BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. mamutar dana masyarakat sehingga perekonomian terus berkembang. Dana. jenis-jenis lembaga keuangan bukan bank yaitu koperasi.

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. bank-bank konvensional yang membuka sistem baru dengan membuka bank. berpengaruh dalam kegiatan ekonomi di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Bank maupun Lembaga Keuangan Non Bank. jelas. Sistem operasionalnya menggunakan syariah islam,hanya produk dan

BAB II GAMBARAN UMUM BMT SYARIAH TAMBANG KABUPATEN KAMPAR. A. Sejarah singkat BMT Syariah Tambang Kabupaten Kampar

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB II LANDASAN TEORI. mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, (diakses pada 15 November 2015). 3

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. dua istilah, yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Secara harfiah baitul maal

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi. yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. atau badan badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, tidak terlepas dari peran lembagalembaga

BAB 1 PENDAHULUAN. hlm.15. Press, 2008,hlm. 61

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pres, cet-ke 1, 2004, h Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil, Yogyakarta: UII

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Lembaga keuangan perbankan syariah merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. sangat menarik untuk disimak, terlebih dengan adanya globalisasi dalam bidang

PENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/IV/KUKM/IX/2004. tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia yang berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan permodalan tidak mudah diperoleh. 1. Mudharabah BMT Bina Umat Sejahtera Semarang (Universitas Negeri Semarang, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. Subagyo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta, 2002, hlm. 127.

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia Bandung, Bandung, 2013, hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah salah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

terdiri dari dua istilah, yaitu:baitul maal dan baitul tamwil. Baitul mal lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Lembaga keuangan Mikro Syariah BMT mempunyai dua sisi. membawa misi sosial pada masyarakat, keberadaan BMT ditengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu. Namun prinsip-prinsip pertukaran barang dan pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. yang hanya mengejar target pendapatan masing-masing, sehingga tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. misal; asuransi syari ah, pegadaian syariah, reksadana syari ah, pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wa Tamwil (BMT) yang merupakan jasa keuangan syariah yang

BAB I PENDAHULUAN. 2004, h Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonosia, 2003, h 96.

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Lembaga keuangan tersebut diharapkan bisa menyokong seluruh bagian

BAB I PENDAHULUAN. pula kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan pendanaan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. dengan pimpinan puncak suatu organisasi. Masing masing sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

PERANAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) AHMAD DAHLAN CAWAS DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA KECIL DI KECAMATAN CAWAS

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275).

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut

BAB III GAMBARAN UMUM BMT AT-TAQWA MUHAMMADIYAH CABANG SITEBA. A. Sejarah Berdirinya BMT At-taqwa Muhammadiyah Cabang Siteba

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang telah berkembang pesat dalam perekonomian dunia maupun di

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian rakyat yang berdasarkan kekeluargaan dan kegotongroyongan.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Di Indonesia sendiri perbankan syariah menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang membutuhkan modal yang besar tidak mungkin dipenuhi tanpa bantuan

BAB I PENDAHULUAN. memilih perbankan yang sesuai dengan kebutuhan, baik perseorangan maupun

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadikan manusia dengan berbagai naluri, di antaranya naluri hidup

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB I PENDAHULUAN. perbankan syariah adalah Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). Dimana baitul

This document was created by Unregistered Version of Word to PDF Converter BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh banyaknya perusahaan-perusahaan yang bermunculan yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan permasalahan dan kehidupan dunia yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. syari ah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar

BAB I PENDAHULUAN. dengan aktifitas lembaga keuangan secara halal. kemanfaatan yang sesuai dengan prinsip syari ah 1. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. lalu di Indonesia dengan konsep perbankan, baik yang berbentuk konvensional

BAB I PENDAHULUAN. sampai pengambilan keputusan strategi yang sesuai dengan visi misi

sebagai anggota dengan bekerjasama secara kekeluargaan. Koperasi di Indonesia berlandaskan pancasila dan undang-undang dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. of founds) dengan pihak yang mengalami kekurangan dana. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III DESKRIPSI KJKS BMT MANDIRI SEJAHTERA KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan lembaga keuangan sangat berperan dalam ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. isinya berintikan bayt al-mal wa at-tamwil dengan kegiatan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. syariah yang kegiatan utamanya menghimpun dana dan menyalurkannya. Lembaga ini biasa di sebut dengan Koperasi Syariah.

