PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMALSUAN DAN PENGEDARAN UANG PALSU SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
PENEGAKAN HUKUM DALAM TINDAK PIDANA PEMALSUAN MATA UANG DOLLAR. Suwarjo, SH., M.Hum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peraturan perundangan undangan yang berlaku dan pelakunya dapat dikenai

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILA N NEGERI MEDAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PENGEDARAN MATA UANG PALSU

BAB I. Hakim sebagai salah satu penegak hukum bertugas memutus perkara yang. diajukan ke Pengadilan. Dalam menjatuhkan pidana hakim berpedoman pada

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

Kebijakan Kriminal, Penyalahgunaan BBM Bersubsidi 36

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia lembaga yang memiliki kewenangan untuk mengeluarkan

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jauh sebelum dikenalnya uang sebagai alat pembayaran, masyarakat

BAB III PIDANA DAN PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi yang Dimuat

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara hukum Pasal 24 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Singkatnya korupsi adalah penyalahgunaan amanah untuk. semakin melemahkan citra pemerintah di mata masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

I. PENDAHULUAN. kemajuan dalam kehidupan masyarakat, selain itu dapat mengakibatkan perubahan kondisi sosial

UPAYA PENEGAKAN HUKUM NARKOTIKA DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

I. PENDAHULUAN. karna hukum sudah ada dalam urusan manusia sebelum lahir dan masih ada

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN. ketidakadilan yang dilakukan oleh hakim kepada pencari keadilan. Disparitas. hakim dalam menjatuhkan suatu putusan.

I. PENDAHULUAN. harus dilindungi. Anak tidak dapat melindungi diri sendiri hak-haknya, berkepentingan untuk mengusahakan perlindungan hak-hak anak.

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis formal, tindak kejahatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. langsung merugikan keuangan Negara dan mengganggu terciptanya. awalnya muncul Undang-undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai extraordinary crime atau kejahatan luar biasa. penerapannya dilakukan secara kumulatif.

BAB V PENUTUP. unsur-unsurnya adalah sebagai berikut : dapat diminta pertanggung jawaban atas perbuatannya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana atau delik berasal dari bahasa Latin delicta atau delictum yang di

I. TINJAUAN PUSTAKA. suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

PEMALSUAN MATA UANG DAN UANG KERTAS UNTUK MELINDUNGI KEPENTINGAN UMUM ANCAMAN PIDANA MAKSIMUM RATA- RATA BERAT ASAS YANG DIPAKAI ADALAH ASAS UNIVERSAL

Makalah Daluwarsa Penuntutan (Hukum Pidana) BAB I PENDAHULUAN

SANKSI PIDANA BAGI KORPORASI ATAS PEMALSUAN UANG RUPIAH 1 Oleh : Putri Sofiani Danial 2

BAB II PERATURAN-PERATURAN HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN TINDAK PIDANA PEMALSUAN UANG DI INDONESIA

Lex Crimen Vol. VI/No. 7/Sep/2017

TINJAUAN PUSTAKA. Upaya penanggulangan tindak pidana dikenal dengan istilah kebijakan kriminal

I. PENDAHULUAN. dengan alat kelamin atau bagian tubuh lainnya yang dapat merangsang nafsu

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang dilarang atau diharuskan dan diancam dengan pidana oleh undang-undang,

TINJAUAN HUKUM PIDANA TERHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PENGATURAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DI INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Penegakan Hukum Pidana. 1. Penegak Hukum dan Penegakan Hukum Pidana

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi dan Subjek Hukum Tindak Pidana

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Jalan, Bagian Jalan, & Pengelompokan Jalan

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN IJAZAH

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI PERBANDINGAN PENJATUHAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PERTAMA DAN RESIDIVIS.

