1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beribu pulau yang terletak di antara dua benua, yaitu Benua Asia dan Benua Australia serta dua samudera, yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Indonesia juga sering disebut negeri kaya sumber daya alam yang subur makmur, gemah ripah loh jinawi (Baiquni dan Susilawardani, 2002: 2). Kekayaan alam Indonesia, seperti pantai, gunung, sungai, laut termasuk flora dan fauna yang ada di dalamnya, merupakan sumberdaya potensial, yang apabila dikelola secara bijaksana akan memberikan dampak berganda, seperti memperluas kesempatan kerja, peningkatan pendapatan (devisa) dan pemerataan pembangunan antar wilayah (Damanik, 2013: 4). Sebagai negara kepulauan yang memiliki sumber daya alam yang melimpah dan beragam serta kebudayaan unik yang tersebar di seluruh pelosok nusantara, telah menjadi magnet yang mendatangkan wisatawan dari berbagai negara untuk berkunjung ke Indonesia. Dengan demikian, pemerintah ditantang untuk mengembangkan seluruh potensi sumberdaya yang dimilikinya, khususnya sumber daya pariwisata yang diyakni mampu untuk merevitalisasi ekonomi (Hanum, et al, 2013: 1) sekaligus dapat meningkatkan devisa bagi negara. Pemerintah mendorong para pemangku kepentingan di daerah agar mengembangkan sektor pariwisata dan membenahi infrastruktur yang dibutuhkan. Potensi sumber daya pariwisata harus dikelola dengan baik dan profesional, agar mendatangkan manfaat yang besar bagi peningkatan ekonomi masyarakat dan kemajuan pariwisata itu sendiri.
2 Pariwisata Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat dari tahun ke tahun, hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik ke berbagai daerah tujuan wisata di Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut, pemerintah mulai menggalakkan pembangunan pariwisata di daerah. Beberapa objek wisata baru bermunculan sebagai respon terhadap adanya permintaan pasar wisata. Pembangunan pariwisata dijadikan sebagai sebuah pendekatan pembangunan alternatif dengan tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan dan mengatasi pengangguran (UU No. 10 Tahun 2009). Pada era otonomi daerah, Pemerintah pusat telah menyerahkan sebagian kewenangannya kepada daerah, hal itu telah menjadi momentum bagi Pemerintah daerah untuk mengelola potensi sumberdaya yang dimilikinya. Dengan penyerahan kewenangan tersebut, maka Pemerintah daerah dapat mengembangkan potensi daerahnya serta mewujudkan pembangunan yang lebih baik, adil dan merata sampai ke seluruh pelosok, tanpa terkecuali sektor pariwisata ikut dikembangkan, sehingga dampaknya dapat dirasakan oleh masyarakat. Pembangunan dapat dikatakan berhasil apabila dalam pelaksanaannya mendapatkan dukungan dari masyarakat dan menghasilkan dampak positif bagi masyarakat itu sendiri. Begitu juga halnya dengan pembangunan pada sektor pariwisata, masyarakat akan memberikan dukungan yang besar jika hal itu memberikan manfaat bagi masyarakat. Selama ini pengembangan sektor pariwisata dilakukan oleh pemerintah tanpa melibatkan partisipasi masyarakat, sehingga pada akhirnya muncul berbagai penolakan dan protes sebagai akibat dari ketidakpuasan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah. Pengembangan pariwisata terkesan bahwa pemerintah mengeksploitasi
3 potensi yang dimiliki oleh masyarakat dengan berkedok ingin mensejahterakan masyarakat. Tujuan pembangunan pariwisata untuk mensejahterakan masyarakat semakin jauh dari harapan, bahkan posisi masyarakat semakin tidak berdaya karena tidak mendapatkan manfaat dari pembangunan pariwisata di daerahnya. Pada era reformasi saat ini terjadi perubahan masyarakat menuju suatu situasi yang lebih demokratis, dimana setiap proses pembangunan, masyarakat ikut terlibat secara aktif. Paradigma pembangunan pariwisata telah berubah kepada sistem yang dapat mengakomodasi semua kepentingan stakeholders (pemerintah, swasta dan masyarakat) pembangunan pariwisata, bahkan pendekatan pembangunan yang sedang populer di kalangan masyarakat saat ini, yakni pendekatan pembangunan pariwisata berbasis masyarakat sedang giatnya dilakukan di berbagai daerah. Pendekatan pembangunan pariwisata tersebut mengedepankan keterlibatan masyarakat lokal, sehingga posisi masyarakat amat penting sebagai pelaku dan terlibat sejak awal mulai dari perencanaan sampai pada tahapan pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi. Pemberdayaan masyarakat lokal telah menjadi salah satu kesepakatan dan komitmen yang harus diwujudkan untuk mendukung pengembangan pariwisata secara berkelanjutan. Dukungan dan partisipasi aktif masyarakat dalam mewujudkan pembangunan pariwisata sangat penting. Masyarakat bukan lagi sebagai objek pembangunan yang selalu menerima program pembangunan apa adanya dari atas (topdown planning) yang kadang-kadang tidak sesuai dengan harapan dan kebutuhan masyarakat. Akan tetapi masyarakat sebagai subjek, ikut dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan dari bawah (bottom-up planning) sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat itu sendiri, termasuk pembangunan dan pengembangan pariwisata.
