaan akan mengganggu proses pembuahan dan dapat mengakibatkan gabah menjadi hampa. Temperatur yang rendah pada saat tanaman padi memasuki fase bunting dapat menyebabkan rusaknya pollen dan menunda pembukaan tepung sari (Luh, 2000, h.52). 2.2. Produksi 2.2.1. Pengertian Produksi Produksi adalah suatu proses pengubahan bahan baku menjadi produk jadi dimana dalam pembuatan ini melibatkan tenaga kerja, bahan baku, mesin, energi, informasi modal dan tindakan manajemen.

9 Berbagai pendapat para ahli yang menyatakan pengertian produksi diantaranya (Soeharno, 2009, h.113) mengemukakan bahwa pengertian produksi adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan manfaat dengan cara mengkombinasikan faktor-faktor produksi yaitu kapital, tenaga kerja, teknologi dan manajemen skill. Selain itu produksi padi merupakan usaha untuk meningkatkan manfaat dengan cara mengubah bentuk (Form utility), memindahkan tempat (Place utility) dan menyimpan (Store utility). Menurut Fuad (2006, h.56) mendefisikan produksi adalah sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan menjadi keluaran dalam arti sempit. Pengertian produksi hanya di maksudkan sebagai kegiatan yang menghasilkan barang, baik barang jadi atau setengah jadi, barang industri, suku cadang maupun komponen-komponen penunjang. Ditambahkan Aristanti dan Bambang, (2007, h.121) Produksi merupakan kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa. Pengertian produksi secara sempit adalah perbuatan atau kegiatan manusia untuk membuat suatu barang atau mengubah suatu barang menjadi barang lain. Secara luas produksi dapat diartikan sebagai segala perbuatan atau kegiatan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung, yang di tunjukan untuk menambah atau mempertinggi nilai dan guna suatu barang untuk memenuhi kebutuhan manusia. Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan diatas adalah bahwa produksi adalah suatu proses atau cara untuk meningkatkan bahan baku menjadi produk jadi dengan mengkombinasikan produksi tenaga kerja dan teknologi dalam mengolahnya. hasil produksi padi sawah dengan nilai jual yang tinggi, sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup petani.

10 2.2.2. Fungsi Produksi Fungsi produksi adalah berapa banyak jumlah maksimum output yang dapat diproduksi apabila sejumlah input yang tertentu dipergunakan pada proses produksi. Fungsi Produksi juga merupakan suatu fungsi atau persamaan yang menunjukan hubungan antara tingkat output dan tingkat penggunaan input-input. Setiap produsen dalam teori dianggap mempunyai suatu fungsi produksi yaitu : Q = f (X 1, X 2, X 3...X n ) Q = Tingkat Produksi (Output) (X 1, X 2, X 3...X n ) = Berbagai Input produksi yang digunakan. Fungsi produksi menggambarkan kombinasi penggunaan input yang dipakai oleh suatu perusahaan. Pada keadaan teknologi tertentu, hubungan antara input dan output tercermin pada fungsi produksinya. Fungsi produksi menunjukkan sifat hubungan di antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang dihasilkan. Faktor-faktor produksi dikenal pula dengan istilah input dan jumlah produksi selalu juga disebut sebagai output. Dari pengertian diatas dapat dipahami mengenai fungsi dan faktor-faktor produksi disini yang dimaksud adalah tanah, modal, tenaga kerja (Sudarman, 2004. h. 119). 2.3. Faktor-faktor Produksi Dalam bidang pertanian, produksi fisik dihasilkan oleh bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus, antara lain lahan, tenaga kerja, benih, pupuk, dan modal serta faktor produksi lainnya. Seorang produsen yang rasionil tentunya akan mengombinasikan faktor-faktor produksi sedemikian rupa untuk mencapai usahatani yang efisien (Mubyarto, 2001, h.110).

11 Menurut Prayitno (2000, h.25), ada empat sumber daya yang merupakan faktor produksi penting dalam usahatani yaitu lahan, tenaga kerja, modal untuk pembelian input variabel, keterampilan manajemen petani. 2.3.1 Luas Lahan Lahan pertanian merupakan tempat berlangsungnya usaha tani, luas lahan pertanian akan mempengaruhi produksi petani, semakin luas lahan yang dimiliki semakin banyak hasil yang bisa diperoleh petani. Petani juga harus memperhatikan kesuburan tanah yang sesuai dengan jenis tanaman. Tanaman yang sesuai dengan kesuburan tanah yang dimiliki akan mempengaruhi peningkatkan hasil produksi sehingga berpengaruh juga terhadap jumlah produksi yang dihasilkan oleh petani. Secara umum dikatakan, semakin luas lahan yang digarap atau ditanami semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan tersebut. Pentingnya faktor produksi lahan bukan saja dilihat dari segi luas atau sempitnya lahan, tapi juga segi lain misalnya aspek kesuburan tanah macam penggunaan lahan, (tanah sawah, tegalan dan sebagainya) dan topografi (Murniningtyas 2006, h.44). Lahan atau tanah bukanlah sekedar untuk ditanami atau untuk di tinggalin saja, tetapi termasuk pula di dalamnya segala sumberdaya alam itulah sebabnya faktor produksi yang pertama ini disebut dengan natural resources disamping. selain luas lahan yang digarap kesuburan tanah lahan pertanian juga menentukan jumlah produksi yang lebih tinggi dari pada lahan yang tingkat kesuburannya rendah. Kalau pun hendak menanam tanaman tertentu karena memang di ajurkan dari segi konservasi tanah agar tanaman trsebut bias tumbuh dengan baik (Murniningtyas 2006, h.45).