I. PENDAHULUAN. kesehatan penting untuk menunjang program kesehatan lainnya. Pada saat ini

BAB III PENUTUP. terdahulu, maka penulis menyimpulkan beberapa hal yaitu :

BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban adalah kewajiban terhadap segala sesuatunya, fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun (selanjutnya disebut UUD 1945) menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. wajib untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pertanggungjawaban

I. PENDAHULUAN. transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Kemampuan ini tentunya sangat

Lex Privatum Vol. V/No. 8/Okt/2017

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang dan peraturan serta ketentuan-ketentuan lain yang berlaku di

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Unsur-Unsur Tindak Pidana. Belanda yaitu strafbaar feit yang terdiri dari tiga kata, yakni straf

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana. Bagaimanapun baiknya segala peraturan perundang-undangan yang siciptakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasal 1 angka 11 Bab 1 tentang Ketentuan Umum Kitab Undang-Undang Hukum

I. PENDAHULUAN. Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah warga negara Indonesia yang

BAB II. kejahatan adalah mencakup kegiatan mencegah sebelum. Perbuatannya yang anak-anak itu lakukan sering tidak disertai pertimbangan akan

ANALISIS KEBIJAKAN FORMULASI KETENTUAN PIDANA DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

I. PENDAHULUAN. Hakekat pembangunan nasional adalah membangun seluruh manusia Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Pengakkan hukum yang terjadi

I. PENDAHULUAN. jumlah kasus yang terjadi dan jumlah kerugian keuangan negara maupun dari segi

Tindak pidana adalah kelakuan manusia yang dirumuskan dalam undang-undang, melawan

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada ujud pidana yang termuat dalam pasal pasal KUHP yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Menurut Moeljatno tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. umur harus dipertanggungjawabkan. Dalam hukum pidana konsep responsibility

adalah penerapan pidana yang tidak sama terhadap tindak pidana yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa,

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PENGADAAN BARANG DAN JASA. Nisa Yulianingsih 1, R.B. Sularto 2. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

I.PENDAHULUAN. Pembaharuan dan pembangunan sistem hukum nasional, termasuk dibidang hukum pidana,

BAB I PENDAHULUAN. dapat di pandang sama dihadapan hukum (equality before the law). Beberapa

KEBIJAKAN FORMULASI ASAS SIFAT MELAWAN HUKUM MATERIEL DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2009 tentang Kesehatan pada Pasal 1 angka 1 menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan warga negara secara umum, faktor yang harus dijadikan pedoman

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dactyloscopy Sebagai Ilmu Bantu Dalam Proses Penyidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

II. TINJAUAN PUSTAKA. tindak pidana atau melawan hukum, sebagaimana dirumuskan dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila

BAB III SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. baik. Perilaku warga negara yang menyimpang dari tata hukum yang harus

BAB II TINDAK PIDANA MILITER. tentang apa yang disebut dengan tindak pidana tersebut, yaitu : dilarang dan diancam dengan pidana.

Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Kurir Narkotika. (Study Putusan No. 14/Pid.Sus Anak/2015/PN. Dps) Siti Zaenab

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara berdasarkan hukum (rechtstats), bukan negara yang

I. PENDAHULUAN. menimbulkan keresahan dalam kehidupan masyarakat pada umumnya. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena minuman keras saat ini merupakan permasalahan yang cukup

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana pemalsuan uang mengandung nilai ketidak benaran atau palsu atas

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Transkripsi:

PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMALSUAN DAN PENGEDARAN UANG PALSU SKRIPSI Diajukan Oleh: Nama : MUHAMMAD YUSRIL RAMADHAN NIM : 20130610273 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKATA 2017

