BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL KESEHATAN KOMUNITAS INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60

BAB 1 PENDAHULUAN. lansia di Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,56%. Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. lansia. Semua individu mengikuti pola perkemban gan dengan pasti. Setiap masa

BAB I PENDAHULUAN. tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada. tahun 2025 berada di negara berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan pada berbagai bidang terutama dibidang. (lansia) terus meningkat dari tahun ke tahun.

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi. sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Jumlah penduduk pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

RENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan farmakologis dan psikoterapeutik sudah sedemikian maju. Gejalagejala

BAB I. empat dekade mendatang, proporsi jumlah penduduk yang berusia 60 tahun. 10% hingga 22% (World Health Organization, 2012).

SKRIPSI PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SRAYA DENPASAR

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan bahwa jumlah penduduk lanjut usia (lansia) dari tahun ke. baik dari segi kualitas maupun kuantitas (Stanley, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

BAB 1 PENDAHULUAN. berjalan secara terus menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara, karena angka harapan hidup merupakan salah satu indikator

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

para1). BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

I. PENDAHULUAN. (Nugroho, 2008). Lanjut usia bukanlah suatu penyakit. Lanjut usia adalah

BAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan dan kerusakan banyak sel-sel syaraf, sehingga lansia seringkali

BAB I PENDAHULUAN. oleh lanjut usia dalam proses penyesuaian diri tersebut yaitu permasalahan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Balai Kesehatan dan Olahraga untuk Lanjut Usia Di Solo. a. Balai. b. Kesehatan. c. Olahraga. d. Lanjut.

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, dengan masalah kesehatan). Menurut Sumiati Ahmad Mohammad, masa

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduknya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 10,67 juta orang (8,61 % dari seluruh penduduk

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Lansia yang berhenti bekerja, umumnya menderita post power. syndrome, kehilangan kepercayaan diri karena berkurangnya peran

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah masa penutup. Masa penutup merupakan masa dimana. penurunan jumlah aktivitas (Hurlock, 1999).

BAB 1 PENDAHULUAN. terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA MENGENAI SENAM LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan waktu,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan sematamata

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. menandakan jumlah lansia dari tahun ke tahun akan bertambah. Di negara maju

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

Sedeangkan jumlah lansia Sumatera Barat pada tahun 2013 sebanyak 37,3795 jiwa

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB 1 PENDAHULUAN. era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena jumlah

BAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun. Pada tahun 2010, diprediksi jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Usia lanjut adalah suatu proses yang tidak dapat dihindari

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupan yang akan dialami oleh semua individu. Proses ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO usia tahun adalah usia pertengahan, usia tahun

BAB I PENDAHULUAN. menjadi perhatian serius bagi orang tua, praktisi pendidikan, ataupun remaja

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat terlihat dari peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) dan Angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga tiga kali

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha sosial yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam serangkaian periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia (Nugroho, 2008). Masa lansia adalah suatu perkembangan terakhir yang dialami oleh manusia. Undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia menyatakan bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Seiring dengan pertambahan usia maka permasalahan pada lansia mulai muncul. Darmojo (2004) menyatakan bahwa permasalahan yang timbul pada lansia ada dua yaitu dari aspek fisologi dan psikologi. Aspek fisologi yaitu penurunan fungsi panca indra, penurunan kekuatan otot, dan penurunan fungsi organ. Aspek psikologis yang timbul adalah kesepian, dukacita, dan stress. Pelayanan kesehatan saat ini untuk mengatasi masalah tersebut telah dilakukan melalui beberapa jenjang yaitu posyandu lansia, puskesmas, maupun di rumah sakit, namun jumlah lansia yang semakin meningkat menjadi suatu kendala dalam mewujudkan kesejahteraan lansia. World Health Organization (WHO, 2013) menyatakan bahwa masyarakat menua dengan cepat, diperkirakan bahwa jumlah orang yang berusia 60 tahun atau lebih akan lebih dari tiga kali lipat pada tahun 2100. Berdasarkan sensus penduduk Indonesia tahun 2010, jumlah penduduk lansia tahun 2010 sebanyak 273,5 juta jiwa. Data dari Badan Pusat Satistik Provinsi Bali tahun 2010 didapatkan jumlah 1

