HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LANGSA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi

2025 (Sandra, 2012). Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. disease) saat ini masih menjadi masalah yang besar, sebagaimana prediksi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi secara akut dan kronis. Dikatakan akut apabila penyakit berkembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. komposisi cairan tubuh dengan nilai Gloumerulus Filtration Rate (GFR) 25%-10% dari nilai normal (Ulya & Suryanto 2007).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

BAB I PENDAHULUAN. konsentrasi elektrolit pada cairan ekstra sel (Tawoto & Watonah, 2011).

Tabel 1.1 Keaslian penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 15,2%, prevalensi PGK pada stadium 1-3 meningkat menjadi 6,5 % dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal. Terapi pengganti yang. adalah terapi hemodialisis (Arliza, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. angka ini meningkat menjadi 219 pasien dan tahun 2013 menjadi 418 pasien. Bila

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. menghambat kemampuan seseorang untuk hidup sehat. Penyakit penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya secara normal (Soematri, 2012).Secara global lebih dari 500 juta

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 150 ribu orang dan yang membutuhkan terapi pengganti ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penderita gagal ginjal kronik menurut estimasi World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi ginjal secara optimal untuk membuang zat-zat sisa dan

Afniwati, Amira Permata Sari Tarigan, Yunita Ayu Lestari Tarigan Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut. Hal ini bila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. juta orang mengalami gagal ginjal. Data dari The United State Renal Data System

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa


BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Ruang Hemodialisa RSUD DR. M.M

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat dicapai melalui

*Korespondensi Penulis, Telp: , ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Gagal ginjal yang terjadi secara mendadak disebut gagal ginjal akut,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah, dan mengatur keseimbangan asambasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif

GAMBARAN MEKANISME KOPING PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUANG HEMODIALISA RSUD. PROF. DR. W. Z.

BAB I PENDAHULUAN. CKD merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak besar pada

BAB 1 PENDAHULUAN. menghargai perasaan pasien yaitu dengan mencurahkan segala perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. darah dalam tubuh dengan mengekskresikan solute dan air secara. saja tetapi juga di negara berkembang. Di Amerika Serikat,

PENELITIAN PENGARUH HEMODIALISIS TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PASIEN DM. Elya Hartini *, Idawati Manurung **, Purwati **

Idea Nursing Journal Vol. V No ISSN:

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh mereka yang menderita gagal ginjal (Indraratna, 2012). Terapi diet

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam jangka waktu yang lama (Noer, Soemyarso, 2006). Menurut (Brunner

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KECEMASAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI UNIT HEMODIALISA RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

I. PENDAHULUAN. pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. memperlancarkan darah dari zat toksin dan berbagai zat sisa. mengatur keseimbangan asam basa, mempertahankan volume dan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Ginjal Kronik (PGK) (Centers For Diseae Control and Prevention, ginjal (Foote & Manley, 2008; Haryono, 2013).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN DIET PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi dari 2-3 bulan hingga tahun (Price dan Wilson, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalaminya. Akan tetapi usia tidak selalu menjadi faktor penentu dalam perolehan

BAB I PENDAHULUAN. komposisi kimia darah, atau urin, atau kelainan radiologis (Joannidis et al.,

BAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal

BAB I PENDAHULUAN. Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah kerusakan ginjal yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Kesehatan N0.36 Tahun 2009 menjelaskan

Kata kunci : Dukungan Sosial Keluarga, Hemodialisis, Penyakit Ginjal Kronis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit menurut World Health Organization (1957) adalah suatu bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat pada

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi

PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS SEBELUM DAN SETELAH MENJALANI TINDAKAN HEMODIALISIS DI RUANG HEMODIALISA RSUD

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KUALITAS TIDUR PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal stadium akhir (gagal ginjal kronik tahap 5) dapat

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk

HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS

BAB 1 PENDAHULUAN. waktu lebih dari tiga bulan. Menurut Brunner dan Suddarth, gagal ginjal kronik. sampah nitrogen lain dalam darah) (Muhammad, 2012).

