BAB I PENDAHULUAN. teknologinya. Salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan Sumber daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dibutuhkan oleh semua orang. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LATERAL MATEMATIS SISWA MELALUI PEND EKATAN OPEN-END ED

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Berpikir merupakan aktivitas mental yang disadari dan diarahkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Proses pembelajaran matematika yang dilaksanakan selama ini

Noor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2), Tisna Megawati 3) Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

I. PENDAHULUAN. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa. Hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika sebagai ilmu yang timbul dari pikiran-pikiran manusia yang

PENDEKATAN OPEN-ENDED (MASALAH, PERTANYAAN DAN EVALUASI) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA. Agustinus Sroyer FKIP Universitas Cenderawasih Jayapura

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan dan teknologi, diperlukan adanya sumber daya manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Becker dan Shimada (1997: 1) mengungkapkan bahwa we propose to call problem

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dapat menuju ke arah hidup yang lebih baik dengan menempuh

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat,

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

BAB I PENDAHULUAN. Fery Ferdiansyah, Penerapan Model Pembelajaran Osborn Untuk Meningkatkan Literasi Dan Disposisi Matematis Siswa SMP

BAB II KAJIAN TEORITIK

Key Words: creative thinking, open ended problems. Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jember 41

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang pula. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN PEMAHAMAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN HEURISTIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sementara Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang sangat berperan penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riva Lesta Ariany, 2014

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Menurut Undang-Undang

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya, visi pendidikan matematika mulai dari pendidikan dasar

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Diantaranya, Kurikulum 1964, Kurikulum 1974, Kurikulum 1984, Kurikulum

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa melalui model matematika. sebagai produk yang siap pakai. Selain itu guru-guru tidak mengetahui bahwa

BAB I A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dan kritis (Suherman dkk, 2003). Hal serupa juga disampaikan oleh Shadiq (2003)

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan ide-ide melalui lisan, tulisan,

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang mendasari perkembangan

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari serta dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penalaran merupakan terjemahan dari reasoning. Ross (Rochmad, 2008)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu ilmu yang dapat meningkatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA NEGERI 2 BIREUEN PADA MATERI KALOR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN - ENDED PROBLEM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

sehingga siswa perlu mengembangkan kemampuan penalarannya.

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS TERHADAP SOAL-SOAL OPEN ENDED

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Dalam menghadapi perkembangan zaman, siswa dituntut menjadi individu yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, tiap individu senantiasa menghadapi masalah, dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran biologi pada Sekolah Menengah Atas berdasarkan Standar

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, dan mampu mengkomunikasikan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Matematika dalam implementasinya tidak hanya berkaitan dengan

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE SAKAMOTO UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA (PTK

Pengembangan Soal-Soal Open-Ended pada Pokok Bahasan Barisan dan Deret Bilangan di Kelas IX A SMP Negeri 2 Tolitoli

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Elita Lismiana, 2013

BABI PENDAHULUAN. Tuntutan dalam dunia pendidikan telah mengalami banyak perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, bangsa Indonesia harus

BAB V PENUTUP. Penelitian ini menemukan gambaran berpikir matematis siswa SMP dalam. Pembelajaran Berbasis Budaya Islam adalah sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Munandar (1987) menyatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir

LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hesty Marwani Siregar, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. manusia. Hampir seluruh aspek kehidupan manusia berhubungan dengan

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB I PENDAHULUAN. tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Kemudian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi saat sekarang ini berkembang sangat pesat. Pendidikan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan yang memegang peranan penting sehingga suatu negara dapat mencapai sebuah kemajuan dalam teknologinya. Salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah matematika. Oleh karena itu matematika merupakan bidang studi yang menduduki peranan penting dalam bidang pendidikan. Matematika diajarkan karena dapat menumbuhkembangkan kemampuan bernalar yaitu berpikir sistematis, logis dan kritis dalam mengkomunikasikan gagasan atau ide dalam memecahkan masalah. Penalaran merupakan proses berpikir yang dilakukan dengan satu cara untuk menarik kesimpulan. Kesimpulan yang bersifat umum dapat ditarik dari kasus-kasus yang bersifat individual. Proses penalaran, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah merupakan aktivitas mental yang membentuk inti berpikir. Menurut Matlin (Priyatna, 2003:1) ketiga proses tersebut saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Penalaran merupakan kegiatan berpikir dan bukan perasaan. Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Proses bernalar perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika, sebagaimana tertera dalam Permendiknas No.22 (Depdiknas 2006) tentang standar isi, pelajaran 1

