II.TINJAUAN PUSTAKA. water basin, hal ini disebabkan karena partikel-partikel halus tersebut memiliki berat jenis yang

dokumen-dokumen yang mirip
PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

KOLOID. 26 April 2013 Linda Windia Sundarti

Serbuk Biji Kelor Sebagai Koagulan Harimbi Mawan Dinda Rakhmawati

XI IA 4 SMA Negeri 1 Tanjungpinang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

kimia KTSP & K-13 KOLOID K e l a s A. Sistem Dispersi dan Koloid Tujuan Pembelajaran

HASIL DAN PEMBAHASAN. s n. Pengujian Fitokimia Biji Kelor dan Biji. Kelor Berkulit

PENGARUH WAKTU TINGGAL CAIRAN TERHADAP PENURUNAN KEKERUHAN DALAM AIR PADA REAKTOR ELEKTROKOAGULASI. Satriananda 1 ABSTRAK

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

Menu Utama SK/KD SK/KD. Komponen utama minyak bumi INDIKATOR SIFAT LARUTAN KOLOID. Fraksi fraksi minyak bumi PENJERNIHAN AIR MINUM

KISI-KISI TES KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISTEM KOLOID. Prediksi Andre jika filtrasi dikenakan cahaya

Buku Saku. Sistem Koloid. Nungki Shahna Ashari

Teknik Bioseparasi. Dina Wahyu. Genap/ March 2014

PENGARUH PERBANDINGAN KOAGULAN BIJI KELOR DAN ALUMINIUM SULFAT PADA PROSES PENJERNIHAN AIR SUNGAI

PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

KOMPETENSI DASAR PETA KONSEP

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai

Purwanti Widhy H, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. Kimia: Meliputi Kimia Organik, Seperti : Minyak, lemak, protein. Besaran yang biasa di

PENURUNAN TURBIDITY, TSS, DAN COD MENGGUNAKAN KACANG BABI (Vicia faba) SEBAGAI NANO BIOKOAGULAN DALAM PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK (GREYWATER)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI ALUMINIUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut

BAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI PATIKRAJA Jalan Adipura 3 Patikraja Telp (0281) Banyumas 53171

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu air berperan penting dalam berlangsungnya sebuah kehidupan. Air

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Perubahan Kualitas Air. Segmen Inlet Segmen Segmen Segmen

Koloid. Bab. Peta Konsep. Kompetensi Dasar OLOID 153. Kimiaia untukk SMA dan MA kelas XIII

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

Pengaruh Massa dan Ukuran Biji Kelor pada Proses Penjernihan Air

OPTIMASI PENGGUNAAN KOAGULAN ALAMI BIJI KELOR

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan dan domestik (Asmadi dan Suharno, 2012). limbah cair yang tidak ditangani dengan semestinya. Di berbagai tempat

BAB III METODE PENELITIAN. (eksperimen sungguhan) dengan desain pretest-posttes dengan kelompok

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1

LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mutu air adalah kadar air yang diperbolehkan dalam zat yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

PENGARUH MASSA DAN UKURAN BIJI KELOR PADA PROSES PENJERNIHAN AIR

1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia

Analisis Zat Padat (TDS,TSS,FDS,VDS,VSS,FSS)

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia, karena air diperlukan untuk bermacam-macam kegiatan seperti minum,

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut : Mulai

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Faqih

Teori Koagulasi-Flokulasi

Laporan Khusus Laboratorium Opersi Teknik Kimia I SEDIMENTASI. Disusun oleh: ZAKIATUL FITRI

PENGOLAHAN AIR BERSIH. PENGOLAHAN UNTUK MENGURANGI KONSENTRASI ZAT Kandungan Fe, CO2 agresif, bakteri yang tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam kehidupan sehari hari, air merupakan sesuatu yang sangat penting dan berharga. Banyak

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan

PERANCANGAN PERPIPAAN PADA PROSES PRODUKSI CARBONATED SOFT DRINK

Teknologi Tepat Guna Penjernihan Air Dengan Biji Kelor (Moringa Oleifera) Teknologi Tepat Guna

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

PENGARUH PENAMBAHAN BITTERN PADA LIMBAH CAIR DARI PROSES PENCUCIAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN

Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA

PERANCANGAN INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI GULA

SEMINAR AKHIR. Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari Dosen Pembimbing Alfan Purnomo, ST. MT.

