BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronis (GGK) merupakan suatu kondisi dimana kedua ginjal tidak dapat berfungsi secara normal, yang ditandai dengan penurunan laju filtrasi glomerulus yang bersifat irreversibel, sehingga memerlukan perawatan berupa hemodialisis atau transplantasi ginjal. 1,2 Prevalensi GGK di dunia pada tahun 2013 adalah sekitar 8-16 % dari 7 miliar penduduk di dunia, yaitu sekitar 500 juta 1 miliar orang. 1 Di Amerika Serikat (2002), diperkirakan sekitar 5,9 juta (3,3%) orang dewasa menderita GGK tingkat 1, tingkat 2 sebesar 5,3 juta (3%), tingkat 3 sebesar 7,6 juta (4,3%), tingkat 4 sebesar 400 ribu (0,2%) dan tingkat 5 sebesar 300 ribu (0,1%), sehingga didapatkan jumlah penderita GGK sekitar 20 juta orang, 3 sedangkan di negara berkembang seperti Indonesia, didapatkan data sekitar 200 300 per 1 juta penduduk menderita GGK. Menurut Hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013, GGK meningkat seiring dengan bertambahnya umur, meningkat tajam pada kelompok umur 35-44 tahun (0,3 %), 45-54 tahun (0,4%), 55-74 tahun (0,5) dan >75 tahun (0,6 %). Di Sumatera Utara, secara keseluruhan diperoleh prevalensi pasien GGK adalah sebesar 0,2 %. 4 Pasien GGK pada awalnya tidak menemukan adanya gejala, tetapi pada tahap selanjutnya, pasien akan mulai merasakan efek dan manifestasi pada tubuh seperti nokturia dan anoreksia, kemudian pada tahap lebih lanjut, akan muncul komplikasi berupa uremia, yaitu suatu keadaan dimana ginjal tidak dapat membuang urea keluar dari tubuh sehingga urea menumpuk dalam darah. Hal ini dapat menyebabkan berbagai manifestasi di tubuh, seperti hipertensi dan anemia, 5 termasuk juga manifestasi di rongga mulut, seperti perdarahan pada gingiva, mukosa pucat, stomatitis uremia, ulser, xerostomia, bau ureum dan gangguan sensitivitas pengecapan. Gangguan sensitivitas pengecapan adalah gangguan rasa asin, ketidakmampuan mengenali rasa makanan dan adanya sensasi rasa logam atau obat di
mulut, mekanisme terjadinya gangguan sensitivitas disebabkan oleh efek uremia pada pasien GGK yang telah menjalani hemodialisis, dimana terjadinya penurunan fungsi kelenjar saliva yang dapat menyebabkan gangguan fungsi saliva sebagai transpor bahan-bahan kimia dalam zat makanan sehingga terjadinya perubahan sensitivitas pengecapan. 6,7,8 Sensasi rasa dapat dirasakan oleh ujung saraf pengecap pada seluruh permukaan lidah, satu jenis rasa akan terasa lebih sensitif hanya pada daerah tertentu. Ujung saraf pengecap berada pada seluruh permukaan lidah, dengan demikian zat-zat kimia yang terlarut dalam saliva akan mengadakan kontak dan merangsang ujungujung serabut saraf pengecap. 9,10 Gangguan sensitivitas pengecapan dapat menyebabkan nafsu makan pada penderita menjadi berkurang, hal ini akan mengakibatkan asupan pada penderita menjadi berkurang, sehingga kualitas hidup pada penderita akan menurun. 6,11,12 Pada tahun 1999, Middleton dan Farinelli melakukan penelitian yang mengevaluasi hubungan pasien GGK yang menerima Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) dengan sensitivitas pengecapan pada 36 subjek. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pasien GGK yang menjalani CAPD dengan sensitivitas pengecapan. 10 Pada tahun 2012, penelitian yang dilakukan oleh Manley, Haryono dan Keane pada 30 subjek penderita GGK, menunjukkan bahwa 30 subjek (100 %) dapat mengidentifikasi rasa asin, 28 subjek (90%) dapat mengidentifikasi rasa manis, 17 subjek (57%) sulit membedakan rasa asam dengan rasa pahit, 21 subjek (70%) sulit membedakan rasa pahit dari keempat rasa lainnya dan lebih dari 15 subjek, yaitu sebanyak 14 subjek (43%) sulit membedakan rasa umami dari empat rasa primer lainnya. 13 Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara penderita GGK yang menjalani CAPD dengan sensitivitas pengecapan, namun belum ada penelitian lebih lanjut mengenai hubungan pasien GGK yang menjalani hemodialisis dengan sensitivitas pengecapan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian yang melihat adanya hubungan pasien GGK yang menjalani perawatan