2 matematika salah satunya bertujuan agar siswa: menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. Belajar matematika adalah melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan. Materi matematika dan penalaran matematika merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu materi matematika dipahami melalui penalaran, dan penalaran dipahami dan dilatihkan melalui belajar materi matematika (Setyono: 2008). Kepentingan pembelajaran penalaran juga direkomendasikan oleh NCTM, 1989 yaitu untuk matematika sekolah kelas 5-8 agar siswa dapat: (1) mengenal dan menerapkan penalaran induktif dan deduktif, (2) memahami dan menggunakan proses penalaran dengan perhatian khusus pada penalaran keruangan serta penalaran dengan proporsi dan grafik, (3) membuat dan mengevaluasi konjektur dan argumentasi matematika, (4) memvalidasi pikiran mereka sendiri, dan (5) menghargai kegunaan serta kekuatan penalaran sebagai bagian dari matematika. Berdasarkankan kepentingan penalaran diatas siswa dituntut memiliki suatu kemampuan matematika. Kemampuan matematika digunakan siswa untuk memahami pengetahuan dan memecahkan masalah yang dihadapi. Dalam hal ini gurulah yang berperan memberikan motivasi kepada siswa agar dapat belajar matematika dengan baik untuk meningkatkan kemampuan penalaran siswa. Pada kenyataannya kemampuan penalaran siswa masih rendah. Sebagai contoh observasi yang dilakukan terhadap siswa SMP Swasta Muhammadiyah 7 kelas VIII. Diberikan soal penalaran berikut: Jika Sakinah 5 tahun lebih tua dari

3 Dewi sedangkan jumlah umur mereka adalah 25 tahun. Maka umur masingmasing dari mereka dapat diketahui. Apa yang dapat kamu simpulkan?. Hasil kerja siswa dapat dilihat dari contoh salah seorang siswa dalam menjawab soal penalaran berikut: Gambar 1.1 : Contoh hasil kerja siswa kemampuan penalaran Dari soal tersebut diharapkan siswa dapat menggunakan kemampuan penalaran untuk menemukan penyelesaian soal tersebut, tetapi tidak seperti yang diharapkan. Jawaban siswa tidak menunjukkan penalaran, dimana penalaran yang ingin dilihat pada soal diatas adalah penalaran kondisional, seharusnya siswa dapat menarik kesimpulan dari soal tersebut tetapi kenyataannya siswa menuliskan respon (penyelesaian) tetapi keliru dalam menyelesaikan soal. Hal tersebut menggambarkan kemampuan penalaran siswa rendah karena siswa tidak dapat mengunakan kemampuan berpikirnya untuk menarik kesimpulan. Selain penalaran, matematika juga perlu diberikan untuk membekali siswa mampu berpikir kreatif. Berpikir kreatif merupakan suatu proses yang digunakan ketika seorang individu mendatangkan atau memunculkan suatu ide baru. Menurut Munandar (Nurizzati: 2009) berpikir kreatif adalah kemampuan

