BAB III PENUTUP. dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat menimbulkan suatu kerusuhan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PENUTUP. sebagai jawaban atas permasalahan yaitu :

BAB III PENUTUP. beberapa kesimpulan tentang pemberian pembebasan bersyarat bagi narapidana di

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan prinsip pemasyarakatan : 1. Orang yang tersesat harus diayomi dengan memberikan bekal hidup sebagai

BAB III PENUTUP. lingkungan sosial yang lama. LAPAS, misalnya mencuri. c. Sikap senioritas yang kerap terjadi. d. Sifat emosional yang berlebihan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem pemasyarakatan yang merupakan proses pembinaan yang

BAB III PENUTUP. disimpulkan dalam penelitian ini bahwa dengan dikeluarkannya Peraturan

BAB III PENUTUP. Pemasyarakatan narkotika Yogyakarta adalah:

BAB III PENUTUP. Berdasarkan hasil dari penelitian dan pembahasan yang telah penulis

BAB III PENUTUP. kesimpulan bahwa realisasi hak-hak narapidana untuk mendapatkan upah atau

BAB III PENUTUP. 1. Asas persamaan perlakuan dan pelayanan bagi Narapidana belum. pelayanan bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Fungsi dan peran Lembaga Pemasyarakatan dalam menyelenggarakan

BAB III PENUTUP. maupun hukum positif, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Bersyarat sudah berjalan cukup baik dan telah berjalan sesuai dengan

BAB III PENUTUP. lakukan maka dapatlah ditarik kesimpulan, sebagai berikut:

PENERAPAN SANKSI TERHADAP NARAPIDANA YANG MELARIKAN DIRI (STUDI DI LAPAS KLAS II.A GORONTALO)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi,

FAKTOR-FAKTOR YANG MENJADI PENGHAMBAT DALAM PEMBERIAN REMISI TERHADAP NARAPIDANA (STUDI KASUS DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA DENPASAR)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) sebagai salah satu institusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB III PENUTUP. Dari hasil penelitian yang dilakukan, serta berdasarkan hasil pembahasan

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil dari penelitian dan pembahasan dapat diambil suatu

DAFTAR PUSTAKA. Prakoso, Abintoro, Hukum Perlindungan Anak, Yogyakarta : LaksBang PRESSindo.

BAB III PENUTUP. 1. Pasal 1 Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-Undangan Republik

BAB I PENDAHULUAN. 2. Persamaan perlakuan dan pelayanan; 5. Penghormatan harkat dan martabat manusia;

BAB III PENUTUP. menjalankan tugas dan wewenangnya, yaitu terdiri dari: berkurang atau bahkan tidak ada waktu sama sekali.

T E S I S PEMBINAAN TERHADAP NARAPIDANA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN

SKRIPSI PERAN BAPAS DALAM PEMBIMBINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN YANG MENJALANI CUTI MENJELANG BEBAS. (Studi di Balai Pemasyarakatan Surakarta)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Anak pidana oleh Petugas Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan

BAB I PENDAHULUAN. telah ditegaskan dengan jelas bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum,

BAB IV PENUTUP. 1. Pelaksanaan pemenuhan hak anak didik pemasyarakatan yang masih berstatus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

BAB III PENUTUP. penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: massa untuk menghindari labelisasi. dari permasalahan yang dialaminya.

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana bersikap, bertutur kata dan mempelajari perkembangan sains yang

PELAKSANAAN PEMBINAAN TERHADAP NARAPIDANA ANAK DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK KLAS II A BLITAR (Studi Di Lembaga Pemasyarakatan Anak kelas IIA Blitar)

PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis data seperti yang tertuang pada Bab II, maka. dapat disimpulkan bahwa:

DAFTAR PUSTAKA. Andi Hamzah, Asas - Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2008.

BAB III PENUTUP. umum dalam memberikan perlindungan terhadap korban sebagai saksi kekerasan. dalam rumah tangga maka dapat disimpulkan bahwa:

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN PENCABULAN MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembinaan merupakan aspek penting dalam sistem pemasyarakatan yaitu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mengenai fungsi pemidanaan tidak lagi hanya sekedar penjeraan bagi narapidana,

BAB I PENDAHULUHAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) adalah melindungi

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. 1 Hal ini berarti setiap

Strategi RUTAN dan LAPAS yang ada di DKI Jakarta saat ini dalam mengatasi over capacity adalah melakukan penambahan gedung hunian dan

PELAKSANAAN PEMBERIAN CUTI BERSYARAT BAGI NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA KEROBOKAN DENPASAR

JURNAL. N P M Program Program Hukum FAKULTAS

Efektivitas Pelepasan Bersyarat Dalam Pembinaan Narapidana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bagi negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, pemikiran-pemikiran

Penerapan Pidana Bersyarat Sebagai Alternatif Pidana Perampasan Kemerdekaan

BAB III REMISI BAGI TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM PP NO 99 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PP NO 32 TAHUN 1999 TENTANG

