BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
Geometri Siswa SMP Ditinjau dari Kemampuan Matematika. (Surabaya: PPs UNESA, 2014), 1.

PERANAN REPRESENTASI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Kartini (Dosen Pendidikan Matematika FKIP UNRI)

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Kemampuan Representasi Matematis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan mata pelajaran yang memiliki peranan penting

Pendahuluan REPRESENTASI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA. Muhamad Sabirin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Representasi Matematis. solusi dari masalah yang sedang dihadapinya (NCTM, 2000).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sarah Inayah, 2013

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

BAB II KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA DALAMMATERI BARISAN DAN DERET ARITMATIKA

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam pendidikan matematika yang pertama kali diperkenalkan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Handayani Eka Putri, 2015

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan siswa dalam berfikir secara matematika (think mathematically).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang

BAB I PENDAHULUAN. Wahyudin Djumanta, Dkk.,Belajar Matematika Aktif Dan Menyenangkan,(Bandung: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2008)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. solusi. Sebagai contoh, suatu masalah dapat direpresentasikan dengan obyek,

BAB I PENDAHULUAN. Elly Susanti, Proses koneksi produktif dalam penyelesaian mmasalah matematika. (surabaya: pendidikan tinggi islam, 2013), hal 1 2

BAB I PENDAHULUAN. Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peserta didik merupakan generasi penerus bangsa yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Matematika juga berfungsi dalam ilmu pengetahuan, artinya selain

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI PENELITIAN DESAIN

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum belief diartikan sebagai keyakinan atau kepercayaan diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi siswa yaitu Sekolah. Melalui pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. melakukan kegiatan belajar sejak dilahirkan. Syah (2006: 92) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kelangsungan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA DI MTs NEGERI I SUBANG

REPRESENTASI VISUAL DALAM MENYELESAIKAN MASALAH KONTEKSTUAL

BAB V PEMBAHASAN. analisis deskriptif. Berikut pembahasan hasil tes tulis tentang Kemampuan. VII B MTs Sultan Agung Berdasarkan Kemampuan Matematika:

KEMAMPUAN MULTI REPRESENTASI MATEMATIS DALAM MATERI STATISTIKA DASAR

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

BAB II KAJIAN TEORITIK. dapat memperjelas suatu pemahaman. Melalui komunikasi, ide-ide

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

MATHEMATICAL REPRESENTATION ABILITY IN PRIVATE CLASS XI SMA YPI DHARMA BUDI SIDAMANIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA GAYA KOGNITIF REFLEKTIF-IMPULSIF DALAM MENYELESAIKAN MASALAH OPEN-ENDED

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sama dalam suatu kelompok. matematika yaitu pemecahan masalah (problem solving), penalaran dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan oleh semua orang terutama pendidikan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD. Pembelajaran matematika pada tingkat SD berbeda dengan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. matematika sebagai pelajaran wajib dikuasai dan dipahami dengan baik oleh

BAB I PENDAHULUAN. Menara Kudus), Jilid II, hlm Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, (Kudus:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengajaran matematika tidak sekedar menyampaikan berbagai informasi seperti aturan, definisi, dan prosedur untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. ada umpan balik dari siswa tersebut. Sedangkan komunikasi dua arah, ialah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau menangkap segala perisitiwa disekitarnya. Dalam kamus bahasa Indonesia. kesanggupan kecakapan, atau kekuatan berusaha.

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi mewarnai dan menjadi salahsatu faktor penting penunjang aktifitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan bagian terpenting di dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah AgusPrasetyo, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang membuat peserta didik dapat mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan pembelajaran matematika diantaranya adalah mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sarana dan alat yang tepat dalam membentuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dosen Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

BAB I PENDAHULUAN. formal yang mumi, matematika adalah sains yang memanipulasi simbol,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

REPRESENTASI PENYELESAIAN MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN ARITMATIKA SOSIAL OLEH SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN STRATEGI WRITING TO LEARN PADA SISWA SMP 4

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut

MULTIPLE REPRESENTASI CALON GURU DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI BERFIKIR KREATIF

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

II. KAJIAN PUSTAKA. menyampaikan sesuatu seperti menjelaskan konsep dan prinsip kepada siswa.

ANALISIS KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP KELAS VII PADA PENERAPAN OPEN-ENDED

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil belajar matematika sampai saat ini masih menjadi suatu permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang. Tujuan pembelajaran matematika dinyatakan dalam National Council

