BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003.

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

I. PENDAHULUAN. karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

Kurikulum SD Negeri Lecari TP 2015/ BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

PELATIHAN PENGEMBANGAN SILABUS DAN RPP MATA PELAJARAN IPS TERINTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA GURU IPS SMP DI MGMP SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. tentu tidak dapat dipisahkan dari semua upaya yang harus dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga menghasilkan peserta didik yang pintar tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini masalah kenakalan remaja menjadi semakin

BAB I PENDAHULUAN. Sesederhana apapun peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar. Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. penelitian yang dirumuskan dari deskripsi temuan penelitian dan pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. belajar kepada siswa melalui proses pembelajaran yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

LANDASAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan kurikulum yang dikembangkan pemerintah saat ini, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Budaya sangat penting dalam kehidupan masyarakat, karena dapat

I. PENDAHULUAN. memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi. penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan secara optimal supaya menghasilkan lulusan-lulusan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalani hidup dan kehidupan, sebab pendidikan bertujuan untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan Islam menurut Suyanto (2008: 83) adalah terbentuknya

I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional, pada BAB II tentang Dasar,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pendidikan khususnya, pelajaran akuntansi sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Pasal 3 disebutkan, pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. urgensinya belum dimaksimalkan seperti zaman modernisasi sekarang. Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi mengakibatkan kaburnya batas-batas antar negara baik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang

13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada (Yamin, 2010:64). Tetapi terkadang dalam

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap anak mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan

BAB 1 PENAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah pendidikan menjadi hal yang utama bahkan mendapat perhatian dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

Transkripsi:

digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah pembelajaran sangat ditentukan keberhasilannya oleh masingmasing guru di kelas. Guru yang profesional dapat ditandai dari sejauh mana bisa menguasai kelas yang diajarnya untuk mengantarkan peserta didik mencapai hasil belajar yang optimal. Menurut pandangan psikologis belajar, keberhasilan belajar itu lebih banyak ditentukan oleh gurunya. Hal ini terjadi karena guru selain sebagai orang yang berperan dalam proses transformasi pengetahuan dan keterampilan juga memandu segenap proses pembelajaran. Pembelajaran dapat dilakukan secara efektif oleh guru apabila dilakukan dengan langkah-langkah yang tepat terkait dengan iklim belajar di kelas, strategi dan manajemen pendidikan untuk menghadapi dan menangani siswa, pemberian umpan balik dan penguatan serta peningkatan diri yang meliputi kemampuan dalam menerapkan kurikulum, mengembangkan metode pengajaran yang relevan dan memanfaatkan media yang terus berkembang dan juga penanaman nilai-nilai karakter disetiap proses pembelajaran. Keseluruhan dari proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses belajar mengajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik yang dalam hal ini menjadi tanggung jawab guru sebagai pendidik. Namun perlu dipahami bahwa guru bukan satu-satunya sumber belajar, walaupun tugas, peranan, dan fungsinya dalam proses belajar mengajar sangat penting. Hasil yang dicapai anak didik tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan guru terhadap materi pelajaran yang akan diajarkan, tetapi juga model mengajar dan media pembelajaran yang digunakan agar tujuan pendidikan tersebut tercapai dan dapat bermakna bagi kehidupan masing-masing siswa (Buchori, 2001). 1

digilib.uns.ac.id 2 Guru harus memfasilitasi dirinya dengan seperangkat pengalaman, ketrampilan dan pengetahuan tentang keguruan. Selain harus menguasai substansi keilmuan, guru juga harus menguasai model-model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Salah satunya dengan Pembelajaran Berbasis Budaya (PBB). Pembelajaran berbasis budaya bukan sesuatu yang baru, namun dewasa ini sedang marak di berbagai negara. Teori yang mendasari strategi ini sama sekali bukan teori baru, namun strategi ini dihadirkan untuk membawa nuansa baru dalam proses pembelajaran. Nuansa baru tersebut hadir bukan hanya pada jenjang operasional pembelajaran, namun juga pada perspektif budaya dan tradisi pembelajaran itu sendiri terutama berkaitan dengan interaksi antara guru dan siswa serta perancangan pengalaman belajar untuk mencapai hasil belajar yang optimal (Daryanto, 2012). Setiap wilayah di Indonesia memiliki banyak keanekaragaman dalam berbagai hal peristiwa sejarah maupun nilai budaya yang berkembang dalam masyarakat adat sebagai kekayaan nasional. Masyarakat adat misalnya secara tradisi terus berpegang pada nilai-nilai lokal yang diyakini kebenaran dan kesakralannya serta menjadi pegangan hidup anggotanya yang diwariskan secara turun temurun. Nilai-nilai tersebut saling berkaitan dalam sebuah sistem dan menjadi salah satu nilai sejarah lokal. Sebagai kesatuan hidup manusia, masyarakat adat memiliki nilai sosial-budaya dan sejarah yang dapat dikaji untuk dikembangkan dalam pembelajaran yang berbasis lokal. Masyarakat adat yang sangat kental dengan budaya dalam melakukan segala aktivitas hidupnya sangat menarik sekali untuk dipelajari dalam pembelajaran sejarah. Budaya lokal yang salah satunya dalam bidang seni pertunjukkan (Wayang Kulit Purwa) yang saat ini mulai terabaikan di dalam kehidupan masyarakat terutama di kalangan remaja adalah isu penting yang bisa diajarkan pada pembelajaran sejarah yang berbasis nilai-nilai karakter. Hal ini sangat penting sekali disampaikan kepada siswa agar siswa menjadi lebih memahami sejarah dan meneladani karakteristik dari seni pertunjukan Wayang Kulit Purwa tersebut sehingga bermanfaat bagi karakter siswa. Wayang Kulit merupakan salah satu bentuk kesenian tradisi telah meresap commit to di user hati masyarakat Jawa pendukung

