BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kembang Telekan Kembang Telekan (Tagetes Erecta L) Nama daerah :tahi kotok (Sunda), kenikir (Jawa) Tanaman ini sering ditanam di halaman rumah dan taman-taman sebagaitanaman hias. Tanaman ini berasal dari daratan Meksiko. Saat ini penyebarannya sudah sangat luas, terutama didaerah daerah tropis dimana sinar matahari dapat diperoleh sepanjang tahun.tanaman ini tumbuh dengan tegak, mempunyai tinggi 60 70 cm, bercabang,dan berbau tidak sedap. Bunga berbentuk bonggol (flower head), yang dikelilingi daun majemuk yang berbagi menyirip dengan tiap-tiap anak daun berbentuk runcing dengan tepian bergerigi. Warna bunga kuning atau oranye, buah keras, bentuk garis, dan berwarna hitam.pada bunga tahi kotok, misalnya bau tak sedap yang muncul tidak disukai olehserangga (Syamsul dkk,2008:35). 2. Zat Warna Alam Zat warna alam untuk bahan tekstil pada umumnya diperoleh dari hasil ekstrak berbagai bagian tumbuhan seperti akar, kayu, daun, biji ataupun bunga. Pengrajin-pengrajin batik telah banyak mengenal tumbuhan-tumbuhan yang dapat mewarnai bahan tekstil beberapa diantaranya adalah : daun pohon nila (indofera), kulit pohon soga tingi (Ceriops candolleana arn), kayu tegeran (Cudraina javanensis), kunyit (Curcuma), teh (Tea), akar mengkudu (Morinda 8
9 citrifelia), kulit soga jambal(pelthophorum ferruginum), kesumba (Bixa orelana), daun jambu biji (Psidium guava). Bahan tekstil yang diwarnai dengan zat warna alam adalah bahan-bahan yang berasal dari serat alam contohnya sutera,wol dan kapas (katun). Bahan-bahan dari serat sintetis seperti polyester, nilon dan lainnya tidak memiliki daya tarik terhadap zat warna alam sehingga bahan-bahan ini sulit terwarnai dengan zat warna alam. Bahan dari sutera pada umumnya memiliki daya tarik paling bagus terhadap zat warna alam dibandingkan dengan bahan dari kapas.salah satu kendala pewarnaan tekstil menggunakan zat warna alam adalah ketersediaan variasi warnanya sangat terbatas dan ketersediaan bahannya yang tidak siap pakai sehingga diperlukan proses-proses khusus untuk dapat dijadikan larutan pewarna tekstil.oleh karena itu zat warna alam dianggap kurang praktis penggunaannya.namun dibalik kekurangannya tersebut zat warna alam memiliki potensi pasar yang tinggi sebagai komoditas unggulan produk Indonesia dalam memasuki pasar global dengan daya tarik pada karakteristik yang unik, etnik dan eksklusif. Sebagai upaya mengangkat kembali penggunaan zat warna alam untuk tekstil maka perlu dilakukan pengembangan zat warna alam dengan melakukan eksplorasi sumber- sumber zat warna alam dari potensi sumber daya alam Indonesia yang melimpah.eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui secara kualitatif warna yang dihasilkan oleh berbagai tanaman di sekitar kita untuk pencelupan tekstil. Pencelupan tekstil dapat semakin memperkaya jenis jenis tanaman sumber pewarna alam sehingga ketersediaan zat warna alam selalu terjaga dan variasi warna yang dihasilkan semakin beragam. Eksplorasi zat warna alam ini bisa
10 diawali dari memilih berbagai jenis tanaman yang ada di sekitar kita baik dari bagian daun, bunga, batang, kulit ataupun akar.sebagai indikasi awal, tanaman yang kita pilih sebagai bahan pembuat zat pewarna alam adalah bagian tanaman tanaman yang berwarna atau jika bagian tanaman itu digoreskan ke permukaan putih meninggalkan bekas atau goresan berwarna.pembuatan zat warna alam untuk pewarnaan bahan tekstil dapat dilakukan menggunakan teknologi dan peralatan sederhana. 1 3. Proses Batik Teknik membuat batik adalah proses-proses yang pekerjaan dari proses awal atau permulaan yaitu dari kain mori batik hingga menjadi kain batik. Pengerjaan dari kain mori batik menjadi kain batik dapat di bagi menjadi 2 bagian,yaitu: A. Persiapan, yaitu macam-macam pekerjaan pada kain mori sehingga menjadi kain yang siap untuk dibuat batik. Pekerjaan persiapan ini antara lain meliputi: 1. Nggirah (mencuci) atau Ngetel. 2. Nganji (mengkanji). 3. Ngemplong (seterika, kalander). B. Membuat batik, yaitu macam-macam pekerjaan dalam pembuatan batik yang sebenarnya dan pekerjaan ini meliputi 3 macam pekerjaan utama, yaitu: 1 batikyogya.workpress.com.
