Perancangan Keselamatan Ruangan Radiologi Pesawat Sinar-X Di PSTA BATAN Yogyakarta

dokumen-dokumen yang mirip
PERANCANGAN RUANGAN RADIOGRAFI MEDIK DI SEKOLAH TINGGI TEKNIK NUKLIR

Desain Ulang Shielding Ruangan Linear Accelerator (Linac) untuk Keselamatan Radiasi Di Gedung 14 PSTA-BATAN Yogyakarta

ANALISIS PAPARAN RADIASI LINGKUNGAN RUANG RADIOLOGI DI RUMAH SAKIT DENGAN PROGRAM DELPHI

ANALISIS KESELAMATAN PESAWAT SINAR-X DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SLEMAN YOGYAKARTA

PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Novita Rosyida

PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60

PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60

PENGUKURAN LAJU DOSIS PAPARAN RADIASI EKSTERNAL DI AREA RADIOTERAPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Diterima: 6 Juni 2016 Layak Terbit: 25 Juli 2016

Analisis Radiasi Hambur di Luar Ruangan Klinik Radiologi Medical Check Up (MCU)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN KONSUL UNTUK OPERATOR PADA PEREKAYASAAN PESAWAT SINAR-X MAMOGRAFI

ANALISIS KESELAMATAN RADIASI PADA LABORATORIUM SINAR-X INDUSTRI STTN BATAN YOGYAKARTA

RENCANA PROGRAM KEGIATAN. Prasyarat : 1. Deteksi Dan Pengukuran Radiasi 2. Fisika Atom Dan Inti

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

EVALUASI TEBAL DINDING RUANGAN PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) SINAR-X DI INSTALASI RADIOTERAPI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PENGUKURAN DOSIS RADIASI RUANGAN RADIOLOGI II RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT (RSGM) BAITURRAHMAH PADANG MENGGUNAKAN SURVEYMETER UNFORS-XI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI METODE PERHITUNGAN KETEBALAN PERISAI PADA RUANG DIGITAL RADIOGRAFI

PENGARUH TEGANGAN TABUNG (KV) TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAFI PESAWAT SINAR-X DIGITAL RADIOGRAPHY (DR) PADA PHANTOM ABDOMEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LEMBAR PENGESAHAN. No. Dok : Tanggal : Revisi : Halaman 1 dari 24

PRIMA Volume 8, Nomor 1, Juni 2011 ISSN : DESAIN PINTU RUANG PESAWAT SINAR-X DARI BAHAN KOMPOSIT KARET ALAM TIMBAL OKSIDA

PERANCANGAN PERISAI RADIASI PADA KEPALA SUMBER UNTUK PESAWAT RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN CO-60 PADA POSISI BEAM OFF

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

PERANCANGAN RUANG PENGUJIAN KEBOCORAN PESAWAT SINAR X RIGAKU 250 KV DI STTN BATAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KELUARAN ANTARA PESAWAT SINAR-X TOSHIBA MODEL DRX-1824B DAN TOSHIBA MODEL DRX-1603B. Skripsi

DAFTAR KELENGKAPAN DOKUMEN YANG HARUS DILAMPIRKAN


PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 780/MENKES/PER/VIII/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RADIOLOGI

PERKIRAAN DOSIS PASIEN PADA PEMERIKSAAN DENGAN SINAR-X RADIOGRAFI UMUM. RUSMANTO

BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi

PENENTUAN KEMBALI KOMPOSISI KOMPOSIT KARET ALAM TIMBAL OKSIDA SEBAGAI PERISAI RADIASI SINAR-X SESUAI KETENTUAN BAPETEN

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tindakan tertentu, maupun terapetik. Di antara prosedur-prosedur tersebut, ada

Analisa Kualitas Sinar-X Pada Variasi Ketebalan Filter Aluminium Terhadap Dosis Efektif

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

PERANCANGAN PERISAI RADIASI PADA KEPALA SUMBER UNTUK PESAWAT RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN CO-60 PADA POSISI BEAM OFF

BAB I PENDAHULUAN. Congrat Roentgen tahun 1895 dan unsur Radium oleh Fierre dan Marie Curie, 3

PREDIKSI DOSIS PEMBATAS UNTUK PEKERJA RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

