ANALISIS PERFORMANSI MINI FREEZER YANG DILENGKAPI DENGAN FLUIDA PENYIMPAN DINGIN (THERMAL STORAGE)

dokumen-dokumen yang mirip
KAJI EKSPERIMENTAL MESIN REFRIGERASI UNIT KECIL YANG DILENGKAPI DENGAN SECONDARY REFRIGERANT

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

Analisis Beban Thermal Rancangan Mesin Es Puter Dengan Kompresor ½ PK Untuk Skala Industri Rumah Tangga

BAB VI PENGOLAHAN DATA dan ANALISIS DATA

TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA FREEZER UNTUK PENYIMPANAN IKAN DENGAN METODA PUMP DOWN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Air Conditioning (AC) adalah suatu mesin pendingin sebagai sistem pengkondisi

Pemanfaatan Air Kondensat Untuk Meningkatkan Unjuk Kerja Dan Efisiensi AC Split

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

BAB II LANDASAN TEORI

Pengaruh Penggunaan Suction Liquid Heat Exchanger dan Tube in Tube Heat Exchanger Pada Refrigerator Terhadap Daya Kompresor dan Waktu Pendinginan

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI

ANALISIS SISTEM REFRIGERASI ICE BANK UNTUK PENDINGINAN SUSU DI PT. INDUSTRI SUSU ALAM MURNI BANDUNG

= Perubahan temperatur yang terjadi [K]

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage

REKAYASA MODEL MESIN PENDINGIN IKAN TANGKAPAN NELAYAN DENGAN MEMANFAATKAN KELEBIHAN DAYA MESIN DIESEL PENGGERAK PROPELER PERAHU

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung (Indirect System)

Pengaruh Penggunaan Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Efisiensi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Rangkaian Alat Uji Dan Cara Kerja Sistem Refrigerasi Tanpa CES (Full Sistem) Heri Kiswanto / Page 39

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Blood Bank Cabinet

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbaikan Dan Uji Kebocoran Mesin Pendingin Absorpsi

Kaji Eksperimental Pemanfaatan Panas Kondenser pada Sistem Vacuum Drying untuk Produk Kentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pemakaian Thermal Storage pada Sistem Pengkondisi Udara

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

RANCANG BANGUN FREEZER UNTUK PENYIMPANAN IKAN DENGAN METODA PUMP DOWN DESIGN AND BUILD FREEZER TO KEEP FISH BY USING PUMP DOWN METHOD

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI

ANALISIS PERFORMANSI SISTEM BRINE COOLING DENGAN VARIASI KONSENTRASI PROPYELEN GLYCOL AIR SEBAGAI REFRIGERAN SEKUNDER

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W

BAB V HASIL DAN ANALISIS

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

LAPORAN TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Politeknik Negeri Bandung

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. Gambar 2.1 Florist Cabinet (Sumber Gambar: Althouse, Modern Refrigeration and Air Conditioning Hal.

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

BAB II DASAR TEORI 2012

PERANCANGAN SISTEM PENDINGIN UNTUK PEMBEKUAN IKAN PADA KONTAINER KAPASITAS 8 TON

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER

Pengaruh Debit Udara Kondenser terhadap Kinerja Mesin Tata Udara dengan Refrigeran R410a

RANCANGAN BANGUN MODEL MESINPENDINGIN TERPADU PENGHASIL ES SERUT

Studi Eksperimen Variasi Beban Pendinginan pada Evaporator Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF

Studi Eksperimental Pengaruh Aplikasi Lshx Terhadap Kinerja Sistem Refrigerasi Dengan Refrigeran R404A

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA REFRIGERASI (REF) Koordinator LabTK Dr. Pramujo Widiatmoko

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN THERMOSTATIC EXPANTION VALVE PADA REFRIGERASI AC SPLIT. Harianto 1 dan Eka Yawara 2

KAJI EKSPERIMENTAL APLIKASI KATUP EPR TERHADAP TEMPERATUR MESIN REFRIGERASI MULTI EVAPORATOR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Kajian Awal Sistem Kontrol Cold Storage Multi-Fungsi Menggunakan Perangkat Lunak Zeliosoft

