BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA ORANG DEWASA DI KOTA PADANG PANJANG TAHUN 2011 OLEH:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan prevalens penyakit ini terus

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) sebagai suatu penyakit tidak menular yang cenderung

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

EPIDEMIOLOGI DIABETES MELLITUS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN. gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. menular (noncommunicable diseases). Terjadinya transisi epidemiologi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin. (Awad,

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, dislipidemia, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular akan terus meningkat

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes

BAB I PENDAHULUAN. resiko terjadinya komplikasi akibat DM (Agustina, 2010). Menurut World Health Organization (WHO), Diabetes Melitus (DM)

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. kurang 347 juta orang dewasa menyandang diabetes dan 80% berada di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus, merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2000, World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa dari statistik kematian didunia, 57 juta kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit tidak menular dan diperkirakan sekitar 3,2 juta jiwa pertahun penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003 memperkirakan 194 juta jiwa penduduk dunia yang berusia 20-79 tahun menderita diabetes mellitus dan pada tahun 2025 akan meningkat menjadi 333 juta jiwa. WHO memprediksi Indonesia, bahwa ada kenaikan dari 8,4 juta diabetisi pada tahun 2000, akan meningkat menjadi sekitar 21,3 juta diabetisi pada tahun 2030. Hal ini akan menjadikan Indonesia menduduki rangking 4 (empat) dunia setelah Amerika Serikat, China, dan India dalam prevalensi diabetes. 1 Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia (2003) diperkirakan penduduk Indonesia yang berusia diatas 20 tahun adalah sebesar 133 juta jiwa dengan penyandang diabetes sejumlah 8,2 juta di daerah urban dan 5,5 juta di daerah rural. Selanjutnya diperkirakan pada tahun 2030 nanti jumlah penduduk yang berusia diatas 20 tahun sebanyak 194 juta dan diperkirakan sekitar 12 juta penyandang diabetes di daerah urban dan 8,1 juta didaerah rural. 2 Diabetes mellitus sangat dikenal sebagai the silent killer karena penyakit ini secara progressive berjalan terus sehingga baru disadari apabila sudah berdampak pada komplikasi. Penyakit ini juga dikenal sebagai mother of disease, karena 1

2 merupakan awal atau induk dari penyakit kronik lainnya seperti hipertensi, jantung dan pembuluh darah, stroke, gagal ginjal dan kebutaan. 1 Komplikasi pada penyakit diabetes mellitus ini ada dua yaitu komplikasi akut dan komplikasi kronis. Komplikasi akut biasanya mengakibatkan kematian dan komplikasi kronis mengakibatkan cacat. Komplikasi juga dapat mengakibatkan penyakit jantung koroner, amputasi pada kaki luka yang tak kunjung sembuh, gagal ginjal, stroke akibat pembuluh darah otak terganggu, buta disebabkan rusaknya pembuluh darah di mata dan bagi laki-laki hilang kemampuan seksualitas. 3 Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit menahun yang timbul pada seseorang disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula atau glukosa darah akibat kekurangan hormon insulin baik absolut maupun relatif. Adapun kriteria diabetes mellitus memicu pada pengukuran kadar gula darah sewaktu 200 mg/dl dan kadar gula darah puasa 126 mg/dl. 4,5 Ada beberapa tipe diabetes mellitus yang berbeda. Klasifikasi diabetes mellitus yang utama adalah diabetes mellitus tipe I (diabetes mellitus tergantung insulin), diabetes mellitus tipe II (diabetes mellitus tidak tergantung insulin), diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya dan diabetes mellitus gestasional (diabetes mellitus pada kehamilan). Ditinjau dari prevalensinya, jenis diabetes mellitus yang paling banyak dijumpai adalah 90% hingga 95% penderita mengalami diabetes mellitus tipe II. 6 Diabetes mellitus tipe II diakibatkan kegagalan relatif sel beta langerhans dikelenjer pankreas sehingga produksi insulin yang terjadi dengan kualitas rendah tidak mampu merangsang sel tubuh agar menyerap gula darah, misalnya obesitas,