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK (GGK) YANG MENJALANI HEMODIALISA

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

Setiawan Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Siti Khadijah Palembang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2

KARAKTERISTIK PASIEN DAN KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA

HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN NABATI DAN HEWANI DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN HEMODIALISIS RAWAT JALAN DI RSUP

BAB I PENDAHULUAN. volume, komposisi dan distribusi cairan tubuh, sebagian besar dijalankan oleh Ginjal

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN TERAPI HEMODIALISIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK LANJUT USIA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DI KELURAHAN SRIWIDARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPELANG KOTA SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau penyakit renal tahap akhir

INTISARI. Kata Kunci : Kondisi Kerja, Beban Kerja, Tingkat Stres perawat.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit gagal ginjal adalah kelainan struktur atau fungsi ginjal yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. yaitu penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan berakhir dengan kematian.

Transkripsi:

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LANGSA Ns. Edy Mulyadi, M.Kep 1 1 Dosen STIKes Cut Nyak Dhien Langsa ABSTRAK Dukungan keluarga sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis. Selain itu, dukungan keluarga yang kuat pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis akan menimbulkan pengaruh positif bagi kesejahteraan fisik maupun psikis. Seseorang yang mendapatkan dukungan keluarga akan merasa disayangi, diperhatikan, merasa berharga, menimbulkan kepercayaan diri dan harapan agar dapat mengurangi stress dan berbagi beban. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit umum Daerah Langsa. Metode penelitian ini adalah kuantitatif bersifat analitik dengan rancangan cross sectional menggunakan data primer. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di ruang hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah Langsa, teknik pengambilan sampel dengan cara Total Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 72 responden. Hasil penelitian terhadap 72 responden mayoritas memiliki kualitas hidup dengan kategori cukup sebanyak 40 responden ( 55,6%) dan minoritas memiliki kualitas hidup dengan kategori tinggi sebanyak 13 responden (18,1%), hasil penelitian juga menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa dengan nilai p-value (Pearson Chi-Square) 0,000 (p<0,05). Peneliti menyarankan kepada perawat pelaksana di Ruang Hemodialisa RSUD Kota Langsa agar meningkatkan wawasan dan sebagai bahan masukan bagi perawat untuk melibatkan keluarga dalam melakukan tindakan yang mendukung kualitas hidup pasien terutama segi sosial dan psikologis. Kata Kunci : Kualitas Hidup + Gagal Ginjal Kronik + Hemodialisa PENDAHULUAN Menurut WHO jumlah penderita gagal ginjal 500 juta penduduk mengalami gagal ginjal kronis dan sekitar 1,5 juta penduduk mengalami terapi hemodilisa sepanjang hidupnya. Berdasarkan data dari Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFI) diperkirakan pada tahun 2014 hingga 2019, pasien gagal ginjal diperkirakan mencapai 100 ribu orang. Terdata pada tahun 2012, sebesar 78% pasien gagal ginjal mendapat terapi hemodialisa. Menurut data Riskesdas (2013) prevalensi gagal ginjal di Aceh sebesar 0,5 %. Ginjal merupakan salah satu organ penting didalam tubuh kita, dengan fungsi utama untuk menyaring (filtrasi) dan mengelurkan zat-zat sisa metabolisme dari dalam darah melalui urine. Selain itu ginjal ISSN : 2460-4356 57