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN X

IV. METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN TEGANGAN INPUT KOMPRESOR DAN TEKANAN REFRIGERAN TERHADAP COP MESIN PENDINGIN RUANGAN

BAB II LANDASAN TEORI

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin

ANALISA WAKTU SIMPAN AIR PADA TABUNG WATER HEATER TERHADAP KINERJA AC SPLIT 1 PK

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

Komparasi Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Temperatur dan Tekanan Mesin Pendingin

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

TUGAS AKHIR PERANCANGAN MESIN PEMBUAT ES BALOK KAPASITAS 2 TON PERHARI UNTUK MENGAWETKAN IKAN NELAYAN DI PANTAI MEULABOH ACEH

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya jumlah dan kualitas dari udara yang dikondisikan tersebut dikontrol.

PENENTUAN EFISIENSI DAN KOEFISIEN PRESTASI MESIN PENDINGIN MERK PANASONIC CU-PC05NKJ ½ PK

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

Ahmad Farid* dan Moh. Edi.S. Iman Program Studi Teknik Mesin, Universitas Pancasakti Tegal Jl. Halmahera km 1, Tegal *

BAB III PERANCANGAN GREEN MEDICAL BOX PORTABLE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (K. Chunnanond S. Aphornratana, 2003)

Design and construction of vapor compression refrigeration machine for vaccine storage with capacity of 500 ampoules

EFFECT OF INSTALLATIONS COIL ON TUBE HEAT EXCHANGER FOR PREHEAT IN WATER DISPENSER

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

ANALISA PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK DAN COP PADA AC SPLIT 900 WATT MENGGUNAKAN REFRIGERAN HIDROKARBON MC-22 DAN R-22

PENGARUH DEBIT ALIRAN AIR TERHADAP PROSES PENDINGINAN PADA MINI CHILLER

BAB V PEMILIHAN KOMPONEN MESIN PENDINGIN

STUDI APLIKASI DAN PEMASYARAKATAN SISTEM REFRIGERASI ABSORPSI PADA SEKTOR INDUSTRI PROSES

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

UJI PERFORMANSI REFRIGERATOR VAKSIN KAPASITAS 500 AMPUL YANG DILENGKAPI DENGAN CAIRAN COOLPACK SEBAGAI PENDINGIN SEKUNDER

UJI PERFORMANSI SIMULATOR ALAT PENGKONDISI UDARA JENIS AIR-WATER SYSTEM

Momentum, Vol. 13, No. 2, Oktober 2017, Hal ISSN ANALISA PERFORMANSI REFRIGERATOR DOUBLE SYSTEM

BAB II DASAR TEORI 2.1 Cooling Tunnel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

EFEK PERUBAHAN LAJU ALIRAN MASSA AIR PENDINGIN PADA KONDENSOR TERHADAP KINERJA MESIN REFRIGERASI FOCUS 808

Kampus Bina Widya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293, Indonesia 2 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu,

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

MULTIREFRIGERASI SISTEM. Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng

TUGAS AKHIR PERANCANGAN SISTEM PENDINGIN UNTUK KAPAL NELAYAN KAPASITAS 8 TON

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Vaksin

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

ANALISA AUDIT KONSUMSI ENERGI SISTEM HVAC (HEATING, VENTILASI, AIR CONDITIONING) DI TERMINAL 1A, 1B, DAN 1C BANDARA SOEKARNO-HATTA

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

Transkripsi:

ANALISIS PERFORMANSI MINI FREEZER YANG DILENGKAPI DENGAN FLUIDA PENYIMPAN DINGIN (THERMAL STORAGE) Triaji Pangripto Pramudantoro. Jurusan Teknik Refrigerasi & Tata Udara Politeknik Negeri Bandung Jl. Gegerkalong Hilir, Ds Ciwaruga, Bandung, Telp dan Fax (022) 2013789 dan 2013788 E-mail: triajipangripto@yahoo.co.id Abstrak Freezer sebagai alat penyimpan produk makanan/minuman beku banyak dijumpai penggunaannya di super market dan toko-toko, tetapi tidak demikan halnya dengan warung-warung kecil dan penjaja eceran. Untuk itu diperlukan freezer dengan dimensi kecil yang mempunyai sistim fluida penyimpan dingin (thermal storage) sehingga dapat diletakkan di warung kecil atau dibawa oleh penjaja eceran. Pada penelitian ini dibuat mini freezer dengan fluida penyimpan dingin yang menggunakan R-12 sebagai refrigeran primer dan propylene-glycol (konsentrasi 40%) sebagai refrigeran sekunder. Pengujian dilakukan terhadap mini freezer dengan fluida penyimpan dingin dan mini freezer tanpa fluida penyimpan dingin selanjutnya dibandingkan performansi diantara keduanya. Setelah dilakukan analisis, pada kondisi awal, waktu pencapaian temperatur setting ( 23 o C) untuk freezer dengan fluida penyimpan dingin lebih lama (menit ke-380) dibandingkan freezer tanpa fluida penyimpan dingin (menit ke-300). Hal ini disebabkan adanya penambahan brine sebagai beban pendinginan. Mini freezer dengan fluida penyimpan dingin mempunyai perioda hidup-mati yang lebih panjang (370 menit) dari pada mini freezer tanpa fluida penyimpan dingin (70 menit) dengan perbandingan 5,3:1. Total waktu (Konsumsi daya) yang digunakan untuk proses pendinginan lebih besar mini freezer tanpa fluida penyimpan dingin (212 menit) dibandingkan dengan mini freezer dengan fluida penyimpan dingin (190 menit). Pemakaian brine/secondary refrigerant yang dipasang disekeliling kabin freezer dapat mempertahankan temperatur produk pada 19.2 o C, maksimum 18 o C dan minimum 20.4 o C. Rata-rata COP dari sistim mini freezer tanpa fluida penyimpan dingin adalah 2,62 sedangkan sistim mini freezer menggunakan fluida penyimpan dingin adalah 3,16. Kata kunci: mini freezer, thermal storage, propylene-glycol. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN Freezer (penyimpan produk beku) banyak dijumpai penggunaannya di super market dan toko atau penjual makanan beku, seperti penjual es krim. Umur penyimpanan produk beku umumnya lama,bahkan bisa sampai satu tahun atau lebih. Temperatur kerja kabin freezer sangat rendah, tergantung pada umur penyimpanan produk yang diinginkan, untuk produk yang akan disimpan dalam jangka waktu beberapa minggu temperaturnya harus sekitar -18 o C sampai -23 o C, sedangkan untuk penyimpanan sampai satu tahun atau lebih temperatur produk harus mencapai -29 o C atau lebih rendah. Sistem refrigerasi freezer umumnya menggunakan sistem refrigerasi kompresi uap, dengan menggunakan energi listrik sebagai sumber penggeraknya. Dalam sistem refrigerasi kompresi uap pendinginan terjadi karena adanya penarikan kalor oleh refrigeran yang menguap di evaporator. Temperatur penguapan (evaporasi) di evaporator berpengaruh pada besarnya energi listrik yang diperlukan, semakin rendah temperatur evaporasi energi listrik persatuan kalor yang di ambil dari kabin akan semakin besar. Temperatur kabin yang rendah pada freezer memerlukan temperatur penguapan refrigeran yang rendah, sehingga energi yang diperlukan oleh freezer relatif besar artinya kompresor yang digunakan kapasitasnya besar. 13.1