3 pola makan yang tidak benar. Diabetes tipe ini biasanya terdiagnosis diatas umur 40 tahun, biasanya gemuk dan gejalanya timbul secara perlahan. 3 Peningkatan prevalensi diabetes mellitus tipe II sangat dipengaruhi oleh faktor risiko. Adapun perjalanan penyakit diabetes mellitus dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko yaitu faktor risiko melekat yang sulit dan mungkin tidak dapat dirubah (umur, jenis kelamin, keturunan, status sosial seperti suku dan budaya), faktor risiko perilaku yang bisa dirubah (merokok, konsumsi alkohol, kurang aktivitas fisik, kurang konsumsi serat, konsumsi lemak tinggi dan konsumsi kalori tinggi), faktor risiko lingkungan (kondisi ekonomi daerah, lingkungan sosial, seperti modernisasi, status sosial ekonomi dan lingkungan fisik), faktor risiko fisik seperti obesitas, hipertensi dan sindrom polikistik ovarium) dan faktor risiko biologis seperti hiperglikemia, toleransi glukosa terganggu, diabetes gestasional dan dislipidemia). 1 Faktor risiko melekat yang sulit dirubah seperti pertambahan umur merupakan faktor resiko yang penting untuk diabetes mellitus. Dalam semua penelitian epidemiologi pada berbagai populasi, prevalensi diabetes mellitus memperlihatkan peningkatan yang spesifik menurut usia. Diabetes mellitus tipe II ini sering terjadi pada usia >40 tahun. 3,7 Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia (Riskesdas) tahun 2007 prevalensi diabetes mellitus cenderung meningkat pada kelompok umur >45 tahun ke atas yaitu pada kelompok umur 45-54 tahun 10,5% dan kelompok umur 55-64 tahun 13.5%. Diabetes mellitus lebih banyak dijumpai pada perempuan (6,4%) dibandingkan laki-laki (4,9%). 8 Menurut penelitian Laurentia Mihardja pada tahun 2009 prevalensi diabetes mellitus di perkotaan Indonesia meningkat pada kelompok umur 45-54 tahun sebesar

4 27,6% dan pada kelompok umur 55-64 tahun sebesar 28,7%. Diabetes mellitus ini banyak terjadi pada perempuan dari pada laki-laki. 9 Faktor risiko perilaku seperti merokok, kurang aktivitas fisik, kurang konsumsi serat, konsumsi lemak tinggi dan konsumsi kalori tinggi merupakan faktor risiko yang dapat dirubah. Faktor risiko perilaku ini merupakan determinan penting yang menentukan obesitas dan juga mempengaruhi resistensi insulin. Dengan demikian, pola makan memainkan peranan penting dalam proses terjadinya diabetes mellitus tipe II. Dengan urbanisasi terjadilah perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan. Konsumsi makanan yang tinggi energi dan tinggi lemak selain aktivitas yang rendah, akan mengubah keseimbangan energi dengan disimpannya energi sebagai lemak simpanan yang jarang digunakan. Asupan energi yang berlebihan itu sendiri akan meningkatkan resistensi insulin, sekalipun belum terjadi kenaikan berat badan yang signifikan. Diet tinggi kalori, tinggi lemak dan rendah karbohidrat berkaitan dengan diabetes mellitus tipe II. Diet yang kaya akan energi dan rendah serat akan meningkatkan kenaikan berat badan dan resistensi insulin. 7 Kebiasaan merokok juga berhubungan dengan penyakit diabetes melitus. Nikotin dapat menyebabkan pengurangan sensitivitas insulin dan meningkatkan terjadinya resistensi insulin. Pada kondisi hiperglikemi, nikotin dan karbon monoksida mempercepat terjadinya pengumpalan darah. Sehingga banyak mengalami komplikasi seperti kebutaan, impotensi, gagal ginjal dan tindakan amputasi. Pada penderita diabetes mellitus perokok ternyata punya kemungkinan lebih sering mendapat serangan jantung, penyakit pembuluh darah perifer dan bahkan kebusukan jaringan (gangren). 10,11

