HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN PENERIMAAN DIRI PADA SISWA-SISWI AKSELERASI. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA (STUDI KORELASI PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SEMARANG)

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA KELAS XI SMA ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA ADVERSTY INTELLIGENCE DENGAN SCHOOL WELL-BEING (Studi pada Siswa SMA Kesatrian 1 Semarang)

HUBUNGAN ANTARA PRESENTASI DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA DI SMA TARUNA NUSANTARA

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA SISWA KELAS XI SMA KESATRIAN 2 SEMARANG. Benyamin Obaja Ginting, Achmad Mujab Masykur* 1

DUKUNGAN DOSEN DAN TEMAN SEBAYA DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

ASERTIVITAS DITINJAU DARI KEMANDIRIAN DAN JENIS KELAMIN PADA REMAJA AWAL KELAS VIII DI SMPN 1 SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU-SISWA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING PADA SISWA SMAN 9 SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN AMAN TERHADAP IBU DAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

HUBUNGAN ANTARA QUALITY OF SCHOOL LIFE DENGAN EMOTIONAL WELL BEING PADA SISWA MADRASAH SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN INTENSI SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2012

KEMATANGAN EMOSI DAN PERSEPSI TERHADAP PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL: Studi Korelasi pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Dwi Nur Prasetia, Sri Hartati MS Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang ABSTRAK

KONSEP DIRI DAN KECENDERUNGAN BULLYING PADA SISWA SMK SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENGGUNAKAN PRODUK SKIN CARE PADA MAHASISWI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

Hubungan Antara Regulasi Emosi Dengan Forgiveness Pada Siswa di SMA Islam Cikal Harapan BSD-Tangerang Selatan

Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri. Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 20 SEMARANG

HUBUNGAN KELEKATAN ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN REMAJA

RELATIONSHIP BETWEEN EMOTIONAL INTELLIGENCE WITH PREMARITAL SEXUAL BEHAVIOUR ON SMA N 7 SEMARANGSTUDENTS

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

HUBUNGAN ANTARA ORIENTASI TUJUAN MASTERY DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA SMA NEGERI I TAHUNAN DI KABUPATEN JEPARA

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN KARIR DAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA SISWA KELAS XII SMA NEGERI 5 SEMARANG

Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang Abstrak

Hubungan Antara Attachment Terhadap Ibu dengan Kemandirian pada Remaja Tunarungu

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN INTENSI JUDI PADA KOMUNITAS FANS CLUB X INDONESIA REGIONAL SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA KETAKUTAN AKAN KEGAGALAN DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA UKM RESEARCH AND BUSINESS (R nb) UNIVERSITAS DIPONEGORO

HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY INTELLIGENCE DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL REMAJA- ORANGTUA DAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA KELAS XII SMK NEGERI 7 SEMARANG

THE RELATIONSHIP BETWEEN SELF-CONCEPT WITH ASSERTIVENESS IN CLASS X STUDENTS KESATRIAN 2 SENIOR HIGH SCHOOL SEMARANG

KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN REGULASI EMOSI PADA MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN

KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DAN ASERTIVITAS PADA SISWA SMA ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN AYAH DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL REMAJA PUTRI ANAK TKW (TENAGA KERJA WANITA) DI KECAMATAN PATEBON KENDAL

DUKUNGAN SOSIAL AYAH DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA LAKI-LAKI

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL YANG EFEKTIF ANTARA IBU DAN ANAK

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS HUKUM ANGKATAN 2012 UNIVERSITAS DIPONEGORO.

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA REMAJA WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN LAPAS ANAK KELAS II A KUTOARJO

KECEMASAN DALAM MENGHADAPI DUNIA KERJA DITINJAU DARI KONSEP DIRI PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR

POLA ASUH OTORITATIF ORANG TUA DAN EFIKASI DIRI DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN KARIR PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KEJENUHAN BELAJAR SISWA

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN AMAN DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK REMAJA

HUBUNGAN ANTARA SECURE ATTACHMENT DENGAN KOMPETENSI INTERPERSONAL PADA REMAJADI SMAN 2 PADANG. Winda Sari Isna Asyri Syahrina

PERBEDAAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT

Putri Zahrah Adelia, Harlina Nurtjahjanti. Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275