UPAYA RUMAH TAHANAN NEGARA DALAM MENCEGAH NARAPIDANA MELARIKAN DIRI PENULISAN HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. membentuk norma yang hidup di masyarakat. Sebagai ultimum remedium,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebagaimana diuraikan dalam bab sebelumnya dapat dikemukakan kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum

BAB III PENUTUP. disimpulkan peran penyidik dalam menangani tindak pidana yang. dilakukan oleh anakmenurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 Ayat (3) UUD 1945 menyatakan bahwa, Indonesia adalah Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya warga Binaan Pemasyarakatan sebagai insan dan

BAB V PENUTUP. dijabarkan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan :

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari pembahasan yang dipaparkan oleh peneliti, peneliti memberikan

BAB III PENUTUP. sebagai jawaban dari permasalahan dalam penulisan hukum ini yakni bahwa:

BAB III PENUTUP. dapatlah ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Eksekusi putusan pengadilan tindak pidana korupsi yang telah

EKSISTENSI KEBERADAAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA DI INDONESIA. Oleh: Laras Astuti

BAB III PENUTUP. seksual Narapidana yang terikat perkawinan, yaitu meliputi : a. Penggunaan hak cuti menjelang bebas (CMB)

BAB I PENDAHULUAN. bisa terjadi pada anak dimana apabila anak terkena pidana. Adapun pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. sebutan penjara kini telah berubah menjadi Lembaga Pemasyarakatan

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tamba

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III PENUTUP. sebagai jawaban atas permasalahan, yaitu : Klaten, antara lain adalah :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga pemasyarakatan atau disingkat ( LAPAS) merupakan institusi dari

KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB DAN HUKUMAN MATI

BAB I PENDAHULUAN. timbul berbagai macam bentuk-bentuk kejahatan baru. Kejahatan selalu

BAB I PENDAHULUAN. membangun sistem hukum sendiri. Secara teoritis-konseptual, dalam

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK YANG MENJALANI PIDANA PENJARA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia bertujuan membentuk masyarakat yang adil dan

MENTERI KEHAKIMAN DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lembaga pembinaan atau sering disebut LAPAS yaitu tempat untuk

BAB III PENUTUP. Komisi Perlindungan Anak Indonesia dalam memperoleh data dan. tentang anak sebagai pelaku dan korban tindak pidana, maka

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, tetapi dapat juga

Denah Lokasi Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Kota Langsa KANTOR PU TEMPAT TEMU BESUK KANTIN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. hanya terbatas pada kuantitas dari bentuk kejahatan tersebut.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

BAB I PENDAHULUAN. perlakuan yang sama dihadapan hukum 1. Menurut M. Scheltema berpendapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap anggota masyarakat selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semakin meningkatnya perkembangan kehidupan masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Negara indonesia adalah negara hukum rechstaats. 1 Sebagaimana tercantum

BAB III PENUTUP. penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya kualitas sumber daya manusia staf Lembaga Pemasyarakatan, minimnya fasilitas dalam Lembaga Pemasyarakatan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Atas dasar hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat. ditarik kesimpulan sebagai berikut:

DAFTAR PUSTAKA. A. Buku-Buku Adami Chazawi, 2011, Pelajaran Hukum Pidana I, Jakarta, Raja Grafindo Persada

Lex Crimen Vol. V/No. 5/Jul/2016

BAB I PENDAHULUAN. bagi pembangunan. Ini berarti, bahwa pembinaan dan bimbingan yang. diberikan mencakup bidang mental dan keterampilan.

Pemberian Pembebasan Bersyarat Sebagai Prinsip Sistem Pemasyarakatan Dalam Melakukan Pembinaan Terhadap Narapidana. Kasman Siburian.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang memiliki konstitusi tertinggi dalam

BAB III PENUTUP. waktu yang lama, dilain pihak kejaksaan harus segera dapat menentukan kerugian

Transkripsi:

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat menimbulkan suatu kerusuhan terdiri dari beberapa faktor, antara lain : Psikologi narapidana, Ketidakdisiplinan petugas, Kesalahan prosedur penanganan narapidana, Sarana prasarana yang tidak memadai, Kelebihan Penghuni (Over capacity), Kurangnya koordinasi antar seksi di organisasi pemasyarakatan, Kekurangan Personil, Petugas Pemasyarakatan yang kurang pengetahuan dalam menangani kerusuhan, dan Tata tertib yang kurang tegas. Mencegah dan mengatasi suatu kerusuhan dalam Lembaga Pemasyarakatan harus dipergunakan sistem yang terpadu mulai dari Petugas Lembaga Pemasyarakatan, Pembinaan Narapidana agar tidak mengulangi kerusuhan sampai ke Pelaksanaan Sistem Pemasyarakatan yang baik dari Lembaga Pemasyarakatan itu sendiri. Penanggulangan kerusuhan dengan : 1. Penanggulangan Non Penal Kerusuhan Secara Vertikal dengan pembekalan kemampuan Petugas Lembaga Pemasyarakatan untuk mencegah kerusuhan. 64