BAB I PENDAHULUAN. Laju perkembangan ekonomi syari ah di Indonesia dari hari ke hari mengalami

BAIT AL-MAAL WA AT-TAMWIIL

BAB I PENDAHULUAN. Syariah (KSPPS), koperasi tersebut kegiatan usahanya bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu akhir-akhir ini banyak bermunculan lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. muamalah Islam dalam suatu transaksi atau dalam suatu bisnis. 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Namun demikian, upaya tersebut kiranya perlu dibarengi pula dengan upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Baitul Mal wa Tamwil atau di singkat BMT adalah lembaga. yang ada pada Alquran dan Hadist. Sesuai dengan namanya yaitu baitul

BAB I PENDAHULUAN. orang (Tambunan, 2013). Sedangkan menurut sebuah tulisan di harian

BAB I PENDAHULUAN. potensi ekonomi agar berhasil guna secara optimal. Kemajuan ekonomi telah

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB I PENDAHULUAN. bank syariah dan Unit Usaha Syariah belum banyak seperti sekarang.

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia dari segi ekonomi merupakan negara yang sedang dalam

BAB II GAMBARAN UMUM BMT BINA UMAT MANDIRI TAMBANG KABUPATEN KAMPAR. A. Sejarah singkat BMT Bina Umat Mandiri Tambang Kabupaten Kampar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I BAB V PENUTUP PENDAHULUAN. Bab ini merupakan bab penutup yang berisi. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 66. Aksara, 2001, h.1. 1 Mansur, Ekonomi Islam, Salatiga :STAIN Salatiga Press, 2009, h.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fungsi utama perusahaan adalah melakukan strategi pemasaran. Strategi pemasaran merupakan suatu langkah yang direncanakan produsen sebelum produk dihasilkan dan dipasarkan kepada konsumen. Perusahaan harus mengetahui faktor-faktor apa saja yang mampu mempengaruhi konsumennya karena strategi pemasaran sangat berpengaruh terhadap suatu produk atau jasa yang diterima oleh konsumen atau tidak. Kondisi semacam ini menuntut setiap perusahaan untuk mengetahui posisinya dalam persaingan sehingga perusahaan dapat merencanakan strategi pemasarannya. Pada saat pesaingan semakin meningkat maka pemasaran tidak hanya dianggap suatu fungsi melainkan dijadikan suatu konsep bisnis yang strategi. Strategi pemasaran harus dibuat dengan memperhatikan semua lingkungan internal dan eksternal perusahaan.1 Perkembangan usaha dewasa ini telah diwarnai dengan berbagai macam persaingan di segala bidang. Melihat kondisi tersebut menyebabkan pebisnis semakin dituntut untuk mempunyai strategi yang tepat dalam memenuhi target volume penjualan. Mengingat perkembangan teknologi yang makin dinamis, manusia dituntut dengan cepat dan tepat untuk bertindak agar tidak kalah bersaing. Dalam meningkatkan persaingan, masing-masing perusahaan harus dapat memenangkan persaingan tersebut dengan menampilkan produk yang terbaik dan dapat memenuhi selera konsumen yang selalu berkembang dan berubah-ubah. Seiring dengan perkembangan jaman dan semakin meningkatnya kebutuhan ekonomi membawa angin segar bagi perusahaan jasa keuangan syariah yang mana sangat dibutuhkan oleh banyak masyarakat. 1 Simamora bilson, Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif danprofitabel, Edisi Pertama, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001. 1