4 berdasarkan data atau informasi yang tersedia dalam menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Makin banyak kemungkinan jawaban yang dapat diberikan terhadap suatu masalah makin kreatiflah seseorang, tentunya dengan memperhatikan mutu atau kualitas dari jawaban tersebut. Secara operasional, Munandar (Nurizzati: 2009) mengemukakan: berpikir kreatif merupakan kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan dan kemampuan memberikan penilaian atau evaluasi terhadap suatu obyek atau situasi. Diharapkan siswa dapat menggunakan kreativitasnya. Sehingga siswa diajak dan diberi kesempatan untuk merancang/membuat sesuatu serta menuliskan ide atau gagasannya. Di lapangan kemampuan kreativitas siswa masih rendah. Sebagai contoh observasi yang dilakukan terhadap siswa SMP Swasta Muhammadiyah 7 kelas VIII. Diberikan soal berpikir kreatif berikut: Putri membeli 2 bakso bakar dan 2 es kiko dengan harga Rp7.000,00, kemudian ia membeli lagi 1 bakso bakar dan 3 es kiko dengan harga Rp.8.500,00, (a). Dapatkah kalian membantu Putri mengetahui harga 1 bakso bakar dan 1 es kiko? (b). Jika kamu sudah mengetahui harga masing-masing bakso bakar dan es kiko, buatlah pertanyaan baru dari permasalahan diatas, (misalnya, jika Putri ingin membeli 1 bakso bakar dan 2 es kiko, berapa uang yang harus dikeluarkan Putri? Gunakan caramu sendiri untuk menjawab soal ini. Hasil kerja siswa dapat dilihat dari contoh salah seorang siswa dalam menjawab soal berpikir kreatif berikut:

5 Gambar 1.2 : Contoh hasil kerja siswa kemampuan berpikir kreatif Dari soal tersebut diharapkan siswa dapat menggunakan kreativitasnya untuk menemukan penyelesaian soal tersebut, tetapi tidak seperti yang diharapkan. Kreativitas yang ingin dilihat pada soal diatas adalah kelancaran (fluency) yaitu kemampuan menghasilkan banyak gagasan atau beberapa pertanyaan baru yang berkaitan dibuat, tetapi jawaban siswa tidak seperti yang diharapkan. Siswa menjawab soal tersebut tetapi tidak memberikan atau menghasilkan banyak gagasan. Hal tersebut menggambarkan kemampuan berpikir kreatif siswa rendah. Penalaran dan berpikir kreatif merupakan dua kemampuan yang sangat dekat. Kemampuan penalaran dan berpikir kreatif sangatlah diperlukan dalam mata pelajaran matematika karena orang yang memiliki kemampuan penalaran serta memiliki kreativitas cenderung mudah menyelesaikan permasalahan

6 matematika yang berkaitan dengan konsep yang dipelajari dan melihat bermacam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu permasalahan. Pada dasarnya, setiap anak memiliki potensi untuk bernalar dan berpikir kreatif walaupun tingkat bernalar dan kreativitasnya berbeda-beda. Di lapangan sering terlihat perbedaan antara perempuan dan laki-laki baik dalam bidang pendidikan, pekerjaan dan sebagainya. Laki-laki mempunyai kedudukan tertinggi pada saat seluruh kehidupan serta anggota kelompok ditentukan oleh pemimpin yang laki-laki tersebut. Laki-laki dianggap orang yang patut memimpin. Akibatnya perempuan lebih rendah kedudukannya, meskipun dalam Undang-undang Dasar 1945 hak laki-laki dan perempuan tidak dibedakan tetapi dalam kenyataannya sangat berbeda. Perbedaan gender dalam pendidikan dapat terjadi dalam kemampuan penalaran dan berpikir kreatif siswa. Menurut Zago et al dan Schaie (Ramelan, 2008:87) menjelaskan bahwa perempuan tampil lebih baik dalam tugas verbal, ingatan, kefasihan dalam kata dan penalaran induktif daripada laki-laki tetapi Brandon (Ramelan, 2008:87) mengatakan tidak ada perbedaan dalam kemampuan penalaran deduktif pada laki-laki dan perempuan. Dengan kata lain, laki-laki dan perempuan tidak berbeda dalam berpikir yang sifatnya dari luas ke spesifik sedangkan perempuan lebih baik dalam berpikir yang sifatnya dari spesifik ke luas. Menurut Stanley (Munandar, 2009:254) menyatakan bahwa anak perempuan melebihi anak laki-laki dalam kemampuan verbal, berpikir divergen verbal, dan dalam kecerdasan umum, sedangkan anak laki-laki melebihi anak perempuan dalam kemampuan kuantitatif dan visual-spasial.