digilib.uns.ac.id 3 pewayangan, tidak hanya dari segi tontonannya saja, tetapi pertunjukan wayang lebih dihayati sebagai tuntunan atau piwulang kehidupan. Pertunjukan wayang kulit semalam suntuk tidak jarang secara implisit maupun eksplisit disampaikan kearifan lokal budaya Jawa. Meskipun cerita yang disajikan mengambil dari Mahabharata dan Ramayana yang berasal dari India, tetapi kemampuan lokal genius para budayawan Jawa cerita tersebut digubah dan disesuaikan dengan lingkungan budaya Jawa, sehingga cerita tersebut seolah-olah bukan berasal dari India, bahkan orang India sendiri tidak memahami cerita yang telah diolah oleh para seniman Jawa. Nilai-nilai budaya Jawa hadir dalam setiap sajian lakon wayang yang mengambil dari cerita Pandawa ataupun cerita Rama. Di samping itu tokoh-tokoh yang tampil dalam pertunjukan sangat akrab bagi para penonton wayang kulit, terutama tokoh Pandawa dan Kurawa yang dalam pandangan filosofis penggambaran antara kebaikan dan kejahatan (Junaidi, 2011). Wayang Kulit Purwa bisa menjadi salah satu materi pembelajaran sejarah yang bisa disampaikan kepada siswa agar mereka mengenal nilai budaya dan karakter dari tokoh Wayang Kulit Purwa. Berbagai karakter positif yang terkandung di dalamnya bisa dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari dan menjadikan teladan bagi kehidupan siswa, menumbuhkan sikap sadar akan sejarah, meningkatkan kesadaran budaya, bangga akan nilai budaya yang ada, menjaga dan melestarikan nilai-nilai yang terkandung dalam Wayang Kulit Purwa. Proses pembelajaran dapat terjadi di mana saja dan kapan saja sampai akhir hayat. Sekolah merupakan salah satu tempat proses belajar termasuk dalam belajar budaya dan penanaman nilai-nilai karakter. Dalam hal ini, proses pembudayaan di sekolah adalah untuk pencapaian akademik siswa, pembudayaan sikap, pengetahuan, keterampilan dan pengembangan nilai-nilai karakter serta kecintaan terhadap suatu kebudayaan. Belajar budaya merupakan proses belajar dari satu kesatuan yang utuh dan menyeluruh dari beragam perwujudan yang dihasilkan atau berlaku dalam komunitas. Mata pelajaran yang diajarkan dalam kurikulum dan diberikan kepada siswa di kelas adalah sebagai pola pikir ilmiah yang merupakan salah satu perwujudan commit to budaya, user sebagai bagian dari budaya,

digilib.uns.ac.id 4 kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan mencerminkan pencapaian upaya manusia yang berbasis budaya dan penanaman nilai-nilai karakter. Pembelajaran berbasis nilai-nilai karakter dengan membawa budaya lokal yang selama ini tidak selalu mendapat tempat dalam kurikulum sekolah termasuk pada proses pembelajaran pada mata pelajaran di sekolah. Pembelajaran berbasis nilai-nilai karakter dengan memanfaatkan budaya akan membuat lingkungan belajar berubah menjadi lingkungan yang menyenangkan bagi guru dan siswa yang memungkinkan guru dan siswa berpartisipasi aktif berdasarkan budaya yang sudah mereka kenal sehingga dapat diperoleh hasil belajar yang optimal serta pengembangan karakter sebagai jati diri bangsa. Siswa merasa senang dan diakui keberadaannya serta perbedaanya karena pengetahuan dan pengalaman budaya yang sangat kaya yang mereka miliki dapat diakui dalam proses pembelajaran. Guru juga berperan memandu dan mengarahkan potensi siswa untuk menggali beragam budaya yang sudah diketahui serta mengembangkan budaya tersebut. Proses pembelajaran berbasis budaya juga memasukkan nilai-nilai karakter agar output siswa tidak hanya dalam hal mengerti budaya saja tetapi juga penanaman nilai-nilai karakter dalam diri siswa. Pentingnya Pendidikan Karakter di Sekolah sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan serta untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan di setiap jenjang, harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan commit berinteraksi to user dengan masyarakat.