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kemampuan dan keterampilan. Salah satu kemampuan dan keterampilan

Siti Chotimah Pendidikan Matematika, STKIP Siliwangi Bandung

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi sekarang ini pendidikan di Indonesia sudah mulai berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penalaran merupakan proses berpikir seseorang dalam mengambil

Representasi Mahasiswa Berkemampuan Matematika Tinggi Dalam Memecahkan Masalah Program Linier

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Representasi Matematika National Council of Teacher Mathematics (NCTM) merekomendasikan lima kompetensi utama yang harus dimiliki siswa ketika belajar matematika. Kelimanya adalah pemecahan masalah (problem solving), komunikasi (communication), koneksi (connections), penalaran dan pembuktian (reasoning and proof), serta representasi (representation). Pada awalnya representasi masih dipandang sebagai bagian dari komunikasi matematika. Namun, karena disadari bahwa representasi matematika merupakan salah satu hal yang selalu muncul ketika anak mempelajari matematika pada semua tingkat pendidikan, maka representasi selanjutnya dipandang sebagai suatu komponen yang layak mendapatkan perhatian serius. Dengan demikian representasi matematika perlu mendapat penekanan dan dimunculkan dalam proses pembelajaran matematika di sekolah. Oleh karena itu, di dalam pembelajaran matematika, kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan matematika dan merepresentasikan gagasan atau ide matematis merupakan salah satu hal yang harus dilalui oleh setiap orang yang sedang belajar matematika. 1 Terdapat beberapa definisi representasi matematis yang dikemukakan oleh para ahli. Jones & Knuth mendefinisikan representasi matematis sebagai bentuk pengganti dari situasi masalah yang digunakan untuk menemukan solusi. Contoh, suatu masalah dapat direpresentasikan dengan obyek, gambar, kata-kata, atau 1 In hi Abdullah. Makalah Seminar Nasional Pendidikan Matematika: Peningkatan Kemampuan Representasi Matematika Siswa SMP Melalui Pembelajaran Kontekstual yang Terintegrasi dengan Soft Skill ( Yogyakarta: UNY (diakses 20 Maret 2013)), 3. 9

10 simbol matematika. Steffe, Weigel, Schultz, Waters, Joijner, & Reijs mengungkapkan bahwa representasi matematika merupakan proses pengembangan mental yang sudah dimiliki seseorang yang terungkap dan divisualisasikan dalam berbagai model matematika. 2 Menurut Cai, Lane, dan Jakabesin representasi matematis adalah cara yang digunakan seseorang untuk mengemukakan jawaban atau gagasan matematika. 3 Menurut Goldin representasi adalah suatu konfigurasi (bentuk atau susunan) yang dapat menggambarkan, mewakili, atau melambangkan sesuatu dalam suatu cara. Sedangkan Downs menyebutkan bahwa representasi merupakan konstruksi matematika yang dapat menggambarkan aspek-aspek konstruksi matematika lainnya. Dalam hal ini, di antara dua buah konstruksi matematika haruslah terdapat suatu keterkaitan sehingga satu sama lain tidak saling bebas. Bahkan suatu konstruksi saling memberi peran penting untuk membentuk konstruksi yang lainnya. NCTM mengungkapkan beberapa hal berikut: (a) proses representasi melibatkan penerjemah masalah atau ide ke dalam bentuk baru, (b) proses representasi termasuk pengubahan diagram atau model fisik ke dalam simbolsimbol atau kata-kata, dan (c) proses representasi juga dapat digunakan untuk menerjemahkan atau menganalisis masalah verbal guna membuat maknanya menjadi jelas. 4 2 Khanifah Nur Rofiqoh, Skripsi: Peningkatan Kemampuan Representasi Matematika Siswa kelas VI MI Mambaul Ulum dengan Menggunakan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) (Malang: Universitas Negeri Malang, FMIPA, Agustus 2009), 33. 3 Cahyani, 2007 diakses dari http://repository.upi.edu/operator/upload/s_d0151_0601945_chapter2.p df, pada tanggal 6 Maret 2012 4 Jaenudin, Skripsi: Pengaruh Pendekatan Konstektual terhadap Kemampuan Representasi Matematik Beragam Siswa SMP (UPI (diakses 12 April 2013)), 6