Harga kompresor berbanding lurus dengan kapasitasnya, semakin besar kapasitas kompresor semakin tinggi harganya. Penghematan biaya pada Sistem freezer bisa dilakukan dengan sistem fluida penyimpan dingin (thermal storage), dimana kompresor yang digunakan kapasitasnya bisa lebih rendah dibandingkan dengan sistem yang biasa/konvensional. Dengan daya listrik yang dibutuhkan kompresor kecil maka bisa digunakan oleh pedagang yang mempunyai daya listrik terpasang dari Perusahaan listrik (PLN) yang rendah (di bawah 900 W). dengan melakukan penelitian ini maka akan diperoleh mesin mini freezer berukuran kecil dilengkapi dengan system fluida penyimpan dingin propilen glikol, yang digunakan untuk penyimpanan es krim atau produk beku yang lainya, bisa digunakan untuk kegiatan Praktikum mahasiswa atau sebagai alat peraga untuk mata kuliah refrigerasi. Penggunaan kapasitas kompresor yang kecil, mini freezer bisa digunakan oleh toko eceran yang mempunyai daya listik (PLN) terpasang rendah dan dengan adanya fluida penyimpan dingin, system diharapkan bisa digunakan tanpa energize dalam rentang waktu yang relatif lebih lama (lebih hemat energy) 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Konstruksi Mini Freezer Prototipe mini freezer dengan system fluida penyimpan dingin dan sistem konvensional mempunyai volume kabin yang sesuai dengan kebutuhan pasar/warung kecil yaitu sebesar 35-50 liter. Dinding luar mini freezer terbuat dari plat besi, dinding dalam yang menampung refrigeran sekunder terbuat dari plat stainless steel SUS 316 (food grade). Pipa evaporator terbuat dari pipa tembaga berdiameter 3/8inch, dan kompresor yang digunakan berkapasitas 1/6HP. 2. METODOLOGI Rancang bangun mini freezer ini meliputi tiga tahap pekerjaan utama, yaitu perhitungan beban pendinginan, pemilihan/instalasi komponen sistem refrigerasi dan uji performansi dari sistim tersebut. Perhitungan beban pendinginan difokuskan pada temperatur kabin agar tercapai -18 o C. Bagian pemilihan/instalasi komponen sistem refrigerasi difokuskan pada pemilihan komponen-komponen yang bisa menghasilkan temperatur sesuai dengan rancangan. Selanjutnya dilakukan pengujian pada mini freezer dengan fluida penyimpan dingin dan mini freezer tanpa fluida penyimpan dingin untuk mendapatkan performansi dari keduanya. Mesin mini freezer yang dibuat memiliki daya kompresor sebesar 1/6HP dengan menggunakan refrigeran R12. Besaran yang diukur pada penelitian ini adalah : Temperatur: kabin, brine, produk (ice cream) Tekanan: suction, discharge Pengujian dilakukan dengan selang waktu 10 menit, dengan kombinasi kabin tanpa produk dan kabin diisi produk. Gambar 3.1 Skema mini freezer Alat ini mempunyai kabin dengan temperatur sebesar -18 C. Berikut tabel kondisi perancangan mini freezer secara umum : No. Tabel 3.1 Kondisi Perancangan Kondisi Besar / Jenis 1 Refrigeran R-12 2 Temperatur Kondensasi 40 0 C 3 Temperatur Evaporasi -28 0 C 5 Temperatur Ice Cream masuk -18 0 C 6 Temperatur Kabin -20 0 C 7 Massa Ice Cream 40 kg 8 Volume Mini Freezer 48 liter 9 Chilling Time Ice Cream 8 Jam 3.2 Perakitan Sistem Konstruksi penampang dinding freezer sistem konvensional ditunjukkan pada gambar 3.2 sedangkan yang menggunakan penyimpan dingin ditunjukkan pada gambar 3.3. 13.2