2 Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa memerlukan pola pengaturan pengolahan sumber-sumber ekonomi yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Lembagalembaga perekonomian bahu-membahu mengelola dan menggerakkan semua potensi ekonomi agar berdaya dan berhasil guna secara optimal.2 Salah satu lembaga perekonomian adalah Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya berisikan bayt al-mal wa al-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang kegiatan ekonominya. Selain itu Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) juga bisa menerima titipan zakat, infaq dan sedekah, serta menyalurkannya dengan sesuai dan amanatnya. Baitul Mal Wattamwil (BMT) adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip prinsip syariah Islam yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur an dan Hadist. Baitul Mal Wattamwil (BMT) beroperasi mengikuti ketentuan-ketentuan syari ah Islam khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam. Dalam tata cara bermuamalat itu dijauhi praktek-praktek yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba untuk diisi dengan kegiatankegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan. Untuk menjamin operasi bank Islam tidak menyimpang dari tuntunan syari ah, maka pada setiap bank Islam hanya diangkat manager dan pimpinan bank yang sedikit banyak menguasai prinsip muamalah Islam. Selain dari pada itu di bank ini di bentuk dewan pengawas syari ah yang bertugas mengawasi operasional bank dari sudut syari ahnya. Baitul Mal berasal dari bahasa Arab bait yang berarti rumah, dan al-mal yang berarti harta. Jadi secara etimologis (ma na lughawi) Baitul Mal berarti rumah untuk mengumpulkan atau menyimpan harta. 2 Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1993). hlm. 1.

3 BMT sebagai lembaga yang menjadi model koperasi syari ah, merupakan basis strategi gerakan koperasi di Indonesia. Hal ini disebabkan karena, Pertama, BMT didirikan dengan semangat koperasi, yaitu semangat kekeluargaan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat disekitar lokasi masyarakat itu sendiri. Kedua, Pendiri BMT minimal berjumlah 20 orang sebagaimana pada koperasi biasa. Ketiga, BMT dikelola oleh manager profesional yang dilatih untuk mengelola BMT. Keempat, Sistem operasi BMT telah disiapkan sebelumnya dalam bentuk manual atau pedoman kerja yang baku dan serupa antar BMT se Indonesia. Kelima, BMT memiliki lembaga suvervisi yang membina secara teknis pembukuan dan manajemen BMT, yaitu PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil ). Usaha Koperasi Syariah BMT dapat berbentuk usaha sektor riil, seperti Koperasi Serba Usaha, Koperasi Tani, nelayan, ekpor impor dan dapat pula dalam bentuk usaha simpan pinjam. Dalam unit simpan pinjam koperasi syariah menawarkan produk-prosuk syariah, seperti mudharabah, musyarakah, murabahah, ba i bitsamil ajil, wadhiah, qardhul hasan dan sebagainya. Oleh karena itu sistem simpan pinjam didasarkan kepada prinsip syariah, maka akuntansinya juga menggunakan konsep-konsep syariah. Dasar hukum dan peraturan hukum BMT sendiri berazaskan Pancasila & Undang-undang Dasar 1945 serta berlandaskan syariah Islam, keimanan, keterpaduan (kaffah), kekeluargaan/koperasi, kebersamaan, kemandirian, & profesionalisme. Secara Hukum BMT berpayung pada koperasi tetapi sistim operasionalnya tidak jauh berbeda dengan Bank Syari ah sehingga produk-produk yg berkembang dalam BMT seperti apa yg ada di Bank Syari ah. Oleh karena berbadan hukum koperasi, maka BMT harus tunduk pada Undang-undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian & PP Nomor 9 tahun 1995 tentang pelaksanaan usaha simpan pinjam oleh koperasi. 3 Juga dipertegas oleh KEP.MEN Nomor 91 tahun 2004 tentang Koperasi Jasa 3 https://portal.mahkamahkonstitusi.go.id/elaw/mg58ufsc89hrsg/uu_25_1992_ok.pdf (11 Oktober 2016)