digilib.uns.ac.id 5 Takari (2011: 12) dalam Jurnal Seni Budaya dan Karakter Bangsa menguraikan bahwa: Hubungan seni budaya, baik dari lingkup etnik atau nasional dalam rangka mendukung karakter kita sebagai sebuah bangsa yang majemuk (multikultur). Karakter yang dimaksud adalah karakter positif, seperti karakter religius, nasionalis, menjunjung kebersamaan, musyawarah dan mufakat, dan sejenisnya. Pendekatan yang digunakan adalah melalui multidisiplin ilmu dan tentu saja pengalaman penulis sebagai seorang ilmuwan di bidang etnomusikologi dan pengkajian media, khususnya untuk seni budaya Melayu. Di Jawa ada budaya tradisi Wayang Kulit Purwa. Pertunjukan wayang dengan kemahiran sang dalang, dapat menyajikan berbagai macam pengetahuan, filsafat hidup berupa nilai-nilai budaya dan berbagai unsur budaya seni yang terpadu dalam seni pedalangan. Pertunjukan wayang yang di dalamnya terdapat perpaduan antara seni suara, seni musik (gamelan), dan seni rupa merupakan bentuk kesenian yang sangat disukai masyarakat Jawa. Menurut penelitian para ahli, wayang kulit digunakan oleh Sunan Kalijaga (salah seorang dari wali songo) pada abad 15 dan 16 di daerah Pesisir Utara Jawa untuk menyebarkan agama Islam. Cerita pewayangan ini bersumber pada epos Mahabharata dan Ramayana yang diadopsi dari India (Takari, 2011). Keberadaan seni tradisi di seluruh kepulauan di Indonesia ini merupakan perwujudan alamiah, bahwa secara realitas Indonesia adalah multikultur dan tidak monokultur. Seni budaya yang ada ini menjadi modal dasar dalam membina karakter dan jatidiri bangsa Indonesia. Di dalam kesenian terkandung nilai-nilai pendidikan untuk menyemai dan mengembangkan karakter dan jatidiri bangsa Indonesia. Karakter yang kuat akan menghasilkan kepercayaan diri yang kuat dan mandiri, tidak mudah diintervensi oleh siapa pun juga. Takari (2011: 27) mengatakan bahwa: Karakter dan identitas khas bangsa Indonesia yang juga tercermin dalam seni budaya karakter adalah sebuah kualitas individu yang kompleks dan bersifat unik yang menjadikan sikap maupun perilaku setiap orang saling berbeda. Namun dalam konteks yang lebih luas pasti terwujud latar belakang budaya yang menyebabkan karakter mereka sama, karena memiliki sistem nilai yang sama. Karakter, sikap, dan perilaku dalam praktiknya muncul secara commit bersamaan. to user Oleh karena itu, pembahasan

digilib.uns.ac.id 6 tentang karakter tidak dapat dipisahkan dengan sikap dan perilaku. Karakter ini akan muncul pada saat seseorang berinteraksi dengan orang lain atau makhluk lain ciptaan Allah yang dalam ajaran Islam disebut dengan hablum minannas. Secara psikologis konsep awal karakter ini adalah bersifat perseorangan. Namun selepas itu apabila menjadi karakter bangsa maka perlu adanya acuan nilai-nilai karakter, yaitu kebudayaan bangsa (nasional). Secara ringkas kebudayaan berisi sistem nilai, norma, dan kepercayaan. Budaya dikembangkan dan diamalkan oleh masyarakat pendukungnya. Jadi membicarakan karakter bangsa akan melibatkan diskusi dalam ranah psikologi dan kebudayaan. Karakter bangsa bersifat dinamis dapat berubah dalam dimensi waktu yang dilaluinya, walau tidak mudah. Contohnya adalah dahulu sering dikatakan bahwa bangsa Indonesia sebagai bangsa Timur (Oriental) yang mempunyai karakter sopan, santun, ramah-tamah, berperasaan halus, tenggang rasa, toleran, dan lainnya yang menggambarkan sebuah sikap atau prilaku yang mengindikasikan keluhuran budi pekerti. Kini sedikit demi sedikit karakter tersebut telah mengalami degradasi, distorsi, dan disorientasi. Seni budaya mengandung karakter bangsa yang perlu terus diasuh dan dikembangkan dalam rangka menuju bangsa yang beradab, berdaulat, mandiri, tidak mudah diintervensi, memiliki jatidiri, serta berorientasi untuk selalu lebih maju dalam dimensi ruang dan waktu yang dilaluinya. Dengan demikian mempelajari sejarah lokal yang dalam hal ini ada Wayang Kulit Purwa diharapkan dapat menumbuhkan karakter-karakter yang kuat, sikap bangga dan mengagumi nilai budaya, cinta tanah air, menumbuhkan sikap jatidiri atau identitas diri, meningkatkan minat dan membentuk karakter yang baik dari siswa terutama dalam kesadaran terhadap nilai-nilai karakter yang dalam keadaan sekarang jarang dipikirkan, jarang diingat, jarang dimanfaatkan, jarang diterapkan di kehidupan sehari-hari dan lebih sering dilupakan sehingga membuat remaja atau siswa sekarang kurang memiliki karakter yang baik. Dengan adanya pembelajaran sejarah yang mengangkat karakter Wayang Kulit Purwa diharapkan bisa menumbuhkan karakter nasional bangsa Indonesia melalui budaya lokal.