HUBUNGAN ANTARA KETERTARIKAN INTERPERSONAL DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA REMAJA SMA ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN CITRA TUBUH ( BODY IMAGE) SISWI USIA SEKOLAH DENGAN MENARCHE DI KECAMATAN SALE ABSTRAK

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN ANTARA COPING STRESS DENGAN INTENSI MEMBELI PRODUK FASHION PADA SISWI SMAN 2 KOTA BEKASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai gambaran umum subjek, hasil

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract

MOTIVASI BELAJAR BIOLOGI SISWA SMA DITINJAU DARI POLA ASUH ORANGTUA DAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA

HUBUNGAN KEPUASAN TERHADAP GAJI DENGAN ETOS KERJA KARYAWAN KPRI DI KOTA SEMARANG

KECERDASAN SPIRITUAL DAN KECENDERUNGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMK. Nur Indah Rachmawati, Anggun Resdasari Prasetyo. Abstrak.

HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN DIRI DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 8 PURWOREJO

DUKUNGAN ORANG TUA DAN KEMATANGAN KARIR PADA SISWA SMK PROGRAM KEAHLIAN TATA BOGA

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN DISIPLIN BERLALU LINTAS PADA REMAJA KELAS XI SMA NEGERI 3 SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING (SRL) DENGAN KEMANDIRIAN PADA SISWA PROGRAM AKSELERASI SMA NEGERI 1 PURWOREJO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan dilakukan di SMP Methodist-an Pancurbatu.

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN PENGUNGKAPAN DIRI PADA REMAJA AWAL KELAS VII

MOTIVASI BERAFILIASI DAN MINAT MENJADI PASKIBRAKA PADA SISWA SMKN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP METODE PEMBELAJARAN GURU DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI GISIKDRONO 02 DAN 04 SEMARANG

HARGA DIRI DAN INTERAKSI SOSIAL PADA REMAJA PANTI ASUHAN DAN REMAJA YANG TINGGAL BERSAMA KELUARGA DI KABUPATEN PURBALINGGA

Abstrak. Abstract. Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Padang 2

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo

EFIKASI DIRI DAN STRES KERJA PADA RELAWAN PMI KABUPATEN BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DENGAN KEPUASAN KERJA WIRANIAGA NASMOCO GRUP DI SEMARANG

Kontribusi Dukungan Sosial Teman Sebaya terhadap Adekuasi Penyesuaian Diri di Sekolah pada Siswa SMP

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN STRES AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT PERTAMA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA MAHASISWA STIE DHARMAPUTERA PROGRAM STUDI EKONOMI MANAJEMEN SEMARANG

Hubungan Antara Konsep Diri Dan Interaksi Sosial Teman Sebaya Dengan Kemandirian Belajar Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 12 Surabaya

BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada

Okta Setiani, Hastaning Sakti. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. ABSTRAK

Hubungan Antara Dukungan Sosial Orangtua dengan Kewirausahaan Pada Mahasiswa UKM Research n Business Universitas Diponegoro

PERILAKU KONSUMEN REMAJA MENGGUNAKAN PRODUK FASHION BERMEREK DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI

RELATIONSHIP BETWEEN SPIRITUAL INTELLIGENCE AND SUBJECTIVE WELL-BEING IN CIVIL SERVANT GROUP II DIPONEGORO UNIVERSITY

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI SISWA DENGAN KEDISIPLINAN PADA SISWA KELAS VIII REGULER MtsN NGANJUK

KONTRIBUSI DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA TERHADAP ADEKUASI PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS VIII SMPN 3 KAWEDANAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER JARINGAN 1 SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Prosiding SNaPP2015 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN Dwi Hurriyati

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. penelitian antara dua kelompok penelitian.adapun yang dibandingkan adalah

*Hp: /

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah. 2. Variabel bebas : a.

HUBUNGAN ANTARA QUALITY OF SCHOOL LIFE

Hubungan antara Berpikir Positif dengan Penerimaan Diri pada Remaja Penyandang Cacat Tubuh Akibat Kecelakaan

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XII DI SMA NEGERI 1 SEMARANG

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Yogyakarta angkatan 2015 yang berjenis kelamin laki-laki dan

Bella Risty Anggraini, Siswati*, Achmad Mujab Masykur* Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN INTENSI PERILAKU SEKSUAL PADA SMP NEGERI X