11 Dari uraian di atas terdapat kesamaan dalam mendefinisikan representasi matematis, yaitu adanya penggambaran ide matematika ke dalam model matematika. Sehingga dapat disimpulkan bahwa representasi matematis merupakan ungkapan-ungkapan, penggambaran, penerjemahan dari ide matematika yang ditampilkan siswa sebagai upaya memperoleh kejelasan makna dari masalah yang dihadapinya sebagai model atau pengganti dari situasi masalah untuk menemukan solusi. Suatu masalah dapat direpresentasikan melalui gambar, kata-kata, tabel, diagram, benda konkret, simbol matematika, atau bentuk-bentuk matematika lainnya. Representasi tidak hanya merujuk pada hasil atau produk yang diwujudkan dalam bentuk konfigurasi atau konstruksi baru, tetapi juga melibatkan proses berpikir yang dilakukan untuk menangkap dan memahami konsep, operasi, atau hubungan-hubungan matematik lainnya dari suatu konfigurasi. Dengan demikian proses representasi matematika dapat dibedakan menjadi dua tahap, yaitu secara internal dan eksternal. 5 Representasi internal merupakan proses berpikir tentang ide-ide matematika yang memungkinkan pikiran seseorang bekerja atas dasar ide tersebut. Pada intinya representasi internal sangat berkaitan dengan proses mendapatkan kembali pengetahuan yang telah diperoleh dan disimpan dalam ingatan serta relevan dengan kebutuhan untuk digunakan ketika diperlukan. Proses tersebut sangat terkait erat dengan pengkodean pengalaman masa lalu. Proses representasi internal ini tentu tidak bisa diamati secara kasat mata dan tidak dapat dinilai secara langsung karena merupakan aktivitas mental dalam pikiran seseorang. 6 Sedangkan representasi eksternal adalah hasil perwujudan dalam menggambarkan apa-apa yang dikerjakan 5 Ibid, halaman 7 6 Ibid, halaman 7

12 siswa secara internal atau representasi internal. Hasil perwujudan ini dapat diungkapkan baik secara lisan, tulisan dalam bentuk kata-kata, simbol, ekspresi atau notasi matematika, gambar, grafik, diagram, tabel, atau objek fisik berupa alat peraga. 7 Hiebert dan Carpenter, juga membagi representasi menjadi dua bagian yakni representasi eksternal dan internal. Representasi eksternal, dalam bentuk bahasa lisan, symbol tertulis, gambar atau objek fisik. Sementara itu berfikir tentang gagasan matematika maka mengharuskan representasi internal. Representasi internal (representasi mental) tidak bisa secara langsung diamati karena merupakan aktivitas mental dan otak. 8 Dari uraian tersebut, terlihat bahwa interaksi antara representasi internal dan representasi eksternal terjadi secara timbal balik ketika seseorang mempelajari matematika. Dengan demikian jika siswa memiliki kemampuan membuat representasi, siswa telah mempunyai alat-alat dalam meningkatkan keterampilan komunikasi matematikanya yang akan berpengaruh terhadap peningkatan pemahaman matematikanya. 9 Schnotz membagi representasi eksternal dalam dua kelas yang berbeda yaitu representasi descriptive dan depictive. Representasi descriptive terdiri atas simbol yang mempunyai struktur sembarang dan dihubungkan dengan isi yang dinyatakan secara sederhana dengan makna dari suatu konvensi, yakni teks, sedangkan representasi depictive termasuk tanda-tanda ikonic yang dihubungkan dengan isi 7 Ibid, halaman 8 8 In hi Abdullah, Op. Cit., hal 4 9 Jaenudin, Op. Cit., hal 8