Volume 3 No. 1 April 2017 ISSN :

ilmu radiologi yang berhubungan dengan penggunaan modalitas untuk keperluan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. massanya, maka radiasi dapat dibagi menjadi radiasi elektromagnetik dan radiasi

BAB. I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. bersinggungan dengan sinar gamma. Sinar-X (Roentgen) mempunyai kemampuan

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI

PENENTUAN TEBAL PERISAI RADIASI PERANGKAT RADIOTERAPI EKSTERNAL Co-60 UNTUK POSISI PENYINARAN

PENGARUH RADIASI HAMBUR TERHADAP KONTRAS RADIOGRAFI AKIBAT VARIASI KETEBALAN OBYEK DAN LUAS LAPANGAN PENYINARAN MUHAMMAD SYARIF BODDY

PERBANDINGAN DOSIS RADIASI DI UDARA TERHADAP DOSIS RADIASI DI PERMUKAAN PHANTOM PADA PESAWAT CT-SCAN

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 5, No. 4, Oktober 2016, Hal

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN TINGKAT PANDUAN PAPARAN MEDIK ATAU DIAGNOSTIC REFERENCE LEVEL (DRL) NASIONAL

PENENTUAN NILAI KOEFISIEN SERAPAN BAHAN DAN DOSIS RADIASI PADA VARIASI KOMBINASI KAYU DAN ALUMINIUM

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

Kata kunci : Fluoroskopi intervensional, QC, dosimetri, kualitas citra.

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja dan penduduk Indonesia secara umum akan bertambah baik dan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini survei deskriptif dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu pengumpul data.

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia karena terpapari sinar-x dan gamma segera teramati. beberapa saat setelah penemuan kedua jenis radiasi tersebut.

JImeD, Vol. 1, No. 1 ISSN X

Pengenalan perangkat lunak untuk survei data dosis pasien dalam rangka penyusunan Indonesia Diagnostic Reference Level (I-DRL) P2STPFRZR BAPETEN 2015

PENGUKURAN PAPARAN RADIASI PESAWAT SINAR X DI INSTALASI RADIODIAGNOSTIK UNTUK PROTEKSI RADIASI

STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG NUKLIR

LAMPIRAN A. Kuat arus (ma)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

Analisis Jarak Aman Terhadap Dosis Radiasi Hambur Pada Pemeriksaan Radiografi Thorax AP Di Unit ICU Rumah Sakit X Tahun 2012

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR FORMULIR PERMOHONAN SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU

ANALISA PENGARUH GRID RASIO DAN FAKTOR EKSPOSI TERHADAP GAMBARAN RADIOGRAFI PHANTOM THORAX

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan para tenaga kerjanya (Siswanto, 2001). penting. Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2003

RANCANGAN AWAL PERISAI RADIASI MESIN BERKAS ELEKTRON DUET

Sinar x memiliki daya tembus dan biasa digunakan dalam dunia kedokteran. Untuk mendeteksi penyakit yang ada dalam tubuh.

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA D3 POLITEKNIK KESEHATAN GIGI MAKASSAR MENGENAI PROTEKSI RADIASI PADA FOTO ROENTGEN SKRIPSI

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG UJI KESESUAIAN PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK DAN INTERVENSIONAL

Jurnal MIPA 38 (1) (2015): Jurnal MIPA.

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. HALAMAN TUGAS... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

Dasar Proteksi Radiasi

UJI KESESUAIAN PESAWAT CT-SCAN MEREK PHILIPS BRILIANCE 6 DENGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN NOMOR 9 TAHUN 2011

PENENTUAN NILAI KOEFISIEN SERAPAN BAHAN PADA BESI, TEMBAGA DAN STAINLESS STEEL SEBAGAI BAHAN PERISAI RADIASI

PENGARUH LINEARITAS DAN RESIPROSITAS mas TERHADAP INTENSITAS RADIASI PADA PESAWAT SINAR-X MERK SAMSUNG

GAMBARAN HITUNG JENIS LEKOSIT PADA RADIOGRAFER DI PERUSAHAAN X SURABAYA TAHUN 2012 Laily Hidayati Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sangat di pengaruhi oleh upaya pembangunan dan kondisi lingkungan

Direktur Jendaral Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dengan pendekatan observasional, check list, dan wawancara untuk

