BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 140, 2015 BNP2TKI. Bantuan Tanggap Darurat. TKI Bermasalah. Pemberian. Petunjuk Teknis. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN TANGGAP DARURAT BAGI TENAGA KERJA INDONESIA BERMASALAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan perlindungan kepada calon tenaga kerja Indonesia / tenaga kerja Indonesia, Pemerintah c.q Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia perlu memberikan bantuan tanggap darurat kepada tenaga kerja Indonesia yang bermasalah secara selektif dengan kriteria yang jelas; b. bahwa untuk itu diperlukan petunjuk teknis sebagai acuan/pedoman dalam pelaksanaan pemberian bantuan tanggap darurat bagi tenaga kerja Indonesia yang bermasalah; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu ditetapkan Peraturan Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia tentang Petunjuk Teknis Pemberian
2 Bantuan Tanggap Darurat Bagi Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4445); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5388); 4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2006 tentang Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia; 5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.07/MEN/V/2010 tentang Asuransi Tenaga Kerja Indonesia jo Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 1 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.07/MEN/V/2010 Tentang Asuransi Tenaga Kerja Indonesia; 6. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 22 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri; 7. Peraturan Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Nomor PER. 13/KA/VII/2012 tentang Standar Pelayanan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia; 8. Peraturan Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Nomor PER.01/KA/I/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia;
3 Menetapkan MEMUTUSKAN: : PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENEMPATAN DANPERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN TANGGAP DARURAT BAGI TENAGA KERJA INDONESIA BERMASALAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal1 Dalam Peraturan Kepala BNP2TKI ini yang dimaksud dengan: 1. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disingkat BNP2TKI adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang bertanggung jawab kepada Presiden sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 2004 dan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2006. 2. Bantuan tanggap darurat adalah bantuan berupa uang yang diberikan oleh BNP2TKI kepada TKI bermasalah/keluarga/ahli warisnya untuk keperluan penanganan TKI bermasalah dan kejadian-kejadian yang bersifat force majeure/keadaan mendesak. 3. TKI bermasalah adalah TKI yang mengalami permasalahan atau musibah yang terjadi baik di dalam maupun di luar negeri. 4. Keluarga TKI bermasalah adalah orang tua atau wali, anak, suami atau istri dari TKI yang bermasalah yang dibuktikan dengan surat keterangan yang sah. 5. Ahli waris adalah para keluarga sedarah baik secara sah maupun diluar kawintermasuk istri atau suami. BAB II RUANG LINGKUP Pasal 2 (1) TKI bermasalah yang mendapatkan bantuan tanggap darurat terdiri dari: a. TKI prosedural; b. TKI non prosedural. (2) TKI bermasalah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. TKI sakit dan masih memerlukan perawatan lanjutan; b. TKI yang pulang karena mengalami tindak kekerasan, penyiksaan, penipuan, dll;
4 c. TKI yang tidak mendapatkan hak-hak ketenagakerjaannya setelah melalui proses upaya pengurusannya baik di dalam maupun di luar negeri (gaji, upah lembur); d. TKI yang meninggal dunia; e. TKI yang tidak mendapatkan santunan asuransi atau santunan asuransi tidak mencukupi (asuransi sudah kadaluarsa, klaim ditolak); f. TKI yang dipulangkan karena negara penempatan dalam keadaan perang, bencana alam dan terjangkit wabah penyakit; g. TKI yang menghadapi permasalahan hukum di luar negeri, untuk keperluan pembuatan dokumen dan perjalanan TKI dan/atau keluarganya dalam rangka penyelesaian permasalahan hukumnya; h. biaya pemulangan calon TKI ke daerah asal/domisili yang gagal berangkat; i. TKI yang mengalami deportasi; j. TKI yang atas kebijakan Kepala BNP2TKI perlu diberi bantuan tanggap darurat. BAB III PERUNTUKAN BANTUAN TANGGAP DARURAT Pasal 3 (1) Bagi TKI bermasalah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d diberikan bantuan tanggap darurat apabila klaim asuransi TKI tidak mencukupi atau TKI yang bersangkutan tidak diasuransikan. (2) Bagi TKI bermasalah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf f diberikan bantuan tanggap darurat setelah berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri dan/atau Perwakilan RI untuk mengetahui besarnya bantuan tanggap darurat yang akan diberikan. (3) Bagi TKI bermasalah yang menghadapi permasalahan hukum diluar negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf g, bantuan tanggap darurat yang diberikan adalah: a. biaya pembuatan dokumen dan perjalanan untuk TKI, suami/istri, orangtua; b. biaya pembuatan dokumen dan perjalanan untuk saksi; c. biaya lain-lain dalam rangka penyelesaian masalah hukum. (4) Bantuan tanggap darurat untuk Calon TKI gagal berangkat bukan karena kesalahan Calon TKI yang bersangkutan sebagaimana