4 keuangan syari ah. Undang-undang tersebut sebagai payung berdirinya BMT (Lembaga Keuangan Mikro Syari ah). Meskipun sebenarnya tidak terlalu sesuai karena simpan pinjam dalam koperasi khusus diperuntukkan bagi anggota koperasi saja, sedangkan didalam BMT, pembiayaan yg diberikan tidak hanya kepara anggota tetapi juga untuk diluar anggota atau tidak lagi anggota jika pembiayaannya telah selesai. Sebenarnya bila menelaah praktek baitul Maal dimasa Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin fungsinya sangat penting dalam pengelolaan ekonomi Negara.Sebagai lembaga yang mengelola keuangan Negara, Baitul mal tersebut berperan menjalankan fiskal seperti yang berlangsung dalam ekonomi sekarang. Sebab Baitu Mal dimasa itu, sumber pendanaan tak hanya dana Zis saja, juga mencakup Kharaj (pajak terhadap tanah), khumus (pajak proporsional sebesar 20%), kaffarah, dan yang lain seperti Jisyah (pajak yang dibebankan kepada non-muslim sebagai jaminan keamanan)4, Maka pemanfaatan dana Baitul Mal itu tidak hanya terbatas delapan asnaf melainkan sudah melingkupi kebutuhan Negara. Baitul Maal wa Tamwil (BMT) adalah lembaga ekonomi atau keuangan syariah non perbankan yang sifatnya informal. Disebut informal karena lembaga ini didirikan oleh kelompok swadaya masyarakat (KSM) yang berbeda dengan lembaga keuangan perbankan dan lembaga keuangan formal lainnya. Sebagai salah satu unit Lembaga Keuangan Syariah yang bergerak secara khusus dalam bidang pelayanan jasa perbankan syariah adalah BMT Lisa Sejahtera Jepara. BMT Lisa Sejahtera Jepara yang berbasis non ribawi mempunyai berbagai produk unggulan baik produk dana pihak ketiga maupun produk pembiayaan. Produk adalah setiap apa saja yang dapat ditawarkan di pasar untuk mendapatkan perhatian, permintaan, pemakaian atau konsumsi 4 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta: Gramata Publishing. 2010. hlm. XXVIII

5 yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan manusia.5 Produk-produk yang dimiliki oleh BMT Lisa Sejahtera Jepara adalah beberapa jenis tabungan, Pembiayaan, Deposito. Semua produk-produk yang di tawarkan oleh BMT Lisa Sejahtera Jepara ini selain untuk memberikan kepuasan kepada para anggotanya juga dalam meningkatkan dana pihak ketiga. Dana pihak ketiga adalah dana yang berasal dari masyarakat luas yang merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasional suatu bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasionalnya dari sumber dana ini.6 Peningkatan dana pihak ketiga dapat dilihat dari meningkatnya jumlah dana yang diterima oleh bank atau dari jumlah nasabah tiap tahunnya. Banyaknya jumlah anggota yang dimiliki oleh BMT Lisa Sejahtera Jepara pada dana pihak ketiga dapat dilihat dari tabel sebagaimana berikut:7 Tabel 1.1 Jumlah Anggota yang menggunakan Dana Pihak Ketiga DPK 2014 2015 2016 Tabungan jangka pendek Deposito 3,525 4,969 5,755 30 29 49 794 855 988 4,349 5,853 6,792 Pembiayaan Total Dari tahun 2014 jumlah anggota tabungan jangka pendek ada 3.525, kemudian pada tahun 2015 jumlah anggota tabungan meningkat menjadi 4.969, dan pada akhir oktober tahun 2016 jumlah anggota tabungan ada sekitar 5.755, begitu pula dalam anggota deposito dan pembiayaan, terjadi peningkatan dari tahun ke tahun walaupun peningkatan itu tidak sebanyak 5 Sentot Imam Wahjono, Manajemen Pemasaran Bank, Graha Ilmu, Jogjakarta, 2010, hlm. 88. 6 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm. 64. Data Realisasi Jumlah Dana Pihak Ketiga BMT Lisa Sejahtera (diperoleh pada 15 Nopemebr 2016). 7