12 2.3.2. Tenaga Kerja Pengertian tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia untuk sanggup bekerja untuk diri sendiri atau anggota keluarga yang tidak menerima bayaran berupa upah atau mereka yang sesungguhnya bersedia dan mampu untuk bekerja, dalam arti mereka menggangur dengan terpaksa karena tidak ada kesempatan kerja (Sumarsono 2003, h.5). Tenaga kerja dalam pertanian merupakan orang yang melakukan proses produksi pertanian tanpa tenaga kerja proses pertanian tidak akan terjadi. tenaga kerja dapat mempengaruhi produktivitas petani karena tenaga kerja berguna untuk proses pruduksi. Penggunaan tenaga kerja tergantung pada skala usaha tani jika lahan pertanian kecil biasanya menggunakan tenaga kerja keluarga bila usaha tani dalam skala besar selain menggunakan tenaga kerja keluarga juga menggunakan tenaga kerja luar dan juga menggunakan tenaga kerja ahli. Oleh karena itu tenaga kerja harus dapat dikelola dengan baik untuk meningkatkan produktivitas melalui kemampuan mengelola usahatani dengan baik. Menurut Sumarsono (2003, h.7) Berdasarkan kemampuan tenaga kerja yang digunakan dalam sebuah usaha semakin lama seseorang dalam bekerja semakin berpangalaman orang tarsebut dalam bidang pekerjaannya. Tenaga kerja meliputi jumlah buruh dalam perekonomian, keahlian dan keterampilan yang dimiliki pekerja. Tenaga kerja dapat diklasif ikasikan sebagai berikut : 1. Tenaga kerja terdidik, yaitu tenaga kerja yang berbekal pendidikan formal (resmi) tertentu dalam jangka waktu tertentu. 2. Tenaga kerja ahli tetapi belum terlatih yaitu tenaga kerja yang berbekal pendidikan kerja tertentu dalam jangka waktu tertentu

13 3. Tenaga kerja tidak ahli dan tidak terlatih yaitu tenaga kerja yang tidak mempunyai pendidikan formal tertentu dan tidak mempunyai pengalaman kerja tertentu dalam jangka waktu tertentu. Tenaga kerja merupakan setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri maupun untuk orang lain. Tenga kerja tidak hanya dilihat dari kemampuan fisik dalam melakukan suatu pekerjaan tapi tenaga kerja juga dilihat dari kemampuan sumber daya manusia dalam mengorganisasikan faktor produksi. Dalam proses produksi pertanian semakin lama seseorang mengusahakan pertanian tersebut maka akan semakin berpengalaman dalam bidang usahataninya dan akan semakin meningkat produksi yang dihasilkan petani tersebut. 2.3.3 Modal Usaha Modal merupakan faktor produksi yang sangat penting Setiap orang yang ingin mendirikan sebuah usaha harus memiliki modal, modal digunakan untuk membeli barang yang digunakan untuk proses produksi dan untuk membiayai operasi usahanya sehari-hari. Menurut Kasmir (2006, h.38) Modal dalam arti ekonomi perusahaan merupakan barang ekonomi yang dapat digunakan untuk memproduksi kembali atau modal adalah barang ekonomi yang dapat dipergunakan untuk mempertahankan atau meningkatkan pendapatan. Agar proses produksinya tetap mengalami kemajuan, investasi ataupun penanaman modal sangat diperlukan bagi sebuah perusahaan. Penanaman modal dapat diartikan sebagai pengeluaran sektor perusaaan untuk membeli atau memperoleh barang-barang modal yang baru yang lebih modern atau untuk menggantikan barang barang modal lama yang sudah

14 tidak digunakan lagi atau sudah mengalami penyusutan. Modal dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu : 1. Modal asing yaitu modal yang berasal dari luar perusahaan yang tertanam dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tertentu lamanya. 2. Modal sendiri yaitu modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya. Menurut Suratiyah ( 2008, h.26) Modal dalam usaha pertanian dapat dibedakan menjadi modal tetap yaitu semua benda-benda yang dapat dipergunakan terus menerus dalam jangka waktu lama seperti tanah, mesin, alat perkakas pertanian lainnya. Modal habis sekali pekai yaitu modal untuk membiayai operasi usaha tani seperti pembelian bahan habis sekali pakai seperti pembayaran upah tenaga kerja, biaya pembelian pupuk, bibit dan biaya perawatan tanaman termasuk dan berbagai modal lainnya yang harus dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi. 2.4. Biaya 2.4.1. Pengertian Biaya Biaya adalah nilai korbanan yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil. Menurut kerangka waktu, biaya dapat dibedakan menjadi biaya jangka pendek dan biaya jangka panjang. Biaya jangka pendek terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variabel cost), sedangkan dalam jangka panjang semua biaya dianggap per diperhitungkan sebagai biaya variabel (Fuad, 2000, h.98). Biaya adalah setiap kegiatan yang dilakukan pada suatu usaha memerlukan pengorbanan fisik non fisik, baik langsung maupun tidak langsung. Dalam kegiatan ekonomi setiap kegiatan untuk memperoleh suatu barang atau