ABSTRAK Latar belakang dalam tindak pidana pemalsuan mata uang dan uang kertas disebabkan sebagaian orang berusaha untuk memiliki uang sebanyak-banyaknya, walaupun dengan cara yang melawan hukum. Wujud dari cara-cara melawan hukum itu dapat berupa kejahatan terhadap mata uang itu sendiri, pelaku bisa saja melakukan tindak pidana ini dengan sendiri atau berkelompok, agar mudah menyebarluaskan uang palsu tersebut kepada masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengedaran mata uang palsu di yogyakarta dan bagaimana analisis putusan hakim tentang pemalsuan dan pengedaran uang palsu dan untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam memutuskan tindak pidana pemalsuan dan pengedaran mata uang palsu. Metode penenelitian penulis mengkhususkan pada penelitian normstif, yakni penelitian yang meletakkan hukum sebagai suatu norma. Data penelitian ini menggunakan data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer yang diperoleh dari peraturan perundang-undangan, dan bahan hukum sekunder yang diperoleh dari kepustkaan lokal, serta dilengkapi dengan data primer yang dilakukan dengan wawancara terhadap Pengadilan Negeri Yogyakarta, Pengadilan Negeri Bantul dan Kepolisian Resort Kota Yogyakarat. Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil analisis yaitu suatu kejahatan pemalsuan dan pengedaran uang palsu dapat dikenakan dengan undangundang No.7 Tahun 2011 karena berlaku asas Lex specialis derogat legi generali yaitu aturan hukum yang khusus akan mengenyampingkan aturan hukum umum, dengan dikenakan dua pidana sekaligus Double Track Sistem yaitu pidana penjara dan pidana denda, mengingat kejahatan pemalsuan dan pengedaran uang dapat merugikan masyarakat secara langsung dan dapat berdampak besar terhadap kerugian keuangan Negara. Kata kunci: pemidanaan, pemalsuan dan pengedaran uang palsu, hukum pidana khusus.

A. PENDAHULUAN Di Indonesia lembaga yang memiliki kewenangan untuk mengeluarkan dan mengedarkan mata uang rupiah serta mencabut, menarik, dan memusnahkan uang dimaksud dari peredaran adalah Bank Indonesia. 1 Fungsi uang telah berkembang pesat, dari yang semula hanya sebagai alat tukar, kemudian berkembang sehingga memiliki fungsi sebagai ukuran umum dalam menilai sesuatu (common measure of value), sebagai asset likuid (liquid asset), bahkan sekarang ini fungsi uang telah berkembang memiliki fungsi yang lebih kompleks lagi, yaitu antara lain sebagai komponen dalam rangka pembentukan harga pasar (framework of the market allocative system), factor penyebab dalam perekonomian (a causative factor in the economy), dan faktor pengendali kegiatan ekonomi (controller of the economy). 2 1 Tim Perundang-undangan dan Pengkajian Hukum Direktorat Hukum Bank Indonesia, 2006.Paradigma baru dalam menghadapi kejahatan mata uang (pola pikir, pengaturan, dan penegakan hukum), Volume 4 Nomor 1, April 2 Ibid.

Penerapan hukum yang terkadang tidak seimbang pun manjadi salah satu hambatan untuk menjunjung sendi-sendi keadilan. sehingga mengakibatkan semakin hilangnya jati diri hukum tersebut. Sebagai Negara hukum, haruslah berdasarkan pada suatu peraturan yang adil dalam memberikan perlindungan hukum kepada warga negaranya. Oleh sebab itu perlunya sikap kepedulian dan kerja sama yang tepat dari masyarakat untuk menegakkan hukum yang lebih baik. Wawasan aparat penegakan hukum perlu di tingkatkan demi menunjang pelaksanaan dan perwujudan yang baik dan benar. 3 B. TINJAUAN PUSTAKA Tindak pidana merupakan terjemahan dari strafbaar feit, di dalam KUHP tidak terdapat penjelasan mengenai apa sebenarnya yang dimaksud dengan straafbaar feit itu sendiri. Biasanya tindak pidana di sinonimkan dengan delik, yang berasal dari bahasa latin yakni kata delictum. Dalam kamus besar bahasa indonesia tercantum sebagai berikut: delik adalah perbuatan yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap undang-undang tindak pidana Berdasarkan rumusan yang ada maka delik (strafbaar feit) memuat beberapa unsur yakni: a. Suatu perbuatan manusia; b. Perbuatan itu dilarang dan di ancam dengan hukuman yang dapat dipertanggungjawabkan. 3 Ibid.