6 peningkatan pada anggota tabungan bahkan di bulan-bulan tertentu banyak penurunan yang drastis. Peningkatan jumlah anggota di atas bukan terjadi hanya secara kebetulan saja, namun ada beberapa strategi yang diaplikasikan BMT Lisa Sejahtera Jepara. Strategi-strategi tersebut diimplementasikan sebagai bentuk kebijakan dari BMT Lisa Sejahtera Jepara dalam melayani anggota dan calon anggotanya. Dalam berjalannya waktu, BMT Lisa Sejahtera Jepara tidak selalu mulus dalam menjalankan bisnisnya, banyak juga kelemahan, kekurangan dan permasalahan yang harus di hadapinya. Diantara permasalahannya: 1. Minimnya sumber daya manusia, banyak masalah yang disebabkan pemahaman dan kesadaran para praktisi akan prinsip-prinsip ekonomi islam yang belum sepenuhnya di mengerti. BMT Lisa Sejahtera Jepara saat ini masih kekurangan sumber daya manusia yang menguasai aspek fiqih tentang perbankan syariah dan pengetahuan manajemen perbankan praktis. 2. Minimnya dana pemasaran dan promosi, aspek pendanaan memang menjadi kendala utama dalam melakukan promosi di BMT Lisa Sejahtera Jepara, minimnya anggaran promosi yang dimiliki menyebabkan kurang gencarnya promosi yang di lakukan oleh BMT Lisa Sejahtera Jepara sehingga menghambat dalam menjaring dana pihak ketiga. Tidak hanya permasalahan itu, bahkan dalam penelitian penulis di dapatkan data-data penurunan funding, pembiayaan pada bulan-bulan tertentu sehingga menghambat penjaringan dan pemanfaatan dana pihak ketiga. Bulan-bulan tersebut diantaranya menjelang Ramadhan, Idul Fitri dan juga bulan awal masuk sekolah.8 Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menganalisis bagaimana setrategi bisnis yang telah dilakukan oleh BMT Lisa Sejahtera Jepara dalam menjaring dan memanfaatkan dana pihak ketiga, apakah telah sesuai dengan target yang diharapkan. Disini penulis akan mencoba untuk melakukan 8 Wawancara dengan Bapak Fatkur R.A. (29 Desember 2016)

7 penelitian lebih dalam dengan mengambil judul Strategi Bisnis BMT Lisa Sejahtera Jepara Dalam Menjaring dan Memanfaatkan Dana Pihak Ketiga Dengan Menggunakan Analisis SWOT. B. Fokus Penelitian Strategi adalah salah satu hal terpenting bagi suatu perusahaan untuk meningkatkan kemampuan perusahaannya dalam bersaing dengan para pesaing, salah satu keberhasilan suatu BMT dapat dilihat dari bagaimana strategi BMT dalam memanfaatkan dana yang diperoleh dari pihak ketiga. Disini penulis ingin menganalisa terhadap strategi yang dilakukan BMT Lisa Sejahtera Jepara dalam memanfaatkan dana pihak ketiga. Adapun yang dimaksud dengan strategi dalam pembahasan ini adalah segala bentuk perencanaan, program-program, dan usaha-usaha yang di lakukan oleh BMT Lisa Sejahtera Jepara. C. Rumusan Masalah Bertolak dari uraian tersebut, maka ada beberapa masalah yang perlu peneliti kemukakan, antara lain : 1. Bagaimana strategi bisnis BMT Lisa Sejahtera Jepara dalam menjaring dana pihak ketiga? 2. Bagaimana strategi bisnis BMT Lisa Sejahtera Jepara dalam memanfaatkan dana pihak ketiga? 3. Bagaimana analisis SWOT BMT Lisa Sejahtera Jepara dalam menjaring dan memanfaatkan dana pihak ketiga? D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ialah pernyataan mengenai apa yang hendak kita capai. Tujuan penelitian dicantumkan dengan maksud agar kita maupun pihak lain yang membaca laporan penelitian dapat mengetahui dengan pasti apa

8 tujuan penelitian kita itu sesungguhnya.9 Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hal berikut yaitu: 1. Untuk mengetahui bagaimana strategi yang dilakukan BMT Lisa Sejahtera Jepara dalam menjaring dana pihak ketiga. 2. Untuk mengetahui strategi bisnis BMT Lisa Sejahtera Jepara dalam memanfaatkan dana pihak ketiga. 3. Untuk mengetahui analisis SWOT dalam menjaring dan memanfaatkan dana pihak ketiga yang digunakan oleh BMT Lisa Sejahtera Jepara. E. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kita dapat mengharapkan kegunaan dari hasil penelitian. Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa memberikan pencerahan dan daya guna manfaat yang baik bagi pihak-pihak yang berkaitan baik secara teoritis maupun secara praktis. 1. Segi Teoritis Menambah wawasan keilmuan, khususnya bagi penulis mengenai setrategi dalam menjaring dan memanfaatkan dana pihak ketiga dengan menggunakan analisis SWOT. 2. Segi Praktis Bagi BMT Lisa Sejahtera Jepara, sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki strategi dalam menjaring dan memanfaatkan dana pihak ketiga. 9 Husaini Usman dan Purnomo Setiady, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: PT Bumi Aksara, 1996. hlm. 29.