ANALISIS LINEARITAS KELUARAN RADIASI PADA X-RAY MOBILE DENGAN MENGGUNAKAN PIRANHA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PENGUKURAN DAN EVALUASI KESELAMATAN TERHADAP BAHAYA RADIASI EKSTERNA DI PTAPB-BATAN YOGYAKARTA

Widyanuklida, Vol. 14 No. 1, November 2014: ISSN

PENGENDALIAN PAPARAN RADIASI NEUTRON DI KANAL HUBUNG PRSG PSTBM PADA SAAT REAKTOR RSG-GAS BEROPERASI

PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT QIM BATANG

MAKALAH PROTEKSI RADIASI

OPTIMASI SHIELDING NEUTRON PADA THERMALIZING COLUMN REAKTOR KARTINI

PEREKAYASAAN PERISAI RADIASI TIROID MENGGUNAKAN KOMPOSIT LATEKS CAIR TIMBAL OKSIDA DENGAN TEKNOLOGI ULTRA SONIK DAN SUHU SUPER KRITIS

PERAN FISIKAWAN MEDIS DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DI BIDANG KESEHATAN: RADIOTERAPI, RADIODIAGNOSTIK, KEDOKTERAN NUKLIR

ANALISIS DOSIS RADIASI PEKERJA RADIASI IEBE BERDASARKAN KETENTUAN ICRP 60/1990 DAN PP NO.33/2007

SISTEM MANAJEMEN DOSIS PADA PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF DENGAN KENDARAAN DARAT

PEMBUATAN KURVA ISODOSIS PAPARAN RADIASI DI RUANG PEMERIKSAAN INSTALASI RADIOLOGI RSUD KABUPATEN KOLAKA - SULAWESI TENGGARA

BAPETEN. Petugas Tertentu. Bekerja. Instalasi. Sumber Radiasi Pengion. Bekerja. Surat Izin. Pencabutan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

Transkripsi:

Proceeding 1 st Conference on Safety Engineering and Its Application ISSN No. 581 1770 Perancangan Keselamatan Ruangan Radiologi Pesawat Sinar-X Di PSTA BATAN Yogyakarta M. Tekad Reza R 1, Galih Anindita, M. Yusuf Santoso 3 Program Studi Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya 60111 email: mochammadtekad@gmail.com Abstrak Salah satu sumber radiasi adalah pesawat sinar-x, yang pemanfaatanya harus memperhatikan aspek keselamatan. Desain ruangan merupakan langkah awal yang harus dilakukan sebelum dioperasikan pesawat sinarx. Kebocoran radiasi melebihi nilai batas dosis yang ditentukan oleh Bapeten dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia. PSTA BATAN Yogyakarta memliliki pesawat sinar-x 110 Kv type Omnix dengan spesifikasi 110kv-10 ma. Tujuan dari proposal ini adalah merancang ulang ruang yang dinding-dinding mengalami kebocoran yang sesuai dengan kondisi dan lokasi disekitar Psta Batan Yogyakarta. Berdasarkan perhitungan dinding pada bagian A, C dan D tidak dapat menahan pancaran radiasi dibutuhkan penambahan penahan radiasi pada dinding A, C dan D. Berdasarkan rancangan pesawat sinar-x 110 Kv didapatkan ketebalan dinding A yang menghadap masyarakat dibutuhkan tebal sebesar 1,57 mm setara dengan tebal beton sebesar 4 cm. Untuk dinding Sekunder D yang ber batasan dengan ruang dokter umum dibutuhkan ketebalan timbal sebesar 0,4 mm setara dengan tebal beton sebesar 15 cm. Dan untuk ketebalan timbal yang dibutuhkan dinding sekunder C sebesar 0,4 mm setara dengan tebal beton 15 cm. Dan untuk dinding B yang berbatasan langsung dengan ruang dokter gigi dengan kondisi saat ini masih cukup aman jadi tidak perlu ditambahkan dengan timbal. Keywords: sinar-x, pesawat, radiasi 1 PENDAHULUAN Radiasi merupakan energi yang dipancarkan dalam bentuk partikel atau gelombang elektromagnetik atau cahaya (foton) dari sumber radiasi (Batan, 005). Sedangkan menurut Ariyanto (009), radiasi dapat juga diartikan sebagai pemancaran dan perambatan yang membawa tenaga (energi) melalui ruang atau antara. Radiasi yang ditimbulkan dari tindakan medis merupakan radiasi yang berasal dari sumber buatan manusia, misalnya radiasi dari sinar X. Salah satu sumber radiasi adalah pesawat sinar X. Pesawat sinar X banyak digunakan di bidang kesehatan untuk keperluan diagnostik dan terapi dan di bidang industri, antara lain untuk radiografi. Sinar X memiliki potensi bahaya radiasi, maka pemanfaatannya harus memperhatikan aspek proteksi radiasi. Selain itu, pesawat sinar X juga harus dalam kondisi yang baik dan dirawat sesuai dengan program jaminan kualitas Ariyanto (009). Pada paper ini, desain ruangan instalasi yang memenuhi standar keselamatan merupakan langkah awal yang harus dipenuhi, saat suatu pesawat sinar-x beroperasi.. kebocoran pada dinding-dinding ruangan radiologi sebesar 0,04951 msv/jam pada dinding yang mengarah ke arah gedung limbah sebagai penahan radiasi primer, dinding yang mengarah pada ruangan dokter umum sebesar 0,00037 msv/jam pada dinding sekunder dan dinding yang mengarah pada lingkungan masyarakat sebesar 0,00018 msv/jam pada dinding sekunder serta 0,0015 msv/jam. Tujuan desain ruangan instalasi adalah untuk menjamin bahwa pekerja atau masyarakat umum yang berada di sekitar instalasi menerima paparan radiasi yang lebih kecil dari nilai batas dosis 9