juga berperan dalam mengatur keasaman darah dan keseimbangan ion yang sangat penting agar berbagai fungsi dalam tubuh dapat berjalan normal. Pada keadaan gagal ginjal kronik terjadi penurunan fungsi ginjal secara gradual dan permanen, sehingga ginjal mengalami gangguan dalam mengeliminasi zat-zat sisa hasil metabolisme (Sundara, 2013). Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah ketidakmampuan ginjal untuk mempertahankan keseimbangan dan integritas tubuh yang muncul secara bertahap sebelum terjun ke fase penurunan faal ginjal tahap akhir (Sukandar, 2006). Pasien dengan gagal ginjal kronik memerlukan terapi konservatif bervariasi dari bulan sampai ke tahun, salah satu terapi tersebut adalah dengan cara hemodialisa. Hemodialisa (HD) adalah proses pembersihan darah oleh akumulasi sampah buangan. Hemodialisa digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal atau pasien berpenyakit akut yang membutuhkan dyalisis waktu singkat ( Nurs, 2006 dalam Nuliss, 2013). Hemodialisis merupakan salah satu tindakan pada manajemen pasien gagal ginjal (S ukandar, 2006). Tindakan ini dilakukan pada penderita gagal ginjal akut (GGA), acute on chronic renal failure, intoksikasi obat atau bahan kimia (dialyzable drugs) dan penyakit ginjal kronik tahap akhir atau gagal ginjal terminal. Frekuensi tindakan hemodialisa bervariasi tergantung banyaknya fungsi ginjal yang tersisa, rata-rata penderita menjalani tiga kali dalam seminggu, sedangkan lama pelaksanaan hemodialisa paling sedikit tiga sampai empat jam tiap sekali tindakan terapi (Brunner dan Suddath, 2002 dalam Supriadi, dkk, 2010). Dengan waktu yang begitu panjang umumnya akan menimbulkan stress fisik, pasien akan merasakan kelelahan, sakit kepala, dan keluar keringat dingin akibat tekanan darah yang menurun (Gallieni et al, 2008, dalam Supriyadi, dkk, 2010). Terapi hemodialisa juga akan mempengaruhi keadaan psikologis pasien, pasien akan mengalami gangguan proses berfikir dan konsentrasi serta gangguan dalam hubungan sosial. Semua hal tersebut akan menyebabkan menurunnya kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa. Kualitas hidup pasien seharusnya menjadi perhatian penting bagi para profesional kesehatan karena dapat menjadi acuan keberhasilan dari suatu tindakan/ intervensi atau terapi. Menurut Land (2012) kualitas hidup pasie n yang bisa dilakukan dalam bidang medis adalah evalusi yang dilakukan terhadap status kesehatan yang berhubungan dengan umur pasien, harapan-harapan, serta kemampuan fisik dan mental. Permasalahan psikologis yang dialami pasien yang baru menjalani hemodialisis sebenarnya sudah ditunjukkan dari sejak pertama kali pasien divonis mengalami gagal ginjal kronik. Perasaan hilang kendali, bersalah dan frustrasi juga turut berperan dalam reaksi emosional pasien. Penyakit GGK membuat pasien merasa tidak berdaya, menyadari akan terjadinya kematian tubuh membuat pasien merasa cemas sekali dan merasa hidupnya tidak berarti lagi sehingga terjadi penurunan kualitas hidup pada pasien (Mariyanti, 2013). Kualitas hidup menurut WHO (2004) adalah persepsi individu sebagai laki-laki ataupun perempuan dalam hidup ditinjau dari konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal, hubungan dan standar hidup, harapan kesenangan, dan perhatian mereka. Kualitas hidup adalah kondisi dimana kendati pasien menderita penyakit tetapi tetap dapat merasa nyaman secara fisik, psikologis, sosio maupun spiritual serta secara optimal memanfaatkan hidupnya untuk kebahagiaan dirinya maupun orang lain. Hal ini dapat terwujud dengan adanya dukungan dari keluarga. Dukungan keluarga sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis. Selain itu, dukungan ISSN : 2460-4356 58