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN REKAN KERJA DENGAN

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA PEER ATTACHMENT DENGAN PENERIMAAN DIRI PADA SISWA-SISWI AKSELERASI Siti Noviana 1, Hastaning Sakti 2 * 1,2 Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275 E-mail: novipsikologi@gmail.com Abstrak Peer attachment pada siswa akselerasi memberikan kesempatan kepada remaja untuk belajar melakukan perilaku sosial dan akan berpengaruh terhadap terbentuknya penerimaan diri siswa. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris hubungan antara peer attachment dengan penerimaan diri pada siswa-siswi akselerasi. Teknik pengambilan sampel menggunakan nonprobability sampling yaitu sampling jenuh. Jumlah populasi dan sampel pada penelitian ini sebesar 40. Variabel terikat adalah penerimaan diri dan variable bebas adalah peer attachment. Alat pengumpulan data berupa skala psikologis dengan model skala Likert, yaitu skala penerimaan diri dan skala peer attachment. Skala penerimaan diri dengan 28 aitem valid (α = 0,928) dan skala peer attachment dengan 15 aitem valid (α = 0,870). Analisis data menggunakan regresi linier sederhana. Hasil penelitian menunjukkan koefisien korelasi rxy = 0,363 dengan p = 0,011 (p<0,05) yang berarti ada hubungan positif antara peer attachment dengan penerimaan diri, semakin tinggi peer attachment maka semakin tinggi penerimaan diri siswa akselerasi, demikian pula sebaliknya semakin rendah peer attachment maka semakin rendah penerimaan diri siswa akselerasi. Sumbangan efektif peer attachment terhadap penerimaan diri siswa akselerasi sebesar 13,2% dan sisanya sebesar 86,8% dijelaskan oleh faktor-faktor lain. Kata kunci : Peer Attachment, Penerimaan Diri, dan Siswa Akselerasi Abstract Peer attachment on students acceleration provides the opportunity for young people to learn social behavior and will affect the formation of student self-acceptance. This study aimed to test empirically the relationship between peer attachment with self-acceptance in students acceleration. The sampling technique using nonprobability sampling is sampling saturated. Total population and sample in this study amounted to 40. The dependent variable is the acceptance of self and peer attachment is a free variable. Data collection tools in the form of a psychological scale with Likert scale models, namely scale acceptance and peer attachment scale. The scale of the 28-item selfacceptance is valid (α = 0.928) and peer attachment scale with item 15 is valid (α = 0.870). Analysis of data using simple linear regression. The results showed a correlation coefficient r xy = 0.363, p = 0.011 (p <0.05), which means that there is a positive relationship between peer attachment with self-acceptance, higher peer attachment, the higher the acceleration student self-acceptance, and vice versa lower peer attachments the lower the acceleration student self-acceptance. Effective contribution towards self-acceptance peer attachment acceleration students by 13.2% and the remaining 86.8% is explained by other factors. Keywords: Peer Attachment, Self Acceptance, and Student Acceleration PENDAHULUAN Masa remaja sangat rentan mengalami masalah psikososial yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial. Konflik yang dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan perubahan pada berbagai dimensi kehidupan remaja. Havighurst menjelaskan bahwa remaja 114

