HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ARJAWINANGUN TAHUN 2015

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

HUBUNGAN KEHAMILAN POSTTERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ABDUL MOELOEK

HUBUNGAN PREMATURITAS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD JEND. AHMAD YANI KOTA METRO TAHUN 2016

HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMPSIA BERAT DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH

PENELITIAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN TERHADAP HASIL LUARAN JANIN. Idawati*, Mugiati*

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian selama kehamilan atau

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

BAB I PENDAHULUAN. 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 359 per

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011)

Agus Byna 1, Laurensia Yunita 2, Indah Ratna Sari * *Korespondensi Penulis, Telepon : ,

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG RESIKO TINGGI KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

Hubungan Antara Partus Lama Dan Kondisi Air Ketuban Dengan Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir (Stady Kasus Di Rsud Kota Salatiga Tahun 2012)

HUBUNGAN PERSALINAN KALA II LAMA DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU. LAHIR DI RSUD.Dr.H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN Husin :: Eka Dewi Susanti

Cirebon, Jawa Barat, Indonesia, ABSTRAK

HUBUNGAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD WATES KULON PROGO

BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN ASFIXIA NEONATORUM

HUBUNGAN ANTARA ANEMIA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DAN PERDARAHAN POSTPARTUM

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA TAHUN NASKAH PUBLIKASI

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA

HUBUNGAN PELAKSANAAN SENAM HAMIL TERHADAP KEJADIAN KALA II LAMA DI RSUD dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2015 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Millenium development goal (MDG) menargetkan penurunan AKI menjadi

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER DI RSUD ROKAN HULU TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. dunia mengalami preeklampsia (Cunningham, 2010). Salah satu penyulit dalam

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Maolinda et al.,persalinan Tindakan...

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan pada 2007 sebesar 228 per kelahiran hidup. Kenyataan

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN TRIMESTER I DENGAN KUNJUNGAN K1 MURNI DI BPS HANIK SURABAYA

HUBUNGAN UMUR, PARITAS DAN MANAJEMEN AKTIF KALA III DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA. Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. masih tingginya angka kematian bayi. Hal ini sesuai dengan target Millenium

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab tingginya angka kematian ibu terutama disebabkan karena faktor

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN BAYI LAHIR. Nofi Yuliyati & Novita Nurhidayati Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TRIMESTER I TENTANG ANTENATAL CARE DIPUSKESMAS JEPON KABUPATEN BLORA. Oleh

GAMBARAN KANDUNGAN PROTEIN DALAM URIN PADA IBU BERSALIN DENGAN PRE EKLAMPSI DI RSUD

BAB V PEMBAHASAN. bersalin umur sebanyak 32 ibu bersalin (80%). Ibu yang hamil dan

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN

Ria Yulianti Triwahyuningsih Akademi Kebidanan Muhammadiyah Cirebon, Jawa Barat, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSHARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2014

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG KEHAMILAN RESIKO TINGGI DIPUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN meninggal dunia dimana 99% terjadi di negara berkembang. 1 Angka

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD. PROF. DR. HI. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO TAHUN Tri Rahyani Turede NIM

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI BPS ERNAWATI BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan masa yang penting bagi perkembangan janin.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS PARITAS DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

Nunung Nurjanah Akademi Kebidanan Muhammadiyah Cirebon, Jawa Barat, Indonesia, ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. 2012, Angka kematian ibu adalah 395 per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi baru lahir merupakan proses fisiologis, namun dalam prosesnya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan persalinan normal, hanya sebagian saja (12-15%) merupakan

HUBUNGAN GRAVIDITAS DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RSUD

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN RETENSIO URINE PADA IBU NIFAS DI RSUD DR. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA

Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Buku Kesesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas Rancamanyar Baleendah Kabupaten Bandung

UMUR DAN PENDIDIKAN IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BBLR

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN LAMANYA PELEPASAN PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RUMAH BERSALIN AL-AMIN DONOYUDAN KALIJAMBE SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA NIFAS BERDASARKAN KARAKTERISTIK IBU DI BPM HJ. MAHMUDAH, S.S.T KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2016

HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEMATIAN NEONATAL DI RSUD. DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 ABSTRAK

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Pemanfaatan Kelas Ibu Hamil di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur

HUBUNGAN UMUR, PARITAS, DAN PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN ABSTRAK