c. Perbuatan itu dilakukan oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan. 4 Istilah tindak pidana sebagai terjemahan strafbaar feit adalah diperkenalkan oleh pihak pemerintahan Departemen Kehakiman. Istilah ini banyak dipergunakan dalam undang-undang tindak pidana khusus, misalnya: undang-undang tindak pidana korupsi, undang-undang tindak pidana Narkotika, dan undang-undang tentang pornografi yang mengatur secara khusus tindak pidana pornografi. 5 C. HASIL PEMBAHASAN 1. Pemidanaan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pemalsuan mata uang dan Pengedaran Mata Uang Palsu. Kejahatan pemalsuan adalah kejahatan yang mana didalamnya mengandung sistem ketidak benaran atau palsu sesuatau (obyek), yang sesuatu itu tampak dari luar seolah-olah benar adanya, padahal sesungguhnya bertentangan dengan yang sebenarnya. Pasal 244 KUHP yang mengancam dengan hukum berat, yaitu maksimum lima belas tahun penjara barang siapa membikin secara meniru atau memalsukan uang logam atau uang kertas Bank dengan tujuan untuk mengedarkannya atau untuk menyuruh mengedarkannya sebagai uangtulen (asli) dan tidak dipalsukan, undang-undang pemalsuan dan pengedaran uang palsu juga diperjelas dalam undang-undang No.7 Tahun 2011 yang berbunyi setiap orang yang memalsu rupiah sebagaimana dimaksut didalam pasal 26 ayat 4 Teguh Prasetyo, 2013, Hukum Pidana, Rajawali Pers, Jakarta, hlm.47. 5 Ibid, hlm.49.

(1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 Tahun dan pidana denda sebanyak Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), perbedaan materil dalam KUHP dengan undang-undang No.7 Tahun 2011 yaitu pada KUHP hanya menggunakan satu sanksi pidana yaitu pidana penjara, namun pada undang-undang No.7 Tahun 2011 dikenakan dengan double track system yaitu dikenakan dua sanksi pidana sekaligus yaitu pidana. 2. Pertimbangan Hukum Hakim Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pemalsuan dan Pengedaran Mata Uang Palsu Kekuasaan kehakiman diatur dalam undang-undang No.4 Tahun 2004, Hakim dan kewajibannya diatur dalam pasal 28 sampai dengan pasal 30. Adapun dasar pertimbangan hakim dalam meringankan pidana penjara kepada terdakwa adalah : 1. Sifat perbuatan tidak memerlukan pidana yang lebih lama; 2. Kerugian yang ditimbulkan tidak besar; 3. Ancaman perbuatan itu sendiri tidak lama; 4. Terdakwa bersikap sopan selama persidangan 5. Berterus terang. Tidak berbelit-belit dalam memberikan keterangan; 6. Terdakwa merasa menyesal; 7. Terdakwa masih muda. D. PENUTUP KESIMPULAN 1. Berdasarkan dari teori-teori, dasar-dasar hukum dan data yang telah dipaparkan serta hasil analisis yang telah dilakukan maka diperoleh suatu kesimpulan dari rumusan masalah berkaitan dengan Pemidanaan

