BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan merupakan elemen penting bagi makhluk hidup, sebagai sumber asupan nutrisi dan zat gizi yang dibutuhkan untuk tumbuh dan berkembang. Makanan mengandung senyawa penting yang dibutuhkan oleh tubuh seperti karbohidrat, mineral, protein, vitamin dan air (Khomsan & Anwar, 2008). Senyawa tersebut memiliki fungsi dan mekanisme kerja berbeda di dalam tubuh. Karbohidrat merupakan makanan primer yang paling penting sebagai sumber energi manusia, selain lemak dan protein. Karbohidrat adalah makanan yang sering disebut juga zat pati yang terkandung dalam beras, ubi, jagung, kentang, gandum dan sagu (Marshall, 2006). Semua sumber karbohidrat tersebut ketika dikonsumsi oleh manusia akan berupa polisakarida yang jika dihidrolisis oleh enzim pencernaan akan menghasilkan glukosa. Disamping menghasilkan glukosa, ada pula yang disebut dengan laktosa yang banyak terkandung di dalam susu yang digunakan sebagai makanan bayi. (Panil Z, 2008) Karbohidrat mengalami proses metabolisme secara mekanik maupun kimiawi, di dalam mulut, pencernaan karbohidrat mengalami proses biokimia hidrolisis dengan bantuan biokatalis enzim amilase. Karbohidrat dapat dihidolisis menggunakan asam klorida yang prosesnya lebih lambat. Proses hidrolisis yang menggunakan enzim amilase akan menghasilkan maltosa,sedangkan yang di hidrolisis menggunakan asam akan menghasilkan glukosa. Pencernaan 1
2 karbohidrat di dalam usus dicerna dalam bentuk monosakarida. Monosakarida yang paling banyak dicerna dan digunakan oleh tubuh adalah glukosa, yang bersumber dari beras, ubi, jagung, kentang, gandum dan sagu banyak mengandung zat pati berupa glukagon. (Marks D, Marks S, & Smith, 2000) Tubuh setelah mengkonsumsi makanan, dalam keadaan normal kadar glukosa darah akan meningkat sementara, dan setelah 2 jam maka kadar glukosa darah akan turun kembali akibat glukosa masuk kedalam sel. Glukosa didalam sel akan diubah menjadi glikogen yang akan digunakan tubuh sebagai cadangan energi pertama (Gul, 2007). Keadaan gizi yang baik, glukosa juga dapat disimpan oleh tubuh dalam bentuk lemak dan protein yang jika tubuh dalam keadaan lapar, simpanan atau cadangan energi ini dapat di gunakan (Panil Z, 2008). Glukosa merupakan zat terpenting dalam pembentukan energi dalam rangka memenuhi kebutuhan aktifitas makhluk hidup. Hormon yang mempengaruhi kadar glukosa darah,yaitu insulin dan glukagon, dan kedua hormon ini berasal dari pankreas ( Joshi, Parikh, & Dash, 2007). Hormon insulin diperlukan untuk permeabilitas membran sel terhadap gukosa darah dan untuk transportasi glukosa ke dalam sel (Hatono, 2006). Glukosa tidak dapat memasuki sel tanpa adanya hormon insulin, dan ketika glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel maka proses metabolisme dalam sel tidak akan terjadi (Marks D, Marks S, & Smith, 2000). Metabolisme sel yang tidak terjadi akan menyebabkan gangguan aktifitas fungsi sel serta gangguan degeneratif sel maupun jaringan. Hormon glukagon bekerja menstimulasi glikogenolisis atau proses pengubahan glikogen cadangan menjadi glukosa dalam hati (Sulistyoningrum, 2010)
3 Keadaan tubuh dimana terjadi peningkatan kadar glukosa darah disebut Hiperglikemia, yang dapat dikarenakan oleh asupan nutrisi khususnya karbohidrat yang berlebih atau dikarenakan hormon insulin yang beredar tidak mencukupi; kondisi seperti ini secara medis disebut dengan Diabetes Mellitus. Nilai gula darah puasa > 125mg/dl biasanya dapat diindikasikan bahwa orang tersebut telah mengalami Diabetes. (Kee & LeFever, 2007) Diabetes melitus termasuk kedalam penyakit metabolik seumur hidup dan jika tidak terkelola dengan baik maka akan dapat mengakibatkan penyakit lain yang sifatnya menahun, seperti penyakit serebro vaskuler, penyakit jantung koroner, penyakit kaki diabetik, penyakit mata, kerusakan ginjal sampai penyakit syaraf. Menurut WHO setidaknya 171 juta orang (2,8 % dari populasi dunia) menderita diabetes pada tahun 2000an. Jumlah ini diperkirakan akan terus berlipat ganda pada tahun 2030 (Wild S,et.al, 2004). Hasil studi WHO bahwa 70% penderita diabetes di dunia berasal dari negara berkembang (Mohamadshahi M,et.al, 2014). Hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) oleh Kemenkes RI tahun 2013 menyatakan bahwa prevalensi diabetes di Indonesia mencapai 1,5 % beradasarkan akumulasi prosentase dari tiap- tiap kelompok umur yang diteliti. Hasil riset tersebut juga menyebutkan bahwa prevalensi diabetes melitus meningkat sesuai dengan bertambahnya kelompok usia (Trihono, 2013) Perawatan dan pengobatan hiperglikemia kronik sifatnya adalah menahun dan seumur hidup. Pengobatan hiperglikemia kronik seperti penggunaan insulin dan obat antidiabetes oral harganya relatif lebih mahal karena penggunaannya dalam jangka waktu lama dan dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan (Dalimartha & Adrian, 2012). Obat- obatan pada pasien