Gambar 3.2 Penampang dinding freezer konvensional Freezer dengan system fluida penyimpan dingin dilengkapi lubang untuk memasukan dan mengeluarkan refrigeran sekunder. Insulasi dinding terbuat dari bahan poly-urethan Pengujian untuk mini freezer system fluida penyimpan dingin dilakukan dengan refrigeran primer R12, kabin berisi produk dan tanpa produk, besaran yang diukur sama seperti pada freezer konvensional tetapi ditambah dengan pengukuran temperatur brine pada kondisi: 1. Saat system dijalankan dari kondisi awal (temperatur kabin sama dengan lingkungan). 2. Saat system fluida penyimpan dingin sudah menyimpan kapasitas pendinginan dan kompresor dimatikan. Prosedur pengambilan data sama dengan pengambilan data freezer konvensional. 3.3.3 Temperatur Brine Propilen glikol Gambar 3.3 Penampang dinding freezer dengan fluida penyimpan dingin 3.3 Hasil Uji-coba dan Pembahasan 3.3.1. Pengujian mini freezer tanpa fluida penyimpan dingin (konvensional) dengan Refrigeran Primer R-12 Pengujian dilakukan pada mini freezer tanpa fluida penyimpan dingin dalam kondisi tidak berisi produk dan saat berisi produk. Refrigeran primer yang digunakan R-12. Besaran yang diukur adalah: Tekanan, (discharge dan suction), temperatur (lingkungan, discharge, refrigeran masuk alat ekspansi, keluar evaporator, kabin, dan produk), arus listrik, tegangan listrik, dan daya listrik. Prosedur pengambilan data adalah sebagai berikut : 1. Mencatat tekanan dan temperatur awal sebelum sistem dijalankan. 2. Mencatat tekanan dan tenperatur pada saat sistem dijalankan. 3. Melakukan pengukuran setiap 10 menit sekali. Gambar 3.4. Grafik temperatur kabin dan brine terhadap waktu pada freezer dengan fluida penyimpan dingin Temperatur di dalam kabin dan temperatur brine pada freezer dengan fluida penyimpan dingin ditunjukkan gambar 3.4. Kurva pada gambar tersebut terlihat berpotongan pada beberapa titik secara periodik. Pada menit-menit awal, kurva temperatur brine berada di atas kurva temperatur kabin, berikutnya kurva temperatur brine berada di bawah kurva temperatur kabin. Demikian seterusnya secara bergantian. Ini disebabkan konstruksi pipa evaporator yang terendam pada cairan brine, sedangkan cairan brine menempel pada dinding kabin, sehingga pada saat proses pendinginan terjadi, evaporator mendinginkan brine lebih dulu dibandingkan kabin (lihat gambar 3.3). Dengan demikian temperatur brine akan lebih rendah dari temperatur kabin. Pada saat mesin mati (proses pendinginan berhenti), maka pengaruh lingkungan luar akan mempengaruhi brine lebih dulu, sehingga temperatur brine akan lebih tinggi dari temperatur kabin. 3.3.2. Pengujian mini freezer system fluida penyimpan dingin dengan refrigeran primer R12 13.3