7 Berdasarkan pendapat diatas dapat dikatakan bahwa setiap anak memiliki potensi untuk bernalar dan memiliki kreativitas walaupun tingkat bernalar dan kreativitasnya berbeda-beda. Guru diharapkan dapat meningkatkan penalaran dan berpikir kreatif matematis siswa sesuai dengan kemampuan individu siswa. Meskipun pada umumnya guru akan mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan pengalaman dan pertimbangan masing-masing. Guru bisa membelajarkan siswa melalui kegiatan-kegiatan matematika tingkat tinggi yang sistematis atau melalui kegiatan-kegiatan matematika yang mendasar untuk melayani siswa yang kemampuannya rendah. Selain dari rendahnya kemampuan penalaran dan kreativitas siswa, faktor lain yang menyebabkan rendahnya penalaran dan kreativitas siswa dalam belajar matematika adalah kegiatan pembelajaran yang terpusat pada guru, guru monoton menguasai kelas dan asyik sendiri dengan apa yang telah dipersiapkan dalam mengajar, demikian juga siswa asyik menjadi penerima informasi yang baik dari gurunya, sehingga siswa kurang aktif dan kurang leluasa dalam menyampaikan ide-idenya. Akibatnya penalaran siswa dalam matematika jadi kurang optimal serta keaktifan dan kreativitas siswa dalam pembelajaran matematika hampir tidak kelihatan. Saat sekarang ini diharapkan adanya pembenahan model pembelajaran sehingga dapat menjadikan siswa bersikap aktif, kreatif dan inovatif dalam menanggapi setiap pelajaran yang diajarkan di sekolah. Untuk mengatasi masalah diatas maka seorang guru diharapkan menggunakan pendekatan yang tepat. Pendekatan adalah suatu arah atau kebijaksanaan yang ditempuh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan

8 pembelajaran dilihat dari sudut bagaimana proses pembelajaran atau materi pengajaran itu, umum atau khusus dikelola. Maka dalam hal ini dimungkinkan pendekatan yang sesuai adalah pendekatan open-ended. Pendekatan open-ended merupakan pendekatan pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan yang memiliki banyak proses untuk mendapatkan jawaban yaitu metode atau penyelesaian yang benar lebih dari satu serta mungkin juga dengan banyak jawaban (yang benar). Pembelajaran yang dimunculkan Shimada ini (Suherman, dkk, 2001:113), mengembangkan masalah-masalah terbuka (open ended) atau masalah tak lengkap (incomplete problem). Masalahmasalah seperti ini memiliki banyak jawaban yang benar, yang juga mengandung banyak cara atau pendekatan. Proses pembelajaran dengan pendekatan openended suatu masalah yang tak lengkap terlebih dahulu dikemukakan pada siswa. Berikutnya beberapa jawaban yang benar dikemukakan sebagai jawaban terhadap masalah yang diberikan untuk memberikan pengalaman pada siswa tentang bagaimana menentukan sesuatu yang baru dalam proses yang berlangsung. Langkah ini dilakukan dengan memadukan pengetahuan, keterampilan dan cara berpikir siswa yang telah diperoleh sebelumnya. Dengan demikian jika siswa diberi soal open-ended, menggali sumber yang dibutuhkan untuk membuat kesimpulan, rencana mengerjakan tugas, memilih metode dan menerapkan kemampuan matematika mereka, diharapkan siswa akan mendapatkan sejumlah manfaat dari hal tersebut. Selain manfaat dalam bidang kognitif, mereka juga akan mendapatkan manfaat dalam bidang