Prevalensi Kejadian Asfiksia Neonatorum Ditinjau Dari Faktor Risiko Intrapartum Di PONEK RSUD Jombang

HUBUNGAN PERSALINAN KALA I MEMANJANG DENGAN KESEJAHTERAAN JANIN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) ini adalah mengacu pada deklarasi Millenium

HUBUNGAN FAKTOR RESIKO IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA DI RSIA NORFA HUSADA BANGKINANG TAHUN 2013

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) 2015, terlihat

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAHARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN 2012

Jurnal Harapan Bangsa Vol.1 No.2 Desember 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSALINAN PRETERM DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA PRABUMULIH TAHUN 2014

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : HUBUNGAN RIWAYAT PERSALINAN PADA IBU MULTIPARA DENGAN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,

Gambaran Dukungan Keluarga Terhadap Kunjungan Masa Nifas

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Aribul Maftuhah

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) adalah Deklarasi Milenium hasil

Hubungan Usia Kehamilan dan Preeklampsia dengan Asfiksia Neonatorum Bayi Baru Lahir di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN SENAM NIFAS DENGAN PROSES INVOLUSIO UTERI DI DESA CANDIREJO

HUBUNGAN PARITAS DAN RIWAYAT SC DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL YOGYAKARTA PERIODE NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tekanan darah dan proteinuria yang muncul ditrimester kedua

KETUBAN PECAH DINI DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seorang ibu dalam usia reproduktif. Perubahan-perubahan yang

HUBUNGAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RUMAH SAKIT UMUM DEWI SARTIKA PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. terakhir (HPHT) atau, yang lebih akurat 266 hari atau 38 minggu setelah

BAB I PENDAHULUAN. mengarah kepada kematian. Berdasarkan Badan Kesehatan Dunia (WHO)

HUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DENGAN PERSALINAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT MUTIARA BUNDA SALATIGA

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ARJAWINANGUN TAHUN 2015 Nurhasanah Akademi Kebidanan Muhammadiyah Cirebon, Jawa Barat, Indonesia, 45135 Email: khansa_noer@yahoo.com ABSTRAK Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon pada tahun 2012 diperoleh kematian ibu sebanyak 65 orang dari 47.040 orang. Terdapat 16 ibu hamil, 16 ibu bersalin, dan 33 ibu nifas. Penyebabnya adalah perdarahan (24%), preeklamsi dan eklamsi (28%), infeksi (11%). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Arjawinangun dari 16 terdapat 1 bayi yang dilahirkan mengalami asfiksia akibat dari preeklampsia. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara preeklampsia dengan kejadian asfiksia bayi baru lahir di RSUD Arjawinangun tahun 2015. Penelitian ini menggunakan metode analitik dengan pendekatan cross sectional, waktu pelaksanaannya adalah dari tanggal 9 sampai 12 Januari 2016. Adapun pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Data diolah dan diamati dengan menggunakan lembar checklist, analisis univariat dan analisis bivariat. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa kejadian preeklampsia pada ibu bersalin dan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di RSUD Arjawinangun masih cukup tinggi, dengan hasil analisis univariat ibu bersalin dengan preeklampsia sebanyak 22,3% dan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir sebanyak 18,9%, hasil analisis didapatkan bahwa ada hubungan antara preeklampsia dengan kejadian asfiksia, sedangkan hasil analisis bivariat dari perhitungan uji statistik didapatkan p value = 0,01 sehingga didapatkan p value < 0,05. Kesimpulan : Ada hubungan antara preeklampsia dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di RSUD Arjawinangun tahun 2015. Saran : Diharapkan agar penentu kebijakan rumah sakit dapat mengoptimalkan atau meningkatkan Sumber Daya Manusia (SD M) melalui pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Kata Kunci : Preeklampsia, Asfiksia Daftar Bacaan : 5 (2005 s/d2013) 83