5 Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia (Riskesdas) tahun 2007 menurut kebiasaan makan buah dan sayur prevalensi diabetes mellitus lebih tinggi pada kategori <5 porsi/hari (5%) dibandingkan dengan >5 porsi/hari. Selanjutnya dari segi aktivitas fisik prevalensi diabetes mellitus lebih tinggi pada aktivitas fisik kurang (5,7%) dari pada aktivitas fisik cukup (4,7%). 8 Menurut penelitian Laurentia Mihardja pada tahun 2009 prevalensi diabetes mellitus di perkotaan Indonesia ditinjau dari segi konsumsi sayur dan buah <5 porsi/hari sebesar 91,2% dan >5 porsi/hari hanya 8,8%, dari segi makan/minum manis >1 x sehari sebesar 50,7%, dari segi merokok dalam 1 terakhir setiap hari sebesar 20,1% dan aktivitas fisik kurang sebesar 35,1%. 9 Dilihat dari persentase penduduk Indonesia dengan kebiasaan merokok setiap hari pada usia >10 tahun adalah 23,7%. Kebiasaan merokok setiap hari ini paling tinggi terjadi pada kelompok umur 45-54 tahun yaitu 32,4% dan Propinsi Sumatera Barat persentase kebiasaan merokok setiap hari sebesar 25,7%. Perokok menghadapi peningkatan resiko 44% untuk terserang diabetes mellitus tipe II jika dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Dr Carole Willi dan rekannya dalam jurnal American Medikal Assosiation pada tahun 1992 dan 2006 melakukan penelitian mengenai hubungan antara merokok dan diabetes mellitus. Mereka mendapatkan bahwa perokok berat memiliki resiko lebih tinggi untuk terserang diabetes mellitus. Mereka yang menghabiskan sedikitnya 20 batang rokok sehari memiliki resiko terserang diabetes mellitus 62% lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Sedangkan bekas perokok menghadapi resiko 23% lebih tinggi terserang diabetes mellitus dibandingkan dengan yang bukan perokok, jauh lebih rendah dibandingkan dengan yang masih merokok saat ini. 8,12

6 Faktor risiko fisik obesitas merupakan faktor risiko utama terjadinya diabetes mellitus tipe II dan hubungannya sangat komplek, terutama obesitas sentral/abdominal. Obesitas sentral/abdominal ini secara bermakna berhubungan dengan sindroma dismetabolik yang didasari resistensi insulin. Obesitas sentral atau abdominal ini yang digambarkan oleh lingkar perut (Pria: >90cm, Wanita: >80cm) lebih sensitif dalam memprediksi gangguan metabolik dan kardiovaskular yang didasari oleh resistensi insulin. 7 Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia (Riskesdas) tahun 2007 ditinjau dari segi perut prevalensi diabetes mellitus lebih tinggi pada obesitas sentral (9,7%) dari pada tidak obesitas sentral (4,0%). Laurentia Mihardja melakukan penelitian pada tahun 2009 prevalensi diabetes mellitus di perkotaan Indonesia dilihat dari segi lingkar perut obesitas sentral banyak terjadi pada perempuan yaitu sebesar 59,9%. 8,9 Dari hasil penelitian Fajrinayanti di Kota Padang Panjang Tahun 2008 diketahui bahwa ada hubungan yang bermakna antara konsumsi lemak, serat, aktivitas fisik dan merokok dengan kejadian prediabetes. Sedangkan dari segi konsumsi karbohidrat tidak terdapat hubungan yang bermakna dengan kejadian prediabetes. 13 Kota Padang Panjang adalah salah satu kota yang terdapat di Provinsi Sumatera Barat. Hasil wawancara dengan Kepala Dinas Kesehatan Padang Panjang pada bulan November 2011 menyatakan bahwa diabetes mellitus ditetapkan sebagai Pilot Project di Kota Padang Panjang sejak tahun 2007. Dilihat dari Hasil Evaluasi Program Pengamat Penyakit dan P2M tahun 2010 yang disampaikan pada Rakerkesda Kota Padang Panjang tahun 2011 prevalensi diabetes mellitus pada tahun