9 afektif, antara lain mereka merasa dihargai karena diberi kesempatan yang sama untuk mengkonstruksi konsep secara individu. Jawaban dari suatu tugas atau pertanyaan yang sifatnya open-ended tidaklah mutlak tunggal, melainkan bisa terdiri dari berbagai jawaban. Ini berbeda dari pertanyaan tertutup yang hanya memiliki sebuah jawaban tunggal. Kedua jenis pertanyaan ini (tertutup dan terbuka) amat berguna dalam pembelajaran. Disaat siswa bekerja dalam kelompok, pertanyaan tertutup bisa mendorong mereka untuk mendiskusikan lebih jauh untuk memperoleh jawaban yang benar. Namun, pertanyaan yang terbuka juga sangat penting, karena siswa biasanya mampu menjawab sesuai dengan tingkat kemampuannya, karena tak ada jawaban tunggal yang benar. Kemampuan penalaran dan berpikir kreatif setiap siswa tidak sama baik antara siswa laki-laki, antara siswa perempuan maupun antara siswa laki-laki dan perempuan. Dalam belajar matematika tentunya pemahaman siswa akan berbeda pula. Pertanyaan terbuka memungkinkan keterlibatan siswa lebih banyak karena siswa diminta memberi kontribusi yang lebih dari gagasan pribadinya. Ini berarti hasil dari kerja kelas akan lebih kaya lagi, dan akan muncul berbagai ide yang diekspresikan siswa, yang dapat dibandingkan dan didiskusikan. Dengan cara ini otonomi siswa memungkinkan guru memperoleh ide yang baik tentang apa yang mampu dihasilkan siswa. Berdasarkan hal tersebut dimungkinkan terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran berdasarkan gender siswa terhadap kemampuan penalaran dan berpikir kreatif siswa.

10 Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melihat kontribusi kemampuan penalaran dan kreativitas siswa melalui pembelajaran pendekatan open-ended dalam memecahkan masalah matematika agar prestasi belajar matematika lebih baik. Dalam memenuhi maksud tersebut, maka penulis tertarik mengadakan suatu penelitian tentang Peningkatan Kemampuan Penalaran dan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui Pendekatan Open-Ended berdasarkan Gender Siswa. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasi masalah yang dapat menyebabkan rendahnya kemampuan penalaran dan Kreativitas siswa, sebagai berikut: 1. Kemampuan penalaran matematis siswa rendah 2. Kreativitas siswa dalam matematika rendah. 3. Guru kurang kreatif dalam menerapkan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan materi. 4. Pembelajaran masih berorientasi pada pola pembelajaran yang lebih banyak didominasi oleh guru. 5. Jawaban siswa merupakan jawaban tunggal 6. Setiap manusia memiliki kemampuan berpikir dan tingkat kreativitas yang berbeda. 7. Interaksi pendekatan pembelajaran berdasarkan gender siswa terhadap kemampuan penalaran dan berpikir kreatif.

11 C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan diatas, masalah yang dikaji dalam penelitian ini perlu dibatasi sehingga penelitian ini lebih terarah, efektif, dan efisien serta memudahkan dalam melaksanakan penelitian. Maka penelitian ini dibatasi pada: 1. Kemampuan penalaran siswa masih rendah, sehingga siswa tidak mampu menyelesaikan materi-materi pembelajaran matematika. 2. Kemampuan berpikir kreatif siswa tergolong rendah, sehingga tidak terlihat bermacam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu permasalahan matematika. 3. Proses pembelajaran yang selama ini menggunakan pembelajaran yang biasa dilakukan guru yang terfokus dengan jawaban tunggal dalam menyelesaikan soal dan belum menunjukkan hasil maksimal terhadap kemampuan penalaran dan berpikir kreatif matematis siswa, sehingga dibutuhkan sebuah model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan dapat meningkatkan penalaran dan berpikir kreatif matematis siswa yaitu menggunakan pendekatan open-ended. 4. Kemampuan berpikir dan kreativitas siswa memiliki tingkatan yang berbeda antara siswa laki-laki dan siswa perempuan. 5. Interaksi antara pendekatan pembelajaran berdasarkan gender siswa terhadap kemampuan penalaran dan berpikir kreatif siswa.

