KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) GALUNGGUNG SUPER

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) SAGO

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN TAWES (PUNTIUS JAVANICUS) JOIS

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PELEPASAN IKAN LELE MUTIARA.

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA SALINA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) JAYASAKTI

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) MARWANA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN ABALON (HALIOTIS SQUAMATA) HASIL DOMESTIKASI

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN IKAN GABUS HARUAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) NIRWANA III

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN UDANG GALAH GI MACRO II

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.48/MEN/2012 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN UDANG GALAH SIRATU

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.23/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA NIRWANA II

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN PAPUYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) RAJADANU SUPER RD

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.47/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA MERAH NILASA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS MERAH NAJAWA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN BENIH SEBAR IKAN LELE MANDALIKA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 45/MEN/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.09/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA SRIKANDI

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.66/MEN/2011 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.15/MEN/2002 TENTANG PELEPASAN VARIETAS UDANG ROSTRIS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 52/MEN/2004 T E N T A N G PELEPASAN VARIETAS IKAN NILA JICA SEBAGAI VARIETAS BARU

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.78/MEN/2009 TENTANG PELEPASAN VARIETAS UDANG VANAME UNGGUL NUSANTARA I

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/KEPMEN-KP/2013 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 26/MEN/2004 TENTANG PELEPASAN VARIETAS IKAN LELE SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI BATANGHARI

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN Nomor: KEP. 42/MEN/2001 TENTANG PELEPASAN VARIETAS UDANG GALAH SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN Nomor: KEP. 41/MEN/2001 TENTANG PELEPASAN VARIETAS UDANG VANAME SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas benih sebar

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

I. PENDAHULUAN. Ikan lele dumbo merupakan komoditas perikanan yang banyak dibudidayakan di air

HASIL DAN PEMBAHASAN

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 2 : Benih

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas benih sebar

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 44/MEN/2006 TENTANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan Lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

PENDAHULUAN Ikan Nila (Oreochromis sp.) merupakan salah satu komoditas ikan air tawar yang mendapat perhatian besar bagi usaha perikanan terutama

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Meningkatkan Wirausaha Budidaya Ikan. Lele Sangkuriang. (Lingkungan Bisnis)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)

I. PENDAHULUAN. adalah ikan gurami (Osphronemus gouramy) (Khaeruman dan Amri, 2003).

DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL... xvi. DAFTAR GAMBAR... xvii. DAFTAR LAMPIRAN... xviii

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 360/Kpts/PK.040/6/2015 TENTANG PELEPASAN GALUR ITIK ALABIMASTER-1 AGRINAK

BAB I. PENDAHULUAN. Protein adalah jenis asupan makan yang penting bagi kelangsungan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013.

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 3 : Produksi induk

HASIL DAN PEMBAHASAN Padat Tebar (ekor/liter)

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March :22

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Sambutan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tingkat Kelangsungan Hidup

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Derajat Kelangsungan Hidup (SR) Perlakuan Perendaman (%)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.79/MEN/2009 TENTANG PELEPASAN VARIETAS IKAN NILA LARASATI SEBAGAI BENIH BERMUTU

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo, yang melaksanakan tugas operasional

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

Mengingat -2- : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004, Tambahan Lembaran Negara Republ

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) GALUNGGUNG SUPER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa guna lebih memperkaya jenis dan varietas ikan gurami yang beredar di masyarakat, telah dihasilkan Ikan Gurami (Osphronemus goramy) Galunggung Super sebagai jenis ikan baru yang merupakan Hasil Hibridasi Unggul Karakter Produktivitas yang dilakukan oleh Balai Pengembangan Budidaya Ikan Gurami dan Nilem, Singaparna, Tasikmalaya, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang Pelepasan Ikan Gurami (Osphronemus goramy) Galunggung Super; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073); 2. Peraturan Presiden Nomor 07 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); 3. Peraturan Presiden Nomor 63 tahun 2015 tentang Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 111) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2017 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 5); 4. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 25/PERMEN-KP/2014 tentang Jenis Ikan Baru Yang Akan Dibudidayakan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 816);

5. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.6/MEN/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 220); MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) GALUNGGUNG SUPER. KESATU : Melepas varietas Ikan Gurami (Osphronemus goramy) Galunggung Super dengan deskripsi dan gambar sebagaimana tersebut dalam Lampiran I dan Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini. KEDUA : Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 2017 Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, SUSI PUDJIASTUTI