15 jasa diperlukan pengorbanan dari barang atau jasa lain dengan demikian perngorbanan ini diartikan sebagai modal atau baiya. Biaya produksi dalam usaha tani dapat berupa uang tunai, upah kerja untuk biaya persiapan dan penggarapan tanah, biaya pembelian pupuk, biaya bibit, herbisida dan sebagainya (Slamet, 2001, h.113). Biaya dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu: 1. Biaya tetap, biaya yang harus dikeluarkan oleh para petani yang penggunaannya tidak habis dalam masa satu kali produksi, seperti membajak tanah pertanian, retribusi air, gaji karyawan tetap, premi asuransi, penyusutan alat dan bangunan pertanian. 2. Biaya variabel, yaitu biaya yang besar dan kecilnya tergantung pada jumlah produksi seperti biaya pupuk, herbisida, upah langsung petani, dan alat-alat pertanian. 3. Biaya semi variabel, adalah biaya yang sifatnya bisa di anggap tetap, namun bisa juga di anggap variabel, seperti biaya pemeliharaan dan perawatan padi sawah secara langsung bisa berpengaruh pada produksititas pertanaman dan karyawan harian (Supari, 2001, h.13). Kesimpulan dari beberapa pendapatan diatas adalah dalam melakukan usahatani padi sawah akan ada biaya yang dikeluarkan baik biaya tetap maupun biaya tidak tetap, sehingga dapat meningkatkan hasil produksi padi sawah. 2.5. Penerimaan Menurut Karwan (2001, h.132), penerimaan merupakan suatu hasil penjualan dari barang tertentu yang diterima atas penyerahan sejumlah barang pada pihak lain. Jumlah penerimaan (total revenue) didefinisikan sebagai

16 penerimaan dari penjualan dari barang tertentu yang peroleh dari sejumlah satuan barang yang terjual di kalikan harga penjualan setiap satuan barang. Penerimaan dibidang pertanian adalah produksi yang dinyatakan dalam betuk uang tunai sebelum dikurangi dengan biaya pegeluaran selama kegiatan usaha tani tersebut. Penerimaan usahatani merupakan total penerimaan dari kegiatan usahatani yang diterima pada akhir proses produksi. Penerimaan usahatani dapat pula diartikan sebagai keuntungan material yang diperoleh seorang petani atau bentuk imbalan jasa petani maupun keluarganya sebagai pengelola usahatani maupun akibat pemakaian barang modal yang dimilikinya. Penerimaan usahatani dipengaruhi oleh produksi fisik yang dihasilkan, dimana produksi fisik adalah hasil fisik yang diperoleh dalam suatu proses produksi dalam kegiatan usahatani selama satu musim tanam. Penerimaan usahatani akan meningkat jika produksi yang dihasilkan bertambah dan sebaliknya akan menurun bila produksi yang dihasilkan berkurang. Disamping itu, bertambah atau berkurangnya produksi juga dipengaruhi oleh tingkat penggunaan input pertanian. (Slamet, 2001, h.121). 2.6. Pendapatan 2.6.1 Pengertian Pendapatan Menurut Dianto (2001, h.91) pendapatan diperlukan oleh keluarga petani untuk memenuhi kebutuhan hidup ini tidak tetap melainkan terus menerus. Oleh karena itu, pendapatan yang dimaksimal itulah yang selalu diharapkan petani dari usaha tani. Wartaya (2001, h.86) menambahkan pendapatan merupakan produksi yang dinyatakan dalam bentuk uang setelah dikurang biaya yang dikeluarkan selama kegiatan usaha tani.

17 Menurut Soemarjono (2000, h.162), pendapatan seseorang individu di definisikan sebagai jumlah penghasilan yang diperoleh dari jasa-jasa produksi yang diserahkan pada suatu atau diperolehnya dari harta kekayaannya, sedangkan pendapatan tidak lebih dari pada penjumlahan dari semua pendapatan individu. Menurut Soekarwati (2000, h.151), pendapatan dibedakan atas dua pengertian yaitu: 1. Pendapatan kotor usahatani merupakan sebagai nilai produksi usahatani dikalikan harga dalam jangka waktu tertentu baik yang jual maupun yang dikonsumsi sendiri, digunakan untuk pembayaran dan simpanan atau ada digudang pada akhir tahun. 2. Pendapatan bersih usahatani merupakan selisih antara pendapatan kotor dengan usahatani dengan pengeluaran total usahatani. Hubungan biaya dengan pendapatan dapat diperitungkan untuk seluruh usaha tani sebagai satu unit selama periode tertentu, misalnya pada musim tanam. Dalam hal ini semua biaya semua produksi dijumlahkan kemudian di bandingkan dengan pendapatan diperoleh (Fuad, 2006, h.56). Menurut Kuncoro (2004, h.67) pendapatan adalah hasil dari penjualan faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi. Pendapatan adalah hasil berupa uang atau materi lainnya yang dapat dicapai daripada penggunaan faktor-faktor produksi. Selanjutnya Soekarwati (2000, h.141) melanjutkan berkaitan dengan ukuran pendapatan dan keuntungan, mengemukakan beberapa definisi pendapatan yaitu:

18 a. Penerimaan tunai usahatani merupakan nilai uang yang diterima dari penjualan produk usaha tani. b. Pengeluaran tunai usahatani adalah jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usaha tani. c. Pendapatan tunai usaha tani adalah produk usaha tani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun tidak dijual. d. Penerimaan total usaha tani merupakan nilai semua yang habis terpakai atau dikeluarkan dalam produksi termasuk biaya yang diperhitungkan. e. Pengeluaran total usaha tani merupakan selisih antara penerimaan kotor usaha tani dan pengeluaran total usaha tani. Menurut Soekarwati (2000, h.143), pendapatan keluarga mencerminkan tingkat kekayaan besarnya modal yang dimiliki petani. Pendapatan yang besar mencerminkan dana yang besar dalam usahatani, sedangkan pendapatan yang rendah dapat menyebabkan menurunnya investasi dan upaya pemupukan modal, Sementara pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani. Pendapatan usahatani dipengaruhi oleh penerimaan usahatani dan biaya produksi. Pendapatan usahatani ditentukan oleh harga jual produk yang diterima ditingkat petani maupun hargaharga faktor produksi yang dikeluarkan petani sebagai biaya produksi. Jika harga produk atau harga faktor produksi berubah, maka pendapatan usahatani juga akan mengalami perubahan. Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa definisi diatas bahwa pendapatan merupakan produksi yang dinyatakan dalam bentuk uang setelah dikurang biaya yang dikeluarkan selama kegiatan usaha tani. Pendapatan

19 dibedakan atas dua pengertian yaitu pendapatan kotor dan pendapatan bersih dari hasil produksi. 2.6.2 Jenis-jenis Pendapatan Menurut Noor (2008, h. 186) jenis-jenis pendapatan dapat dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Pendapatan Total (Total Revenue) Pendapatan total adalah jumlah seluruh pendapatan dari penjualan. Total revenue ini dalah hasil perkalian dari jumlah unit yang terjual (Q), dengan harga jual perunit (P), hal ini dinayatakan dengan persamaan matematis : TR = P. Q 2. Pendapatan Rata-rata (Average Revenue) atau Pendapatan Per Unit Barang dan Jasa. Pendapatan rata-rata adalah pendapatan rat dari setiap unit penjualan, oleh karena itu pendapatan rata-rata dapat dirumuskan sebagai hasil dari pendapatan total perunit dengan jumlah unit yang terjual (Q). Bentuk matematisnya adalah AR = TR/Q= PQ/Q=P 3. Pendapatan Tambahan atau Penerimaan Marjinal Pendapatan tambahan adalah tambahan pendapatan yang didapat untuk setiap unit penjualan atau produksi. Karena tambahan ini dapat terjadi pada setiap tindakan produksi. 2.6.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pengeluaran usaha tani secara umum meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh jumlah

20 produksi yang dihasilkan. Biaya tetap dapat berupa biaya sewa lahan, pajak, dan bunga pinjaman. Biaya variabel adalah biaya yang sifatnya dipengaruhi jumlah produksi yang dihasilkan. Biaya variabel dapat berupa biaya yang dikeluarkan untuk benih, pupuk, pestisida, dan upah tenaga kerja. Pendapatan usaha tani terbagi atas pendapatan kotor usaha tani dan pendapatan bersih usaha tani. Pendapatan kotor usaha tani mengukur pendapatan kerja petani tanpa memasukan biaya yang diperhitungkan sebagai komponen biaya. Pendapatan kotor usaha tani merupakan selisih dari penerimaan usaha tani dengan biaya tunai usaha tani. Sedangkan pendapatan bersih usaha tani mengukur pendapatan kerja petani dari seluruh biaya usaha tani yang dikeluarkan. Pendapatan bersih usaha tani diperoleh dari selisih penerimaan usaha tani dengan biaya total usaha tani. Menurut Saputra dan Dian (2011, h. 43) faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani padi sawah yang penting untuk diperhatikan adalah : a. Modal yaitu modal awal yang akan dikeluarkan dan harus dipersiapkan untuk membeli kebutuhan pertanian pada saat bercocok tanam. b. Luas lahan yaitu menghitung jumlah modal yang ada dengan luas lahan yang akan ditanami, sehingga hasil di dapat sesuai dengan harapan. c. Tenaga kerja yaitu modal yang tersedia dan luas lahan yang akan ditanami harus sesuai dengan jumlah tenaga kerja yang akan digunakan untuk menanami lahan tersebut, sehingga penghitungan pengeluaran dan pendapatan dapat dihitung dengan baik.