2 penduduk lansia di Bali tahun 2010 sebanyak 360 ribu jiwa dari 3,9 juta penduduk Bali. Jumlah tersebut terus meningkat menjadi 371 ribu jiwa pada akhir tahun 2011 dan hampir 400 ribu jiwa pada akhir 2013. Lansia berada diseluruh lapisan masyarakat baik di komunitas maupun di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW). Panti Sosial Tresna Werdha adalah suatu institusi hunian bersama dari para lansia yang secara fisik atau kesehatan masih mandiri, akan tetapi mempunyai keterbatasan di bidang sosial-ekonomi. Kebutuhan harian dari para penghuni biasanya disediakan oleh pengurus panti dan diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta (Darmojo, 2010). Andini & Supriyadi (2013) menyatakan ketika lansia diantarkan oleh keluarga ke PSTW maka lansia merasa tidak berguna dan tidak diinginkan sehingga membuat banyak lansia akan mengembangkan perasaan rendah diri dan marah terhadap diri sendiri, orang lain dan juga lingkungan. Interaksi sosial akan menurun serta lansia akan secara perlahan menarik diri dari hubungan dengan masyarakat sekitar. Henuhili (2004) menyebutkan bahwa gangguan mental terbanyak yang dialami oleh lanjut usia yang tinggal di PSTW adalah depresi. Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, selalu merasa dirinya gagal, tidak berminat pada Activity Daily Living (ADL), sampai ada ide bunuh diri (Kaplan, 2010; Yosep 2009). WHO (2013) menyatakan, depresi dapat menyebabkan menyebabkan gangguan fungsi dalam kehidupan sehari-hari, depresi terjadi 7% dari populasi lansia umum

3 dan 1,6% adalah angka lansia yang mengalami ketidakmampuan dalam melakukan ADL. Gejala depresi pada lansia sering diabaikan dan tidak diobati karena bersamaan dengan masalah kesehatan lainnya dalam proses penuaan. Nevid, Rathus dan Greene (2005) menyatakan bahwa tingkat depresi lebih tinggi diantara lanjut usia penghuni PSTW karena hidup jauh dengan keluarga atau sanak saudara dapat menimbulkan perasaan kesepian, karena tidak ada lagi orangorang yang selama ini hidup bersama dan berbagi segala sesuatu. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan terapi yang bersifat kekeluargan, memotivasi dan dapat mengembalikan semangat hidup. Salah satu terapi yang dapat dikembangkan adalah terapi bercerita. Terapi bercerita merupakan metode penyampaian sebuah cerita melalui media buku cerita, video, gambar, ataupun alat peraga dengan teknik yang interaktif. Bercerita merupakan kegiatan penyampaian pesan, yang dapat berupa pesan pendidikan, keteladanan, kepemimpinan, mengembangkan emosi, serta merupakan kegiatan interaktif antara dua orang atau lebih (Nuraini, 2009; Qudsyi, 2011). Qudsyi (2011) menyatakan terapi bercerita bermanfaat untuk mengembangkan moral, guna mengetahui perbuatan yang baik dan buruk. Bercerita merupakan suatu cara untuk memberikan nasehat, pesan, pencerahan, dan motivasi kepada seseorang. Bercerita dapat memberikan contoh nyata ke dalam imajinasi, dengan perasaan senang seseorang akan lebih mudah menyerap dan memahami isi cerita yang disampaikan kepadanya. Dalam penelitian ini, jenis cerita yang digunakan adalah cerita-cerita tradisional yang bertemakan cerita rakyat karena cerita ini mengandung nilai-nilai kepahlawanan dengan tujuan