Proceeding 1 st Conference on Safety Engineering and Its Application ISSN No. 581 1770 () yang berlaku. Menurut nilai pada Perka BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga Nuklir) Nomor 4 Tahun 013 untuk pekerja radiasi menerima 0 msv/tahun serta untuk masyarakat sebesar 1 msv/tahun METODOLOGI Pada ruangan denah pesawat sinar-x diletakkan pada suatu ruangan yang dahulu digunakan untuk lab.sementasi dimana berbatasan dengan ruang evaporasi yang saat ini digunakan untuk ruang dokter umum dan gudang limbah yang saat ini digunakan untuk ruangan dokter gigi, dan dinding lain langsung bersebelahan dengan lingkungan masyarakat langsung. Untuk dinding-dinding tembok berupa dinding bata berplester setebal 18 cm (15 cm bata dan 3 cm plesteran) dengan luas ruangan 6 m x 4 m dan tinggi langit-langit setinggi 3 m.denah ruang pesawat sinar-x seperti gambar 1.1, sebagai berikut: Gambar 1.1 Denah ruangan pesawat sinar-x di PSTA BATAN Yogyakarta (016) Berdasarkan gambar 1.1, dapat ditunjukkan data ruangan yang diamati sebagai berikut : A: pembatas R. Radiologi dengan Masyarakat B: pembatas R. Radiologi dengan R. Dokter gigi C:pembatas R.Radiologi dengan Masyarakat Dindng D: pembatas R.Radiologi dengan R. Dokter umum Dengan data kebocoran sebagai berikut pada masing-masing dinding: Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data layout ruangan radiografi pesawat sinar-x, beban kerja mingguan dan arus maksimal tabung saat beroperasi serta data kebocoran radiasi yang ditunjukkan tabel 4.1: Tabel 1.1.Pengukuran radiasi secara langsung setiap shoot A B Tegangan (KV) ma msv/jam Dosis/tahun Keterangan 100 10 0.04951 99.0 1 msv/tahun Melebihi 100 10 0.00018 0.56 1msv/tahun Tidak Melebihi 93