21 2.6. Pemasaran Pengertian sehari-hari arti pemasaran adalah aktivitas jual beli dalam bidang ekonomi pemasaran tidak terbatas pada kegiatan jual beli saja akan tetapi semua aktivitas ekonomi uang memungkinkan barang dan jasa bergerak dari produsen sampai ke konsumen. Menurut Soekarwati (2000, h.153) pemasaran atau marketing pada prinsipnya adalah aliran barang dari produsen ke konsumen, aliran barang ini dapat terjadi karena adanya lembaga pemasaran. Tataniaga atau pemasaran diartikan sabagai suatu kegiatan ekonomi yang mengakibatkan terjadinya pemindahan milik barang dan jasa untuk menyalurkan distiribusi dari produsen ke konsumen. Fungsi dan peranan tataniaga atau pemasaran yaitu mengusahakan agar pembeli memperoleh barang yang diinginkan pada tempat, waktu, bentuk dan harga yang tepat. Fungsi utama dari tataniaga atau pemasaran adalah menyangkut penyimpanan, pengolahan dan pembiayaan. Menurut Saputra dan Dian (2011, h.55) fungsi-fungsi pemasaran mencakup semua kegiatan yang perlu diselengarakan dalam proses memasarkan barang/jasa hingga barang tersebut sampai ketangan konsumen. Sedangkan lembaga tataniaga adalah orang, badan atau perusahaan yang terlibat dalam proses pemasaran. Selanjutnya Soekarwati (2000, h.155) mengemukakan bahwa saluran pemasaran dapat berbentuk secara sederhana dan dapat pula rumit sekali, hal demikian tergantung dari macam komonditi lembaga pemasaran dan sistem pasar (iklim pasar). Sedangkan yang dimaksud dengan saluran pemasaran adalah suatu

22 jalur yang dilalui oleh arus barang-barang dari produsen ke perantara dan sampai akhiranya ketangan konsumen. Selain itu pemasaran juga memerlukan biaya, dan biaya ini makin besar dengan perkembangan pertanian maupun peternakan dan makin kompleksnya tataniaga atau pemasaran tersebut. Menurut Kuncoro (2004, h.70) setiap kegiatan pemasaran memerlukan biaya mulai dari pengumpulan, pengangkutan, pengolahan pembayaran retribusi, bongkar muat dan lain-lain. Jadi bias disimpulkan biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran (pedagang) dalam menyalurkan hasil pertanian dari produsen ke konsumen. Menurut Wartaya (2000, h.95) margin pemasaran adalah selisih antara harga yang di bayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima produsen. margin ini akan diterima oleh lembaga niaga yang terlibat dalam proses pemasaran tersebut. Sedangkan keuntungan pemasaran adalah selisih margin pemasaran pedagang dengan biaya pemasaran yang dikeluarkan selama proses mengalirnya barang (produk) dari produsen ke konsumen. Kesimpulan dari penjelasan diatas adalah pemasaran yang dilakukan oleh petani padi sawah atau transaksi jual beli, dan mendapatkan kesepakatan harga antara produsen dan konsumen. 2.7. Perumusan Hipotesis Berdasarkan uraian diatas hipotesis dalam penelitian ini adalah diduga produksi padi sawah berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan masyarakat di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.

III. METODE PENELITIAN 3.1. Populasi dan Sampel Jumlah gampong di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya yang menjadi objek penelitian sebanyak 34 gampong, mengingat luasnya aspek analisis dalam penelitian ini populasi yang diambil hanya 3 gampong yang terbanyak jumlah produksi padi sawah. Menurut Arikunto (2006, h.130) mengemukakan bahwa apabila objek penelitian kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya, sehingga penelitian merupakan penelitian populasi dan apabila jumlah populasi lebih dari 100, maka dapat diambil 10-15 persen atau 20-25 persen atau lebih. Berikut ini data jumlah produksi padi sawah terbanyak dan populasi (KK) Seperti yang terlihat pada tabel 2 : Tabel 2 Jumlah Produksi Padi Sawah Terbanyak di Kecamatan Seunagan Timur Tahun 2013 No Gampong Jumlah Populasi (KK) Sampel (20%) 1 Ie Beudoh 150 KK 30 2 Lhok Mesjid 150 KK 30 3 Keude Linteng 75 KK 15 Jumlah 375 KK 75 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Nagan Raya (2013) Dari tabel di atas jumlah populasi adalah sebanyak 375 Petani padi sawah di Kecamatan Seunagan Timur. Sampel yang diambil adalah 75 petani (20 persen) padi sawah di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.

24 3.2. Data Penelitian 3.2.1. Jenis dan Sumber Data a. Data Sekunder Sumber data yang berbentuk dalam rangkaian waktu ini bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas Pertanian Kabupaten Nagan Raya dan instansi lain yang terkait yang mempunyai relevansi dengan pokok permasalahan diatas. b. Data Primer Data yang mendukung data sekunder dan data yang diperoleh langsung dari lapangan antara lain dengan menggunakan data hasil wawancara dengan masyarakat, khususnya petani padi sawah. 3.2.2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Studi Kepustakaan (Library Research) Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dengan cara membaca buku-buku dan literatur lainnya baik yang di wajibkan maupun yang dianjurkan yang berhubungan dan ada kaitannya dengan masalah yang akan di bahas dalam penelitian ini. b. Penelitian Lapangan (Field Research) Metode ini dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung kepada pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas. Dalam penelitian ini,