13 yang dinyatakan melalui fitur struktural yang umum secara konkret atau pada tingkat yang lebih abstrak. 10 Kalathil dan Sherin dalam studinya melaporkan bahwa ada tiga fungsi representasi eksternal yang dihasilkan siswa dalam belajar matematika. (1) Representasi digunakan untuk memberikan informasi kepada guru mengenai bagaimana siswa berpikir mengenai suatu konteks atau ide matematika. (2) Representasi digunakan untuk memberikan informasi tentang pola dan kecenderungan diantara siswa. (3) Representasi digunakan oleh guru dan siswa sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran. 11 Lebih lanjut Gagatsis dan Elia mengatakan bahwa untuk siswa kelas 1, 2 dan 3 sekolah dasar, representasi dapat digolongkan menjadi empat tipe, yaitu representasi verbal (tergolong representasi descriptive), gambar informational, gambar decorative, dan garis bilangan (tergolong representasi depictive). Perbedaan antara gambar informational dan gambar decorative adalah pada gambar decorative, gambar yang diberikan dalam soal tidak menyediakan setiap informasi pada siswa untuk menemukan solusi masalah, tetapi hanya sebagai penunjang atau tidak ada hubungan langsung kepada konteks masalah. Gambar informational menyediakan informasi penting untuk penyelesaian masalah atau masalah itu didasarkan pada gambar. 12 Shield & Galbraith menyatakan bahwa siswa dapat mengkomunikasikan penjelasan-penjelasan mereka tentang strategi matematika atau solusi dalam bermacam cara, yaitu 10 Kartini, Jurnal Pendidikan Matematika: Peranan Representasi dalam Pembelajaran Matematika (Yogyakarta: UNY (diakses 20 Maret 2013)), 4. 11 Ibid, halaman 7 12 Ibid, halaman 5

14 secara simbolis (numerik dan/atau simbol aljabar), secara verbal, dalam diagram, grafik, atau dengan tabel data. 13 Lesh, Post dan Behr membagi representasi yang digunakan dalam pendidikan matematika dalam lima jenis, yaitu representasi objek dunia nyata, representasi konkret, representasi simbol aritmatika, representasi bahasa lisan atau verbal dan representasi gambar atau grafik. Di antara kelima representasi tersebut, tiga yang terakhir lebih abstrak dan merupakan tingkat representasi yang lebih tinggi dalam memecahkan masalah matematika. Kemampuan representasi bahasa atau verbal adalah kemampuan menerjemahkan sifatsifat yang diselidiki dan hubungannya dalam masalah matematika ke dalam representasi verbal atau bahasa. Kemampuan representasi gambar atau grafik adalah kemampuan menerjemahkan masalah matematik ke dalam gambar atau grafik. Sedangkan kemampuan representasi simbol aritmatika adalah kemampuan menerjemahkan masalah matematika ke dalam representasi rumus aritmatika. 14 Dari beberapa penggolongan representasi tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pada dasarnya representasi dapat digolongkan menjadi (1) representasi visual (gambar, diagram grafik, atau tabel), (2) representasi simbolik (pernyataan matematik/notasi matematik, numerik/simbol aljabar) dan (3) representasi verbal (teks tertulis/kata-kata). Penggunaan semua jenis representasi tersebut dapat dibuat secara lengkap dan terpadu dalam pengujian suatu masalah yang sama atau dengan kata lain representasi matematik dapat dibuat secara beragam (multiple representasi). 15 Multiple Representation (representasi beragam) merupakan bagian proses representasi matematika yang 13 Ibid, halaman 6 14 Ibid, halaman 6 15 Ibid, halaman 6

15 dibuat secara beragam. Representasi beragam dapat juga dipandang sebagai salah satu ketrampilan kunci komunikasi atau aspek proses koneksi. Keterampilan representasi matematika beragam dapat dilatihkan kepada siswa melalui penyajian materi ataupun soal-soal yang dikemas secara kontekstual. Hal ini bertujuan untuk memicu siswa agar menggunakan kembali ataupun mengaitkan masalahmasalahnya dengan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya. Swafford dan Langrall mengungkapkan bahwa dengan menggunakan representasi yang berbeda untuk pemecahan suatu masalah akan memberikan suatu keuntungan bagi siswa. Keuntungan tersebut adalah penerapan representasi beragam dalam bentuk representasi apapun akan menyebabkan siswa perlu membuat kaitan antara representasi dengan konteks masalah serta antara suatu representasi dengan representasi lainnya. 16 Gagatsis dan Elia melaporkan bahwa empat representasi, yaitu representasi verbal, gambar informasional, gambar dekoratif, dan garis bilangan memberikan pengaruh yang signifikan pada kemampuan pemecahan soal matematika siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Brenner, bahwa proses pemecahan masalah yang berhasil tergantung pada keterampilan-keterampilan representasi masalah termasuk membuat dan menggunakan representasi matematika dalam kata, grafik, tabel, persamaan, manipulasi penyelesaian dan simbol. Selain itu, Gagatsis dan Elia melaporkan model pembelajaran yang menggunakan keempat representasi dan faktor kemampuan umum siswa dalam memecahkan masalah lebih baik dari pada model belajar yang hanya menggunakan salah satu kemampuan representasi dalam memecahkan masalah. Hal ini sesuai dengan proses pemecahan masalah yang berhasil tergantung pada keterampilan-keterampilan representasi masalah 16 Jaenudin. Op. Cit., hal 9