dihadapkan pada tugas-tugas perkembangan yang baru yaitu mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya, mencapai peran sosial pria dan wanita, beradaptasi dengan perubahan fisik, mempersiapkan karier ekonomi dan pernikahan (Hurlock, 2006). Interaksi dengan teman sebaya membuat remaja belajar mengenai hubungan timbal balik, mengenal orang lain dan diri sendiri, serta memahami minat dan pandangan teman sebaya, sehingga mempermudah remaja menyesuaikan diri dengan aktivitas teman sebayanya. Remaja merasa tidak nyaman dalam kondisi tertentu, sehingga rasa keyakinan terhadap kemampuannya hilang yang dapat menghambat perkembangan sosial remaja dan menyebabkan remaja terisolir secara sosial, sehingga berpotensi mengembangkan perasaan negatif (Santrock, 2003). Remaja mulai melepaskan diri dari ikatan emosi dengan orang tuanya dan menjalin sebuah hubungan yang akrab dengan teman-teman sebayanya. Figur attachment pada remaja tidak lagi hanya berfokus pada orangtua, tetapi juga pada teman sebaya. Munculnya peran penting peer terjadi karena mulai banyaknya aktivitas yang dilakukan bersama di luar lingkungan keluarga misalnya di sekolah (Monks, Knoers, & Haditono, 2006) Seorang remaja membutuhkan figur kelekatan dalam hal eksplorasi dan kemandirian, baik secara fisik maupun psikologis. Remaja akan membentuk ikatan yang lebih erat dan menjalin komunikasi yang baik dengan teman-teman sebayanya. Selain komunikasi, kepercayaan juga merupakan suatu produk dari suatu hubungan yang kuat, dan kedua belah pihak merasa bisa saling bergantung satu sama lain (Barrocas, 2009). Teman sebaya atau peers adalah kelompok remaja dengan tingkat kematangan atau usia yang kurang lebih sama. Melalui kelompok teman sebaya, remaja menerima umpan balik dari temanteman tentang kemampuan mereka. Kehadiran teman mampu memberikan nilai positif pada remaja tersebut dengan memberikan informasi-informasi mengenai pembandingan identitas dirinya. Remaja yang pandai menempatkan dirinya pada lingkungan teman sebaya dapat mengembangkan identitas dirinya kearah yang positif (Santrock, 2007). Kelekatan dengan teman sebaya (peer attachment) merupakan suatu hubungan seorang individu saat remaja dengan teman sebayanya yang dapat menjadi sumber keamanan psikologis bagi diri individu tersebut. Remaja cenderung mencari kedekatan dan kenyamanan dalam bentuk saran atau nasihat kepada teman sebayanya ketika mereka merasa membutuhkannya (Barrocas, 2009). Armsden & Greenberg (dalam Santrock, 2002) menjelaskan bahwa remaja yang memiliki hubungan aman dengan figur lekat lebih memiliki harga diri yang tinggi dan kesejahterahan emosi yang lebih baik. Menurut penelitian yang dilakukan Allen et al (2003), hubungan secure attachment remaja dengan teman sebaya berkaitan dengan aspek psikososial pada remaja serta kesuksesan dalam membangun kemandirian. Attachment yang aman antara remaja dengan figur lekat dapat membantu remaja dalam membentuk kemandirian secara kognitif maupun emosional, serta memiliki kompetensi sosial yang baik. Remaja yang diterima secara positif oleh orang lain, akan cenderung untuk mengembangkan sikap positif terhadap diri sendiri dan lebih menerima diri sendiri. Selain itu, remaja menginginkan penghargaan pada diri mereka, sehingga penerimaan dirinya semakin kuat. Remaja yang mengetahui bahwa dirinya dihargai oleh orang lain, merupakan faktor psikologis yang penting dalam membantu melupakan aspek-aspek negatif dari kehidupan mereka, dan berpikir lebih positif terhadap lingkungan mereka (Rogers, dikutip dalam Wibowo, 2009). 115