3.3.4 Pencapaian Temperatur Setting kemudian), sedangkan pada saat tersebut temperatur brine -12,6 o C (di atas temperatur kabin). Temperatur kabin akan turun dengan kurva yang lebih landai juga dan akan mati ketika temperatur kabin kembali menjadi -23 o C (190 menit kemudian). Demikian proses tersebut berulang dengan perioda waktu sekitar 370 menit. Gambar 3.5 Grafik temperatur Kabin pada Mini Freezer tanpa produk Perbandingan temperatur kabin pada freezer tanpa fluida penyimpan dingin dan freezer dengan fluida penyimpan dingin ditunjukkan gambar 3.5. Dengan menggunakan setting thermostat yang sama -23 o C, terlihat bahwa untuk freezer tanpa fluida penyimpan dingin mencapai temperatur setting pada menit ke- 300, sedangkan untuk freezer dengan fluida penyimpan dingin mencapai temperatur setting pada menit ke-380. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada saat awal evaporator pada freezer tanpa fluida penyimpan dingin mempunyai beban pendinginan yang lebih kecil dibandingkan freezer dengan fluida penyimpan dingin. Pada saat proses pendinginan berlangsung, freezer tanpa fluida penyimpan dingin hanya mendinginkan kabin, sedangkan freezer dengan fluida penyimpan dingin selain mendinginkan kabin juga mendinginkan brine (refrigeran sekunder) yang ada di dalam freezer tersebut. 3.3.5 Perioda Cut-in dan Cut-out Freezer tanpa fluida penyimpan dingin ketika temperatur kabin -23 o C sistim akan mati (menit ke- 300), proses pendinginan akan terhenti sehingga temperatur kabin akan naik seperti ditunjukkan pada gambar 3.6. Sistim akan bekerja kembali ketika temperatur kabin -17 o C (30 menit kemudian) dan akan mati ketika temperatur kabin kembali menjadi -23 o C (40 menit kemudian). Demikian proses tersebut berulang dengan perioda waktu sekitar 70 menit. Untuk freezer dengan fluida penyimpan dingin ketika temperatur kabin -23 o C sistim akan mati (menit ke-420), proses pendinginan akan terhenti, tetapi temperatur brine -25.3 o C (di bawah temperatur kabin), sehingga temperatur kabin akan lebih terjaga dari pengaruh luar dan naik secara perlahan dengan kurva yang lebih landai dibandingkan kurva temperatur kabin untuk freezer tanpa fluida penyimpan dingin. Sistim akan bekerja kembali ketika temperatur kabin -17 o C (180 menit Gambar 3.6 Grafik Temperatur Kabin pada Mini Freezer tanpa produk Bila ditinjau dari waktu perioda siklus pendinginan, satu perioda waktu siklus pendinginan pada freezer dengan fluida penyimpan dingin sebanding dengan 5.3 kali perioda waktu siklus pendinginan (370:70) pada freezer tanpa fluida penyimpan dingin. Dengan demikian freezer tanpa fluida penyimpan dingin akan hidup-mati 5 kali lebih sering dari freezer dengan fluida penyimpan dingin. Pada saat proses menghidupkan mesin pendingin, arus start akan jauh lebih besar dari arus normal, sehingga dapat diperkirakan freezer tanpa fluida penyimpan dingin akan menggunakan daya listrik total yang lebih banyak dibandingkan freezer dengan fluida penyimpan dingin. Demikian juga bila ditinjau dari temperatur kabin, satu kali perioda waktu yang dapat dipertahankan pada freezer dengan fluida penyimpan dingin sebanding dengan 6 kali perioda waktu yang dapat dipertahankan (180:30) pada freezer tanpa fluida penyimpan dingin, sehingga bila ada produk di dalam kabin, maka freezer dengan fluida penyimpan dingin akan lebih mampu menjaga kondisi temperatur produk lebih lama dibandingkan freezer tanpa fluida penyimpan dingin terhadap perubahan temperatur lingkungan di sekitarnya ataupun bila kondisi jala-jala listrik tidak stabil. Bila ditinjau dari temperatur kabin, satu perioda waktu mesin beroperasi untuk selang waktu yang sama dapat dilihat pada gambar di atas, bahwa pada freezer dengan fluida penyimpan dingin membutuhkan waktu operasi sebesar 190 menit, sedangkan waktu operasi mesin untuk freezer tanpa fluida penyimpan dingin membutuhkan waktu 212 menit (40 menit x 5,3). Dengan demikian dapat 13.4