4 untuk menanamkan semangat hidup pada lansia (Asfandiyar, 2007). Judul cerita Timun Mas, Asal Usul Nama Pulau Bali, dan Keong Mas, cerita ini menggambarkan mengenai sifat-sifat kebaikan, ketamakan, kebijaksanaan, kearifan, serta ketuhanan. Cerita tersebut mengandung banyak pesan moral yang bisa dijadikan tauladan dan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita ini dapat memotivasi, hal tersebut sesuai dengan tipe kepribadian lansia yaitu arif dan bijaksana. Terapi bercerita ini dilakukan dengan cara berkelompok, terapi kelompok adalah terapi yang dilakukan secara berkelompok untuk memberikan stimulasi bagi seseorang dengan gangguan interpersonal (Yosep, 2008). Manfaat dari terapi kelompok secara umum yaitu meningkatkan fungsi psikologis, yaitu meningkatkan kesadaran tentang hubungan antara reaksi emosional diri sendiri dengan perilaku defensive atau bertahan terhadap stress dan adaptasi. Manfaat khususnya yaitu menyalurkan emosi secara konstruktif dan meningkatkan kemampuan tentang pemecahan masalah-masalah kehidupan (Yosep, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Yuniartini, Widastra dan Utami (2013) diperoleh hasil bahwa terapi bercerita cukup efektif dalam meningkatkan kualitas tidur anak, terapi bercerita diberikan selama satu kali setiap hari selama tiga hari dengan durasi 30 menit. Selain itu, penelitian lain yang dilakukan oleh Elfira (2011) memperoleh hasil bahwa teknik bercerita mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menurunkan kecemasan anak prasekolah. Penelitian terkait lansia belum ditemukan sampai saat ini. Ketika memasuki usia lanjut maka waktu luang hendaknya benar-benar diisi dengan kegiatan yang terarah yang diperlukan untuk mengisi waktu luang dan berdampak positif dan menentramkan hati (Padila,

5 2013). Selain itu, pada usia lanjut terjadi perubahan stabilitas emosi (Padila, 2013), maka terapi bercerita ini layak diterapkan ada lansia. Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar adalah salah satu PSTW yang ada di Bali dengan jumlah lansia 44 orang. Sumber daya manusia (SDM) yang ada di Panti 17 orang yang bertugas untuk melayani lansia. Terdapat poliklinik khusus di Panti ini yang disediakan untuk mengatasi penyakit-penyakit yang dialami lansia seiring proses penuaan. Hasil wawancara terhadap lima orang lansia yang tinggal di PSTW tersebut diperoleh informasi bahwa lansia sering merasa kesepian, putus asa, dan tidak memiliki harapan apapun untuk masa depannya. Studi pendahuluan yang dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar dengan menggunakan kuisioner penilaian tingkat depresi Depression Anxiety Stress Scale (DASS) diperoleh angka depresi cukup tinggi. Hasil menunjukkan dari 40 orang lansia yang mengisi kuisioner 5 orang tidak mengalami depresi, 7 orang mengalami depresi ringan, 13 orang mengalami depresi sedang, 9 orang mengalami depresi berat dan 6 orang mengalami depresi sangat berat. Menurut petugas panti, sampai saat ini belum pernah dilakukan terapi apapun untuk mengatasi permasalahan ini. Terapi bercerita ini memiliki efek menstimulasi emosi yang akan membuat rileks, oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Terapi Bercerita Terhadap Tingkat Depresi Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar.

6 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah Adakah pengaruh terapi bercerita terhadap tingkat depresi lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh terapi bercerita terhadap tingkat depresi lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar. 1.3.2 Tujuan Khusus A. Mengidentifikasi tingkat depresi lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar sebelum diberikan terapi bercerita. B. Mengidentifikasi tingkat depresi lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar sesudah diberikan terapi bercerita. C. Menganalisis pengaruh terapi bercerita terhadap tingkat depresi lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar.

7 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Secara teoritis diharapkan penelitian ini sebagai kajian bagi penelitian selanjutnya. Selain itu penelitian ini juga diharapkan memberikan sumbangan bagi peningkatan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang pendidikan kesehatan. 1.4.2 Manfaat Praktis A. Bagi Lansia Setelah menerapkan terapi bercerita ini lansia akan merasa lebih nyaman, rileks dan mampu mengendalikan perasaan negatif yang dialami agar suasana hati lansia tenang. B. Bagi Keluarga Bagi keluarga yang memiliki lansia di PSTW dapat menerapkan terapi ini untuk memotivasi lansia serta menjaga hubungan emosional, agar hubungan kekeluargaan semakin erat dan lansia merasa dihargai. C. Bagi Petugas di PSTW Apabila sudah diketahui bahwa terapi bercerita dapat menurunkan tingkat depresi pada lansia, maka dapat direncanakan dalam hal penerapan terapi bercerita ini bagi lansia di PSTW untuk meningkatkan kesejahteraan lansia. D. Bagi Perawat Gerontik Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk informasi dan pedoman bagi perawat dalam meningkatkan asuhan keperawatan gerontik yaitu terapi ini dapat menjadi terapi tambahan dalam merawat lansia dan

8 sebagai salah satu terapi yang sifatnya menghibur atau mengisi waktu luang bagi lansia yang sedang menjalani perawatan.

9