BAB I PENDAHULUAN. kekeluargaan dalam masyarakat mengalami kemerosotan,baik di tingkat

dokumen-dokumen yang mirip
P. S., 2016 PEMANFAATAN HASIL BELAJAR PADA PELATIHAN KETERAMPILAN MEKANIK OTOMOTIF

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, pertanyaan penelitian, hipotesis dan definisi operasional yang

BAB I PENDAHULUAN. penyandang buta aksara, agar memiliki kemampuan membaca, menulis, berhitung

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia. Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VI. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL. Pelaksanaan Kegiatan Keaksaraan Fungsional merupakan Gambaran

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMBELAJARAN KEAKSARAAN

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pembangunan bangsa. Melihat kondisi masyarakat Indonesia

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

173 Dampak Pendidikan Keaksaraan terhadap Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga.Amelia Rizky Hartini, Sumarno., Hiryanto,.

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERANTASAN BUTA AKSARA DI KABUPATEN KOTABARU

BAB I PENDAHULUAN. mencetak peserta didik yang mempunyai intelektual yang tinggi, mempunyai. sesuai dengan norma agama dan norma masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat berlangsung melalui lembaga pendidikan informal, lembaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERAN SERTA TIM PENGGERAK PKK KABUPATEN BONDOWOSO DALAM RANGKA PENUNTASAN BUTA AKSARA

PEMBERANTASAN BUTA AKSARA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nonformal merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan

PEMBERANTASAN BUTA AKSARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah untuk menghadapi tantangan era globalisasi adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh faktor ekonomi, sosial, budaya, dan sebagainya.

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PROGRAM KURSUS BAHASA ASING BERBASIS DESA/KELURAHAN KABUPATEN BANYUWANGI.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan dan pemanfaatan teknologi di berbagai bidang kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mega Wulandari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pola kehidupan masyarakat. Dalam memenuhi kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Raden Aufa Mulqi, 2016

PROGRESS REPORT TAHUN ANGGARAN 2006

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fajar Nugroho Muttaqin, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat hadir di Indonesia di tengah-tengah

LANDASAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN

BABI PENDAHULUAN. Mutu merupakan permasalahan yang kompleks dan multidimensional,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kegiatan penting dalam pembangunan.

1. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu

LEMBARAN DAERAH NOMOR 31 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG

TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 4, Nomor 1 : Februari 2016

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penlitian

KEBIJAKAN PROGRAM PEMBERANTASAN BUTA AKSARA

BAB I PENDAHULUAN. Pada pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara

2015 DAMPAK HASIL BELAJAR PROGRAM KEAKSARAAN USAHA MANDIRI TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA MASYARAKAT

Learn & Teach. - Apa itu Life-long education? - Mengapa Life-long education? - Bagaimana membentuk Lifelong

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat persaingan hidup semakin hari semakin ketat dan sulit. Banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Imas Suryatini, 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi, maka dalam rangka peningkatan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dan bangsa Indonesia sedang memasuki abad ke-21, era

PERATURAN BERSAMA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN, MENTERI DALAM NEGERI DAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dilakukan, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

Strategi Kebijakan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan pada Pasal

PROPOSAL PROGRAM PELATIHAN KETERAMPILAN KOMPUTER DI PESANTREN

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN LITERASI KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini,

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KEAKSARAAN TERHADAP PENDIDIKAN ORANG DEWASA (Penelitian Tentang Keaksaraan di PKBM Hidayah)

KEBIJAKAN DAN KOORDINASI KEGIATAN DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TAHUN 2015

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah saja tetapi merupakan tanggung jawab seluruh Bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam

PERAN PENTING SAKA WIDYA BUDAYA BAKTI DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM PAUD DAN PNFI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PARADIGMA BARU PENDIDIKAN NASIONAL DALAM UNDANG UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN 2003

BAB I PENDAHULUAN. pertama dituliskan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. UKDW

ISSN : Volume 1 Nomor 2, Mei 2018

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Latar Belakang Diselenggarakannya Pendidikan Kecakapan Hidup (Lifeskills) 1/5

2 Menetapkan : Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410); 3

Fungsi dan Lingkup Jalur PNFI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang secara merata dan menyeluruh, dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. formal, non-formal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN DI SKB PACITAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya jumlah pengangguran di

Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga mempunyai kedudukan sebagai unsur pelaksana Pemerintah Provinsi di Bidang Pendidikan, Pemuda dan Olahraga.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pendidikan nonformal dan formal. Salah satu layanan pendidikan bagi. dalam menghadapi kehidupan dalam bermasyarakat.