25 penulis melakukan wawancara langsung dengan petani padi di Kecamatan Seunagan Timur. 3.3. Model Analisa Data Metode yang digunakan sebagai alat analisa dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan Analisa Regresi Linear Sederhana, dengan penjelasan sebagai berikut : 3.3.1. Analisis Regresi Linear Sederhana Menurut Dwi Priyatno (2011, h. 223) Analisa regresi linear sederhana ini digunakan untuk mengetahui pengaruh antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen yang ditampilkan dalam bentuk persamaan regresi. Variabel independen dilambangkan dengan X sedangkan variabel dependen dilambangkan dengan Y. Persamaan regresi linear sederhana yang telah ditransformasikan tanpa mengunakan konstanta adalah sebagai berikut : Y = b X + e... (1) Keterangan : Y = Pendapatan Masyarakat X = Produksi Padi Sawah b = Koefisien Regresi e = Error Term (Kesalahan Penggangu)

26 3.3.2. Analisis korelasi (r) a. Koefisien korelasi (r) Koefisien korelasi adalah suatu analisa untuk menyatakan ada atau tidaknya hubungan yang signifikan antara variabel satu dengan variabel lainnya, dan dinyatakan dalam lambang r. b. Koefisien determinasi (r 2 ) Koefisien determinasi atau koefisien penentu adalah untuk menyatakan besarnya sumbangan variabel satu (X) terhadap variabel lainnya (Y), yang dinyatakan dalam persen. 3.4. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel dalm penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pendapatan masyarakat (Y) adalah merupakan selisih dari jumlah penerimaan dengan biaya biaya penjualan produksi, yang diukur dengan satuan Rupiah. 2. Produksi padi sawah (X) adalah seluruh hasil produksi padi sawah dalam satu kali panen yang diukur dalam satuan kg. 3.5. Pengujian Hipotesis 3.5.1. Uji t Uji t digunakan untuk melihat signifikasi dari pengaruh variabel bebas (produksi padi sawah) terhadap variabel terikat (pendapatan petani padi sawah) secara individual atau parsial. 3.5.1. Uji F Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan atau bersama-sama yaitu untuk menguji

27 pengaruh produksi padi sawah terhadap pendapatan petani padi sawah secara bersama-sama. Formulasi pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah : H 0 ;β = 0, Hasil produksi padi sawah yang diteliti tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan masyarakat di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya. H 1 ; β 0, Hasil produksi padi sawah yang diteliti berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan masyarakat di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya. Kriteria uji hipotesis yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah : a. Apabila t h > t 1, maka H 0 ditolak H 1 diterima, artinya terdapat pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan masyarakat di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya. b. Apabila t h < t 1, maka H 0 diterima H 1 ditolak, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan masyarakat di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya. c. Apabila F h > F t maka H 0 ditolak dan H 1 diterima, artinya secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan masyarakat di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya. d. Apabila F h < F t maka H 0 diterima dan H 1 ditolak, artinya secara simultan tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan masyarakat di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.I. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Kondisi Geografis Kecamatan Seunagan Timur merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Nagan Raya. Ibukota Kecamatan Seunagan Timur terletak di Keude Linteung, dengan luas kecamatan 251,61 Km 2. Kecamatan Seunagan Timur mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut: 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Keucamatan Aceh Barat 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Seunagan 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat 4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Beutong Persentase luas kecamatan terhadap luas kabupaten sebesar 7,70 persen, dengan jumlah kemukiman adalah 4 mukim dan terdiri dari 34 gampong yaitu Blang Geudon, Sawang Mane, Kandeh, Blang Teungku, Kila,Tuwi Meulusong, Blang lango, Cot teuku Dek, Paya, Lhok Masjid, Cot Punti, Blang Bayu, Blang Preh, Krueng Kulu,Blang Ara Gampong, Blang Ara Keude, Mon Bateung, Suak Peureubong, Ie Beudoh, Sapeng, Peuleukung, Keude Neulop, Lhok Pange, Blang Panyang, Meugat Meh, Keude Linteung, Uteun Pulo, Cot Manyang, Cot Dirui, Meurandeh Suak, Kabu Baroh, Kabu Tunong, Cot Gut dan Pulo Teungoh (Nagan Raya Dalam Angka, 2013).

29 4.2. Karakteristik Petani Karakteristik petani sampel dalam penelitian ini adalah gambaran atau keadaan atau ciri-ciri petani sampel yang menjalankan usahatani padi sawah di kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya. Adapun karakteristik petani sampel meliputi umur, pendidikan, pengalaman dan luas lahan. Karakteristik ini memiliki keterkaitan dengan tingkat pendapatan dan kesejahteraan hidup petani sampel. Karakteristik ini mencerminkan kemampuan bekerja, produktivitas, pola pikir, perencanaan, dan sebagai kemampuan lainnya terutama dalam meningkatkan pendapatkan usahatani padi sawah. 4.2.1. Karakteristik Petani Berdasarkan Umur Karakteristik berdasarkan tingkat umur petani padi sawah di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya tahun 2013 dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 3. Karakteristik petani berdasarkan umur No Umur (tahun) Frekuensi (petani) Persentase (%) 1 21 30 20 26,67 2 31 40 24 32 3 41 50 12 16 4 51 60 11 14,67 5 61 70 8 10,67 Total 75 100 Sumber: Data Primer diolah Februari 2014