PENDAHULUAN Millenium Development Goal s (MDG s) adalah Deklarasi Millenium hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189 negara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada September 2000, berupa delapan butir tujuan untuk dicapai pada tahun 2015. Salah satu targetnya adalah pada tujuan keempat dan kelima yaitu untuk menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Di bawah MDGs, negara-negara berkomitmen untuk mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) sampai ¾ dalam kurun waktu 1990 sampai 2015, yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (WHO,2012). Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk menentukan status derajat kesehatan suatu negara terutama kaum perempuan. Hampir semua kematian (99 %) terjadi di negara berkembang. Negara maju melaporkan 16 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di negara berkembang melaporkan 240 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2012). Angka kematian ibu di Indonesia merupakan angka kematian ibu tertinggidi Asia yaitu 228/100.000 kelahiran hidup, dimana 24% disebabkan olehpreeklampsia. Preeklampsia dan masalah gangguan hipertensi lainnya adalahmasalah signifikan dalam kebidanan yang belum terpecahkan, walaupun sudahdilakukan riset intensif selama beberapa dekade terakhir (Cunningham, 2005 Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, rasio kematian ibu diperkirakan sebesar 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup untuk periode 2008-2012. Analisis ini menunjukan penuruan 84

dari SDKI 1994 sampai dengan SDKI 2007. Namun, gambaran ini meningkat pada SDKI 2012 sehingga memerlukan upaya dan dukungan serta kerjasama dari semua sektor yaitu, pemerintah, swasta, dan masyarakat itu sendiri. Kematian ibu di Indonesia 50% terjadi di 5 Provinsi yaitu, Provinsi Jawa Barat (19,8%), Jawa Tengah (15,3%), Nusa Tenggara Timur (5,6 %), Banten (4, 7%), dan Jawa Timur (4,3 %). Provinsi Jawa Barat merupakan penyumbang terbesar Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia. Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, angka kematian bayi di Indonesia sebesar 31/1.000 kelahiran hidup, dimana penyebab pertama kematian bayi di Indonesia adalah asfiksia dengan persentase sebesar 44,92% atau 10.283 kasus. Asfiksia merupakan keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur segera setelah dilahirkan, dan jika proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mempengaruhi fungsi organ vital dan dapat menyebabkan kerusakan otak serta kematian (Saifuddin, 2008). Asfiksia dapat disebabkan oleh faktor ibu, janin, dan plasenta. Salah satu penyebab pada faktor ibu yaitu preeklampsia. Pada kehamilan dengan preeklampsia, terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis yang menyebabkan aliran darah uteroplasenta menurun dan menyebabkan terjadi hipoksia pada janin. Hipoksia ini berpeluang menjadi keadaan asfiksia pada saat bayi dilahirkan (Prawirohardjo, 2008). Bidan wajib melakukan pemeriksaan kehamilan, terutama jika pada kehamilan ditemukan tanda preeklampsia. Bidan hendaknya merujuk ke pelayanan kesehatan yang lebih tinggi, karena kompetensi bidan hanya sebatas identifikasi penyimpangan 85

kehamilan normal (Kepmenkes RI no. 369,2007). Upaya untuk menurunkan AKI masih terus dilakukan melalui berbagai terobosan guna mengatasi penyebab langsung dan tidak langsung dari kematian ibu. Salah satu penyebab tidak langsung adalah 4 Terlalu dan 3 Terlambat. 4 Terlalu yaitu, Terlalu muda untuk melahirkan (ku rang dari 20 tahun), Terlalu tua untuk melahirkan (lebih dari 35 tahun), Terlalu sering melahirkan (anak lebih dari 3 berisiko tinggi), dan Terlalu dekat atau rapat jarak kelahirannya (kelahiran berikutnya kurang dari 2 tahun). 3 Terlambat yaitu, Terlambat mengetahui adanya kelainan atau penyakit pada ibu hamil, Terlambat mengambil keputusan (terlambat sampai ke tempat sarana kesehatan), dan Terlambat mengirim serta menangani (terlambat sampai di tempat rujukan sehingga kondisi ibu lemah). Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2012, kejadian kematian ibu sebanyak 548 dari 911.349 baik dalam masa kehamilan, persalinan maupun masa nifas. Penyebab utama Angka Kematian Ibu (AKI) khususnya di negara berkembang sebagian besar dikarenakan oleh penyakit obstetri langsung. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon pada tahun 2012 diperoleh kematian ibu sebanyak 65 orang dari 47.040 orang. Terdapat 16 ibu hamil, 16 ibu bersalin, dan 33 ibu nifas. Penyebabnya adalah perdarahan (24%), preeklamsi dan eklamsi (28%), infeksi (11%). Preeklampsia merupakan sindrom spesifik pada kehamilan yang dapat mempengaruhi keadaan janin dalam rahim ibu. Komplikasi yang dapat 86