Pulp Cara uji kadar selulosa alfa, beta dan gamma

PERBAIKAN KUALITAS AIR LIMBAH INDUSTRI FARMASI MENGGUNAKAN KOAGULAN BIJI KELOR (Moringa oleifera Lam) DAN PAC (Poly Alumunium Chloride)

Perancangan Instalasi Unit Utilitas Kebutuhan Air pada Industri dengan Bahan Baku Air Sungai

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

SKRINING POTENSI JENIS BIJI POLONG-POLONGAN (Famili Fabaceae) DAN BIJI LABU- LABUAN (Famili Cucurbitaceae) SEBAGAI KOAGULAN ALAMI PENGGANTI TAWAS

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

-disiapkan Filter -disusun pada reaktor koagulasi (galon dan botol ukuran 1.5 Liter) -diambil 5 liter dengan gelas ukur

RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR. Oleh DEDY BAHAR 5960

BAB 1 PENDAHULUAN. air dapat berasal dari limbah terpusat (point sources), seperti: limbah industri,

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR PEMURNIAN. Nama : Shinta Wijaya NRP : Kelompok : E Meja : 10 (Sepuluh) Asisten : Tyas Citra Aprilia

Pemisahan Campuran 1.Filtrasi(Penyaringan) 2.Destilasi

SOLID DAN COLOR VALUE AIR LIMBAH INDUSTRI MONOSODIUM GLUTAMAT

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR

BAB IV METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN BIJI KELOR (MORINGA OLEIFERA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENJERNIHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TEKSTIL KULIT

Coagulation. Nur Istianah, ST,MT,M.Eng

BAB 3 METODE PENELITIAN. Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian Terdahulu

PENGARUH KADAR AIR, DOSIS DAN LAMA PENGENDAPAN KOAGULAN SERBUK BIJI KELOR SEBAGAI ALTERNATIF PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU

PROSES PENGOLAHAN AIR LIMBAH PADA IPAL INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT BTIK LIK MAGETAN

Revisi BAB I PENDAHULUAN

Kelas : XI IPA Guru : Tim Guru HSPG Tanggal : Senin, 23 Mei 2016 Mata pelajaran : Kimia Waktu : WIB

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

Kimia Koloid. Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc. Jurusan Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Oleh: Rizqi Amalia ( ) Dosen Pembimbing: Welly Herumurti ST. M.Sc

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

PENENTUAN KARAKTERISTIK AIR WADUK DENGAN METODE KOAGULASI. ABSTRAK

Transkripsi:

II.TINJAUAN PUSTAKA A. Clarifier Tank Alat ini berfungsi untuk mengendapkan partikel-partitel halus yang tidak mengendap di water basin, hal ini disebabkan karena partikel-partikel halus tersebut memiliki berat jenis yang hampir sama dengan berat jenis air. Untuk membantu proses pengendapan di Clarifier maka pada proses pengendapa ini harus ditambahkan zat kimia yang dapat membantu proses pengendapan partikel-partikel halus tersebut. Zat kimia ini berfungsi sebagai pemersatu partikelpartikel halus yang mengakibatkan partikel-partikel tersebut menjadi sebuah gumpalan yang mengakibatkan partikel-partikel halus tersebut menjadi bertambah berat jenisnta dan dapat mengendap didasar air. Dibawah ini merupakan bentuk konstruksi tangki Clarifier. Dok: Rona Loebis Gambar l. Clarifier Tank