12 D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka masalah penelitian yang akan diselidiki dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh pendekatan open-ended lebih baik daripada kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh pembelajaran biasa? 2. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pendekatan open-ended lebih baik daripada kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran biasa? 3. Apakah ada perbedaan peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa berdasarkan gender siswa melalui pendekatan open-ended? 4. Apakah ada perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa berdasarkan gender siswa melalui pendekatan open-ended? 5. Apakah ada interaksi antara pendekatan pembelajaran berdasarkan gender siswa terhadap kemampuan penalaran? 6. Apakah ada interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan gender siswa terhadap kemampuan berpikir kreatif? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tujuan sebagai berikut: 1. Mengetahui apakah peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh pendekatan open-ended lebih baik daripada kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.

13 2. Mengetahui apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pendekatan open-ended lebih baik daripada kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh pembelajaran biasa. 3. Mengetahui adanya perbedaan peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa berdasarkan gender siswa melalui pendekatan open-ended. 4. Mengetahui adanya perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa berdasarkan gender siswa melalui pendekatan open-ended. 5. Mengetahui adanya interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan gender terhadap kemampuan penalaran. 6. Mengetahui adanya interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan gender terhadap kemampuan berpikir kreatif. F. Manfaat Penelitian Setelah penelitian ini selesai dilaksanakan, maka diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar bagi dunia pendidikan antara lain: 1. Memberikan bahan pertimbangan kepada guru sebagai tenaga pendidik dalam memilih pendekatan pembelajaran yang paling tepat untuk menyampaikan materi pelajaran di kelas. 2. Dapat dijadikan sebagai dasar bagi peneliti untuk mengembangkan pendekatan pembelajaran matematika. 3. Diharapkan melalui pendekatan open-ended akan terbina sikap belajar yang kreatif dalam menghadapi permasalahan matematika yang akhirnya akan

14 berimplikasi pada peningkatan kemampuan penalaran dan berpikir kreatif siswa khususnya dan umumnya peningkatan hasil balajar siswa dalam matematika. 4. Hasil penelitian diharapkan bermanfaat sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang membahas dan meneliti permasalahan yang sama. G. Defenisi Operasional Untuk menghindari terjadinya perbedaan pengertian terhadap istilah-istilah yang terdapat pada rumusan masalah dalam penelitian ini maka perlu adanya penjelasan mengenai istilah-istilah dalam variabel penelitian ini, yaitu : 1. Kemampuan Penalaran Kemampuan penalaran adalah kemampuan siswa untuk mencari kebenaran dalam menggunakan aturan, sifat-sifat dan logika matematika yang diukur dan dievaluasi berdasarkan kemampuan cara berpikir berdasarkan fakta analogi, generalisasi, kondisional dan silogisme sesuai dengan informasi yang diberikan. 2. Berpikir Kreatif Berpikir kreatif merupakan kemampuan siswa yang meliputi kelancaran (fluency) yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan, keluwesan (flexibility) yaitu kemampuan untuk mengajukan bermacam-macam pemecahan terhadap masalah, keaslian (originality) adalah kemampuan untuk melahirkan gagasan-gagasan asli yang merupakan hasil pemikiran sendiri, dan penguraian (elaborasi) yaitu kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara teperinci.

15 3. Pendekatan Open-ended Pendekatan open-ended merupakan pendekatan pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan yang memiliki banyak metode penyelesaian dalam menjawab soal sehingga memungkinkan siswa memperoleh banyak ragam jawaban (yang benar) dari beragam metode penyelesaian yang digunakan. Langkah-langkahnya meliputi: menyajikan masalah, pengorganisasian pembelajaran, bimbingan dan pengarahan serta membuat kesimpulan. 4. Pembelajaran Biasa Pembelajaran biasa merupakan pembelajaran yang biasa dilakukan guru dalam proses belajar mengajar yang menempatkan guru sebagai pusat pengajaran. Model pembelajaran ini hanya memusatkan siswa pada metode pembelajaran yang mengacu pada penjelasan materi, menjelaskan dan memberikan contoh soal, mengerjakan latihan dan memberikan penilaian. 5. Gender Gender merupakan suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan antara laki-laki dan perempuan.