4 hiperglikemi kronik antara lain seperti Metformin. Metformin merupakan obat lini pertama yang direkomendasikan oleh ADA-EASD (2008) pada pasien DM. Metformin memiliki efek negatif terhadap gastrointestinal seperti anoreksia, mual dan perasaan tidak nyaman. Angka kejadian efek dari penggunaan obat metformin terjadi pada hampir 30% pasien diabetes mellitus(kurniawan, 2009). Obat golongan Sulfonilurea seperti Glibenclamide, Glimepiride, Glipizide dan lain- lain yang merupakan obat untuk meningkatkan sekresi insulin memiliki efek samping yaitu kegagalan hati dan ginjal (Lee, 2009). Oleh karena itu, perlu dicari obat yang efektif, efek samping yang relatif rendah dan obat dengan harga yang murah dan alami. Salah satu bahan makanan alami yang dapat dijadikan sebagai alternatif pengobatan atau nutrisi bagi penderita hiperglikemia adalah menggunakan yoghurt. Menurut Naydenovi.K,et al (2012) yoghurt adalah makanan fungsional yang dimungkinkan mampu bekerja sebagai antidiabetes dan antioksidan. Potensi yoghurt dalam menurunkan kadar glukosa darah berhubungan dengan kemampuan bakteri asam laktat dalam yoghurt menurunkan kadar kolesterol dan plasma lipid, sehingga meningkatkan sensitivitas insulin pankreas.( Shi Lye,et al, 2009). Resistensi atau berkurangnya sekresi insulin dalam darah disebabkan oleh akumulasi lemak, kadar kolesterol tinggi dan hipertensi (Sulistyoningrum, 2010). Yoghurt adalah produk olahan makanan berbahan dasar susu segar yang di fermentasikan oleh kultur bakteri. Kultur bakteri yang sering digunakan untuk memfermentasikan yoghurt adalah bakteri golongan Lactobacillus bulgaricus dan Streptococus thermophilus. Yoghurt adalah salah satu produk probiotik. Probiotik adalah organisme hidup yang mampu memberikan efek menguntungkan bagi
5 kesehatan apabila dikonsumsi dalam jumlah yang cukup (Muhammadshahi,et al, 2014). Yoghurt tersebut dapat dibuat menggunakan susu sapi maupun dengan susu kambing. Susu kambing memiliki nilai gizi yang unggul daripada susu sapi. Lemak dan protein susu kambing lebih mudah diserap oleh tubuh, selain itu kandungan B1 pada susu kambing jauh lebih tinggi dibandingkan pada susu sapi (Effendi,Hartini & Lusiastuti, 2009). Pemanfaatan yoghurt dengan bahan baku susu sapi sudah sangat umum diketahui, sementara pemanfaatan yoghurt dengan bahan baku susu kambing belum banyak diketahui dampak terhadap kesehatan. Susu kambing dipilih karena memiliki kandungan laktosa yang rendah dan tidak mengandung senyawa beta-lactoglobulin sehingga tidak menimbulkan alergi. Selain itu susu kambing memiliki kandungan protein lebih tinggi dari susu sapi, sehingga sangat baik untuk pertumbuhan dan pembentukan jaringan tubuh (Yunus, 2012).Hal inilah yang menimbulkan ketertarikan peneliti untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan yoghurt susu kambing terhadap glukosa darah pada tikus putih jantan. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka masalah yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah apakah yoghurt susu kambing dengan starter yang berbeda efektiv terhadap kadar glukosa darah pada tikus putih jantan.
6 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk membuktikan efektivitas yoghurt susu kambing dengan starter yang berbeda terhadap kadar glukosa darah pada tikus putih jantan 1.3.2 Tujuan Khusus 1) Mengetahui efektifitas pemberian yoghurt susu kambing berbagai starter terhadap kadar glukosa darah pada tikus putih jantan (Ratus novergicus strain wistar). 2) Membandingkan pemberian yoghurt susu kambing berbagai starter terhadap penurunan kadar glukosa darah pada tikus putih jantan (Ratus novergicus strain wistar). 3) Menganalisis yoghurt susu kambing berbagai starter yang paling efektif terhadap penurunan kadar glukosa darah pada tikus putih jantan (Ratus novergicus strain wistar). 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Masyarakat Secara aplikatif penelitian ini ingin memberikan informasi pada masyarakat bahwa yoghurt susu kambing memiliki pengaruh terhadap kesehatan khususnya penurunan kadar glukosa darah.
