BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 6 PENUTUP 6.1 Kesimpulan

RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH

area publik dan privat kota, sehingga dihasilkan ekspresi rupa ruang perkotaan khas Yogyakarta. Vegetasi simbolik ini dapat juga berfungsi sebagai

PRESERVASI DAN KONSERVASI (Pelestarian Bangunan dan Lingkungan) Oleh: Jonny Wongso, ST, MT

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

Gambar 1 Kerangka pemikiran 2 TINJAUAN PUSTAKA. Lanskap Sejarah

KONFERENSI PERPUSTAKAAN DIGITAL INDONESIA 2008 BERBAGI PENGALAMAN DALAM PEMBANGUNAN MUATAN LOKAL TENTANG PUSAKA BALI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

REVITALISASI WISMA PHI SEMARANG SEBAGAI CITY HOTEL Dengan Penekanan Desain Arsitektur Post-Modern James Stirling

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D

STUDI POLA MORFOLOGI KOTA DALAM PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA DI KABUPATEN KENDAL TUGAS AKHIR

Upaya Memahami Sejarah Perkembangan Kota dalam Peradaban Masa Lampau untuk Penerapan Masa Kini di Kota Pusaka Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

Dasar Kebijakan Pelestarian Kota Pusaka 1. Tantangan Kota Pusaka 2. Dasar Kebijakan terkait (di Indonesia) 3. Konvensi Internasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. suku, agama, dan adat istiadat yang tak pernah luput dari Anugerah sang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

Pusaka Kota dan Kota Pusaka

Warisan Alam (Natural Heritage) menurut Konvensi UNESCO adalah:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PUSAKA INDUSTRI KOTA SURAKARTA SEBAGAI SALAH SATU KARAKTERISTIK IDENTITAS KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : RENNI NUR HAYATI L2D

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kota Pusaka Dunia. 1. Kota Pusaka Dunia 2. Konvensi dunia tentang pusaka budaya dan pusaka alam 3. Penetapan Kota Pusaka Dunia oleh UNESCO

Pengertian Kota. Pengertian Kota (kamus)

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kawasan yang memiliki m nilai arti kesejarahan ataupun aupun nilai seni

Identitas, suatu objek harus dapat dibedakan dengan objek-objek lain sehingga dikenal sebagai sesuatu yang berbeda atau mandiri.

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Sumber : BAPEDDA Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang Pernyataan Masalah.

1.1 Latar Belakang Budaya kebudayaan

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D

BAB I PENDAHULUAN. sebelum manusia mengenal makna arsitektur itu sendiri, namun pada saat ini signage

BAB I PENDAHULUAN. Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang. merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara

BAB I PASAR SENI DI WAIKABUBAK SUMBA BARAT NTT ARSITEKTUR TRADISIONAL SEBAGAI ACUAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Kajian Bangunan Bersejarah di Kota Malang sebagai Pusaka Kota (Urban Heritage) Pendekatan Persepsi Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan geografi sebuah kawasan bukan hanya merupakan. pertimbangan yang esensial pada awal penentuan lokasi, tetapi mempengaruhi

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1. 1 Haryoto Kunto, hal 82 2 Tim Telaga Bakti, hal 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Syafrida Eliani, 2013

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. besar ke kota Medan (Sinar, 1996). Orang Cina dan Jawa didatangkan sebagai kuli

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sosial dan ekonomi. Menurut undang undang kepariwisataan no 10

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Deskripsi Judul

BAB I PENDAHULUAN. Suku bangsa Melayu di Sumatera Timur mendiami daerah pesisir timur

BAB 1 PENDAHULUAN. itu wajib bagi generasi muda untuk melestarikan dan menjaganya agar tidak. hilang terkena arus globalisasi dan modernisasi.