Lampiran I Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor /KEPMEN-KP/2017 Tentang Pelepasan Pelepasan Ikan Gurami (Osphronemus goramy) Galunggung Super Deskripsi Ringkas Ikan Gurami (Osphronemus goramy) Galunggung Super No Deskripsi Keterangan/Nilai 1. Informasi Sumber Ikan Gurami Galunggung Super a. Waktu awal koleksi Tahun 2012 b. Daerah asal Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. c. Keunggulan jenis dan/atau varietas 1) Produktivitas lebih tinggi, dengan nilai heterosis sebesar 51,72%; 2) Nilai FCR lebih rendah 48,62% dibanding varietas Galunggung Hitam dan 36,70% dibanding Galunggung Putih; 3) biomassa panen lebih tinggi 41,9% disbanding varietas yang ada di masyarakat; 2. Taksonomi a. Famili Osphronemidae b. Spesies Osphronemus goramy c. Nama Dagang Giant Gourami d. Nama Indonesia Ikan Gurami 3. Metode Pemuliaan a. Lokasi Pelaksanaan 1) Balai Pengembangn Budidaya Ikan Gurami dan Nilem (BPBIGN), Singaparna, Jawa Barat 2) Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar, Bogor 3) Masyarakat Pembudidaya di Tasikmalaya b. Waktu Pelaksanaan Tahun 2012-2015 c. Metode Hibridasi Persilangan dua arah (reciprocal) antara varietas Galunggung Hitam (GH) dan varietas Galunggung Putih (GP) 4. Keunggulan a. Fenotipe 1) Fase pendederan - Lama pemeliharaan (hari) 60 - Laju pertumbuhan spesifik panjang total (%/hari) 0,92 - Bobot akhir (g) 6,19 6,43 - Laju pertumbuhan spesifik bobot (%/hari) 2,02 - sintasan (%) 60,82 85,18 2) Fase Pembesaran - Lama pemeliharaan (hari) 300

No Deskripsi Keterangan/Nilai - Laju pertumbuhan spesifik panjang total (%/hari) 0,34 - Bobot akhir (g) 295,27 308,53 301,9±6,63 - Laju pertumbuhan spesifik bobot (%/hari) 1,29 - sintasan (%) 72,34 82,86 - Produktivitas (kg/m 2 ) 8,1 9,5 - Heterosis fase pembesaran (%) a. Bobot tubuh (BT) 14,1 b. Sintasan 31,75 c. Biomassa akhir 51,29 d. Produktivitas 51,72 b. Genotipe Heterosigositas 0,1688 5. Karakter Reproduksi a. Pembentuk - Umur dewasa betina (bulan) Galunggung Putih : 36 Galunggung Hitam : 36 - Umur dewasa jantan (bulan) Galunggung Putih : 36 Galunggung Hitam : 36 - Bobot dewasa betina (kg) Galunggung Putih : 1,98 2,42 Galunggung Hitam : 2,08 2,92 - Bobot dewasa jantan (kg) Galunggung Putih : 2,59 3,21 Galunggung Hitam : 2,70 3,50 - Panjang standar dewasa betina (cm) Galunggung Putih : 37,5 Galunggung Hitam : 37,5 - Panjang standar dewasa jantan Galunggung Putih : 43,5 (cm) Galunggung Hitam : 43,5 - Fekunditas Galunggung Putih: 3.465 5.363 (butir telur/kg induk Galunggung Hitam: 3.811-4.707 (butir telur/kg induk) - Diamater telur (mm) Galunggung Putih: 2,04 2,26 Galunggung Hitam: 2,08 2,26 - Derajat pembuahan (%) Galunggung Putih: 86,22 97,58 Galunggung Hitam: 89,83 96,97 - Derajat penetasan (%) Galunggung Putih : 78,25 90,17 Galunggung Hitam : 80,28 90,92 b. Hibrida (GHGP) - Sifat reproduksi Fertil - Umur matang gonad (bulan) 41 (Betina) 41 (Jantan) - Bobot (kg) 1,54 1,86 (Betina) 1,67 2,33 (Jantan) 6. Status Kesehatan Ikan a. Bakteri Aeromonas hydrophila dan Mycobacterium b. Jamur Tidak diketahui c. Parasit Tidak diketahui d. Hama Tidak diketahui e. Virus Tidak diketahui 7. Toleransi terhadap lingkungan a. Salinitas (g/l) 0-5 c. Suhu ( o C) 20-35