7 1.4.2 Manfaat Akademis 1. Menambah wawasan dan khasanah ilmu pengetahuan kesehatan. 2. Sebagai masukan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut mengenai yoghurt susu kambing terhadap kesehatan masyarakat. 1.4.3 Manfaat Klinis Untuk mengetahui bahwa yoghurt susu kambing berpengaruh terhadap kesehatan khususnya terhadap kadar glukosa darah. 1.5 Keaslian Penelitian 1. Penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan Pemanfaatan Yoghurt Susu Kambing Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Tikus Putih Jantan adalah penelitian Muhamadshahi, et al tahun 2014 dengan judul penelitian Effects of Probiotic Yogurt Consumption on Inflammatory Biomarkers in Patients With Type 2 Diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efek dari probiotik dan yoghurt konvensional terhadap penanda inflamasi pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2. Sampel dalam penelitian ini empat puluh empat pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 yang diambil secara acak. Metode dalam penelitian adalah double blind controlled clinal trial, dimana partisipan dibagi menjadi 2 grup yaitu grup kontrol dan grup intervensi. Kadar glukosa darah, HBA1c, IL-6, TNF- a dan hs CRP semua partisipan akan dievaluasi pada awal dan akhir penelitian yang kemudian akan di analisis. Hasil dari penelitian ini adalah untuk indeks antropometri dan asupan makanan tidak ada perbedaan yang signifikan. Kelompok intervensi yang mengkonsumsi yoghurt mengalami penurunan dalam HbA1c dan TNF-a yang signifikan.
8 Perbedaan penelitian ini dari penelitian sebelumnya adalah dalam penelitian penulis, akan meneliti tentang Pemanfaatan Yoghurt Susu Kambing Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Tikus Putih Jantan. Penelitian penulis menggunakan yoghurt dari bahan baku susu kambing dengan berbagai macam starter dan menggunakan sampel 24 hewan coba yaitu tikus putih jantan bangsa strain wistar. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan menggunakan metode Post Test Control Group Design. Hewan coba akan di bagi menjadi 4 kelompok secara acak kemudian akan diberikan yoghurt susu kambing dengan starter yang berbeda disetiap kelompok selama 30 hari penelitian. Pada hari ke -30 hewan coba akan dibedah yang kemudian akan diambil darahnya untuk diukur kadar glukosa darahnya. 2. Penelitian yang dilkukan oleh Pasaribu, Sitorus dan Bahri, tahun 2012 dengan judul Uji Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah. Tujuan dari penilitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik simplisia kulit buah manggis, skrining fitokimia dan efek ekstrak etanol kulit buah manggis terhadap penurunan kadar glukosa darah. Metode penelitian ini adalah menggunakan metode toleransi glukosa dengan menggunakan sampel hewan coba mencit sejumlah 30 yang terbagi secara acak menjadi 5 kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 6 mencit. Hewan coba akan mendapat intervensi yang berbeda di setiap kelomoknya yaitu pemberian ekstrak kulit mangis dengan dosis berbeda yaitu 50, 100, 200, mg/kg BB. Kelompok selanjutnya diberi suspensi Na-CMC 0,5% dan kelompok terakhir diberi glibenklamid dosis 0,65mg/kg BB. Hasil dari penelitian ini adalah ekstrak etanol kulit manggis dosis 50, 100, 20 mg/kg BB memberikan penurunan yang signifikan di banding kelompok CMC 0,5% dan
9 tidak berbeda dengan kelompok yang diberi glibenklamid dosis 0,65 mg/kg BB. Ekstrak etanol kulit manggis dosis 100 mg/kg BB memberikan hasil terbaik di bandingkan dengan dosis 50 mg/kg BB dan dosis 200 mg/kg BB. Perbedaan penelitian ini dari penelitian sebelumnya adalah dalam penelitian penulis, akan meneliti tentang Pemanfaatan Yoghurt Susu Kambing Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Tikus Putih Jantan. Penelitian penulis menggunakan yoghurt dari bahan baku susu kambing dengan berbagai macam starter dan menggunakan sampel 24 hewan coba yaitu tikus putih jantan bangsa strain wistar. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental dengan menggunakan metode Post Test Control Group Design. Hewan coba akan di bagi menjadi 4 kelompok secara acak kemudian akan diberikan yoghurt susu kambing dengan starter yang berbeda disetiap kelompok selama 30 hari penelitian. Pada hari ke -30 hewan coba akan dibedah yang kemudian akan diambil darahnya untuk diukur kadar glukosa darahnya.