Remaja dengan penerimaan diri akan memperhatikan karakteristik kepribadiannya, merasa mampu dan mau hidup sebagaimana mestinya. Pemahaman terhadap keberadaan diri dapat dilakukan dengan memahami kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dan perlu juga untuk memahami kekuatan dan kelemaham orang lain, sehingga remaja akan mampu menerima keadaan dirinya secara utuh sebagaimana adanya (Littauer, 1996). Penerimaan diri mengacu kepada evaluasi remaja tentang dirinya sendiri, baik positif maupun negatif. Rasa diterima (penerimaan diri) berarti remaja merasa sebagai bagian dari suatu kelompok, dihargai dan diterima oleh anggota kelompok lainnya (Coopersmith dalam Buss 1995). Penelitian Terman, menjelaskan bahwa remaja yang memiliki inteligensi tinggi dan masuk di kelas akselerasi dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan. Fakta yang ada di kehidupan nyata, siswa akselerasi menjadi berkurang kesempatannya untuk bergaul dan berinteraksi dengan teman sebayanya, karena dituntut untuk selalu berhadapan dengan materi pelajaran, bahkan jam-jam yang seharusnya untuk kegiatan ekstrakulikuler juga digunakan untuk praktikum atau evaluasi materi pelajaran. Terman mengatakan bahwa siswa program akselerasi harus dapat bekerja keras, mandiri, disiplin dan bertanggung jawab, karena beban mereka tidak sama dengan siswa yang ada pada kelas reguler, dan kadangkala membuat mereka lebih banyak menghabiskan waktunya untuk belajar, sehingga waktu untuk bermain bersama teman yang lain menjadi berkurang (Hawadi, 2004). Kelas akselerasi akan mengembangkan kecerdasan intelektual pada siswa, tetapi tidak pada aspek lainnya, seperti penyesuaian sosial dengan teman sebaya. Remaja yang masuk dalam kelas akselerasi akan berkurang kesempatannya untuk bersosialisasi dengan teman sebaya. Kehadiran teman sebaya dapat mengembangkan identitas diri remaja kearah yang positif. Remaja mendapat pengakuan dari teman sebaya dan mempunyai kesempatan untuk bergaul dan bersosialisasi, maka akan mempengaruhi penerimaan diri pada remaja. Berdasarkan uraian di atas, didapatkan bahwa peer attachment pada siswa akselerasi memberikan kesempatan kepada remaja untuk belajar melakukan perilaku sosial yang didapatkan ketika berinteraksi sosial dengan teman sebaya di lingkungan sekolah dan akan berpengaruh terhadap terbentuknya penerimaan diri pada remaja akselerasi. Peer attachment dimungkinkan mempunyai kontribusi terhadap penerimaan diri remaja. Penelitian ini ingin membuktikan apakah peer attachment berhubungan dengan penerimaan diri pada remaja akselerasi, yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Peer Attachment dengan Penerimaan Diri pada Siswa- siswi Akselerasi. METODE PENELITIAN Variabel bebas dalam penelitian ini adalah peer attachment, sedangkan variabel terikat adalah penerimaan diri. Definisi operasional penerimaan diri adalah penilaian positif terhadap kondisi dan keadaan yang menimpa dirinya, mampu dan bersedia untuk hidup dengan segala karakteristik yang ada dalam dirinya, dan yakin akan kualitas yang dimiliki dan memahami keterbatasan dirinya. Definisi operasional peer attachment adalah ikatan emosional yang dimiliki seorang remaja untuk membina hubungan baik dengan teman-temannya berdasarkan rasa saling percaya, dan saling mendukung satu sama lain. 116

Penentuan pengambilan sampel menggunakan teknik nonprobability sampling, dan teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampling jenuh. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa akselerasi kelas X dan XII SMP Negeri 3 Pati dan SMP Negeri 2 Semarang yang berjumlah 40 siswa. Karakteristik populasi penelitian ini adalah remaja dengan rentang usia 12-15 tahun dan merupakan siswa akselerasi kelas X dan XII SMP Negeri 3 Pati dan SMP Negeri 2 Semarang. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologi yang terdiri dari skala peneriman diri dan skala peer attachment. Kedua skala tersebut menggunakan modifikasi dari Skala Likert, dengan menyediakan empat alternatif respon, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS) dan terdiri dari pernyataan favorable (mendukung) dan unfavorable (tidak mendukung) terhadap objek sikap. Data yang diperoleh dari subjek tersebut kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis regresi sederhana. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum menguji kebenaran hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi sebagai syarat sebelum melakukan uji hipotesis penelitian. Uji asumsi tersebut meliputi uji normalitas sebaran dan uji linearitas hubungan. Hasil uji normalitas menunjukkan skor Kolmogorov Smirnov variabel penerimaan diri adalah 0,656 dengan p = 0,782 (p > 0,05) yang berarti variabel penerimaan diri memiliki distribusi normal sedangkan skor variabel peer attachment sebesar 0,767 dengan p = 0,599 (p > 0,05). Uji linieritas hubungan antara variabel penerimaan diri dengan peer attachment menghasilkan F lin = 5,766 dengan nilai signifikan 0,021 (p < 0,05), menunjukkan adnya hubungan linear antara variabel peer attachment dan penerimaan diri. Terpenuhinya uji asumsi normalitas dan linieritas memungkinkan data untuk dianalisis menggunakan teknik analisis regresi sederhana. Berdasarkan hasil analisis data menggunakan teknik regresi sederhana, diperoleh koefisien korelasi antara penerimaan diri dan peer attachment sebesar 0,363 dengan p = 0,011(p<0,005), menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penerimaan diri dengan peer attachment. Hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara penerimaan diri dengan peer attachment diterima. Nilai koefisien determinasi (R square) sebesar 0,132 mengandung arti bahwa peer attachment memberi sumbangan efektif sebesar 13,2% terhadap penerimaan diri siswa akselerasi. Jadi penerimaan diri siswa akselerasi dapat dijelaskan oleh peer attachment sebesar 13,2% dan sisanya sebesar 86,8% dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar penelitian. Peer attachment yang dapat meningkatkan penerimaan diri siswa akselerasi meliputi tiga aspek (Armsden & greenberg dalam Barrocas, 2009) yaitu komunikasi, kepercayaan, dan keterasingan. Penelitian ini ditemukan 52,5% Peer attachment masuk kategori tinggi dan menghasilkan penerimaan diri yang tinggi pula sebesar 45% dan bahkan sangat tinggi sebesar 42,5%. Peer attachment pada aspek kepercayaan yang paling baik meningkatkan penerimaan diri yakni remaja yang mempunyai kepercayaan dengan figur lekat dan sebaliknya maka akan meningkatkan rasa aman dan mempunyai keyakinan bahwa orang lain akan membantu dan memenuhi kebutuhan remaja. Kepercayaan dapat menimbulkan rasa diterima oleh orang lain atau figur lekat dari remaja tersebut. 117