30 Dari data tabel tersebut dapat dilihat petani padi sawah di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah berada pada interval umur 21-30 tahun sebanyak 20 orang atau 26,67 persen, interval umur 31-40 tahun sebanyak 24 orang atau 32 persen, interval umur 41-50 tahun sebanyak 12 orang atau 16 persen, interval umur 51-60 tahun sebanyak 11 orang atau 14,67 persen, interval umur 61-70 tahun sebanyak 8 orang atau 10,67 persen. Berdasarkan data tersebut terlihat jelas bahwa petani paling banyak rata-rata berusia antara 31-40 tahun yaitu sebanyak 32 persen dari total petani yang ada di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya. 4.2.2. Karakteristik Petani Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pendidikan petani sangat erat hubungannya dengan kemampuan petani dalam mengadopsi teknologi baru yang dapat menunjang peningkatan optimasi penggunaan input dalam usahatani nya. Pendidikan petani yang semakin tinggi membuat petani lebih mudah dalam mengadopsi teknologi yang diperoleh dari penyuluh-penyuluh pertanian yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan produksi dalam usahatani tersebut. Adapun tingkat pendidikan petani padi sawah di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya sangat bervariasi dari tingkat Tidak Sekolah, SD, SLTP, dan SMU. Data karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan petani padi sawah di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

31 Tabel 4. Karakteristik Petani Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Frekuensi (Petani) Persentase (%) 1 Tidak Sekolah 9 12 2 Tidak Tamat SD 5 6,6 3 Tamat SD 19 25,3 4 Tamat SLTP 23 30,6 5 Tamat SMU 19 25,3 Total 75 100 Sumber: Data Primer diolah Februari 2014 Dari tabel diatas dapat dilihat petani padi sawah di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya didominasi oleh lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) yaitu 23 orang atau 30,6 persen. Lulusan dari Sekolah Menengah Umum (SMU) yaitu 19 orang atau 25,3 persen dan Sekolah Dasar (SD) yaitu 19 orang 25,3 persen yang merupakan tingkat pendidikan mayoritas kedua dari responden penelitian, Petani yang Tidak Sekolah yaitu 9 orang 12 persen. Responden penelitian yang paling sedikit adalah yang memiliki tingkat pendidikan Tidak tamat SD yaitu 5 orang atau 6,6 persen. 4.2.3. Karakteristik Petani Berdasarkan Luas Lahan Lahan merupakan salah satu faktor penting dalam melakukan suatu usahatani. Luas lahan petani padi sawah di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya dibagikan dalam 3 kategori yaitu < 0,5 hektar sampai 1 hektar, dan > 1 hektar. Data

32 luas lahan petani padi sawah di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Na gan Raya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 5. Karakteristik Petani Berdasarkan Luas Lahan No Kategori Lahan (ha) Jumlah Sampel Persentase (%) (petani) 1 < 0,5 2 2,67 2 0,5 1 55 73,33 3 >1 18 24 Total 75 100 Sumber: Data Primer diolah Februari 2014 Dari tabel diatas dapat dilihat luas lahan yang dimiliki oleh petani padi sawah di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya bervariasi dari < 0,5 ha hingga > 1 ha. Diketahui bahwa mayoritas petani padi sawah memiliki lahan berada pada interval 0,5-1 ha, yaitu 55 orang petani atau 73,33 persen. Mayoritas kedua berada pada interval luas lahan > 1 ha, yaitu 18 petani atau 24 persen. Responden yang paling sedikit adalah interval luas lahan > 0,5 ha, yaitu 2 orang atau 2,67 persen. 4.2.4. Produksi Padi Sawah di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya. produksi meerupakan suatu proses atau cara untuk meningkatkan bahan baku menjadi produk jadi dengan mengkombinasikan produksi tenaga kerja dan teknologi dalam mengolahnya. hasil produksi padi sawah dengan nilai jual yang tinggi, sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup petani. Berikut merupakan data tabel

33 jumlah produksi padi sawah yang diperoleh petani di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya selama perhitungan satu kali panen. Tabel 6 Jumlah produksi padi sawah yang diperoleh petani selama perhitungan 1 kali panen No Jumlah Produksi (kg) Jumlah Sampel (petani) 1 972 1.791 13 2 1.792 2.611 22 3 2.612 3.431 14 4 3.432 4.251 9 5 4.252-5.071 7 6 5.072 5.886 10 Total 75 Sumber : data primer diolah Februari 2014 Berdasarkan tabel 6 menurut hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah produksi padi sawah dalam sekali panen paling rendah sekitar 972 1.791 kg terdapat 13 orang petani di Kecamatan ini. Sedangkan jumlah produksi yang merupakan paling banyak diperoleh antara 1.792 2.611 kg diperoleh 22 orang petani dan jumlah produksi paling tinggi antara 5.072 5.886 diperoleh 10 orang petani. 4.3.5. Pendapatan Pendapatan merupakan produksi yang dinyatakan dalam bentuk uang setelah dikurang biaya yang dikeluarkan selama kegiatan usaha tani. Pendapatan dibedakan atas dua pengertian yaitu pendapatan kotor dan pendapatan bersih dari hasil produksi.