terjadi salah satunya adalah keadaan asfiksia saat bayi dilahirkan (Prawirohardjo, 2008). Selain asfiksia pada bayi baru lahir, preeklampsia juga berdampak pada ibu yaitu meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada ibu. Upaya yang dapat dilakukan oleh bidan adalah salah satunya mendeteksi secara dini ibu bersalin mengalami preeklampsia atau tidak. Manfaat dari hal tersebut adalah bidan dapat mengurangi angka kejadian preeklampsia yang dapat berakibat pada angka kematian ibu. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Suci Rahmawati di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta pada tahun 2013, hasil tabulasi silang (cross tab) menunjukkan bahwa ibu hamil yang mengalami preeklampsia berat akan melahirkan bayi asfiksia sejumlah 60 orang (69 %) dan tidak mengalami asfiksia sebanyak 27 orang (31%). Sedangkan ibu hamil yang mengalami preeklampsia ringan melahirkan bayi asfiksia sebanyak 19 orang (37,3%) dan yang tidak mengalami asfiksia sebanyak 32 orang (62,7%). Hasil perhitungan Uji Statistik dengan menggunakan Chi-Square, diperoleh p-value sebesar 0,000 atau α < 0,05 berarti tingkat kemaknaannya adalah > 95%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara preeklampsia dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Putu Emy Suryanti di RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2013, berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Ruang VK RSUP Sanglah Denpasar selama periode April-Mei 2013 dapat disimpulkan, kejadian preeklampsia 87

sebanyak 53 kasus atau sekitar 27,32% dan kejadian asfiksia sebanyak 44 kasus atau sekitar 22,68%. Ada hubungan yang signifikan antara preeklampsia dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir. Dalam Qur an surat Ar-Rad ayat 13 : 11 dijelaskan bahwa Allah lebih menyukai orang yang berusaha merubah keadaan ke yang lebih baik. Seperti dijelaskan pada ayat di bawah ini: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, yang di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. Peneliti melakukan studi pendahuluan di ruang bersalin RSUD Arjawinangun pada tanggal 14 sampai 20 Desember 2015, terdapat 11 ibu bersalin yang mengalami preeklampsia berat dan 5 ibu bersalin yang mengalami preeklampsia ringan. Dari 16 terdapat 1 bayi yang dilahirkan mengalami asfiksia akibat dari preeklampsia. Berdasarkan data di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan antara Preekalmpsia dengan Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir di RSUD Arjawinangun Tahun 2015. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode analitik dengan pendekatan cross sectional. Pelaksanaan penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, untuk mengetahui hubungan antara preeklampsia dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin yang ada di RSUD Arjawinangun pada tahun 2015yang berjumlah 88

2710 ibu bersalin. Teknik pengambilan sampel adalah total sampling. HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada bulan Desember 2015 sampai Januari 2016 di ruang bersalin RSUD Arjawinangun didapatkan jumlah persalinan pada tahun 2015 sebanyak 2710 dan disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut : 1. Angka Kejadian Preeklampsia Tabel 3. Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin Berdasarkan Kejadian Preeklampsia di RSUD Arjawinangun Tahun 2015 Kejadian Preeklampsia Frekuensi Persentase (%) Preeklampsia 603 22,3 Tidak Preeklampsia 2107 77,7 Total 2710 100 Berdasarkan tabel 3, menunjukkan bahwa terdapat 603 (22,3%) ibu bersalin dengan preeklampsia dari seluruh ibu bersalin di ruang bersalin RSUD Arjawinangun Tahun 2015. 2. Angka Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir Tabel 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir di RSUD Arjawinangun Tahun 2015 Kejadian Asfiksia Frekuensi Persentase (%) Asfiksia 512 18,9 Tidak Asfiksia 2198 81,1 Total 2710 100 89