Hurlock (2006) menyebutkan bahwa penerimaan diri adalah suatu sikap remaja yang memiliki penghargaan tinggi terhadap segala kelebihan dan kekurangan dirinya sendiri tanpa menyalahkan orang lain dan mempunyai keinginan untuk mengembangkan diri secara terus menerus. Remaja yang mempunyai penerimaan diri, dapat menerima kritik, sehingga dapat mengevaluasi dirinya secara realistik dan dapat menggunakan semua potensinya secara efektif. Remaja yang memiliki penerimaan diri akan merasa aman untuk memberikan perhatiannya seperti menunjukkan rasa empati kepada kepada orang lain dalam hal ini adalah kepada figur lekatnya. Tingkat peer attachment siswa akselerasi tergolong tinggi yaitu sebesar 52,5% yang membuktikan bahwa remaja sukses dalam menjalin hubungan dengan figur lekatnya atau dengan teman sebayanya. Penelitian dari Sari (2002) bahwa salah satu yang mempengaruhi penerimaan diri adalah dukungan sosial. Remaja yang mendapatkan support dari lingkungan sosial atau sekolah akan membuat remaja merasa diterima keadaan dirinya oleh lingkungan. Perlakuan lingkungan sekolah terhadap remaja, membentuk tingkah laku remaja sehingga akan dapat menerima dirinya sendiri dengan lebih baik. Penerimaan diri siswa dapat dibentuk melalui hubungan akrab yang dijalin remaja bersama teman sebayanya melalui suatu perkumpulan di lingkungan sekolah. Penelitian Ristianti (2008) menyatakan bahwa teman sebaya dapat memberikan informasi terkait dengan apa yang remaja lakukan dalam upaya membentuk identitas dirinya. Penerimaan diri siswa akselerasi terhadap keadaan dan kondisi dirinya juga berpeluang menciptakan penyesuaian sosial yang baik dengan teman-teman disekitarnya. Remaja dengan penerimaan diri akan memandang positif diri dan dunianya sehingga akan lebih terbuka dalam menerima kritik dari teman-temannya dan memperbaiki dirinya. Perasaan diterima teman-teman juga berguna untuk meningkatkan kepercayaan diri sehingga apabila ditunjuk untuk menyampaikan materi saat presentasi di depan kelas mampu menjelaskan materi dengan jelas dan detail. Teman sebaya membuat remaja merasa memiliki teman senasib, teman untuk berbagi minat yang sama, saling menguatkan bahwa mereka dapat berubah ke arah yang lebih baik, dan memungkinkan remaja memperoleh rasa nyaman, aman, serta memiliki identitas diri. Kelompok teman sebaya memberikan dukungan sosial kepada remaja merupakan bagian yang penting dalam pemebentukan identitas diri (Hilman, 2002). Peer Attachment memberi sumbangan efektif sebesar 13,2% terhadap penerimaan diri siswa akselerasi. Jadi penerimaan diri siswa akselerasi dapat dijelaskan oleh peer attachment sebesar 13,2% dan sisanya sebesar 86,8% terdapat faktor lain yang mempengaruhi penerimaan diri, salah satunya adalah dukungan sosial. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa peranan teman sebaya turut mempengaruhi penerimaan diri pada siswa akselerasi. Peer attachment memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar melakukan perilaku sosial yang didapatkan ketika berinteraksi sosial dengan teman-teman sebayanya di lingkungan sekolah, dan hal ini akan berpengaruh terhadap terbentuknya penerimaan diri pada siswa akselerasi. KESIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian yang diperoleh dari pengujian hipotesis menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara peer attachment dengan penerimaan diri pada siswa akselerasi dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,363 dengan tingkat signifikansi p = 0,011 (p<0,05). Hubungan tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi peer attachment maka semakin tinggi pula tingkat 118