5 dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf h diberikan dengan memperhatikan penyebab gagalnya keberangkatan Calon TKI misalnya: a. adanya kebijakan Pemerintah; b. PPTKIS bermasalah. (5) Biaya perjalanan TKI dan/atau keluarga TKI sebagai saksi terkait penyelesaian masalah hukum di luar negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf h diberikan maksimal bagi 2 (dua) orang saksi. (6) Biaya pemulangan calon TKI ke daerah asal/domisili bagi Calon TKI yang gagal berangkat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf i diberikan melalui bantuan tanggap darurat apabila tidak dibayar oleh asuransi TKI atau calon TKI yang bersangkutan tidak diasuransikan (pra penempatan). Pasal 4 Pihak-pihak yang dapat mengajukan bantuan tanggap darurat: a. TKI; b. keluarga TKI; c. ahli waris TKI; d. penerima Kuasa TKI; e. Dinas Tenaga Kerja daerah asal/domisili TKI; f. BP3TKI/LP3TKI/P4TKI/UPTP3TKI. BAB IV PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN TANGGAP DARURAT Pasal 5 (1) Untuk mendapatkan bantuan tanggap darurat, TKI/keluarga TKI/ahliwaris TKI/penerima kuasa TKI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d, mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala BNP2TKI melalui BP3TKI/LP3TKI/P4TKI/UPTP3TKI atau Dinas Tenaga Kerja daerah asal/domisili TKI. (2) BP3TKI/LP3TKI/P4TKI/UPTP3TKI atau Dinas Tenaga Kerja daerah asal/domisili TKI melakukan verifikasi dokumen dan kondisi riil dilapangan untuk memastikan layak atau tidaknya menerima bantuan tanggap darurat. (3) BP3TKI/LP3TKI/P4TKI/UPTP3TKI atau Dinas Tenaga Kerja daerah
6 asal/domisili TKI dapat menolak permohonan apabila dianggap tidak layak menerima bantuan tanggap darurat. Pasal 6 BP3TKI/LP3TKI/P4TKI/UPTP3TKI atau Dinas Tenaga Kerja daerah asal/domisili TKI dapat mengajukan permohonan bantuan tanggap darurat bagi TKI bermasalah di wilayah kerjanya yang dinilai layak mendapatkan bantuan tanggap darurat. Pasal 7 (1) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 6 harus melampirkan persyaratan sebagai berikut: a. KTKLN atau dokumen lain sebagai identitas yang sah (Paspor/SPLP); b. Kronologis permasalahan yang dialami TKI; c. foto copy Kartu Keluarga (KK) yang dilegalisir oleh Kepala Desa/ Lurah/ Camat; d. foto copy surat nikah yang dilegalisir olehpejabat yang berwenang (bagi TKI yang berstatus menikah). (2) Selain dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga harus melampirkan dokumen sebagai berikut: a. bagi TKI yang sakit dan memerlukan perawatan lanjutan harus melampirkan: 1) asli surat keterangan sakit atau rekam medis dari Rumah Sakit atau surat keterangan dari Perwakilan RI; 2) asli kwitansi biaya perawatan dari Rumah Sakit. b. bagi TKI yang meninggal dunia, ahli waris TKI harus melampirkan: 1) asli surat keterangan ahli waris yang dilegalisir Pejabat berwenang setempat; 2) surat kematian dari Kepala Desa/Lurah/Camat. Pasal 8 Tata cara pemberian bantuan tanggap darurat dilakukan sebagai berikut: a. bantuan tanggap darurat diserahkan langsung kepada TKI atau keluarga atau ahli waris dan dapat dilakukan di kantor BNP2TKI atau BP3TKI atau UPTP3TKI atau LP3TKI atau P4TKI maupun di kantor Dinas Tenaga kerja Provinsi Kab/Kota daerah asal/domisili TKI; b. bantuan tanggap darurat diserahkan oleh Kepala BNP2TKI atau Kepala BP3TKI secara langsung kepada TKI/keluarga TKI/ahli waris
7 TKI yang dibuktikan dengan Kwitansi bermaterai cukup; c. penyerahan bantuan sebagaimana dimaksud pada huruf b disertai dengan Berita Acara Serah Terima sesuai format dalam Lampiran I; d. dalam hal sumber anggaran bantuan tanggap darurat berasal dari DIPA Unit Kerja BP3TKI, maka seluruh proses permohonan hingga penyerahan bantuan merupakan tanggung jawab BP3TKI yang bersangkutan dan sesuai dengan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7. Pasal 9 Besarnya bantuan tanggap darurat diberikan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh TKI yang bersangkutan sebagaimana tercantum dalam Lampiran II. BAB V PENUTUP Pasal 10 Peraturan Kepala BNP2TKI ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Kepala BNP2TKI ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 22 Januari 2015 KEPALA BADAN NASIONAL PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA, NUSRON WAHID Diundangkan di Jakarta pada tanggal 29 Januari 2015 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, YASONNA H. LAOLY
8
9