2015 PENGARUH PENYAMPAIAN PEOPLE,PHYSICAL EVID ENCE D AN PROCESS TERHAD AP KEPUTUSAN BERKUNJUNG

Pemerintah gelar aksi pelestarian pusaka Indonesia Ayu Rachmaningtyas Selasa, 24 Desember :53 WIB

P E N D A H U L U A N

1BAB I PENDAHULUAN. KotaPontianak.Jurnal Lanskap Indonesia Vol 2 No

Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan. Pengembangan Kawasan Kerajinan Gerabah Kasongan BAB I PENDAHULUAN

IDENTIFIKASI FAKTOR FAKTOR PRIORITAS PENGEMBANGAN TAMAN RONGGOWARSITO SEBAGAI RUANG TERBUKA PUBLIK DI TEPIAN SUNGAI BENGAWAN SOLO TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Apartemen adalah: Tempat tinggal (yang terdiri atas kamar tamu, kamar tidur,

BAB I PENDAHULUAN Fenomena Elemen Elemen Kawasan terhadap kawasan Tugu Pal Putih

BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur merupakan hasil dari faktor-faktor sosiobudaya, sebuah

BAB II TINJAUAN TEORI

PERUBAHAN FASADE DAN FUNGSI BANGUNAN BERSEJARAH (DI RUAS JALAN UTAMA KAWASAN MALIOBORO) TUGAS AKHIR. Oleh: NDARU RISDANTI L2D

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan Lembah UGM merupakan kawasan yang didominasi oleh hijauan

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang Menurut sejarah yang diceritakan K.R.T. Darmodipuro, dahulu di tepi sungai

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya.

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

POTENSI DAN KENDALA PENGEMBANGAN KAWASAN SURYAKENCANA SEBAGAI KAWASAN CAGAR BUDAYA KOTA BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. identitas. Identitas akan memberikan arti sebagai pembentukan image suatu

TINJAUAN PUSTAKA Lanskap Kampus

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul MONUMEN BATIK SOLO Monumen Batik : Solo :

Ternate Kota Pusaka Maulana Ibrahim

KAWASAN STRATEGISS KOTA BUKITTINGGI

BAB I PENDAHULUAN. Kelahirannya dilatarbelakangi oleh norma-norma agama, dan dilandasi adat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. I.1.1 Latar belakang proyek

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari bahasa. Bahasa menyerap masuk ke dalam pemikiran-pemikiran

Analisis Penilaian Bangunan Cagar Budaya,

Dr.Ir. Edi Purwanto, MT

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lanskap Sejarah 2.2 Kriteria Lanskap Sejarah

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya transaksi baik berupa barang atupun jasa. Menurut Mankiw (2003: 82),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kisaran terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kisaran Timur dan

PERKAMPUNGAN TUA DI TENGAH KOTA, Upaya Mewujudkan Kawasan Bantaran Sungai sebagai Kawasan Budaya Berjatidiri

BAB I PENDAHULUAN. a. Perkembangan morfologi Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang. Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang berada di bagian pusat kota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

AGENDA AKSI DEKADE KETIGA GERAKAN PUSAKA INDONESIA DASA WARSA Tema "Pusaka untuk Kesejahteraan Rakyat"

INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh

BERITA NEGARA. No.1486, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Indonesia. Warisan Budaya Takbenda. Pelaksanaan.

PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA-KOTA AWAL DI KABUPATEN REMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: OCTA FITAYANI L2D

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Akar tradisi melekat di kehidupan masyarakat sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MEDAN TRADITIONAL HANDICRAFT CENTER (ARSITEKTUR METAFORA)