No Deskripsi Keterangan/Nilai d. Oksigen terlarut (mg/l) 2 b. ph 5-11 8. Sediaan Induk (ekor) a. Galunggung Hitam 1600 (Jantan dan Betina) b. Galunggung Putih 2800 (Jantan dan Betina) 9. Manfaat Teknologi Mudah diproduksi Sosial 1. Membuka lapangan usaha bagi masyarakat pesisir; dan 2. Meningkatkan taraf hidup masyarakat Ekonomi B/C Ratio = 1,51 Lingkungan Rendahnya nilai konversi pakan pada budidaya ikan gurami dapat mengurangi pencemaran air Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, SUSI PUDJIASTUTI

Lampiran II Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor /KEPMEN-KP/2017 Tentang Pelepasan Ikan Gurami (Osphronemus goramy) Galunggung Super Gambar Ikan Gurami (Osphronemus goramy) Galunggung Super Ikan Gurami (Osphronemus goramy) Galunggung Super Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, SUSI PUDJIASTUTI

Executive Summary PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) GALUNGGUNG SUPER Ikan gurami merupakan salah satu ikan ekonomis penting air tawar karena banyak disukai dan mempunyai harga yang relatif lebih tinggi dibanding jenis lainnya, baik benih maupun ukuran konsumsi. Ikan gurami memiliki sifat yang menguntungkan sebagai pemakan tanaman (herbivora) sehingga biaya pemeliharaannya menjadi relatif rendah. Kelebihan lain dari gurami adalah dapat hidup pada lingkungan perairan berkadar oksigen rendah dengan adanya alat pernapasan tambahan. Kendala utama dalam budidaya ikan gurami di Indonesia adalah lambatnya pertumbuhan ikan ini sehingga memerlukan waktu yang cukup lama dalam budidayanya. Berbagai strategi dan upaya telah banyak dilakukan dalam mempercepat pertumbuhan dan peningkatan produksi serta produktivitasnya, namun kegiatan yang dilakukan lebih pada upaya penegembangan teknologi produksi, belum banyak menyentuh pada upaya perbaikan ikannya itu sendiri. Balai Pengembangan Budidaya Ikan Gurami dan Nilem (BPBIGN) Singaparna telah melakukan kegiatan pemuliaan melalui metode persilangan dua arah untuk menghasilkan strain baru ikan gurami (Osphronemus goramy) dengan keunggulan produktivitas yang tinggi dibanding pembentuknya dan ikan gurami lain yang telah dibudidayakan di masyarakat. Kegiatan hibridisasi dilakukan dengan menyilangkan dua populasi ikan gurami Galunggung Hitam yang mempunyai rerata jumlah telur tinggi dan keragaman genetik yang tinggi dengan Galunggung Putih yang mempunyai rerata kecepatan tumbuh yang tinggi dan keragaman genetik yang rendah. Kegiatan diawali tahun 2012 melalui kegiatan koleksi, karakterisasi, dan evaluasi populasi induk pembentuk yang merupakan koleksi dari berbagai sumber di sekitar Kawasan Galunggung, Tasikmalaya. Pada tahun 2013, kegiatan hibridisasi mulai dilakukan dengan menyilangkan antara populasi ikan gurami Galunggung Hitam dengan ikan gurami Galunggung Putih secara dua arah. Benih yang dihasilkan dari keempat persilangan kemudian dipelihara sampai mencapai ukuran konsumsi untuk dilakukan pengamatan terhadap karakter pertumbuhan, kelangsungan hidup dan efisiensi pakan. Pada tahun 2014, pengamatan pertumbuhan keempat populasi hasil persilangan terus dilanjutkan. Disisi lain, dilakukan juga perbanyakan calon induk