11 1. Pelekatan lilin batik pada kain untuk membuat motif batik yang dikehendaki. Pelekatan lilin batik ini ada beberapa cara, dengan ditulis dengan canting tulis, dengan dicapkan dengan canting cap atau dilukiskan dengan kuas atau jegul. Fungsi dari lilin batik ini adalah campuran dari unsur-unsur lilin batik, pada umumnya terdiri dari, gondorukem, mata kucing, paraffin, lemak atau minyak nabati dan kadang-kadang ditambah dengan lilin dari tawon atau dari lancing. 2. Pewarnaan batik, pekerjaan pewarnaan ini dapat berupa mencelup, dapat secara coletan atau lukisan. Pewarnaan dilakukan secara dingin (tanpa pemanasan) dan zat warna yang dipakai tidak hilang warnanya pada saat pengerjaan menghilangkan lilin atau tahan terhadap tutupan lilin. 3. Menghilangkan lilin,yaitu menghilangkan lilin batik yang telah melekat pada permukaan kain. Menghilangkan lilin batik ini berupa penghilangan sebagian pada tempat-tempat tertentu dengan cara ngerok (ngerik) atau menghilangkan lilin batik secara keseluruhan, dan pengerjaan ini disebut melorot atau nglorot. Tiga macam proses utama tersebut orang dapat membuat batik dengan beberapa macam cara pembuatan batik, yang disebut teknik pembuatan batik atau prosespembuatan batik (Sewan Susanto,1980:5)
12 B. Teori dan Kerangka Pikir Eksperimen yang dilakukan untuk mengetahui kandungan pigmen warna dalam tanaman bertujuan untuk memperkaya jenis zat warna alam yang kita miliki. Eksperimen dapat dimulai dari memilih jenis tanaman di lingkungan sekitar yang sekiranya belum dimanfaatkan untuk kepentingan yang lain (obat, tanaman hias dan lainnya). Potensi sumber daya alam lokaldi Indonesia yang melimpah merupakan faktor pendukung yang dapat dimanfaatkan. Produk tekstil dengan zat warna alam ini banyak diminati karena keunggulannya selain ramah lingkungan juga warna yang dihasilkan mempunyai ciri khas dan etnik sehingga memiliki nilai jual yang cukup tinggi. Produk tekstil dengan zat warna alam dapat dijadikan potensi unggulan produk daerah di pasar global. Untuk pengembangan zat warna alam perlu dilakukan melalui penelitianuntuk mendapatkan hasil yang semakin baik. 2 Penelitian ini menggunakan teori ekstraksi, pencelupan zat warna alam hingga proses fiksasiberdasarkan dari teori Hendri Suprapto, dkk (2000). Ekstraksi zat pewarna alam tersebut meliputi: 1. Proses Pengolahan Pembuatan larutan zat warna alam yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dapat dilakukan melalui sistem ekstraksi dan fermentasi, tergantung dari jenis tumbuh-tumbuhan, pada umumnya pengambilan zat warna melalui sistem ekstraksi. Ekstraksi paling sederhana dilakukan dengan merebus tumbuhtumbuhan tersebut dengan air hingga mendidih selama 45 menit -1 jam untuk mendapatkan larutan zat warna alam. Bagian yang dapat dimanfaatkan untuk 2 batikyogya.wordpress.com/noorfitrihana/lpm UNY/2008.