65 2. Penanggulangan Non Penal Kerusuhan Secara Horizontal dengan pembinaan dan pembimbingan narapidana yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan. 3. Penanggulangan Penal Kerusuhan Secara Vertikal dan Kerusuhan Secara Horizontal datur dalam tata tertib Lembaga Pemasyarakatan seperti sterilisasi semua blok bila terjadi kerusuhan, hukuman disiplin yang melakukan kerusuhan, pencabutan hak-hak tertentu, pemindahan narapidana, dan sistem peradilan pidana bila melakukan tindak pidana. B. Saran Petugas Lembaga Pemasyarakatan agar terus mengasah kemampuannya dalam menangani narapidana sehingga narapidana tidak sungkan lagi bercerita kepada walinya sehingga tekanan yang narapidana peroleh di Lembaga Pemasyarakatan tidak membuatnya stres. Pembinaan narapidana yang sesuai peraturan yang ada sehingga tidak terjadi kecemburuan antar narapidana, sehingga narapidana diperlakukan sama dan sederajat. Lembaga Pemasyarakatan agar membenahi koordinasi yang ada di dalam Lembaga itu sendiri, dan pengaturan tata tertib agar diperjelas agar

66 memenuhi rasa keadilan sehingga kerusuhan dapat tertangani dengan baik dan kelak tidak ada lagi kerusuhan dalam Lembaga Pemasyarakatan. Bagi para pembuat peraturan agar lebih memperhatikan pengaturan yang mengakomodasi kepentingan yang ada sehingga muncul aturan hukum yang spesifik mengatur tentang kerusuhan narapidana tersebut karena mengingat seorang yang disebut narapidana sedang menjalani hukuman hilang kemerdekaannya.

DAFTAR PUSTAKA Buku dan Literatur Bambang Purnomo, 1985, Pelaksanaan Pidana Penjara dengan Sistem Pemasyarakatan, Jogjakarta Liberty, Yogyakarta David J Cooke, Pamela, dan Jaqueline, Menyingkap Dunia Gelap Penjara, 2008, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta BPHN bekerja sama dengan Fakultas Hukum UNPAD, Loka Karya Evaluasi Sistem Pemasyarakatan, Binacipta, Jakarta Dirdjosisworo Soedjono, 1984, Sejarah dan Azas-azas Penologi (Pemasyarakatan), Armico, Bandung Dwidja Priyatno, 2006, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia, Refika Aditama, Bandung Elly nurhayati, 2000, Panduan Untuk Perempuan Korban Kekerasan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Leden Marpaung, 1999, Tindak Pidana Terhadap Nyawa dan Tubuh (Pemberantasan dan Preverensinya), Sinar Grafika, Jakarta Mahendra Argo. H. A.G., 2008, Skripsi, Perlindungan Hukum Bagi Petugas Lembaga Pemasyarakatan dari Tindak kekerasan narapidana, tidak diterbitkan Petrus Irwan Panjaitan dan Pandapotan Simorangkir, 1995, Lembaga Pemasyarakatan dalam Perspektif Sistem Peradilan Pidana, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Yogyakarta. Soesilo. R., 1988, Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Politeia, Bogor Tim Penyusun, 1976, Pengantar Penologie (Ilmu Pengetahuan Tentang Pemasyarakatan Khusus Terpidana), Penerbit Menara Medan. Napi Penyulut Kerusuhan Diisolasi, Indo Pos, Selasa, 25 November 2008 67

Website Http://www.google.com/www.ri.go.id/, Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan, diakses tanggal 7 September 2009, Pukul 10:00 WIB. Http://www.google.com/www.ri.go.id/, Undang-undang No. 15 Tahun 2003 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, diakses tanggal 7 September 2009, Pukul 09:46 WIB. Http://www.google.com/www.ri.go.id/, No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, diakses tanggal 7 September 2009, Pukul 09:36 WIB. Http://www.google.com/www.ri.go.id/, Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2002 Tentang Tata Cara Perlindungan terhadap Korban dan Saksi dalam Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang Berat, diakses tanggal 7 September 2009, Pukul 09:36 WIB. Http ://www.google.com/www.suarapembaruan.com/, Kekerasan dalam Lapas, akses tanggal 10/09/09 pukul 17:01. Http://www.wikipedia.com/, Kamus Wikipedia, diakses Tanggal 09 September 2009, Pukul 21:32 WIB. Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang Dasar 1945 yang telah diamandemen Undang-undang No. 1 tahun 1946, Kitab Undang-undang Hukum Pidana Undang-undang No. 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan Undang-undang No. 15 tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Undang-undang No. 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 1999 tentang pembinaan dan pembimbingan warga binaan pemasyarakatan Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1999 tentang syarat dan tata cara pelaksanaan hak warga binaan pemasyarakatan 68

Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 1999 tentang kerjasama penyelenggaraan pembinaan dan pembimbingan warga binaan pemasyarakatan Peraturan Pemerintah No. 2 tahun 2002 tentang Perlindungan Terhadap Korban dan Saksi dalam Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang Berat Keputusan Menteri Tahun 1985 tentang organisasi dan tata kerja lembaga pemasyarakatan 69

LAMPIRAN 70