terhadap pelaku tindak pidana pemalsuan dan pengedaran uang palsu bahwa: Pemidanaan terhadap pelaku tindak pidana pemalsuan dan pengedaran uang palsu yaitu menggunakan ketentuan berdasarkan pasal No.7 Tahun 2011 tentang mata uang, dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana juga pada Pasal 224 KUHP, namun hakim tidak menggunakan Kitap Undang-Undang Hukum Pidana karena asas lex specialis derogat legi generalis adalah salah satu asas hukum yang mengandung makna bahwa aturan hukum yang khusus akan mengesampingkan aturan hukum yang umum. 2. Dasar Pertimbangan Hakim dalam memutus perkara tindak pidana pemalsuan dan pengedaran uang palsu yaitu berupa pertimbangan yuridis dan non yuridis sesuai dengan Undang-Undang No.4 Tahun 2004 Tentang kekuasaan kehakiman, pertimbangan yuridis sendiri terdiri dari dakwaan penuntut umum, tuntutan pidana, keterangan saksi, keterangan terdakwa, barang bukti, pasal-pasal yang terkait. Pertimbangan non yuridis yaitu, dampak perbuatan terdakwa, kondisi diri terdakwa, belum pernah di hokum, menyesali perbuatannya, mengakui perbuatannya, bersikap sopan dalam pengadilan. Pertimbangan hakim akan sangat penting dan berpengaruh terhadap putusan yang akan dijalani oleh pelaku tindak pidana pemalsuan dan pengedaran uang palsu. SARAN

Adapun saran yang perlu diajukan penulis adalah : 1. Memberikan penerapan terhadap beredaran uang palsu dengan cara memberikan pengetahuan kepada masyarakat luas mengenai keaslian uang rupiah melalui sosialisasi atau penyeluhan dan penyebaran brosur, dan faktor pergaulan anak yang perlu memerhatikan kepentingan fisik, mental, ataupun sosial anak tersebut. 2. Memperketat ruang lingkup pelaku tindak pidana pemalsuan dan pengedaran uang palsu, seperti contoh dalam dunia tekhnologi yaitu mengembangkan suatu terobosan terhadap percetakan uang agar pelaku pemalsuan uang susah untuk menirukan atau memalsukan uang. 3. Pertimbangan hukum bahwa dari hal-hal yang memberatkan dan yang meringankan tersebut, dihubungkan dengan sifat perbuatannya, keadaankeadaan ketika dilakukan. Dan memperhatikan sistem pemidanaan di Indonesia, maka pidana yang akan dijatuhkan terhadap Terdakwa sudah sesuai dengan kesalahan Terdakwa dan sesuai dengan rasa keadilan. Dan masyarakat yang mendapatkan atau menemukan uang palsu wajib melaporkan kepada aparat kepolisian atau Bank Indonesia dalam upaya untuk menghentikan peredaran uang palsu tersebut merupakan kewajiban seluruh bangsa Indonesia untuk mengamankan uang rupiah dari tindak pidana pemalsuan.

DAFTAR PUSTAKA Adami Chazawi, 2001, Kejahatan Terhadap Pemalsuan,P.T. Grafindo, Persada Jakarta. Amalia Saraswati, 2016,Analisis pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku tindak pidana membelanjakan uang palsu(analisis putusan No.989/Pid.Sus/2013/PN.TK). Program studi ilmu hukum Fakultas hukum Universitas Lampung Bandar Lampung Bank Indonesia, Materi Penataran: Ciri-Ciri Keaslian Uang, Yogyakarta Barda Nawawi Arief, 2005, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung Boediono, 2004, Teori Pertumbuhan Ekonomi, BPFE-UGM, Yogyakarta. Djoko Prakoso, 2010,Surat Dakwaan, Tuntutan Pidana dan Eksaminasi Perkara di Dalam Proses Pidana, Liberty, Yogyakarta. Hendra Aringking, 2015,Pemalsuan uang rupiah sebagai tindak Pidana menurut uu no. 7 tahun 2011 Tentang mata uang.yogyakarta L.H.C. Hulsman, The Dutch Criminal Justtice System From A Comparative Legal Perspective, di dalam D.C. Fokkema (Ed),Indroduction to Dutch Law For Foreign Lawyers (Kluwer Deventer, TheNederlands 1978), Muladi dan Barda Nawawi Arief, 2005. Teori-Teori dan Kebijakan Pidana. Alumni. Bandung Muladi. 2002 Lembaga Pidana Bersyarat. Alumni. Bandung