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kota Kota merupakan suatu komponen yang rumit dan heterogen. Menurut Branch (1996: 2) kota diartikan sebagai tempat tinggal dari beberapa ribu atau lebih penduduk, sedangkan perkotaan diartikan sebagai area terbangun dengan struktur dan jalan-jalan, sebagai suatu permukiman terpusat pada suatu area dengan kepadatan tertentu (Branch, 1996:2). Pengertian lain kota adalah wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi, yang sebagian besar lahannya terbangun dan perekonomiannya bersifat non pertanian. Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 2 Tahun 1987 menjelaskan tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kota, kota adalah permukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batasan wilayah administrasi yang diatur dalam peraturan perundangan serta permukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri kehidupan kekotaan. Sedangkan perkotaan adalah satuan kumpulan pusat-pusat permukiman yang berperan di dalam suatu wilayah pengembangan dan atau Wilayah Nasional sebagai simpul jasa. Amos Rapoport membagi definisi kota menjadi dua, yaitu : a. Definisi klasik kota Sebuah kota adalah suatu permukiman yang relative besar, padat, dan permanen, terdiri dari kelompok individu-individu yang heterogen dari segi sosial b. Definisi modern kota Sebuah permukiman dapat dirumuskan sebagai sebuah kota bukan dari ciri-ciri morfologis tertentu atau bahkan kumpulan ciri-cirinya, melainkan dari segi suatu fungsi khusus yaitu menyusun sebuah wilayah dan menciptakan ruang-ruang efektif 5

melalui pengorganisasian sebuah daerah pedalaman yang lebih besar berdasarkan hirarki-hirarki tertentu. 2.2 Definisi Pusaka Secara terminologi kata pusaka merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu heritage. Heritage menurut Convention Concerning The Protection Of The World Cultural And Natural Heritage, adalah aset yang menunjukan evolusi kehidupan manusia dan permukiman dari waktu ke waktu, dipengaruhi hambatan dan potensi fisik dari lingkungan alam mereka dan ditunjukan melalui kekuatan sosial ekonomi dan budaya baik eksternal maupun internal. Heritage memiliki banyak pengertian, Menurut UNESCO heritage merupakan warisan (budaya) masa lalu, apa yang saat ini dijalani manusia, dan apa yang diteruskan kepada generasi mendatang. Dapat disimpulkan bahwa heritage adalah sesuatu yang yang dapat diteruskan atau diwariskan kepada generasi penerus karena memiliki nilai yang harus dipertahankan dan dilestarikan keberadaanya. Berdasarkan Piagam Pelestarian Heritage Indonesia, pusaka disepakati sebagai heritage. Heritage Indonesia meliputi Heritage Alam, Heritage Budaya, dan Heritage Saujana. Heritage Alam adalah bentukan alam yang istimewa. Heritage Budaya adalah hasil cipta, rasa, karsa, dan karya yang istimewa dari lebih 500 suku bangsa di tanah air Indonesia, secara sendiri-sendiri, sebagai kesatuan bangsa Indonesia, dan dalam interaksinya dengan budaya lain sepanjang sejarah keberadaannya. Heritage Budaya mencakup heritage berwujud (tangible) dan heritage tidak berwujud (intangible). 2.2.1 Ciri-ciri Pusaka Setiap pusaka memiliki sejarahnya masing-masing. Heritage tidak selalu berupa benda mati, namun dapat berupa makhluk hidup ataupun yang sejenis. Heritage dapat digunakan sebagai ikon suatu daerah tertentu yang melambangkan peristiwa besar ataupun 6

peninggalan yang ada pada suatu daerah tersebut. Heritage merupakan bukti/ tanda petunjuk aktivitas yang dimiliki dan masih terus mempunyai nilai sejarah yang penting. Heritage merupakan bagian dari nilai sosial catatan kehidupan keseharian masyarakat. Disamping itu, nilai-nilai yang dimiliki heritage juga merupakan catatan yang mengisi kenangan dan adat-istiadat masyarakat. Menurut Synder dan Catanse dalam Budiharjo (1997), terdapat enam ciri-ciri heritage, antara lain : 1. Kelangkaan, karya merupakan sesuatu yang langka. 2. Kesejarahan, yaitu memuat lokasi peristiwa bersejarah yang penting. 3. Estetika, yaitu mempunyai keindahan bentuk struktur atau ornament. 4. Superlativitas, yaitu tertua, tertinggi, atau terpanjang. 5. Kejamakan, yaitu karya yang mewakili suatu jenis atau ragam bangunan tertentu. 6. Pengaruh, yaitu keberadaanya akan meningkatkan citra lingkungan sekitarnya. Selain keenam ciri-ciri diatas, Kerr (1983) menambahkan tiga ciri-ciri heritage, yaitu : 1. Nilai Sosial, yaitu mempunyai makna bagi masyarakat. 2. Nilai Komersial, yaitu berpeluang untuk dimanfaatkan sebagai kegiatan ekonomis. 3. Nilai Ilmiah, yaitu berperan dalam bidang pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan. 2.3 Kawasan Heritage 7