16 termasuk membuat dan menggunakan representasi matematika dalam kata, grafik, tabel, persamaan, manipulasi penyelesaian dan simbol. 17 Representasi yang dimunculkan oleh siswa merupakan ungkapan-ungkapan dari gagasan-gagasan atau ide-ide matematika yang ditampilkan siswa dalam upaya untuk mencari suatu solusi dari masalah yang sedang dihadapinya. Adapun standar representasi yang ditetapkan National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) untuk program pembelajaran dari pra-taman kanak-kanak sampai kelas 12 adalah representasi harus memungkinkan siswa untuk: (1) membuat dan menggunakan representasi untuk mengatur, mencatat, dan mengkomunikasikan ide-ide matematika, (2) memilih, menerapkan, dan menerjemahkan antar representasi matematika untuk memecahkan masalah, (3) menggunakan representasi untuk memodelkan dan menginterpretasikan fenomena fisik, sosial, dan matematika. 18 Dari aspek teori belajar, pengembangan daya representasi didasarkan pada pandangan Vygotsky, bahwa perkembangan kognitif siswa sangat dipengaruhi antara aktivitas individu dengan lingkungan luar atau interaksi. 19 Teorinya membahas diperolehnya skemata, yaitu skema tentang bagaimana seseorang merepresentasi lingkungannya dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam mempresentasikan informasi secara mental. Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama 17 Kartini. Op. Cit., hal 7 18 Ibid, halaman 4 19 Jurnal Pendidikan Dasar, Vol.9 No.1, Maret 2008 Pembudayaan Pendekatan Open-Ended Problem Solving dalam Pengembangan Daya Representasi Matematik Pada Siswa Sekolah Menengah. Diakses dari http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/91082329.pdf pada tanggal 6 juni 2013

17 seiring penambahan usia, yaitu: (1) Tahapan Sensori Motor (usia 0 2 tahun). Selama perkembangan dalam periode sensori-motor yang berlangsung sejak anak lahir sampai usia 2 tahun, intelegensi yang dimiliki anak masih primitive. Artinya masih didasarkan pada perilaku terbuka. 20 (2) Tahapan Pra-operasional (usia 2 7 tahun). Pada tahap praoperasional, anak telah memiliki penguasaan sempurna mengenai objek permanen (ketetapan adanya benda). 21 Pemikiran pra operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. (3) Tahapan Konkrit Operasional (usia 7 11/12 tahun). Tahapan ini muncul antara usia 7 sampai 12 tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. (4) Tahapan Formal Operasional (usia 11 tahun sampai dewasa). Pada usia 11 anak memasuki masa remaja. Dalam perkembangan kognitif tahap akhir ini seorang remaja telah memiliki kemapuan mengkoordinasaikan dua ragam kemampuan kognitif, yakni kapasitas menggunakan hipotesis dan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak. 22 Implikasi teori Piaget dalam pembelajaran matematika yaitu berkaitan dengan belajar konstruktif dan peran representasi konkrit. Dalam representasi konkret, Piaget berpendapat bahwa seorang anak dapat berpikir 20 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar(Jakarta, 1990), 28 21 Ibid, halaman 28 22 Ibid, halaman 33