B. Koloid/ Partikel Tersuspensi Koloid merupakan partikel-partikel yang terkandung di dalam air dan sangat sulit untuk diendapkan yang disebabkan karena partikel-partikel ini berdiameter sekitar 1 nm ( 10ˉ7cm ) hingga 0,1 nm (10ˉ8 cm) (Rambe, 2009). Ada beberapa sifat-sifat koloid diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Efek Tyndall Efek Tyndall adalah penghamburan cahaya oleh larutan koloid, peristiwa di mana jalannya sinar dalam koloid dapat terlihat karena partikel koloid dapat menghamburkan sinar ke segala jurusan. Contoh: sinar matahari yang dihamburkan partikel koloid di angkasa, hingga langit berwarna biru pada siang hari dan jingga pada sore hari ; debu dalam ruangan akan terlihat jika ada sinar masuk melalui celah. 2. Gerak Brown Gerak Brown adalah gerak partikel koloid dalam medium pendispersi secara terus menerus, karena adanya tumbukan antara partikel zat terdispersi dan zat pendispersi. Karena gerak aktif yang terus menerus ini, partikel koloid tidak memisah jika di diamkan. 3. Adsorbsi koloid dalam proses: Koloid adalah penyerapan zat atau ion pada permukaan koloid. Sifat adsorbsi digunakan a. Pemutihan gula tebu. b. Norit. c. Penjernihan air.

Contoh: koloid antara obat diare dan cairan dalam usus yang akan menyerap kuman penyebab diare. Adapun beberapa bentuk-bentuk umum koloid diantaranya sebagai berikut : a. Bulatan : misalnya virus, silika. b. Batang : misalnya virus. c. Piringan : misalnya globulin dalam darah. d. Serat : misalnya selulosa. C. Biji Kelor/ Moringa Oleifera Biji kelor ini termasuk famili Moringaceace merupakan suatu genus tunggal dari famili pohon semak belukar yang dibudidayakan di seluruh daerah tropis dan dimanfaatkan berbagai kepentingan (Rambe, 2009). Biji kelor ini dapat di jadikan sebagai pengganti tawas yang berfungsi untuk menjernihkan air. Bahan koagulan yang terkandung didalam biji kelor adalah protein kationil, yang terlarut didalam air. Potensial zeta larutan 5% biji kelor tanpa kulit adalah sekitar +6mv, hal ini menunjukan bahwa larutan ini didominasi tegangan positip meskipun merupakan campuran heterogen yang kompleks (Rambe, 2009). Biji kelor akan bekerja secara efektif sangat ditentukan oleh protein kationik yang bertegangan rapat dengan berat molekul sekitar 6,5 Kdalton (Rambe, 2009). Adapun contoh gambar biji kelor tersebut adalah sebagai berikut:

Dok: Google Gambar 2. Pohon, Biji kelor Selain itu ada beberapa pemanfaatan yang dapat diambil dari tumbuhan Biji kelor ini yaitu daun dan buah mudanya dapat digunakan sebagai sayuran yang memiliki gizi yang sangat tinggi atau dapat juga dijadikan sebagai pakan ternak. Bunganya dapat untuk dibuat teh. Biji dari buahnya yang masih bewarna hijau dapat di makan seperti kacang-kacangan (direbus atau digoreng). Bijinya yang sudah tua mengandung sekitar 40% minyak yang dapat digunakan untuk memasak,bahan pembuat sabun dan kosmetika atau sebagai minyak lampu. Kayu kelor sangat baik dijadikan pulp, sementara untuk kulit kayunya dapat dibuat menjadi keset kaki dan tali (Rambe, 2009). Dalam satu polong buah kelor terdapat 10 hingga 15 biji kelor dengan berat masingmasing biji sebesar 2,5 gram tanpa kulit ari, dan dari 10 Biji kelor dapat dibuat menjadi serbuk untuk menjernihkan air sebanyak 40 liter. (Dwi, 2012). Biji kelor sebagai koagulan dapat digunakan dengan dua cara yaitu dengan menggunakan biji kering dengan kulitnya dan biji kering tanpa kulitnya. Hasil analisa elemen yang di miliki