pembentuk kedua populasi, yaitu dengan memijahkan antara induk Galunggung Putih dengan Galunggung Putih dan induk Galunggung Hitam dengan Galunggung Hitam. Hasil yang diperoleh menunjukkan, persilangan antara induk betina gurami Galunggung Hitam dengan induk jantan Galunggung Putih (GHGP) sampai umur ikan 14 bulan atau 10 bulan pemeliharaan pembesaran, menunjukan rerata nilai lebih tinggi dibanding pembentuknya (GHGH dan GPGP) pada fase pembesaran untuk seluruh karakter produktivitas terutama pada pertumbuhan, kelangsungan hidup, biomasa akhir dan efisiensi pakan. Ikan gurami hibrida GHGP menghasilkan rerata panjang total akhir sebesar 21,83±1,264 cm, pertumbuhan panjang total mutlak 14,04±1,330 cm dan laju pertumbuhan spesifik panjang mutlak 0,34±0,015% per hari. Pada karakter panjang standar, hibrida GHGP menghasilkan rerata panjang standar akhir sebesar 17,76±1,129 cm, laju pertumbuhan mutlak 10,98±1,240cm dan laju pertumbuhan spesifik 0,32±0,017% per hari. Pada karakter lebar, lebar akhir ikan gurami hibrida adalah sebesar 8,98±0,485 cm, pertumbuhan mutlak 5,68±1,014 cm dan laju pertumbuhan spesifik 0,33±0,030% per hari. Bobot akhir ikan gurami hibrida sebesar 301,9±6,63 gram, laju pertumbuhan mutlak 295,6±17,42 gram dan laju pertumbuhan spesifik 1,29±0,017% per hari serta kelangsungan hidup sebesar 77,6±5,26%. Ikan gurami hibrida memiliki rerata pertumbuhan panjang dan bobot paling tinggi pada ketinggian lahan 200-400 mdpl pada uji multilokasi yang dilakukan di pembudidaya. Produktivitas ikan gurami hibrida (GHGP) memiliki nilai lebih tinggi dibanding hibrida kebalikannya (GPGH) dan kedua pembentuknya (GHGH dan GPGP) serta ikan gurami lokal yang sudah biasa dibudidayakan oleh masyarakat. Biomasa akhir yang diperoleh adalah sebesar 70,2±5,66, pertambahan biomasa 63,89±5,656 kilogram dan produktivitas per meter persegi lahan 8,8 ±0,70 kg/m 2. Ikan gurami hibrida memiliki kelangsungan hidup 12,5% dan biomasa 41,9% lebih tinggi dibanding ikan gurami yang sudah biasa dibudidayakan oleh masyarakat. Berdasarkan analisis ekonomi, budidaya ikan gurami hibrida (Galunggung SUPER), sangat menguntungkan karena menghasilkan rerata keuntungan bersih sebesar Rp. 7.866.017,- setahun dalam laham seluas 100 m 2 dengan nilai rasio pendapatan dibanding biaya (B/C Ratio) sebesar 1,51.

Ikan gurami hibrida mampu mentolerir salinitas sampai 5 ppt dan tidak tahan pada salinitas 10 ppt. Pada pengujian terhadap ph, ikan gurami hibrida mampu hidup pada ph asam sampai 5 sedangkan pada ph basa mampu hidup pada sampai ph 10. Pada pengujian ketahanan terhadap suhu rendah, ikan gurami hibrida mampu hidup pada suhu 20 o C sedangkan pada suhu tinggi mampu hidup sampai 35 o C. Pada pengujian ketahanan terhadap oksigen, ikan gurami hibrida mengalami kematian pada menit ke-31 sampai ke-37 dengan kandungan oksigen terlarut dalam air minimum adalah sebesar 2,01 mg/l. Pada ketahanan terhadap penyakit, ikan gurami hibrida memiliki ketahahan yang hampir sama dengan ikan gurami Galunggung Hitam pada pengujian terhadap bakteri M. fortuitum dengan kelangsungan hidup sebesar 34,4±1,92 setelah 28 hari infeksi, sedangkan pada pengujian terhadap A. hydrophila ikan gurami hibrida lebih rentan, dengan nilai kelangsungan hidup sebesar 25,6±1,92 setelah 28 hari infeksi. Ikan gurami hibrida memiliki kadar air relatif lebih rendah dibanding ikan gurami non hibrida, yaitu sebesar 74,8 ± 0,49 %, kadar protein sebesar 19,8 ± 0,14 % dan karbohidrat sebesar 16,0 ± 0,03%. Ikan gurami hibrida memiliki persentase bagian badan sebesar 69,3±2,85%, dengan porsi fillet sebesar 49,6±2.09%. Nilai heterosis ikan gurami hibrida (GHGP) untuk seluruh karakter pada fase pembesaran adalah positif. Nilai heterosis karakter bobot akhir adalah 14,1%, pertumbuhan mutlak 14,6% dan laju pertumbuhan spesifik bobot 5,38%. Kelangsungan hidup sebesar 31,75%, biomasa akhir 51,29%, produktivitas per satuan luas 51,72%. Rasio Konversi Pakan untuk pakan komersial lebih rendah sebesar 42,66% dan terhadap pakan daun sente lebih rendah sebesar 42,96% dibanding pembentuknya. Keragaman genetik ikan gurami hibrida lebih tinggi dan mengalami peningkatan dibanding populasi yang berasal dari induk jantan dan betina pembentuknya dengan tingkat keragaman ukuran ikan saat pembesaran lebih seragam.