18 secara operasional jika berinteraksi dengan keberadaan benda dan situasi tertentu. 23 B. Indikator Representasi Matematis Banyak bentuk representasi diajarkan secara eksplisit di sekolah-sekolah, terutama dalam matematika dan ilmu pengetahuan. Siswa belajar bagaimana membangun dan menginterpretasikan tabel, grafik, persamaan, dan bentukbentuk representasi teknis karena merupakan alat penting untuk berkomunikasi dan penalaran tentang konsep dan informasi dalam matematika,sains, dan domain lainnya. 24 Namun, representasi teknis sering diajarkan seolaholah mereka berakhir dalam diri mereka. Belajar membuat grafik dan menulis persamaan dan menafsirkan dengan benar menjadi penting bukan untuk memahami dan mengkomunikasikan konsep tetapi untuk mendapatkan skor tinggi pada tes. Di bawah tekanan untuk menyelesaikan kurikulum yang ditentukan, guru sering merasa bahwa tidak ada cukup waktu mengajar siswa untuk apa representasi dan mengapa bentuk yang berguna dan efektif. 25 Perubahan yang banyak dianjurkan dalam matematika dan ilmu pendidikan adalah lebih menekankan pada siswa belajar untuk menerapkan apa yang mereka pelajari untuk kegiatan mereka bekerja, berpikir, dan bersosialisasi, baik di dalam maupun di luar sekolah. Dengan cara berpikir ini, bentuk-bentuk representasi adalah alat yang siswa dapat belajar untuk digunakan sebagai sumber daya dalam berpikir dan berkomunikasi. 26 Setiap siswa mempunyai cara yang berbeda untuk mengkontruksikan pengetahuannya. Dalam hal ini, sangat 23 Study literatur. UPI. hal 34 24 James G. Greeno and Rogers P. Hall. Learning with and about Representational Forms. The Phi Delta Kappan, vol 78, No 5. 1997, diakses 20 Oktober 2010, 362 25 Ibid, halaman 362 26 Ibid, halaman 362

19 memungkinkan bagi siswa untuk mencoba berbagai macam representasi dalam memahami suatu konsep. Selain itu representasi juga berperan dalam proses penyelesaian masalah matematis, seperti: (1) representasi visual yang dimunculkan siswa berupa diagram, grafik, tabel dan gambar dapat digunakan untuk menyajikan kembali data dari suatu representasi dan untuk menyelesaikan masalah. (2) representasi persamaan atau ekspresi matematika dapat digunakan untuk membuat persamaan atau model matematika dari representasi lain yang diberikan. (3) sedangkan representasi kata-kata atau teks tertulis dapat digunakan siswa untuk membuat situasi masalah berdasarkan data yang diberikan, menuliskan interpretasi dari suatu representasi dan menyusun crita yang sesuai dengan representasi yang disajikan. 27 Berdasarkan uraian tersebut, indikator yang digunakan dalam menilai kemampuan repesentasi matematis siswa adalah seperti pada Tabel 2.1: 28 Tabel 2.1 Indikator Representasi Matematis No. Representasi Bentuk-Bentuk Operasional 1 Representasi Visual: a) Diagram, Grafik, atau tabel. Menyajikan kembali data atau informasi dari suatu representasi ke representasi diagram, grafik, atau tabel. Mengguanakan representasi visual untuk menyelesaikan masalah. b) Gambar Membuat gambat pola-pola geometri. 27 http://repository.upi.edu/operator/upload/s_d0151_0601945_chapter2.p df, diakses 9 september 2013 28 Mudzakkir2006:47),http://repository.upi.edu/operator/upload/s_d0151 _0601945_chapter2.pdf, diakses 14 Maret 2012

20 2 Persamaan atau ekspresi matematis 3. Kata-kata atau teks tertulis Membuat gambar bangun geometri untuk memperjelas masalah Membuat persamaan atau model matematika dari representasi lain yang diberikan. Penyelesaian masalah yang melibatkan ekspresi matematis. Membuat situasi masalah berdasarkan data yang diberikan. Menuliskan interpretasi dari suatu representasi. Menuliskan langkah-langkah penyelesaian masalah matematis dengan kata-kata. Menyusun cerita yang sesuai dengan representasi yang disajikan. Menjawab soal dengan menggunakan kata-kata atau teks tertulis. Adapun dalam penelitian ini, indikator kemampuan representasi matematis yang diamati pada siswa adalah: (1) representasi visual, yaitu menggunakan repesentasi visual (diagram) untuk menyelesaikan masalah, (2) persamaan ekspresi matematis, yaitu penyelesaian masalah yang melibatkan ekspresi matematis, (3) kata-kata atau teks tertulis, meliputi: membuat situasi masalah berdasarkan datadata yang diberikan dan menjawab soal dengan menggunakan kata-kata tertulis.