13 zat warna alam antara lain: batang, daun, buah, kulit buah, biji buah, bunga, dan kulit akar. 2. Ekstraksi warna dari tanaman bunga Tanaman bunga paling bagus ketika masih segar kemudian dalam keadaan segar inilah tanaman langsung di ekstraksi tanpa harus menunggu keesokan hari, dengan cara tanaman (bunga, batang, daun) dimasukkan setelah air mendidih kemudian tanaman dimasukkan dan di rebus selama 1 jam, warna akan terekstraksi secara maksimal. 3. Proses mordanting Mordanting adalah memasukkan unsur logam kedalam serat atau kain, sehingga unsur logam tersebut dapat bereaksi dengan coloring material yang ada ditumbuh-tumbuhan. Manfaat dari mordan adalah menghilangkan kotoran-kotoran yang terdapat pada kain yang menghalangi masuknya zat warna ke serat kain. Resep untuk mordan kain mori prima adalah sebagai berikut: Tawas Soda abu : 6g/ L : 2g/ L 4. Pencelupan Beberapa zat warna alam dapat digunakan secara baik untuk mewarnai serat-serat yang berasal dari binatang dan tumbuh-tumbuhan tanpa proses panas. Sebelum melalui proses pencelupan kain terlebih dahulu direndam dengan larutan TRO dan mordan selanjutnya kain direndam dalam larutan zat warna alam selama 10 menit selanjutnya ditiriskan dan diulangi kembali
14 beberapa kali. Menurut Dwi Suheryanto(2010:17-18) zat warna mordan terutama digunakan untuk mencelup serat protein (sutra dan wool) dan serat polyamida. Sering juga untuk mewarnai serat poliamida. Pencelupan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu: a. Cara mordan pendahuluan (pre-mordant) Bahan setelah dimordan kemudian dicuci bersih dan baru dicelup zat warna. Zat warna yang dapat dipergunakan zat warna dari hasil ekstraksi tumbuh-tumbuhan. b. Cara mordan simultan Pencelupan cara mordan simultan larutan celup terdiri dari zat warna dan zat-zat mordan. Proses pencelupan campuran dalam keadaan dingin tidak akan memberikan pigmen zat warna mordan. c. Cara mordan akhir (after mordant) Cara ini pada umumnya digunakan untuk warna-warna biru atau hitam. Keuntungan pencelupan dengan mordan akhir terletak pada pemakaian zat warna yang lebih sedikit, karena hampir semua zat warna yang terdapat dalam larutan celup terserap seluruhnya. 5. Fiksasi atau modifying dye colour Larutan fiksator merupakan suatu zat yang dipergunakan dalam proses pencelupan agar warna yang terserap kedalam kain lebih kuat. Tujuan dari fiksasi adalah agar zat warna yang digunakan untuk mencelup memiliki ketahanan luntur warna yang baik. Larutan fiksasi yang sering digunakan adalah tawas, kapur, tunjung. Tawas akan menghasilkan warna muda sesuai
15 dengan warna aslinya, kapur arah warna yang dihasilkan kearah warna sedang atau arah kecoklatan. Sedangan tunjung menghasilkan warna yang lebih tua atau kehitam-hitaman. Resep untuk fiksasi adalah sebagai berikut: - Tawas : 50 gram/liter - Kapur : 50 gram/liter - Tunjung : 50 gram/liter Kerangka pikir menjadi gambaran arah penelitian yang akan dilakukan sehingga penelitian yang dilakukan tersusun dengan baik. Pemanfaatan tanaman kembang telekan sebagai pewarna alam batik menjadi awal mula latar belakang masalah penelitian ini. Adanya kandungan tanin dalam kembang telekan dapat berpotensi sebagai zat pewarna alam. Tanin adalah suatu senyawa polifenol yang berasal dari tumbuhan, mempunyai rasa pahit dan kelat, yang bereaksi dengan menggumpalkan proteinatau berbagai senyawa organik lainnya. Senyawa ini berperan penting untuk melindungi tumbuhan dari pemangsaan oleh herbivora dan hama, serta dalam pengaturan pertumbuhan. Ekstraksi merupakan cara yang paling sederhana dari proses pengambilan zat warna alam pada tumbuhan. Penelitian ini difokuskan pada pengaruh jumlah pencelupan dan material fiksasi untuk mengetahui warna dan ketahanan warna pada tiap-tiap pencelupan dan material fiksasi yang paling baik untuk digunakan. Variabel utama terdiri dari tanaman kembang telekan, kain mori prima dan proses batik, serta waktu pencelupan, sedangkan variabel kontrolnya menggunakan jumlah pencelupan dan jenis fiksasi. Variabel kontrol merupakan variabel yang dikendalikan atau dibuat