34 Berikut merupakan data tabel pendapatan yang diperoleh petani di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya selama perhitungan satu kali panen. Tabel 7 Jumlah Pendapatan yang diperoleh petani selama perhitungan 1 kali panen No Jumlah Pendapatan (Rupiah) Jumlah Sampel (petani) 1 0 5.000.000 11 2 5.000.000 10.000.000 28 3 10.000.000 15.000.000 19 4 15.000.000 20.000.000 11 5 20.000.000 25.000.000 6 Total 75 Sumber : data primer diolah Februari 2014 Berdasarkan tabel 7 menurut hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah pendapatan per sekali panen paling rendah antara Rp. 20.000.000 25.000.000 terdapat 6 orang petani di Kecamatan ini. Sedangkan jumlah pendapatan paling tinggi antara Rp. 5.000.000 10.000.000 diperoleh 28 orang petani. Berdasarkan tabel di atas maka dapat dilihat bahwasanya besarnya jumlah pendapatan sangat berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan petani di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya. 4.3. Pembahasan Hasil Selanjutnya Penulis melakukan analisis statistik yang digunakan untuk membuktikan hipotesis penelitian dalam hal ini digunakan analisis regresi linear

35 sederhana, analisis korelasi dan koefisien determinasi, dan uji t yang diolah melalui program SPSS 18, dan hasil pengolahan data tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut : Tabel 8 Descriptive Statistics Mean Root Mean Square N Pendapatan 11154026.67 12468585.402 75 Produksi 3174.85 3454.791 75 Sumber : Hasil Regresi (data diolah April 2014) Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dengan jumlah Sampel (N) sebanyak 75 orang petani mempunyai jumlah rata-rata pendapatan (Y) adalah sebesar Rp. 11154026.67 dan variabel produksi (X) sebesar 3174.85 Kg. 4.3.1. Analisis Regresi Linear Sederhana Analisis regresi linear sederhana ini digunakan untuk mengetahui pengaruh antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen yang ditampilkan dalam bentuk persamaan regresi. Variabel independen dilambangkan dengan X sedangkan variabel dependen dilambangkan dengan Y. Persamaan regresi linear sederhana dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 9 Hasil estimasi pengaruh produksi padi terhadap pendapatan masyarakat Variabel Koefisien Standar t hitung t tabel sig α =alpa Regresi Error

36 Produksi 3571,613 60,289 59,241 1,980,000 0.05 Model : a. R (Koefisien korelasi)= 0,990 b. R 2 ( Koefisien Determinasi) = 0,979 Sumber : Hasil Regresi (data diolah April 2014) Berdasarkan tabel tersebut dapat dibuat persamaan regresi linear sederhana sebagai berikut: Y = b x + e Y = 3571,613 X Berdasarkan persamaan regresi diatas maka dapat diperoleh nilai Koefisien Regresi X (Produksi ) sebesar 3571,613 ini menyatakan apabila terjadi perubahan jumlah produksi yaitu penambahan sebesar 1 kg akan menyebabkan terhadap jumlah pendapatan naik sebesar 3571,613 rupiah. 4.3.2. Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi Koefisien korelasi adalah suatu analisa untuk menyatakan ada atau tidaknya hubungan yang signifikan antara variabel satu dengan variabel lainnya, dan dinyatakan dalam lambang r. Koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel produksi padi sawah terhadap pendapatan masyarakat di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya. Koefisien korelasi variabel produksi padi sawah diperoleh R = 0,990 menjelaskan terdapat hubungan yang kuat dan positif terhadap pendapatan masyarakat dengan keeratan hubungan 99,0 persen, dikarenakan produksi padi

37 sawah mengalami penambahan atau pengurangan akan mempengaruhi pendapatan masyarakat di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya. Koefisien determinasi digunakan untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel X (Produksi padi sawah) terhadap variabel Y (Pendapatan masyarakat). Adapun koefisien determinasi dapat diketahui dengan menggunakan rumus koefisien determinasi yaitu: Koefisien Determinasi = r² X 100% Koefisien Determinasi =(0,990) 2 X 100% Koefisien Determinasi = 97,9 % Berdasarkan perhitungan diatas peneliti dapat menjelaskan bahwa koefisien penentu atau koefisisen determinasi sebesar 97,9 persen ini berarti besarnya sumbangan variabel produksi padi sawah terhadap pendapatan masyarakat di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya. sebesar 97,9 persen. Sedangkan sisanya sebesar 2,1 persen disebabkan oleh faktor lainnya diluar model penelitian. 4.3.3. Uji t (Uji Parsial ) Uji t merupakan uji parsial untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel X terhadap variabel Y, yang akan diuji secara parsial. Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa variabel produksi padi sawah diperoleh t hitung sebesar 59,241 lebih besar t tabel sebesar 1,980 artinya variable produksi padi sawah berpengaruh signifikan terhadap pendapatan masyarakat di Kecamatan Seunagan Timur. Hal ini disebabkan apabila jumlah produksi padi sawah yang dihasilkan oleh petani