keluarga yang kuat pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis akan menimbulkan pengaruh positif bagi kesejahteraan fisik maupun psikis. Seseorang yang mendapatkan dukungan keluarga akan merasa disayangi, diperhatikan, merasa berharga, menimbulkan kepercayaan diri dan harapan agar dapat mengurangi stress dan berbagi beban (Bondan, 2006 dalam Parwanti, dkk, 2014). Dukungan keluarga erat kaitannya dalam menunjang kualitas hidup seseorang. Pasien hemodialisa yang mendapat dukungan keluarga seperti menemani pasien ketika menjalani terapi hemodialisa dan turut serta mendukung kesehatan dengan membantu pasien GGK mentaati diet dan aturan lain mempunyai kualitas hidup lebih baik. Hal ini di kemukakan oleh Zurmeli, dkk (2015) yang melakukan penelitian terhadap 105 pasien hemodialisa di RS Arifin Achmad Pekanbaru mengenai hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup, memperoleh hasil bahwa sebesar 64,2% (34 orang) yang dukungan keluarganya positif memiliki kualitas hidup yang baik dan 35,8% (19 orang) yang memiliki kualitas hidup kurang baik. Sedangkan pada dukungan keluarga negatif terdapat 32,7% (17 orang) memiliki kualitas hidup baik dan 67,3% (35 orang) memiliki kualitas hidup kurang baik. Hasil uji statistik didapatkan nilai ρ value = 0,002 < α 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien GGK yang menjalani terapi hemodialysis. Jumlah pasien gagal ginjal terminal yang diawali diabetes sebagai pemicu awal terbanyak diketahui sejumlah 153 penderita persatu juta populasi diikuti hipertensi sebanyak 99 penderita persatu juta populasi sedangkan sisanya tercatat disebabkan glomerulonephritis sebanyak 23,7 penderita per satu juta populasi. Menurut Pernefri (2014) prevalensi penderita gagal ginjal kronik di Indonesia di perkirakan 0,2% dan yang melakukan terapi hemodialisis dengan tahun 2013 berdasarkan laporan dari 244 unit renal yang ada dari 11 Provinsi diketahui terdapat 9.161 orang pasien hemodialisa aktif dan 19.621 pasien baru yang menjalankan terapi hemodialisis. Penyebab gagal ginjal kronik di Indonesia lebih tinggi disebabkan oleh penyakit hipertensi yaitu 34% dibandingkan oleh diabetes (nefropati diabetika) yaitu sebesar 14%. Prevalensi gagal ginjal kronik di provinsi Aceh menurut Riset Kesehatan dasar 2013 diketahui sebesar 0,4% namun jumlah yang melakukan hemodialisa tidak diketahui dengan pasti (Balitbang Kemenkes RI, 2014). Pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa pada bulan Januari sampai Desember tahun 2015 berjumlah 6.760 tindakan hemodialisa dan sebanyak 72 pasien reguler yang menjalani terapi hemodialisa. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang penulis lakukan terhadap 10 orang mengenai kualitas hidup pasien yang menjalani terapi hemodialisa ditemukan bahwa sebanyak 2 (20%) pasien memiliki kualitas hidup tinggi, 6 (60%) pasien memiliki kualitas hidup sedang dan 2 (20%) pasien memiliki kualitas hidup rendah, sedangkan pada aspek dukungan keluarga diperoleh 6 orang (60%) pasien mengatakan mendapat dukungan keluarga karena merupakan tanggung jawab keluarga untuk mendampingi pasien menjalani hemodialisa, 1 orang (10%) mengatakan tidak mendapatkan dukungan dari keluarga untuk menjalani terapi hemodialisa yang merupakan rutinitas yang membosankan, dan 3 orang (30%) mengatakan antara mendukung dan tidak karena rutinitas anggota keluarga. Berdasarkan uraian dari fenomena diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam lagi tentang Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa.. ISSN : 2460-4356 59

METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini menggunakan survei analitik yang mana penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan wawancara, serta terdapat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional study yaitu rancangan yang bertujuan mencari hubungan antar variabel, dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat yang bersamaan (sekali waktu) antara faktor risiko/paparan dengan penyakit (Arikunto, 2010). Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa. Populasi adalah keseluruhan sunyek penelitian yang akan diteliti (Notoatmodjo dalam setiadi, 2007). Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di ruang hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah Langsa saat penelitian berlangsung yaitu sebanyak 72 orang. Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008). Penelitian ini menggunakan teknik total sampling yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa maka jumlah sampel 72 orang. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Univariat 1.1. Kualitas Hidup Tabel 1 Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa No Kualitas Hidup Frekuensi (f) 1 2 3 Persentase (%) Tinggi 13 18,1 Cukup 40 55,6 Rendah 19 26,4 Jumlah 72 100 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 72 responden mayoritas memiliki kualitas hidup dengan kategori cukup sebanyak 40 responden (55,6%) dan 1.2.Dukungan Keluarga minoritas memiliki kualitas hidup dengan kategori tinggi sebanyak 13 responden (18,1%). Tabel 2 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Pasien Tentang Diet Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa No Dukungan Keluarga Frekuensi Persentase 1 2 (f) (%) Positif 42 58,3 Negatif 30 41,7 Jumlah 72 100 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 72 responden mayoritas memiliki dukungan keluarga positif sebanyak 42 responden (58,3%). ISSN : 2460-4356 60