16 konstan sehingga pengaruh variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti (Sugiyono,2013:41). Penelitian ini dilakukan untuk bisa mengetahui bagaimana warna yang muncul dari zat warna alam kembang telekan. Objek yang dipilih adalah tanaman kembang telekan yang diolah sebagai ekstrak dan belum pernah dikembangkan oleh peneliti pewarna alam khususnya pada tekstil. Penelitian ini dimulai dari membeli tanaman tersebut pada penjual bunga yang berlokasi di Pasar Gede, Surakarta, Jawa Tengah dan mencari pelaku usaha merangkai bunga disekitar kota Surakarta. Proses selanjutnya mencari tanaman tersebut, dimana tanaman itu tumbuh kemudian mengamati hingga mempelajari bagaimana tanaman tersebut bias tumbuh. Proses ini dimulai dengan mengambil tanaman tersebut yang nantinya akan diproses sebagai ekstrak tanaman untuk pewarnaan pada tekstil. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kain mori prima. Jenis kain ini sering digunakan oleh pelaku usaha batik berdasarkan survei yang dilakukan di beberapa industri batik. Diantaranya survei dilakukan di rumah Bapak Akrom di kampung batik Laweyan, Surakarta sebagai pelaku usaha batik zat warna alam yang masih bertahan di kampung tersebut.survei juga dilakukan di rumah Batik Puspa Indah dan rumah Bapak Rusyadi yang masih satu lokasi di kampung batik Laweyan. Survei selanjutnya dilakukan di rumah Batik Heru yang berlokasi di kampung Bratan, Surakarta. Dari hasil survei tersebutpelaku usaha batik menggunakan kain mori prima dengan mempertimbangkan baik dari segi proses dengan menggunakan zat warna alam yang memakan waktu dan nilai jual.berdasarkan hasil data yang diperoleh maka
17 penelitian ini dapat digambarkan kedalam kerangka pikir.hal ini dijelaskan pada gambar berikut: Variabel utama: ekstraksi tanaman kembang telekan Variabel utama: kain mori prima Variabel kontrol: jumlah pencelupan 5x, 10x, 15x Variabel utama: proses batik cap dengan 2x lorot Variabel kontrol fiksasi: 1. Tawas 2. Kapur 3. Tunjung Uji ketahanan luntur warna terhadap pencucian dan gosokan Evaluasi hasil akhir membandingkan contoh uji sebelum dan sesudah dilorot Gambar 1. Skema kerangka pikir.
18 C. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian dimana rumusan masalah telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2013:64). Penelitian yang telah dilakukan oleh Balai Besar Kerajinan dan Batik menyatakan bahwa dengan beberapa kali pencelupan akan menghasilkan warna yang berbeda dari muda hingga tua, sehingga semakin banyak pencelupan maka akan semakin pekat warnanya. Sedangkan jenis fiksator menggunakan tawas, kapur, tunjung. Proses fiksasi bertujuan untuk mengetahui warna yang akan muncul pada tiap-tiap fiksator. Tawas akan menghasilkan arah warna muda sesuai warna aslinya, kapur arah warnanya sedang atau kecoklatan, dan tunjung akan menghasilkan warna yang lebih tua atau kehitam-hitaman. Adanya kandungan tanin dalam tanaman kembang telekan yang membawa zat warna coklat sehingga berpotensi sebagai zat warna alam. Maka dalam penelitian ini dapat ditentukan hipotesis penelitiannya adalah sebagai berikut: 1. Semakin banyak jumlah pencelupan maka warna yang dihasilkan semakin tua. 2. Dengan menggunakan fiksasi tawasakan menghasilkan warna kuning muda sesuai dengan warna aslinya tetapi lebih terlihat warna kuningnya, kapur akan menghasilkan warna coklat tetapi lebih terlihat muda dan tunjung akan menghasilkan warna hijau tua. 3. Terdapat pengaruh jumlah pencelupan dan material fiksasi terhadap nilai ketahanan luntur warna terhadap uji gosok dan pencucian.