COP POLITEKNIK NEGERI BANDUNG POLBAN membuktikan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk mendinginkan kabin freezer dengan fluida penyimpan dingin relatif lebih singkat, sehingga konsumsi daya listrik relatif lebih hemat. 3 2.9 2.8 2.7 2.6 3.3.6 Temperatur Produk Saat awal temperatur kabin dan temperatur brine berada di atas temperatur produk seperti yang terlihat dari gambar 3.7. Pada menit ke-150 ketiga temperatur mempunyai temperatur relatif sama. Selanjutnya Temperatur produk akan relatif sama dengan temperatur kabin sedangkan temperatur brine akan terus turun sampai temperatur kabin tercapai. Temperatur produk terlihat relatif stabil dengan rata-rata 19.2 o C, maksimum 18 o C dan minimum 20.4 o C. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa hal ini disebabkan konstruksi freezer yang sedemikian rupa sehingga dinding kabin dikelilingi cairan brine. Demikian pula pipa evaporator terendam pada cairan brine, sedangkan cairan brine menempel pada dinding kabin, sehingga pada saat proses pendinginan terjadi, evaporator mendinginkan brine lebih dulu dibandingkan kabin (lihat gambar 3.3). Ini mengakibatkan temperatur brine akan lebih rendah dari temperatur kabin. Pada saat mesin mati (proses pendinginan berhenti), maka pengaruh lingkungan luar akan mempengaruhi brine lebih dulu, sehingga temperatur brine akan lebih tinggi dari temperatur kabin. Dengan demikian temperatur di dalam kabin akan dapat dipertahankan. Gambar 3.8 Grafik COP terhadap Waktu pada Mini Freezer tanpa fluida penyimpan dingin 3.3.8 COP system yang menggunakan fluida penyimpan dingin Unjuk kerja dari mini freezer menggunakan fluida penyimpan dingin dapat dilihat pada gambar 3.9. Rata-rata COP dari sistim tersebut adalah 3,16. COP 2.5 2.4 2.3 3.35 3.3 3.25 3.2 3.15 3.1 3.05 2.95 2.9 2.85 3 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 Gambar 3.9 10 menit ke 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 10 menit ke Grafik COP terhadap Waktu pada Mini Freezer dengan fluida penyimpan dingin 3.3.9 Foto Proses Pembuatan Mini Freezer Gambar 3.7 Grafik Temperatur terhadap Waktu pada Mini Freezer dengan fluida penyimpan dingin dengan berisi produk 3.3.7 COP Sistem tanpa fluida penyimpan digin Unjuk kerja dari mini freezer tanpa fluida penyimpan dingin dapat dilihat pada gambar 3.8. Rata-rata COP dari sistim tersebut adalah 2,62. Gambar 3.10 Pembuatan kabin bagian dalam mini freezer 13.5

4. KESIMPULAN Gambar 3.11 Gambar 3.12 Pemasangan tangki penampung fluida penyimpan dingin mini freezer Proses uji coba mini freezer yang dilengkapi dengan fluida penyimpan dingin 4.1 Kesimpulan Dari hasil pengambilan data dan analisis yang sudah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa: Pada kondisi awal, waktu pencapaian temperatur setting ( 23 o C) untuk freezer dengan fluida penyimpan dingin lebih lama (menit ke- 380) dibandingkan freezer tanpa fluida penyimpan dingin (menit ke-300) hal ini disebabkan adanya penambahan brine sebagai beban pendinginan. Freezer dengan fluida penyimpan dingin mempunyai perioda hidup-mati yang lebih panjang (370 menit) daripada freezer tanpa fluida penyimpan dingin (70 menit) dengan perbandingan 5,3:1. Pemakaian arus mula pada system fluida penyimpan dingin semakin jarang yang berarti lebih hemat konsumsi daya listriknya. Total waktu (Konsumsi daya) yang digunakan untuk proses pendinginan lebih besar freezer tanpa fluida penyimpan dingin (212 menit) dibandingkan dengan freezer dengan fluida penyimpan dingin (190 menit). Pemakaian brine yang dipasang disekeliling kabin freezer dapat mempertahankan temperatur produk pada 19.2 o C, maksimum 18 o C dan minimum 20.4 o C. 4.2 Saran Penelitian freezer dengan fluida penyimpan dingin ini sebaiknya dikembangkan pada pemakaian brine dengan konsentrasi yang bervariasi, sehingga diharapkan memperoleh temperatur brine yang sesuai dengan pemakaian tertentu. DAFTAR PUSTAKA Gambar 3.13 mini freezer yang dilengkapi fluida penyimpan dingin setelah selesai dibuat 1. Althouse, Andrew D.,et all, Modern Refrigeration and Air Conditioning, The Goodheart-Willcox Company, Inc., Illinois, 1992. 2. Dossat,Roy J., Principle of Refrigeration, Second Edition,John Wiley & Sons, New York, 1981 3. ASHRAE Handbook of Fundamental, American Society of Heating, Refrigerating, and Air Conditioning Engineers, Atlanta 2001. 13.6

4. ASHRAE Handbook of Refrigeration, American Society of Heating, Refrigerating, and Air Conditioning Engineers, Atlanta 2002 13.7