7 2010 sebesar 7,9% dan pada tahun 2009 sebesar 4,9%. Adapun faktor risiko responden hasil pemeriksaan dalam rangka hari diabetes sedunia yaitu merokok setiap hari (19%), sering makan lemak (52%), sering makan minum manis (29%), kurang sayur (77%), kurang buah (73%), kurang aktivitas fisik (71%) dan obesitas (47%). 14 Berdasarkan Laporan Penyakit Tidak Menular pada Pos Bindu PTM Kota Padang Panjang dari bulan Januari sampai dengan November tahun 2011 jumlah kasus diabetes mellitus baru merupakan kunjungan pertama dan belum tercatat di RS atau fasilitas kesehatan lainnya adalah sebanyak 304 orang. Jumlah kunjungan lama merupakan jumlah kunjungan kedua atau lebih diabetes mellitus sebanyak 759 orang. Sedangkan jumlah kematian yang disebabkan penyakit diabetes mellitus sebanyak 7 orang. Jika dilihat dari segi kelompok umur jumlah kasus terbanyak terdapat pada usia 45-64 tahun. 15 Berdasarkan Kerangka Acuan Sosialisasi Penyakit Diabetes Melitus Bagi Masyarakat Padang Panjang Barat dan Timur Pada Tanggal 15 dan 19 April tahun 2010 Kota Padang Panjang masih menduduki peringkat pertama prevalensi obesitas di Provinsi Sumatera Barat. Obesitas lima kali lipat beresiko untuk mendapat penyakit diabetes mellitus. Kota Padang Panjang tiap tahunnya terjadi peningkatan kasus. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor dan gaya hidup manusia yang sudah mulai berubah. Hal ini dibuktikan dengan kebiasaan masyarakat yang sering mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak, tinggi kolesterol, kurang mengkonsumsi buah dan sayur serta kurang melakukan aktivitas fisik. 16 Berdasarkan data tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai Hubungan Faktor Risiko Perilaku dan Obesitas Sentral Dengan Kejadian Diabetes

8 Mellitus Tipe II Pada Pada Kelompok Umur 40-59 Tahun Di Kota Padang Panjang Tahun 2012. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah faktor risiko perilaku dan obesitas sentral berhubungan dengan kejadian diabetes mellitus tipe II pada kelompok umur 40-59 tahun di Kota Padang Panjang Tahun 2012? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan faktor risiko perilaku dan obesitas sentral dengan kejadian diabetes mellitus tipe II pada kelompok umur 40-59 tahun di Kota Padang Panjang Tahun 2012. 1.3.2. Tujuan Khusus a. Diketahui distribusi frekuensi konsumsi serat pada kasus dan kontrol di b. Diketahui distribusi frekuensi konsumsi lemak pada kasus dan kontrol di c. Diketahui distribusi frekuensi konsumsi kalori pada kasus dan kontrol di d. Diketahui distribusi frekuensi aktivitas fisik pada kasus dan kontrol di

9 e. Diketahui distribusi frekuensi merokok pada kasus dan kontrol di Kota Padang Panjang Tahun 2012. f. Diketahui distribusi frekuensi obesitas sentral/abdominal pada kasus dan kontrol di g. Diketahui perbedaan rata-rata konsumsi serat pada kasus dan kontrol di h. Diketahui perbedaan rata-rata konsumsi lemak pada kasus dan kontrol di i. Diketahui perbedaan rata-rata konsumsi kalori pada kasus dan kontrol di j. Diketahui hubungan faktor risiko aktivitas fisik dengan diabetes mellitus tipe II pada kasus dan kontrol di k. Diketahui hubungan faktor risiko merokok dengan diabetes mellitus tipe II pada kasus dan kontrol di l. Diketahui hubungan faktor risiko obesitas sentral/abdominal dengan diabetes mellitus tipe II pada kasus dan kontrol di Kota Padang Panjang Tahun 2012.

10 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Teoritis 1.4.1.1.Untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan meningkatkan kemampuan penulis dalam menganalisis suatu permasalahan melalui suatu penelitian. 1.4.1.2.Hasil penulisan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai literatur dan memperkaya kepustakaan yang ada bagi Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat. 1.4.2. Praktis 1.4.2.1.Penulis dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama mengikuti masa perkuliahan. 1.4.2.2.Hasil penulisan ini dapat dijadikan masukan dan informasi serta sebagai bahan pertimbangan dalam rangka menentukan kebijakan dan perencanaan untuk penyusunan program kesehatan yang berguna untuk penanggulangan diabetes mellitus tipe II.