Proceeding 1 st Conference on Safety Engineering and Its Application ISSN No. 581 1770 C D 100 10 0.0015.5 1msv/tahun Melebihi 100 10 0.00037 4 1msv/tahun Melebihi (Sumber: Pengukuran Langsung 016) Keterangan: Satuan dosis diubah ke msv dari sebelumnya µgy/h 3 HASIL DAN PEMBAHASAN Menentukan target desain perisai radiasi yang diperkenankan (P) berdasarkan pada peraturan kepala badan pengawas tenaga nuklir pasal 18 nomor 4 tahun 013 tentang keselamatan radiasi dalam pemanfaatan tenaga nuklir. Dengan asumsi 1 tahun terdapat 50 minggu kerja, maka : Tabel 1. Nilai Batas Dosis Pada Masyarakat dan Pekerja radiasi Nilai batas dosis masyarakat Nilai Batas Dosis pekerja radiasi 0 msv/tahun 1 msv/tahun 0,04 R/minggu 0,00 R/minggu (Sumber: Perka Bapeten no 4 tahun 013) Keterangan: Satuan dosis diubah ke msv ke satuan Roentgen Perhitungan beban kerja dilakukan untuk mengetahui dan menyatakan tingkat pemakaian pesawat Sinar-X dalam 1 minggu. Sehingga diketahui beban kerja maksimum operasi yang dilakukan dimana dinyatakan dalam satuan ma menit/minggu. Total eksposi/hari = 5 eksposi Lama waktu = 0,6 detik/eksposi = 0,01 menit/eksposi Lama operasi/minggu = 5 hari/minggu Arus mesin = 10 ma W = total eksposi x lama waktu x lama operasi x tegangan = 5 eksposi x 0,01 menitx 5 hari x 10 ma hari eksposi min ggu = 150 ma menit/minggu primer adalah dinding utama yang terus menerus terkena oleh berkas sinar-x diperlukan perhitungan ketebalan dinding untuk mengetahui ketebalan dinding yang dibutuhkan untuk bagi pesawat sinar-x dengan energi 110 Kv Masyarakat umum berlalu lalang dibalik tembok Jarak fokus sinar-x ke dinding (d primer) = 1, m Arah penyinaran sinar-x selalu tetap (U) = 1 94

Proceeding 1 st Conference on Safety Engineering and Its Application ISSN No. 581 1770 daerah dimana terkadang terdapat orang (t) = 1/16 Batasan terpapar masyarakat p d Faktor transmisi (K) = w u t = 0,00 R/minggu atau 0,0 msv = 0,00 1, 150 1 0,065 =, 986 x 10-4 RmA/minggu = 150 ma menit/minggu primer adalah dinding utama yang terus menerus terkena oleh berkas sinar-x diperlukan perhitungan ketebalan dinding untuk mengetahui ketebalan dinding yang dibutuhkan untuk bagi pesawat sinar-x dengan energi 110 Kv Masyarakat umum berlalu lalang dibalik tembok Jarak fokus sinar-x ke dinding (d primer) = 1, m Arah penyinaran sinar-x selalu tetap (U) = 1 daerah dimana terkadang terdapat orang (t) = 1/16 Batasan terpapar masyarakat Faktor transmisi (K) = p d w u t = 0,00 R/minggu atau 0,0 msv = 0,00 1, 150 1 0,065 =, 986 x 10-4 RmA/minggu Berdasarkan gambar autensi.7 beton terhadap sinar-x didapatkan beton sebesar 4 cm Perhitungan dinding sekunder dilakukan pada kedua dinding yaitu dinding C dan dinding D dikarenakan kebocoran radiasi yang tinggi melebihi batas aman sehingga dapat menimbulkan munculnya penyakit akibat kebocoran radiasi.radiasi sekunder dinding D: Jarak fokus sinar-x ke dinding (dsec) = 1,67 m Arah penyinaran sinar-x selalu tetap (dsca) = 1 daerah dimana terkadang terdapat orang (T) = 1/16 Batasan terpapar masyarakat = 0,00 R/minggu atau 0,0 msv Faktor kompensasi tegangan (f) = 1 Ukuran medan sebaran (F) = 416,84 cm Rasio radiasi hambur (a) = 0,00138 pdsca d sec 400 a w T F f 0,00 1 1,67 400 0,00138 150 1 416,84 1 95