penerimaan diri siswa akselerasi, sebaliknya semakin rendah peer attachment maka semakin rendah pula tingkat penerimaan diri siswa akselerasi. Hipotesis yang mengatakan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara peer attachment dengan penerimaan diri pada siswa akselerasi terbukti. Siswa akselerasi diharapkan dapat mempertahankan peer attachment dengan teman sebaya karena terbukti mampu membuat penerimaan diri lebih meningkat. Siswa lebih menjalin komunikasi yang tetap intens dengan teman sebaya, belajar mempertahankan kepercayaan antara dirinya dengan teman sebayanya agar terbentuk perasaan aman dan terjalin hubungan yang kuat satu sama lain, serta lebih aktif untuk mengikuti kegiatan-kegiatan positif yang diadakan di lingkungan sekolah, seperti mengikuti kegiatan pramuka dan kegiatan ekstrakulikuler olahraga atau ekstrakulikuler lainnya. Sekolah diharapkan dapat memperbanyak kegiatan baik kegiatan ekstrakurikuler dan intrakurikuler seperti kegiatan pramuka, ekstrakulikuler olahraga atau ekstrakulikuler lainnya, dan mengadakan kegiatan kerja sama yang melibatkan lebih banyak siswa, baik bagi siswa reguler maupun bagi siswa akselerasi. Sumbangan efektif pada penelitian ini sebesar 13,2% dan sisanya sebesar 86,8% terdapat faktor lain yang mempengaruhi penerimaan diri. peneliti yang berminat untuk melakukan penelitian tentang penerimaan diri perlu mempertimbangkan faktor yang turut berpengaruh terhadap penerimaan diri seperti penyesuaian sosial dan dukungan sosial. DAFTAR PUSTAKA Allen, J.P., McElhaney, K.B.,Land, D.J., Kuperminc, G.P., Moore, C.W., et al. (2003). Secure base in Adolescence: Markers of Attachment Security in the Mother-Adolescent Relationship. Journal of Child Development. Vol.74(1). Barrocas, A.L. (2009). Adolescent attachment to parents and peers. [Online]. Diambil dari http://www.marial.emory.edu./pdfs/ barrocas%20 thesisfinal. doc. Diakses tanggal 27 Maret 2014. Buss, A.H. (1995). Personality: Temperament, social behavior, and the self. Boston: Allyn and Bacon. Hawadi, R.A. (2004). A-Z informasi program percepatan belajar dan anak berbakat intelektual. [Online]. Diambil dari http://books.google.co.id/ books. Diakses tanggal 7 Maret 2014. Hilman. (2002). Kemandirian remaja yang tinggal di panti asuhan ditinjau dari persepsi pelayanan sosial dan dukungan sosial. Tesis. Universitas Gadjah Mada. Hurlock, E.B. (2006). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga. Littauer, F., 1996. Personality Plus. Terjemahan: Adiwiyoto, A. Jakarta: Binarupa Aksara. Monks, F.J., Knoers, A. M. P., Haditono, S.R. (2006). Psikologi perkembangan: pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 119

Ristianti, A. (2008). Hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan identitas diri pada remaja di SMA Pusaka 1 Jakarta. [Online]. Jakarta: Universitas Gunadarma. Diambil dari http://www.gunadarma. ac.id/library/articles/graduate/.../artikel_10505010.pdf. Diakses pada tanggal 21 Desember 2014. Santrock, J.W. (2002). Life span development: perkembangan masa hidup (terjemahan). Jakarta: Erlangga. Santrock, J.W. (2003). Adolescence: perkembangan remaja. Jakarta: Erlangga. Santrock, J.W. (2007). Perkembangan remaja. Edisi 11, Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Sari, P.E. (2002). Penerimaan diri pada lansia usia ditinjauu dari kematangan emosi. Jurnal Psikologi No 2, 73-88. Yogyakarta: Universitas gadjah Mada. Wibowo, A. (2009). Penerimaan diri pada individu yang mengalami prekognisi. Jurnal Psikologi. Jakarta: Universitas Gunadarma 120