4 Pendekatan pembangunan dengan melibatkan masyarakat merupakan langkah yang tepat, dimana masyarakat sebagai tuan rumah (host), ikut bertanggungjawab untuk menunjang keberhasilan program pembangunan pariwisata di wilayahnya. Pengembangan pariwisata harus direncanakan secara menyeluruh, sehingga dapat diperoleh manfaat yang optimal bagi masyarakat, baik dari segi ekonomi, sosial dan kultural (Sumardjan dan Spillane, 1987: 133 dalam Djafar, 2015: 38). Upaya Pemerintah daerah dalam mengembangkan pariwisata terus menerus dilakukan, agar pariwisata dapat didayagunakan sebagai salah satu andalan kegiatan perekonomian di daerah. Berkembangnya kegiatan pariwisata di daerah, akan memberikan pengaruh yang sangat besar dan sekaligus mendorong pembangunan sektor lain, khususnya dalam rangka membuka peluang kesempatan kerja dan peluang untuk berusaha bagi masyarakat. Kepulauan Mentawai merupakan salah satu kabupaten yang sedang memfokuskan pembangunan dan pengembangan pariwisata (Kompas, 22 April 2015). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS), Kepulauan Mentawai merupakan salah satu Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN) di Propinsi Sumatera Barat, yakni kawasan Siberut dan sekitarnya, kawasan Sipora, dan kawasan Pagai dan sekitarnya. Pulau Siberut dan sekitarnya juga termasuk salah satu Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (Sunaryo, 2013: 104 115). Berdasarkan hal tersebut Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai selalu berupaya untuk membangun dan mengembangkan pariwisatanya agar mampu bersaing dengan pariwisata daerah lain di lingkungan Provinsi Sumatera Barat.
5 Kenyataan bahwa, Kepulauan Mentawai masih tergolong sebagai daerah 3T (terpencil, tertinggal dan terluar). Namun demikian, sebagai daerah terluar di Provinsi Sumatera Barat, kepulauan ini kaya akan potensi sumber daya pariwisata, baik potensi wisata alam maupun budaya. Potensi sumberdaya yang dimiliki seluruhnya tersebar di seluruh kecamatan bahkan sampai ke pelosok desa terpencil yang sulit dijangkau. Potensi sumber daya pariwisata yang berada di daerah-daerah pedalaman masih belum dieksplorasi. Hal ini dikarenakan terbatasnya sarana dan prasarana, disamping medannya yang sangat sulit dan berbahaya. Perkembangan dan kemajuan pariwisata di kabupaten ini tampak jelas bahwa hal itu belum menyentuh dan dirasakan oleh seluruh masyarakat. Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai kini serius untuk mengembangkan pariwisata sebagai salah satu sektor andalan yang diyakini memiliki kemampuan untuk memperbaiki ekonomi sekaligus mendorong sektor lain untuk mendukung percepatan pembangunan di daerah tertinggal ini. Keseriusan Pemerintah daerah dalam mengembangkan sektor pariwisata tampak jelas dan tertuang di dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Strategis Dinas Kebudayaan Pariwisata, Pemuda dan Olahraga. Salah satu potensi wisata yang dikembangkan adalah Mapadegat. Mapadegat memiliki beragam potensi wisata yang bersumber dari alam dan budaya. Kawasan Mapadegat saat ini sering dikunjungi oleh wisatawan, terutama masyarakat lokal di lingkungan Kecamatan Sipora Utara maupun di luar Kecamatan Sipora Utara untuk rekreasi sambil menikmati pesona alamnya yang masih natural. Pemerintah daerah telah menetapkan Mapadegat sebagai kawasan wisata yang akan dikembangkan (Laporan Akhir Revisi RIPPDA, 2011) menjadi salah satu daerah
6 tujuan wisata, dengan mengupayakan peranserta/partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pemanfaatan lingkungannya. Pengembangan kawasan ini bertujuan untuk menggali potensi sumber daya alam dan perairan (darat dan laut) serta budaya. Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga sebagai institusi yang bertanggungjawab terhadap pengembangan pariwisata di Kabupaten Kepulauan Mentawai akan mengembangkan Mapadegat menjadi pariwisata berbasis masyarakat. Pengelolaan kawasan Mapadegat dilakukan dengan melibatkan masyarakat lokal dan difasilitasi serta diawasi oleh Pemerintah daerah. Dalam pengembangan kawasan wisata Mapadegat, Pemerintah daerah dan masyarakat lokal memberikan dukungan penuh dalam mewujudkan pengembangan pariwisata berbasis masyarakat. Dalam rangka percepatan pengembangan pariwisata Mapadegat, Pemerintah daerah menerbitkan Peraturan Bupati Kepulauan Mentawai Nomor 26 Tahun 2014 tentang Penetapan dan Pengelolaan Kawasan Pariwisata dan Surat Keputusan Bupati Kepulauan Mentawai Nomor 188.45-347 Tahun 2014 tentang Penetapan Mapadegat sebagai Kawasan Pariwisata. Dengan demikian, pengembangan pariwisata Mapadegat dapat terwujud dengan mempedomani peraturan yang ada. Dengan terbitnya peraturan tersebut, diharapkan pengembangan kawasan tersebut mampu diwujudkan sesuai dengan rencana yang telah disusun oleh Pemerintah daerah bersama masyarakat lokal. Tidak dapat dipungkiri bahwa pengembangan Mapadegat masih mengalami berbagai kendala yang disebabkan oleh belum dilakukannya identifikasi berbagai potensi pariwisata yang dimiliki, bahkan sampai saat ini belum ada rumusan strategi pengembangan yang sesuai. Kawasan wisata Mapadegat saat ini belum dilengkapi dengan sarana dan prasarana wisata yang memadai, fasilitas pendukung wisata hampir tidak ada bahkan sumber daya manusia yang profesional dan kelembagaan yang
7 mengelola potensi tersebut belum tersedia. Pemerintah daerah terus melakukan upaya agar kawasan Mapadegat menjadi salah satu tujuan wisata menarik, namun hal itu belum membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka perlu dilakukan identifikasi potensi daya tarik wisata dan melakukan penilaian terhadap potensi dan daya tarik tersebut guna memudahkan untuk merumuskan strategi pengembangan yang sesuai di masa yang akan datang. 1.2 Perumusan Masalah Pengembangan kawasan wisata Mapadegat menjadi sebuah kawasan pariwisata yang ideal dan memiliki daya tarik, harus dilakukan dengan cermat. Seluruh potensi daya tarik wisata yang ada, harus diidentifikasi guna mempermudah dalam merumuskan strategi pengembangannya yang sesuai. Kondisi terkini menunjukkan bahwa daya tarik wisata belum teridentifikasi dengan baik, bahkan potensi tersebut belum dikelola menjadi sebuah daya tarik, karena sarana dan prasarana pendukung wisata yang tersedia belum memadai. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka permasalahan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah. 1. Apa saja daya tarik wisata yang dimiliki oleh Mapadegat, di Desa Tuapejat, Kecamatan Sipora Utara, Kabupaten Kepulauan Mentawai? 2. Bagaimana strategi pengembangan daya tarik wisata Mapadegat berbasis masyarakat di Desa Tuapejat, Kecamatan Sipora Utara, Kabupaten Kepulauan Mentawai? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut.
8 1. Mendeskripsikan dan melakukan penilaian daya tarik wisata yang dimiliki oleh Mapadegat, di Desa Tuapejat, Kecamatan Sipora Utara, Kabupaten Kepulauan Mentawai. 2. Merumuskan strategi yang sesuai untuk mengembangkan daya tarik wisata Mapadegat berbasis masyarakat di Desa Tuapejat, Kecamatan Sipora Utara, Kabupaten Kepulauan Mentawai. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian mengenai pengembangan daya tarik wisata telah banyak dilakukan, tentunya dengan perspektif yang berbeda-beda. Penelitian mengenai strategi pengembangan daya tarik wisata berbasis masyarakat diharapkan dapat memberikan manfaat, di antaranya sebagai berikut. 1. Manfaat bagi peneliti, yaitu menambah wawasan dan ilmu pengetahuan di bidang pengembangan daya tarik wisata berbasis masyarakat. 2. Manfaat bagi pemerintah daerah dan masyarakat, yakni sebagai masukan guna mengambil kebijakan dalam mengembangkan daya tarik wisata yang berbasis masyarakat. Bagi masyarakat setempat, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan sekaligus acuan dalam mengembangkan daya tarik wisata Mapadegat berbasis masyarakat. 3. Manfaat bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data atau informasi awal guna melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan pengembangan daya tarik wisata, karena beberapa daya tarik wisata di Kepulauan Mentawai masih memerlukan kajian secara komprehensif dalam pengembangannya di masa yang akan datang.