biji kelor untuk biji dengan kulit adalah 6,1% N, 54,8% C dan 8,5% H, sedangkan untuk biji tanpa kulit 5,0% N, 53,3% C dan 7,7% H (Rambe, 2009) D. Tawas (Aluminium sulfat) Tawas merupakan bahan kimia yang sering digunakan oleh industri-industri yang melakukan proses penjernihan untuk air sebagai penunjang kegiatan produksi di sebuah industri. Tawas merupakan sejenis koagulan dengan rumus kimia Al 2 (SO 4 ) 3 11 H 2 O atau 14 H 2 O atau 18 H 2 O. Umumnya tawas yang sering digunakan oleh industri adalah tawas 18 H 2 O. Tawas merupakan jenis koagulan yang termurah, sehingga itu salah satu alasan banyak industri yang menggunakan bahan tersebut untuk menjernihkan air. Keristal tawas sangat mudah larut dalam air dan kelarutanya berbeda-beda karena tergantung pada jenis logam dan suhu (Tauhid, 2010) Adapun bentuk tawas yang dapat penulis sajikan adalah sebagai berikut: Dok: Google Gambar 3. Tawas (Aluminium sulfat) Air yang akan dijernihkan dengan menggunakan tawas, maka air tersebut harus mengandung alkalinitas yang cukup tinggi sehingga proses pembentukan flok hidroksida bias berjalan dengan sempurna. Apabila air yang ingin dijernihkan tidak mengandung alkalinitas yang cukup maka air tersebut harus ditambahkan alkalinitas. Untuk penambahan alkalinitas biasanya

bisa menggunakan kalsium hidroksida atau kapur hidrat dan juga bisa menggunakan natrium karbonat atau soda abu. Tawas atau alumuniun sulfat umumnya terdapat dalam bentuk kering dan cair.untuk tawas yang berbentuk kering biasanya berbentuk butiran halus, bubuk dan bongkahan namun biasanya yang digunakan adalah tawas yang berbentuk butiran halus. Alasan menggunakan tawas yang berbentuk butiran halus karena butiran halus tersebut mengandung 15-22% Al 2 O 3 yang meliputi 14 kristal air dengan berat sekitar 60-63 lb/ft³ dan dapat di gunakan langsung.sedangkan tawas yang berbentuk cair mengandung 50% alum (Rambe, 2009). E. Flokulasi Partikel-partikel koloid dapat menggumpal dengan mudah diakibatkan karena gaya tolak menolak elektrostatik antara partikelnya yang dikurangi dan transportasi partikel harus menghasilkan kontak diantara partikel yang mengalami destabilisasi. Partikel-partikel yang telah mengalami destabilisasi harus membawa partikel-partikel tersebut kedalam suatu kontak antara satu dengan yang lainya sehingga dapat menggumpal dan membentuk partikel yang lebih besar, proses ini dapat berlangsung secara epektif apabila adanya dilakukan adukan secara lambat dan hati-hati. Tujuan Flokulasi ini adalah membuat partikel-partikel saling bertabrakan dan tetap bersatu sehingga tumbuh menjadi gumpalan yang berukuran besar dan siap untuk mengendap. Apabila pengadukan dilakukan terlalu sering dan pengadukan dilakukan dengan tempo yang sangat cepat maka hal ini dapat mengakibatkan flok-flok yang ada menjadi lebih kecil dan proses pengendapanpun akan membutuhkan waktu yang lebih lama dari yang biasanya. Kecepatan penggumpalan dapat ditentukan dari banyaknya partikel-partikel yang saling bertabrakan atau bersentuhan antara partikel satu dengan yang lainya yang terjadi pada proses

pengendapan. Dalam hal ini tabrakan-tabrakan antara partikel yang satu dengan yang lainya terjadi melalui 3 (tiga) cara, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Kontak yang diakibatkan oleh adanya gerak termal (panas), yang dikenal sebagai gerak Brown. Flokulasi yang terjadi oleh adanya gerak Brown ini disebut flokulasi perikinetik. Gerak Brown adalah gerakan terus menerus dari suatu partikel zat cair ataupun gas, artinya partikel-partikel ini tidak pernah dalam keadaan stasioner atau sepenuhnya diam. Suhu juga dapat mempengaruhi gerak Brown, jadi semakin panas suhu system koloid maka semakin besar energi kinetic yang di miliki partikel-partikel medium pendispersinya akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat begitu juga sebaliknya semakin rendah suhu sisitem koloid maka gerak Brown semakin lambat (Ahmad, 2010). 2. Kontak yang diakibatkan oleh adanya gerakan media air, misalnya karena adanya pengadukan, flokulasi yang terjadi akibat fluida ini disebut flokulasi ortokinetik. 3. Kontak yang terjadi akibat perbedaan laju pengendapan dari masing-masing partikel. F. Kekeruhan (Turbidity) Kekeruhan merupakan salah satu sifat yang optis dari suatu larutan, yaitu hamburan dan absorbsi cahaya yang melaluinya. Uji kekeruhan adalah proses pengukuran suatu sifat optik dari sampel air yaitu hasil penyebaran dan penyerapan cahaya oleh bahan partikel yang didapat didalam sampel. Jumlah dari kekeruhan yang dapat diukur sangat bergantung pada macammacam variabel diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Ukuran 2. Bentuk