Proceeding 1 st Conference on Safety Engineering and Its Application ISSN No. 581 1770 K = 0,0058 RmA/minggu Sedangkan pada dinding sekunder yang mengarah ke luar ruangan pada dinding C juga dilakukan perhitungan dinding C sekunder : pdsca d sec 400 a w T F f 0,00 1 1,67 400 0,00138 150 1 416,84 1 K = 0,0058 RmA/minggu Berdasarkan gambar autensi beton.7 terhadap sinar-x didapatkan beton sebesar 15 cm Berdasarkan Perhitungan radiasi yang didapatkan untuk dinding-dinding didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 1.3 Hasil penambahan timbal yang perlu ditambah pada dinding Tebal dinding yang ada (setara beton) Tebal dinding yang seharusnya (setara beton) Keterangan A 14,09 cm 4 cm Tembok perlu dilapisi Pb 1,57 mm B 14,09 cm 15 cm Tidak perlu pelapisan pb C 14,09 cm 15 cm Tembok perlu pelapisan Pb 0,4 mm D 14,09 cm 15 cm Tembok perlu pelaspisan Pb 0,4 mm Keterangan: Massa jenis bata = 1,9 gr/cm3 Massa jenis plesteran = 1,54 gr/cm3 Massa jenis beton =,35 gr/cm3 Massa jenis timbal = 11,34 gr/cm3 Berdasarkan hasil perhitungan redesain pada masing dinding ditunjukan oleh gambar 4.: 96

Proceeding 1 st Conference on Safety Engineering and Its Application ISSN No. 581 1770 Gambar 1. gambar redesain ruangan Dimana dinding A terdiri dari 18 cm bata dan plesteran dilakukan penambahan timbal sebesar 1,57 mm. Dimana dinding B tidak perlu dilakukan penambahan timbal dikarenakan kebocoran radiasi berada di bawah (nilai batas dosis) Dimana dinding C terdiri dari 18 cm bata dan plesteran dilakukan penambahan timbal sebesar 0,4 mm Dimana dinding D terdiri dari 18 cm bata dan plesteran dilakukan penambahan timbal sebesar 0,4 mm 4 KESIMPULAN Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa : Berdasarkan hasil penelitian serta analisa yang telah dilakukan oleh peneliti dalam penelitian maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Berdasarkan perhitungan saat ini ruangan tidak dapat menahan lepasan radiasi dari pesawat sinar-x dengan tegangan 110 kv. Dimana tebal bata dan plesteran saat ini untuk dinding primer dan sekunder sebesar 18 cm setara dengan 14,09 cm beton. Dan apabila berdasarkan perhitungan untuk dinding primer dibutuhkan ketebalan beton sebesar 4 cm beton dan dinding sekunder 15 cm beton.. Lokasi A didapatkan hasil perhitugan ketebalan perisai primer minimum yaitu 4 cm beton standar atau 1,57 mm timbal. Lokasi C didapatkan hasil perhitugan ketebalan perisai primer minimum yaitu 15 cm beton standar atau 0,4 mm timbal. Lokasi D didapatkan hasil perhitugan ketebalan perisai primer minimum yaitu beton standar 15 cm beton standar atau 0,4 mm timbal 5 UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang berpartisipasi dan membantu terhadap terlaksananya penelitian ini. 6 DAFTAR PUSTAKA Alatas, Z, 004, Efek Radiasi Pengion Dan Non Pengion Pada Manusia. Buletin Alara. 5(03). 99-11. Ariyanto, S, 009. Radiasi Alam. http://www.batan.go.id/bkhh/ index.php/ artikel/49-radiasi-alam.html [diakses 8-1-016]. Ashafahani, E.D., N.I. Wiratmini, & A.A.S.A. Sukmaningsih. 010. Motilitas Dan Viabilitas Spermatozoa Mencit (Mus musculus L.) Setelah Pemberian Ekstrak Temu Putih (Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe.). JURNAL BIOLOGI. XIV (1): 0 3. BAPETEN, 013., Keselamatan Radiasi Dalam Pemanfaatan Tenaga Nuklir nomor 4 /perka Bapeten/013 BAPETEN, 011., Keselamatan Radiasi Dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan Intervensional nomor 8 /perka Bapeten/011 BAPETEN. 003. Pedoman Dosis Pasien Radiodiagnostik. Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir nomor 01-P /Ka-BAPETEN/ I-03. BATAN, 005, Desain Penahan Ruang Sinar-X, Pelatihan Petugas Proteksi Radiasi, Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Badan Tanaga Nuklir Nasional, Jakarta. NCRP 1967. Structural Shielding Design and Evaluation for Medical Use of X Rays and Gamma Rays of Energies CEMBER, H, 199, Introduction to Health Physics. Second Edition. Northwestern University, USA. Haditjahyono, H. 006. Prinsip Dasar Pengukuran Radiasi. Pusdiklat-Batan. www.batan.go.id [diakses 18-01- 017]. IAEA. 004. Radiation People and Environment. IAEA: Austria. 97