Kawasan heritage merupakan aset kota yang menunjukan kekayaan arsitektur kota. Kawasan heritage menunjukan keindahan visual dan keanekaragaman langgam dalam kota yang cenderung di dominasi bangunan berlantai banyak dan bangunan minimalis. Dengan kata lain, kawasan heritage memberikan warna pada kota selain bernilai sejarah tinggi (Kamil, 2013). Menurut Piagam Heritage Indonesia tahun 2013 kawasan Heritage adalah kawasan yang mempunyai aset heritage yang unggul berupa rajutan heritage alam dan heritage budaya yang lestari yang mencakup unsur ragawi (artefak, bangunan, dan kawasan dengan ruang terbukanya) dan unsur kehidupan, ekonomi, dan sosial-budaya. Aset-aset heritage tersebut sering kurang dikenali dan diakui sebagai aset penting dalam pembangunan dan sering ditempatkan pada posisi yang berseberangan dengan perkembangan ekonomi. Akibatnya, kota-kota heritage terancam untuk kehilangan karakter dan tumbuh tanpa kepribadian dan menjadi kota yang seragam. Rapoport (1983) menerangkan bahwa kawasan heritage dapat mencerminkan karakteristik suatu setting kota budaya, memiliki karakteristik lokal yang unik ditandai dengan ditemukan bukti-bukti inskripsi yang mencatat peristiwa dan terdapatnya situs, artefak, bangunan-bangunan bersejarah, istana, keraton, gereja, masjid, candi, klenteng, tugu, benteng-gerbang kota, dalem pangeran, pasar dan lapangan (square, alun-alun, taman) ataupun tempat yang memiliki karakter dengan suasana lingkungan yang bermakna dan bernilai positif bagi masyarakat. 2.4 Identitas sebuah Kota Kevin Lynch dalam bukunya The Image of The City (1960) mendefinisikan identitas kota sebagai berikut :...identitas kota bukan dalam arti keserupaan suatu objek dengan yang lain, tetapi 8

justru mengacu kepada makna individualitas yang mencerminkan perbedaannya dengan objek lain serta pengenalannya sebagai entitas tersendiri (Lynch, 1960)...identitas kota adalah citra mental yang terbentuk dari ritme biologis tempat dan ruang tertentu yang mencerminkan waktu (sense of time), yang ditumbuhkan dari dalam secara mengakar oleh aktivitas sosial-ekonomi-budaya masyarakat kota itu sendiri (Lynch, 1960). Edi Purwanto (2009) menjelaskan dalam memahami citra dan identitas kota tidak hanya mendasarkan pada keberadaan elemen-elemen fisik yang dikenali maupun kejelasan struktur kotanya namun yang lebih penting bagaimana keberjalinan manusia dengan artefak fisik dapat terbangun. Dengan kata lain keberjalinan tersebut merupakan bagian dari pengungkapan makna yang terkandung dibalik citra dan identitas sebuah kota. Selanjutnya menurut Schulz, karakter yang spesifik dapat membentuk suatu identitas, yang merupakan suatu pengenalan bentuk dan kualitas ruang sebuah daerah perkotaan, yang secara umum disebut a sense of place. Pemahaman tentang nilai dari tempat ini merupakan pemahaman tentang keunikan dan kekhasan dari suatu tempat secara khusus, bila dibandingkan dengan tempat lain. Teori Kota Dan Citra Kota, Suwarno Harjanto menjelaskan Identitas kota dapat berwujud secara fisik dan berwujud nonfisik, aktifitas social, nilai ekonomi. Setiap pengamat memiliki sudut pandang yang berbeda dalam terhadap informasi-informasi yang ada pada setiap kota, hal ini tergantung dari latarbelakang si pengamat dan selera kesukaannya. Informasiinformasi ini kemudian digunakan sebagai indicator untuk mengenalisebuah kawasan dengan memberuikan makna dan perasaan pada kawasan tersebut. 9