digilib.uns.ac.id 7 Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik dalam menganalisis implementasi nilai-nilai karakter dari Wayang Kulit Purwa di SMK Negeri 8 Surakarta karena sekolah ini merupakan satu-satunya sekolah kejuruan yang berbasis budaya lokal di Surakarta. Selain itu pelaksanaan proses pembelajaran sudah menerapkan kurikulum 2013 yang menekankan aspek nilainilai karakter serta mata pelajaran sejarah yang sudah berdiri sendiri sehingga bukan lagi masuk kedalam mata pelajaran IPS seperti pada kurikulum KTSP. Maka dari itu, penulis tertarik melakukan penelitian kualitatif dalam bentuk skripsi dengan judul Implementasi Nilai-Nilai Karakter Wayang Kulit Purwa dalam Pembelajaran Sejarah di SMK Negeri 8 Surakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang seperti diuraikan di atas, maka penulis merumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perencanaan guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai karakter Wayang Kulit Purwa melalui pembelajaran sejarah di SMK Negeri 8 Surakarta? 2. Bagaimana implementasi nilai-nilai karakter Wayang Kulit Purwa melalui pembelajaran sejarah di SMK Negeri 8 Surakarta? 3. Bagaimana hambatan guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai karakter Wayang Kulit Purwa melalui pembelajaran sejarah di SMK Negeri 8 Surakarta? 4. Bagaimana solusi guru dalam mengatasi hambatan dalam mengimplementasikan nilai-nilai karakter Wayang Kulit Purwa melalui pembelajaran sejarah di SMK Negeri 8 Surakarta?

digilib.uns.ac.id 8 C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui perencanaan guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai karakter Wayang Kulit Purwa melalui pembelajaran sejarah di SMK Negeri 8 Surakarta. 2. Mengetahui implementasi nilai-nilai karakter Wayang Kulit Purwa melalui pembelajaran sejarah di SMK Negeri 8 Surakarta. 3. Mengetahui hambatan guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai karakter Wayang Kulit Purwa melalui pembelajaran sejarah di SMK Negeri 8 Surakarta. 4. Mengetahui solusi guru dalam mengatasi hambatan dalam mengimplementasikan nilai-nilai karakter Wayang Kulit Purwa melalui pembelajaran sejarah di SMK Negeri 8 Surakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teroritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan pengetahuan bagi para pendidik, peneliti maupun siswa mengenai implementasi nilai-nilai karakter Wayang Kulit Purwa dalam pembelajaran sejarah di SMK Negeri 8 Surakarta sebagai salah satu pelestarian budaya bangsa dan peningkatan karakter siswa melalui budaya lokal di sekolah.

digilib.uns.ac.id 9 2. Manfaat Praktis Penelitian ini memiliki manfaat praktis bagi: a. Guru Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan agar guru bisa lebih meningkatkan kemampuan dalam mengimplementasikan nilai-nilai karakter Wayang Kulit Purwa dalam pembelajaran sejarah. b. Siswa Penelitian ini diharapkan bisa memberikan pelajaran kepada siswa mengenai nilai-nilai karakter dari Wayang Kulit Purwa sehingga siswa bisa menerapkan karakter Wayang Kulit Purwa dalam kehidupan sehari-hari. c. Peneliti Meningkatkan pengetahuan tentang nilai-nilai karakter Wayang Kulit Purwa dalam pembelajaran sejarah.. d. Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan kepada sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sejarah serta turut berperan aktif dalam memelihara kebudayaan lokal.