Berdasarkan tabel 4, menunjukkan bahwa terdapat 512 (18,9%) bayi baru lahir mengalami asfiksia dari seluruh bayi baru lahir di RSUD Arjawinangun Tahun 2015. 3. Hubungan antara Preeklampsia dengan Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Tabel 5. Hubungan antara Preeklampsia dengan Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir di RSUD Arjawinangun Tahun 2015 Asfiksia Ya Tidak Jumlah F % F % F % P Value Preeklampsia Ya 113 18,8 490 81,2 603 100 Tidak 399 18,9 1708 81,1 2107 100 0,01 Jumlah 512 18,9 2198 81,1 2710 100 Berdasarkan tabel 5, dan hasil dari perhitungan Uji Satistik didapat p value = 0,01, sehingga p value < 0,05 maka keputusannya Ha diterima, artinya ada hubungan antara preeklampsia dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti akan membahas sebagai berikut : 1. Gambaran Kejadian Preeklampsia Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada tabel 3 dapat dilihat bahwa dari 2710 ibu bersalin sebagian besar mengalami preeklampsia 90

sebanyak 603 (22,3%). Hasil penelitian ini menunjukkan masih cukup tinggi kejadian preeklampsia pada ibu bersalin di RSUD Arjawinangun tahun 2015. Menurut Winkjosastro (2005), preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Preeklampsia merupakan penyebab kematian ibu dan perinatal yang tinggi terutama di negara berkembang. Kematian akibat preeklampsia meningkat lebih tajam dibandingkan infeksi dan perdarahan (Manuaba, 2010). Begitu juga hasil penelitian yang dilakukan oleh Putu Emy Suryanti di RSUP Sanglah Denpasar selama periode April-Mei 2013 kejadian preeklampsia sebanyak 53 kasus atau sekitar 27,32%. Menurut pendapat peneliti, bahwa kejadian preeklampsia ringan tidak dapat dicegah dan diketahui penyebabnya. Tetapi akan menjadi bahaya apabila ibu hamil kurang pengetahuan tentang pola hidup sehat dan tandatanda preeklampsia berat atau eklampsia. Preeklampsia tidak dapat diprediksi karena setiap ibu hamil berisiko. dikarenakan RSUD Arjawinangun adalah sebagai rumah sakit rujukan sehingga banyak kejadian preeklampsia. Oleh karena itu, setiap ibu hamil diharuskan melakukan pemeriksaan antenatal care yang adekuat dan melakukan deteksi sedini mungkin terhadap kejadian preeklampsia ringan agar tidak menjadi preeklampsia berat ataupun eklampsia. 2. Gambaran Kejadian Asfiksia Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada tabel 4 dapat dilihat bahwa dari 2710 bayi yang dilahirkan sebagian besar mengalami asfiksia sebanyak 512 (18,9%). Hasil penelitian ini menunjukkan masih cukup tinggi kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di RSUD Arjawinangun tahun 2015. 91

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir (JNPK-KR, 2010). Sebagian besar bayi baru lahir mampu mengatasi transisi dari intrauteri ke ekstrauteri, namun terkadang mengalami masalah yaitu terjadi asfiksia neonatorum yang merupakan salah satu kegawatan bayi baru lahir, yang berupa depresi pernafasan berkelanjutan sehingga menimbulkan berbagai komplikasi. Seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh Putu Emy Suryanti di di RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2013 didapatkan kejadian asfiksia sebanyak 44 kasus atau sekitar 22,68%.Gangguan yang timbul pada akhir kehamilan atau persalinan hampir selalu disertai anoksia atau hipoksia janin dan berakhir dengan asfiksia neonatus. Keadaan ini perlu mendapat perhatian utama agar persiapan dapat dilakukan dan bayi mendapat perawatan yang adekuat dan maksimal pada saat lahir (Rusepno, 2007). Menurut pendapat peneliti, kejadian asfiksia seharusnya dapat dicegah dengan melakukan pengawasan antenatal yang adekuat dan melakukan deteksi sedini mungkin terhadap setiap kelainan yang terjadi. Ibu bersalin yang mengalami preeklampsia baik preeklampsia ringan maupun preeklampsia berat kemungkinan akan melahirkan bayi asfiksia. 3. Hubungan antara Preeklampsia dengan Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada tabel 5 dapat dilihat bahwa dari 2710 jumlah persalinan sebagian besar mengalami preeklampsia dan asfiksia sebanyak 113 (18,8%). Hasil penelitian ini menunjukkan ada keterkaitan antara kejadian preeklampsia dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di RSUD Arjawinangun tahun 2015. 92