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. 1.1 Latar Belakang Organisasi Dharma Wanita Persatuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Shinta Yunita, 2013

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Surat Elektronik (

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Putri Shalsa Novita, 2013

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 733 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN NON FORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan dewasa ini membawa dampak dalam berbagai dimensi kehidupan manusia. Dimana hubungan kekeluargaan dalam masyarakat mengalami kemerosotan,baik di tingkat tinggi maupun di tingkat yang lebih rendah. Akibat lain dari kemajuan teknologi dan modernisasi adalah transformasi budaya yang berakibat terjadinya pergrseran nilai-nilai kehidupan. Dalam menghadapi situasi yang demikian, masyarakat sadar akan krisis yang menimbulkan kebutuhan adanya keseimbangan lahir dan batin. Dalam hal ini tidak ada alternatif lain kecuali agama. Agama mampu berperan sebagai subyek bahkan merupakan faktor utama benteng dan menetralisir kehidupan manusia. Oleh karena itu agama harus dipahami, dihayati dan diamalkan agar menjadi tata nilai yang berfungsi sebagai regulator setiap sistem budaya masyarakat. Ajaran agama yang bersifat teoritis maupun praktis dalam proses tingkah laku masyarakat akan membentuk sistim nilai kehidupanya. Nilai keagamaan itulah yang bekerja dan membentuk pandangan hidup dan menentukan sikap seseorang. Dalam rangka mensosialisasikan nilai agama ada beberapa lembaga yang berperan yaitu 1)pendidkan formal,2) pendidikan informal dan 3) pendidikan non formal. Karena yang menjadi obyek penulis 1

2 dalam penelitian ini masyrakat prasejahtera yang belum mengenyam pendidikan formal, maka melalui jalur pendidikan non formal ini penulis melakukan penelitian terhadap pelaksanaan keaksaraan fungsional atas keberhasilan mengajarkan membaca, menulis dan berhitung (CALISTUNG) dan mensosialisasikan nilai-nilai agama Islam pada warga belajarnya. Menurut Undang-undang no.20 tahun 2003, pendidikan nonformal dapat didefinisikan sebagai jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Sedangkan menurut Suprijanto (2007 : 8), Pendidikan nonformal mempunyai ciri sebagai berikut : 1) merupakan pendidikan luar sistem persekolahan, 2) jarang berjenjang dan 3) tidak ketat ketentuan-ketentuannya. Jenis pendidikan di Indonesia yang termasuk dalam jalur pendidikan nonformal antara lain: 1) pendidikan massal, 2) pendidikan masyarakat, 3) pendidikan dasar, 4) pengembangan masyarakat, 5) penyuluhan,6) masyarakat belajar dan 7) pendidikan seumur hidup. Menurut Faisal dalam (Supriyanto, 2007 :2), pendidikan massal (mass education) ialah aktifitas pendidikan yang terdapat di masyarakat dengan sasaran individu dan orang dewasa yang mengalami ketelantaran pendidikan contohnya pemberantasan buta huruf. Sedang pendidikan masyarakat (community education) diartikan sebagai suatu gerakan pendidikan yang ditinjaukan dengan persekutuan hidup sehingga mereka mempunyai sikap kebiasaan dan kemajuan. Menurut Rahman dalam (Supriyanto,2007:2), pendidikan masyarakat yang terkoordinasi oleh Depertemen Pendidikan Nasional antara lain 1) pendidikan dasar, misalnya pemberantasan buta huruf,

3 2) pendidikan pemuda dan orang tua, 3) PKK, 4) berbagai kursus ketrampilan lain yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Pemberantasan buta huruf atau lebih dikenal dengan keaksaraan fungsional adalah jenis pendidikan yang merupakan suatu metode pendekatan belajar yang digunakan untuk mengembangkan kemampuan warga belajar dalam menguasai dan menyesuaikan ketrampilan, calisting, berfikir, mendengar dan berbicara yang berorientasi pada kehidupan sehari hari yang memanfaatkan potensi yang bersumber dari lingkungan sekitar. Keaksaraan fungsional di peruntukkan bagi rakyat yang terlambat menerima pendidikan. Di Jawa Timur khususnya data statistik tahun 2000 menggambarkan bahwa masih banyak penduduk yang menyandang buta aksara yang berasal dari keluarga prasejahtera. Dan hal ini disandang oleh penduduk usia produktif yaitu usia 10-44 tahun. Dalam upaya memberikan kesempatan dalam memperoleh pendidikan serta meningkatkan mutu kehidupan. Pemerintah mengalokasikan sasaran dan anggaran APBN dengan mempersiapkan gerakan pemberantasan buta huruf yang digarap melalui program keaksaraan fungsional. Penyelanggaraan program Keaksaraan Fungsional ( KF ) tidak semata mata hanya memberikan kemampuan bicara, tulis, hitung serta kemampuan berbahasa Indonesia, akan tetapi lebih jauh diberikan pendidikan Agama Islam yang bermakna bagi warga belajar sehingga mampu meningkatkan mutu kehidupannya untuk mengembangkan kebutuhan belajar yang demikian itu, maka dikembangkan tiga tahapan pembelajaran, yaitu tahap pemberantasan, tahap pembinaan dan tahap pelestarian.