hemodialisis dengan sensitivitas pengecapan yang akan dilakukan di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Masalah Umum Apakah terdapat hubungan antara pasien GGK yang menjalani hemodialisis dengan sensitivitas pengecapan? 1.2.2 Masalah Khusus 1. Berapakah prevalensi pasien hemodialisis yang mengalami gangguan sensitivitas pengecapan? 2. Apakah terdapat hubungan antara pasien GGK yang menjalani hemodialisis dengan sensasi rasa manis? 3. Apakah terdapat hubungan antara pasien GGK yang menjalani hemodialisis dengan sensasi rasa asin? 4. Apakah terdapat hubungan antara pasien GGK yang menjalani hemodialisis dengan sensasi rasa asam? 5. Apakah terdapat hubungan antara pasien GGK yang menjalani hemodialisis dengan sensasi rasa pahit? 6. Apakah terdapat hubungan antara pasien GGK yang menjalani hemodialisis dengan sensasi rasa umami? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara pasien GGK yang menjalani hemodialisis dengan sensitivitas pengecapan. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui prevalensi pasien hemodialisis yang mengalami gangguan sensitivitas pengecapan.
2. Untuk mengetahui hubungan antara pasien GGK yang menjalani hemodialisis dengan sensitivitas rasa manis. 3. Untuk mengetahui hubungan antara pasien GGK yang menjalani hemodialisis dengan sensitivitas rasa asin. 4. Untuk mengetahui hubungan antara pasien GGK yang menjalani hemodialisis dengan sensitivitas rasa asam. 5. Untuk mengetahui hubungan antara pasien GGK yang menjalani hemodialisis dengan sensitivitas rasa pahit. 6. Untuk mengetahui hubungan antara pasien GGK yang menjalani hemodialisis dengan sensitivitas rasa umami. 1.4 Hipotesis 1. Terdapat hubungan antara pasien GGK yang menjalani hemodialisis dengan gangguan sensitivitas pengecapan. 2. Terdapat hubungan antara pasien GGK yang menjalani hemodialisis dengan sensitivitas rasa manis. 3. Terdapat hubungan antara pasien GGK yang menjalani hemodialisis dengan sensitivitas rasa asin. 4. Terdapat hubungan antara pasien GGK yang menjalani hemodialisis dengan sensitivitas rasa asam. 5. Terdapat hubungan antara pasien GGK yang menjalani hemodialisis dengan sensitivitas rasa pahit. 6. Terdapat hubungan antara pasien GGK yang menjalani hemodialisis dengan sensitivitas rasa umami. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis 1. Meningkatkan kompetensi keilmuan dan menambah wawasan dalam bidang kedokteran gigi mengenai gangguan sensitivitas pengecapan pada pasien yang menjalani terapi hemodialisis.
2. Menyediakan data untuk penelitian lanjutan yang berhubungan dengan gangguan sensitivas pengecapan pada pasien GGK yang menjalani hemodialisis. 1.5.2 Manfaat Praktis 1. Untuk menambah informasi kepada para tenaga medis mengenai keterkaitan antara terapi hemodialisis dengan kondisi di rongga mulut pasien, yaitu gangguan sensitivitas pengecapan sehingga dapat menjalin kerja sama antara dokter gigi dan dokter umum/dokter spesialis penyakit dalam untuk menangani masalah tersebut. 2. Untuk menambah informasi kepada masyarakat penderita GGK mengenai keterkaitan antara hemodialisis dengan kondisi kesehatan rongga mulut yang menurun sehingga dapat bertindak segera untuk mencari perawatan.