2. Analisa Bivariat Tabel 3 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa No Dukungan Kualitas Hidup Jumlah P- Tinggi Cukup Rendah Keluarga Value F % F % F % 1 Positif 13 30.9 26 61,9 3 7,2 42 100 2 Negatif 0 0 14 46,7 16 53,3 30 100 0,000 13 40 19 72 100 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 42 responden yang mendapatkan dukungan keluarga positif mayoritas memiliki kualitas hidup cukup sebanyak 26 responden ( 61,9%), sedangkan dari 30 responden yang mendapatkan dukungan keluarga negatif mayoritas memiliki kualitas hidup rendah sebanyak 16 responden (53,3%). Hasil uji statistic Chi Square menggunakan uji Pearson Chi- Square pada derajat kepercayaan 95% (α=0,05) diperoleh nilai p Value = 0,000 (p<0,05) yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa. Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa dari 72 responden mayoritas memiliki kualitas hidup dengan kategori cukup sebanyak 40 responden (55,6%) dan minoritas memiliki kualitas hidup dengan kategori tinggi sebanyak 13 responden (18,1%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Desitasari (2012), tentang hubungan dukungan gagal ginjal kronik yang mengalami hemodialisa di Rumah Sakit Arifin Ahmad Pekanbaru. Hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas responden memiliki kualitas hidup dengan kategori cukup sebanyak 27 responden (75,0%). Kualitas hidup pasien seharusnya menjadi perhatian penting bagi para profesional kesehatan karena dapat menjadi acuan keberhasilan dari suatu tindakan/ intervensi atau terapi. Menurut Land (2012) kualitas hidup pasien yang bisa dilakukan dalam bidang medis adalah evalusi yang dilakukan terhadap status kesehatan yang berhubungan dengan umur pasien, harapan-harapan, serta kemampuan fisik dan mental. Permasalahan psikologis yang dialami pasien yang baru menjalani hemodialisis sebenarnya sudah ditunjukkan dari sejak pertama kali pasien divonis mengalami gagal ginjal kronik. Perasaan hilang kendali, bersalah dan frustrasi juga turut berperan dalam reaksi emosional pasien. Penyakit GGK membuat pasien merasa tidak berdaya, menyadari akan terjadinya kematian tubuh membuat pasien merasa cemas sekali dan merasa hidupnya tidak berarti lagi sehingga terjadi penurunan kualitas hidup pada pasien (Mariyanti, 2013). Kualitas hidup menurut WHO (2004) adalah persepsi individu sebagai laki-laki ataupun perempuan dalam hidup ditinjau dari konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal, hubungan dan standar hidup, harapan kesenangan, dan perhatian mereka. Kualitas hidup adalah kondisi dimana kendati pasien menderita penyakit tetapi tetap dapat merasa nyaman secara fisik, psikologis, sosio maupun spiritual serta secara optimal ISSN : 2460-4356 61

memanfaatkan hidupnya untuk kebahagiaan dirinya maupun orang lain. Hal ini dapat terwujud dengan adanya dukungan dari keluarga. Asumsi peneliti adalah bahwa sebagian besar pasien gagal ginjal kronik yang menjalankan terapi hemodialisa memiliki kualitas hidup dengan kategori cukup dikarenakan tingkat keparahan penyakit gagal ginjal kronik yang mengakibatkan pasien ketergantungan terhadap terapi hemodialisa sehingga mempengaruhi kualitas hidup pasien. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kuliatas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Berdasarkan hasil penelitian dari 42 responden yang mendapatkan dukungan keluarga positif mayoritas memiliki kualitas hidup cukup sebanyak 26 responden ( 61,9%), sedangkan dari 30 responden yang mendapatkan dukungan keluarga negatif mayoritas memiliki kualitas hidup rendah sebanyak 16 responden (53,3%). Hasil uji statistic Chi Square menggunakan uji Pearson Chi- Square pada derajat kepercayaan 95% (α=0,05) diperoleh nilai p Value = 0,000 (p<0,05) yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Desitasari (2012), tentang hubungan dukungan gagal ginjal kronik yang mengalami hemodialisa di Rumah Sakit Arifin Ahmad Pekanbaru. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat hubungan dukungan gagal ginjal kronik yang mengalami hemodialisa dengan p-value 0,012. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zurmeli, dkk (2015) yang melakukan penelitian terhadap 105 pasien hemodialisa di RS Arifin Achmad Pekanbaru mengenai hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup. Hasil uji statistik didapatkan nilai ρ value = 0,002<α 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien GGK yang menjalani terapi hemodialisis. Dukungan keluarga merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yang didalamnya terdapat hubungan yang saling memberi dan menerima bantuan yang bersifat nyata, bantuan tersebut akan menempatkan individu-individu yang terlibat dalam sistem sosial yang pada akhirnya akan dapat memberikan cinta, perhatian maupun sense of attachment baik pada keluarga (Ingela, 2009). Dukungan keluarga sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisis. Selain itu, dukungan keluarga yang kuat pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis akan menimbulkan pengaruh positif bagi kesejahteraan fisik maupun psikis. Seseorang yang mendapatkan dukungan keluarga akan merasa disayangi, diperhatikan, merasa berharga, menimbulkan kepercayaan diri dan harapan agar dapat mengurangi stress dan berbagi beban (Bondan, 2006 dal am Parwanti, dkk, 2014). Peneliti mengasumsikan bahwa pasien yang mendapatkan dukungan keluarga akan lebih mudah untuk menerima kondisi fisik dan penyakit yang diderita pasien dibandingkan pasien yang tidak mendapatkan dukungan keluarga oleh karena itu pasien yang mendapatkan dukungan keluarga positif cenderung memiliki kualitas hidup tinggi, hal ini sesuai dengan pernyataan Ingela (2009) yang mengatakan bahwa dukungan keluarga erat kaitannya dalam menunjang kualitas hidup seseorang. Pasien hemodialisa yang mendapat dukungan keluarga seperti menemani pasien ketika menjalani terapi hemodialisa dan turut serta mendukung kesehatan dengan ISSN : 2460-4356 62