4 B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pelaksanaan program Keaksaraan Fungsional pada kelompok belajar di desa Sekaralas kecamatan Widodaren? 2. Bagaimana mensosialisasikan nilai-nilai agama Islam kepada warga belajar di kelompok belajar keaksaraan fungsional di desa Sekaralas Kecamatan Widodaren? 3. Apa saja nilai-nilai agama Islam yang disosialisasikan pada kelompok belajar Keaksaraan Fungsional (KF) di Desa Sekaralas Kecamatan Widodaren Ngawi? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini ingin : 1. Mendeskripsikan pelaksanaan Program Keaksaran Fungsional (KF) pada kelompok belajar di desa Sekaralas Kecamatan Widodaren 2. Mendeskripsikan cara mensosialisasikan nilai-nilai Agama Islam kepada warga belajar di kelompok belajar desa Sekaralas Kecamatan Widodaren 3. Mengetahui Nilai-nilai Agama Islam apa saja yang disosialisasikan pada kelompok belajar di Desa Sekaralas Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi

5 D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain: 1. Bagi Guru atau Tutor sebagai bahan kajian untuk meningkatkan kualitas model pembelajaran yang berpusat pada pendidikan orang dewasa 2. Bagi Warga Belajar dapat mendorong untuk aktif mengembangkan kemampuan dan ketrampilan sesuai bakat dan minatnya 3. Bagi Penyelenggara sebagai masukan atau pertimbangan terhadap pelaksanaan Keaksaraan Fungsional. 4. Bagi warga masyarakat memberikan kontribusi ilmu pengetahuan dalam mengelola pendidikan luar sekolah. E. Penelitian Terdahulu Berkaitan dengan tesis yang penulis susun, ada beberapa penelitian terdahulu yang relevan yang telah ditulis. Diantaranya : 1. Pembelajaran Keaksaraan oleh H. Komarudin Sumardi (2009) Dalam tulisannya penulis mengemukakan bahwa bentuk pelayanan Pendidikan Luar Sekolah adalah untuk membelajarkan masyarakat penyandang Buta Aksara, agar memenuhi ketrampilan baca, tulis dan berhitung (CALISTUNG) dan kemampuan fungsional untuk meningkatkan mutu dan taraf hidupnya. 2. Model Kecakapan Hidup ( Life Skill) pada Keaksaraan Fungsional (KF) (Studi Kasus kelompok belajar di desa Kedung Jati Kecamatan Kedung Jati Kabupaten Grobogan) oleh Akhmal Aqil Aziz.

6 Dalam tulisannya diungkapkan bahwa dalam penyelenggaraan keaksaraan fungsional, program, waktu, dan tempat pelaksanaan KF disepakati oleh warga belajar, tutor dan penyelenggara. Program dititikberatkan pada Life Skill atau kecakapan hidup yang berupa ketrampilan membaca, menulis dan ketrampilan yang dapat dijadikan bekal hidup warga belajar setelah menyelesaikan pembelajarannya. 3. Kinerja Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di Jawa Timur oleh Didik Tri Yuswanto dan Mohammad Novel Hernawan (2010) Dalam tulisannya dikemukakan bahwa kinerja PKBM di Jatim dalam penyelenggaraan program keaksaraan fungsional dalam katagori baik. Hal ini dapat dilihat dari pendapat responden melalui isian data kualitatif dalam instrument penelitian. Para responden menuliskan bahwa 1) masih banyaknya kelompok sasaran ( masyarakat penyandang buta huruf), 2) tersedianya tutor yang berpendidikan dan berpengalaman, 3) tersedianya dana penyelenggaraan dari pemerintah, 4) terjalinnya kerjasama atau kemitraan dengan berbagai kelompok atau lembaga sosial masyarakat atau keagamaan seperti PKK, Majlis Taklim, Aisyiyah, Nasyiatul Aisyiyah dan Muslimat, 5) adanya dukungan dari tokoh masyarakat. 4. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengalaman Kerja dan Motivasi Terhadap Kinerja Tutor Keaksaraan Fungsional oleh Sudjarti (2005) Dalam penelitiannya, penulis menemukan pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan, pengalaman kerja dan motivasi tutor dalam pelaksanaan keaksaraan fungsional. Tutor yang berlatar belakang

7 pendidikan kependidikan dan bergelut dalam dunia kependidikan memiliki motivasi yang tinggi terhadap pembinaan dan pendampingan terhadap warga belajar dibanding tutor yang berlatar belakang pendidikan non kependidikan dan tidak bergelut dalam dunia kependidikan. Akan tetapi juga ditemukan tutor yang memiliki pengalaman kerja banyak tetapi tingkat pendidikan rendah (SLTA) memiliki motivasi yang tinggi karena mereka ingin menularkan pengalaman hidupnya, terutama pengalaman kerja atau pengalaman keahlian yang dimilikinya, sehingga dapat dijadikan bekal hidup warga belajar.