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Putu Emy Suryanti di RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2013, berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Ruang VK RSUP Sanglah Denpasar selama periode April-Mei 2013 dapat disimpulkan, kejadian asfiksia sebanyak 44 kasus atau sekitar 22,68%. Ada hubungan yang signifikan antara preeklampsia dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir. Hasil dari perhitungan uji statistik didapatkan p value = 0,01 sehinggan p value < 0,05, maka keputusannya Ha diterima, artinya ada hubungan antara preeklampsia dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di RSUD Arjawinangun tahun 2015. Berdasarkan hasil penelitian, ada hubungan antara preeklampsia dengan kejadian asfiksia ini merupakan sesuai dengan teori yang ada. Pada kehamilan normal, terjadi invasi trofoblas ke dalam lapisan otot arteri siparalis yang menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas ini memudahkan lumen arteri spiralis mengalami distensi dan dilatasi. Distensi dan vasodilatasi ini memberikan dampak terhadap penurunan tekanan darah, penurunan resistensi vaskular, dan peningkatan aliran darah pada daerah uteroplasenta sehingga aliran darah ke janin tercukupi dan menjamin pertumbuhan janin dengan baik. Proses ini disebut dengan remodeling arteri spiralis. Pada ibu dengan preeklampsia, tidak terjadi invasi sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis sehingga lapisan otot arteri spiralis menjadi kaku dan keras. Akibatnya, arteri spiralis mengalami vasokonstriksi dan terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis. Hal ini akan berpengaruh pada aliran 93

darah uteroplasenta yang menurun dan terjadilah iskemia plasenta serta hipoksia janin. Hipoksia janin akan berdampak pada keadaan bayi saat lahir, terutama keadaan asfiksia pada bayi baru lahir (Prawirohardjo, 2008). Ibu bersalin dengan preeklampsia kemungkinan akan melahirkan bayi asfiksia karena terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah yang ada di tubuh ibu sehingga pasokan oksigen untuk janin berkurang. Kejadian preeklampsia belum diketahui secara pasti penyebabnya tetapi untuk deteksi dini pada preeklampsia ringan dapat diktahui dengan antenatal care sehingga kejadian preeklampsia berat dapat dicegah antara lain dengan cara memberitahu tentang tanda-tanda preeklampsia berat. Sehingga kejadian asfiksia pada ibu bersalin dengan preeklampsia dapat dicegah dan tidak menambah angka morbiditas dan mortalitas pada ibu dan bayi. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang sudah dipaparkan, maka peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut: 1. Kejadian preeklampsia di RSUD Arjawinangun tahun 2015 masih cukup tinggi yaitu 603 (22,3%) dari jumlah seluruh ibu bersalin. 2. Kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di RSUD Arjawinangun tahun 2015 masih cukup tinggi yaitu 512 (18,9%). 3. Ada hubungan antara preeklampsia dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di RSUD Arjawinangun tahun 2015. 94

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Departemen Farmakologi Cunningham, F. G, dkk. 2005. Obstetri Williams. Jakarta: EGC Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. (2012). Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi. Diakses pada tanggal 14 Desember 2015 dari http://dinaskesehatanprovinsijabar.com Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon. (2012). Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi. Diakses pada tanggal 14 Desember 2015 dari http://dinaskesehatankabupatencirebon.com Hidayat, A Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Salemba Medika: Jakarta JNPK-KR. 2010. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Salemba KepMenKes RI. 2007. Tenaga Kesehatan. Diakses pada tanggal 14 Desember 2015 dari http://perpustakaan.depkes.go.id Manuaba, Ida Bagus Gede. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC Mitayani, 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Rahmawati, Suci. 2013. Hubungan Preeklampsia dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta Tahun 2013. Diambil pada tanggal 14 Desember 2015 Riyanto, Agus. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika Rusepno, Hassan. 2007. Ilmu Kesehatan Anak. Volume 1. Jakarta : Balai Penerbit FKUI Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo SDKI. (2012). Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi. http://surveydemografidankesehatanindonesia.com. Diakses pada 95

tanggal 2 September 2015 Suryanti, Putu Emy. 2013. Hubungan Preeklampsia dengan Kejadian Asfiksia pada Bayi Baru Lahir di RSUP Sanglah Denpasar. Diambil pada tanggal 14 Desember 2015 WHO. (2012). Angka Kematian Ibu. Diambil pada tanggal 2 September 2015 dari http://www.who.com Winkjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo 96