(a) (b) Gambar Aktifitas Ekonomi Budaya Menjadi Identitas Sebuah Kota. (a) Kota judi Las Vegas dan (b) kota Tabuik di Pariaman Sumatera Barat Sumber : Google Identitas kota yang berwujud fisik adalah segala sesuatu yang bersifat fisik dan dapat diidentifikasi kawasan tersebut. Identitas fisik yang mudah ditangkap oleh pengamat adalah suatu objek yang dijadikan sebagai acuan (landmark). Secara tidak langsung hal ini menjadi objek yang mencirikan kawasan tersebut. Identitas kota yang berwujud nonfisik merupakan identitas kota yang oleh perilaku warga kotanya. Identitas itu bisa berbentuk kegiatan social, ekonomi dan budaya. Suatu aktifitas social yang berbeda dengan banyak kawasan pada umumnya akan memberikan identitas yang lebih mudah ditangkap oleh pengamat. Seperti aktifitas perjudian di kota las vegas, pesta tabuik di kota pariaman, dll. 2.5 Heritage sebagai Identitas Sebuah Kota "A City without old buildings is just like a man without memory". Melalui kalimat Eko Budihardjo ini dapat kita simpulkan bahwa besarnya peran sebuah bangunan lama bagi sebuah kota. Setiap bangunan lama pasti memiliki nilai kesejarahan tersendiri bagi perkembangan kota. Ia menjadi saksi bisu pertumbuhan sebuah kota, Heritage merupakan penentu utama dalam karakter sebuah kota, karena heritage sebagai sebuah fenomena lokalitas dari sebuah kawasan mampu membentuk identitas yang unik dan mampu dikenali secara luas oleh masyarakat luar (Ashworth, 1994). Berbicara tentang 10

heritage secara tidak langsung kita akan turut membahas identitas yang terbentuk dari kesejarahan lokalitas. Annejo liang (2010) menjelaskan bahwa heritage dengan kelokalitasan sejarah yang unik mampu menjelaskan bagaimana sebuah kawasan dan masyarakatnya tumbuh serta berkembang dari waktu ke waktu. Faktor kesejarahan yang dimiliki heritage membentuk hubungan yang sangat kuat dengan manusianya, ia mencakup nilai-nilai sosial, budaya, dan ekonomi. Heritage menghubungkan manusia dengan masa lalu dan masa sekarang yang sangat membantu dalam memahami kekayaan dan kompleksitas identitas sebuah kawasan. 2.6 Studi Kasus Sejenis Nama penulis Judul Tujuan Metode Hasil Renni Nur Hayati, 2009 Pusaka Industri Kota Surakarta sebagai Salah Satu Karakteris tik Identitas Kota Mengidentikasi pusaka industri yang terdapat di Kota Surakarta guna mempertahanka n salah satu karakteristik identitas kotanya Pendekatan kualitatif dengan metode analisis berupa analisis deskriptif, komparatif, pembobotan dan skoring, serta PHA Teridentifikasiny a pusaka industri Kota Surakarta sebagai salah satu karakteristik identitas kota Nanda Ratna Astuti Identifikasi Peran Pusaka Perkotaan Dalam Pembentuk an Citra Kota Surakarta mengidentifika si apa peran pusaka perkotaan dalam pembentukan citra Kota Surakarta dan terkait pengelolaannya sebagai daya tarik Penelitian kali ini merupakan penelitian kualitatif yang berlandaskan pada filsafat postpositivism e dan menggunakan single case study serta Teridentifikasiny a peran pusaka perkotaan dalam pembentukan citra Kota Surakarta dan terkait pengelolaannya sebagai daya tarik pariwisata 11

pariwisata. survey Table 1. Studi Kasus Sejenis 12