membantu pasien GGK mentaati diet dan aturan lain mempunyai kualitas hidup lebih baik, hal ini juga disebabkan karena kualitas hidup adalah kondisi dimana kendati pasien menderita penyakit tetapi tetap dapat merasa nyaman secara fisik, psikologis, sosio maupun spiritual serta secara optimal memanfaatkan hidupnya untuk kebahagiaan dirinya maupun orang lain yang dapat diwujudkan melalui dukungan dari keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada sebagian responden yang mendapatkan dukungan keluarga namun memiliki kualitas hidup yang rendah hal ini dikarenakan dukungan yang diberikan keluarga belum efektif untuk meningkatkan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik.. KESIMPULAN Terdapat hubungan antara dukungan gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa dengan nilai p-value (Pearson Chi-Square) 0,000 (p<0,05). SARAN Agar meningkatkan wawasan dan sebagai bahan masukan bagi perawat untuk melibatkan keluarga dalam melakukan tindakan yang mendukung untuk meningkatkan kualitas hidup pasien terutama segi sosial dan psikologis, serta diharapkan kepada bidang keperawatan untuk menentukan standar operasional prosedur (SOP) teknik memberikan keperawatan bagi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.. Agar meningkatkan informasi tambahan yang akan menambah wawasan bagi tenaga kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa dengan membuat pelatihan atau work shop tentang asuhan keperawatan bagi pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. DAFTAR PUSTAKA Butar-Butar Aguswina, Siregar Cholina Trisa, 2013. Karakteristik Pasien Dan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisa.http://agusnaldys86.bl ogspot.co.id. Akses Tanggal 05 April 2016 Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC : Jakarta. Desitasari, 2012). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Mengalami Hemodialisa di Rumah Sakit Arifin Ahmad Pekanbaru. Nekada Cornelia Dede Yoshima. 2011. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Dalam Menjalani Hemodialisa di RSUP DR. Soeradji Tirtonegoro Klaten. NERS, Hemodilisa. http://b11nk.wordpress.com. Akses Tanggal 05 April 2016 Nursaelah. 2012. Konsep Dukungan Keluarga. http://nursaelah.blogspot.co.id. Akses Tanggal 05 April 2016. Parwanti, dkk. 2014. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Hemodialisa Di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. Opac.say.ac.id. Akses Tanggal 04 April 2016. Pendidikan Kesehatan, 2015. Gagal Ginjal Kronik. http://pendidikankesehataninfo.blo gspot.co.id. Akses Tanggal 5 April 2016. Setiadi, 2007. Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan. Graha Ilmu : Yogyakarta. Supriyadi, dkk. 2011. Tingkat Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik ISSN : 2460-4356 63

Terapi Hemodialisis. Jurnal Kesehatan Masyarakat. http://journal.unnes.ac.id/index.php /kemas. Akses Tanggal 04 April 2016. Sukandar Enday, 2006. Gagal Ginjal Dan Panduan Terapi Dialisis. Pusat Informasi Ilmiah Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UNPAD / Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin : Bandung. Team Pengajar Pelatihan Teknik Dialisis. 2012. Program Pelatihan Teknik Dialisis. RS. Khusus Ginjal Ny. RA. Habibie : Bandung. Watton-Nuliss, 2013. Pengertian, Indikasi, Proses Tentang Hemodialisa. http://waton-nuliss.blogspot.co.id. Wikipedia Bahasa Indonesia. Gagal Ginjal Kronik. http://id.wikipedia.org. Akses Tanggal 05 April 2015. Zurmeli, dkk, 2015. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemodialisis Di RSUD Arifin Achmad Pekan Baru. ISSN : 2460-4356 64