3. Indeks refraksi dari partikel Kekeruhan tidak mempunyai hubungan langsung terhadap berat berbagai bahan yang terdapat pada suspensi karena bentuk dan indeks refraksi dari berbagai partikel mempunyai efek terhadap penyebaran sinar dari suspensi ( Bernard, 2008) Ada beberapa cara untuk mengukur Kekeruhan diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Metode Neflometrik (unit kekeruhan NTU dan FTU) 2. Metode Helliege Turbidimeter (unit kekeruhan Silika) 3. Metode Visuil (unit kekeruhan Jakson) (Bernard, 2008) Dalam penelitian ini untuk mengetahui nilai kekeruhan akan di gunakan metode Neflometrik dengan cara, Menggunakan alat Turbidimeter portable 2100P yang merupakan alat untuk menganalisis kekeruhan. Sampel dimasukan ke dalam botol Turbiditimeter dan diusahakan tidak ada gelembung udara, kemudian tabung tersebut ditempatkan pada tempat pengukuran dan dibaca nilai kekeruhan yang muncul di alat. G. TSS (Total Suspended Solid) Total Suspended Solid atau sering disebut TSS adalah jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang terdapat didalam limbah setelah mengalami penyaringan dengan membran yang berukuran 0,45 mikron (Rambe, 2009). Penentuan zat padat tersuspensi (TSS) berguna untuk mengetahui kekuatan pencemaran air limbah domestik dan juga berguna untuk penentuan efisiensi unit pengolahan air (Rambe, 2009). Adapun cara untuk menentukan kadar zat padat tersuspensi adalah kertas saring dipanaskan dalam oven pada suhu 105 C selama 1 (satu) jam, kemudian dinginkan didalam desikator lalu ditimbang sampai mencapai berat yang konstan (B gram), lalu masukan 10 ml

sampel yang di saring.setelah itu kertas saring dan residu di panaskan dalam oven pada suhu105 C selama 1 (satu) jam, kemudian bila telah selesai di panaskan dinginkan kedalam desikator dan di timbang sampai berat konstan (A gram). Kadar zat padat tersuspensi dapat dihitung dengan persamaan berikut : (A-B) x 1000 TSS (mg\l) = C A = Berat filter dan residu sesudah pemanasan 105 C (mg) B = Berat fiter kering sesudah pemanasan 105 C (mg) C = Volume sampel (ml) H. Sedimentasi Sedimentasi merupakan unit yang berfungsi memisahkan padatan dan cairan dengan menggunakan pengendapan secara gravitasi untuk memisahkan partikel tersusupensi yang terdapat dalam cairan tersebut (Dinas PU Kota Bantul, 2013). Sedimentasi terjadi akibat adanya gaya gravitasi dan adanya perbedaan berat jenis antara partikel yang terkandung didalam air. Bak sedimentasi berfungsi untuk mengendapkan flok-flok yang dibentuk pada proses koagulasi dan flokulasi. Agar pengendapan yang terjadi pada bak sedimentasi berjalan dengan baik, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi menyangkut karakteristik aliran dalam bak sedimentasi yang akan dibangun. Untuk mencapai pengendapan yang baik, bentuk bak sedimentasi harus dibuat sedemikian rupa sehingga karakteristik aliran di dalam bak tersebut memiliki aliran yang laminar dan tidak mengalami aliran mati (Dinas PU Kota Bantul, 2013).